• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Tujuan dan Peranan Psikologi Pend

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Metode Tujuan dan Peranan Psikologi Pend"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikan

Diajukan dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen pengampu:

Alfun Khusnia, S.Psi, Msi

Ditulis oleh kelompok 2:

Fatimah AzZahra 15311473

Nadya Ayunisa 15311483

Afifah Syadza 15311498

Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

(2)

ميحرلا نمحرلا ه مسب

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillah puji dan syukur, serta salam kita berikan kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah sekali lagi kami ucapkan karena akhirnya kami telah menyelesaikan makalah ini, banyak cobaan serta tantangan dalam mengerjakan makalah ini, tetapi akhirnya telah selesai. Alhamdulillah dan terimakasih kepada dosen pembimbing, teman-teman dan kakak-kakak yang membantu kami membuat makalah ini serta tak lupa juga kami ucapkan kepada orang tua kami yang mendo’akan kami.

Semoga dengan makalah ini maka para pembaca bisa mengerti atau memahami materi pembahasan makalah kami ini, dan semoga para pembaca bisa memanfaatkan makalah dari hasil yang kami buat ini. Kurang lebihnya kami ucapkan mohon maaf.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Jakarta, 24 September 2017

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……….………...i

Daftar Isi ………...………...…...….…ii

BAB I: PENDAHULUAN …...………...………...1

A. Latar Belakang Masalah ………...………..…...1

B. Rumusan Masalah ………...………...………...…..1

C. Tujuan Penulisan ………...………...………...1

BAB II: PEMBAHASAN ...………...………...………...…...2

A. Metode Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan ………..………...3

B. Tujuan Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan …...7

C. Peranan Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan ...8

BAB III: PENUTUP …...……….…………...9

A. Kesimpulan ………...…………...9

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kita sebagai manusia telah diberikan kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang kita hadapi. Dalam dunia pendidikan, kita seringkali mengalami beberapa kendala atau kesulitan di dalamnya, baik ketika guru sedang mengajar ataupun ketika siswa dalam menerima pelajaran, guru dengan lingkungan tempat ia mengajar atau siswa dengan lingkungan tempat ia belajar.

Dengan demikian, maka muncullah psikologi pendidikan yang akan membantu memecahkan masalah-masalah tersebut, sebelum kita dapat mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan secara langsung. Seorang guru harus mengetahui karakter-karekter siswa sehingga kita membutuhkan beberapa metode untuk mengetahinya, kemudian kita dapat mengaplikasikan cara belajar yang cocok untuk murid yang kita ajarkan. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa metode dalam psikologi pendidikan, tujuan serta peran psiokologi dalam dunia pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja metode psikologi pendidikan dalam dunia pendidikan? 2. Apa saja tujuan psikologi pendidikan dalam dunia pendidikan? 3. Apa saja peranan psikologi pendidikan dalam dunia pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui metode-metode psikologi pendidikan dalam dunia pendidikan. 2. Untuk mengetahui tujuan psikologi pendidikan dalam dunia pendidikan.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan

Kebanyakan psikolog menganggap kegiatan belajar mengajar manusia adalah topik paling penting dalam studi psikologi. Demikian pentingnya arti belajar sehingga nyaris tak satu pun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari belajar. Namun, perbedaan persepsi, (pemahaman atas dasar tanggapan) mengenai arti dan seluk beluk belajar selalu muncul dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi berikutnya.

Kenyataan yang tak terelakkan bahwa perbedaan generasi psikologi sering pula membawa perbedaan persepsi terhadap belajar. Kurang lebih 45 tahun yang lalu persepsi orang khususnya para pendidik propesional sangat dipengaruhi oleh aliran behaviorisme yang didasarkan pada hsil eksperimen dengan menggunakan hewan-hewan percobaan.

Akhir-akhir ini, persepsi tersebut sudah berubah seiring dengan perubahan pandangan ahli psikologi pendidikan terhadap keabsahan (validity) dan kecermatan (accuracy) temuan riset yang menggunakan hewan-hewan itu (Lazerson, 1975). Para peneliti bidang psikologi khususnya psikologi pendidikan kini telah semakin sadar betapa dalam dan rumitnya proses berfikir siswa ketika ia belajar, sehingga gejala perilaku hewan percobaan tak layak lagi digunakan sebagi bahan kiasan (analogi) yang memadai. Perubahan ini mengakibatkan berubahnya pola riset dan penggunaan metode untuk menghimpun data psikologis di bidang kependidikan.

Metode yang seperti penyusun uraikan pada bagian lain buku ini, secara singkat dapat dipahami sebagai cara atau jalan yang ditempuh seseorang dalam melakukan sebuah kegiatan. Dalam psikologi pendidikan, metode-metode tertentu dipakai untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi penting yang bersifat psikologis dan berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan pengajaran.

Pada umumnya, para ahli psikologi pendidikan melakukan riset psikologis dibidang pendidikan dengan memanfaatkan beberapa metode penelitian tertentu seperti:

a) eksperimen; d) penyelidikan klinis; dan b) kuesioner; e) observasi naturalistik.1

c) studi kasus;

1

(6)

Di samping lima metode di atas, H. C. Witherington menyebutkan satu metode lagi yang bernama metode filosofis atau spekulatif. Namun, penyusun merasa tidak perlu memperbincangkan lebih jauh mengingat metode tersebut kurang populer dan belum dapat diterima eksistensinya oleh banyak ahli.

Metode-metode psikologi pendidikan terbagi lima, diantaranya: 1. Metode Eksperimen

Pada asasnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan eksperimenter (peneliti yang bereksperimen) di dalam sebuah laboratorium atau ruangan tertentu lainnya. Teknis pelaksanaanya disesuaikan dengan data yang akan diangkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika membaca. Selain itu, eksperimen dapat pula di lakukan untuk mengukur kecepatan bereaksi seorang siswa terhadap stimulus tertentu. Alat utama yang sering dipakai dalam eksperimen pada jurusan psikologi pendidikan atau fakultas psikologi di universitas-universitas terkemuka adalah komputer dalam berbagai programnya seperti program cogtinive psychology test.

Metode eksperimen sering dilakukan dalam penelitian psikologi pendidikan tujuan untuk menguji keabsahan dan kecermatan kesimpulan-kesimpulan yang terkait dari hasil temuan penelitian dengan metode lain. Contoh: apabila sebuah kesimpulan yang ditarik dari sebuah penelitian dengan metode observasi misalnya, menimbulkan keraguan atau masalah baru, maka dilakukan percobaan atau eksperimen.

Metode eksperimen bagi para psikologi, termasuk psikologi pendidikan, dianggap sebagai metode pilihan dalam arti lebih utama untuk digunakan dalam riset-riset. Karena data dan informasi yang dihimpun melalui metode ini lebih bersifat definitif (pasti) dan lebih saintifik (ilmiah) jika dibandingkan dengan data dan informasi yang dihimpun melalui penggunaan-penggunaan metode lainnya.

Anggapan itu sesungguhnya tidak sepenuhnya benar, sebab sering terjadi perilaku subjek yang terekam dalam eksperimen ternyata berlawanan dengan perilaku subjek tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Jadi, subjek tadi mungkin telah berpura-pura ketika diteliti karena ingin membantu atau mengacaukan rancangan operasional penelitian eksperimenter.

(7)

sihingga semua unsur penelitian termasuk penggunaan laboratorium/ tempat dan subjek yang akan di teliti betul-betul memenuhi syarat penelitian eksperimental.

Dalam penelitian eksperimental objek yang akan diteliti akan dibagi menjadi dua kelompok, yakni: 1) kelompok percobaan (eksperimental group); 2) kelompok pembanding (control group). Kelompok percobaan terdiri atas sejumlah orang yang tingkah lakunya diteliti dengan perlakuan khusus dalam arti sesuai dengan data yang akan di himpun.kelompok pembanding juga terdiri atas objek yang jumlah dan karakteristiknya sama dengan kelompok percobaan, tetapi tingkah lakunya tidak diteliti dalam arti tidak diberi perlakuan (treatment) seperti yang diberikan kepada kelompok percobaan. Setelah eksperimen usai, data dari kelompok percobaan tadi dibandingkan dengan data dari kelompok pembanding, lalu dianalisis, ditafsirkan, dan disimpulkan dengan teknik statistik tertentu.2

2. Metode Kuesioner

Metode kuesioner (questionaire) lazim juga disebut sebagai metode surat

menyurat (mail survey). Kuesioner disebut “mail survey” karena pelaksanaan penyebaran

dan pengembaliannya sering dikirim ke dan dari responden melalui jasa pos.

Namun, sebelum kuesioner disebarkan atau dikirimkan kepada responden yang sesungguhnya, seorang peneliti psikologi pendidikan biasa melakukan uji coba (try aut). Caranya, sejumlah kuesioner dibagi-bagikan kepada sejumlah orang tertentu yang memiliki karakteristik sama dengan responden yang sesungguhnya. Tujuannya, untuk memastikan apakah pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner itu cukup jelas dan relevan untuk dijawab, dan untuk memperoleh masukan yang mungkin bermanfaat bagi penyempurnaan kuesioner tersebut.

Penggunaan metode kuesioner dalam riset-riset sosial termasuk bidang psikologi relatif lebih menonjol bila dibandingkan dengan penggunaan metode-metode lainnya. Gejala dominasi (penguasan/ kemenonjolan) penggunaan metode ini muncul karen alebih banyak sampel yang bisa dijangkau disamping unit cost (biaya setahun) per responden lebih murah. Contoh data yang dapat dihimpun dengan cara penyebaran adalah sebagai berikut: a. Karakteristik pribadi siswa seperti jenis kelamin, usia, dan seterusnya tapi tidak

termasuk nama.

2

(8)

b. Latar belakang keadaan siswa seperti latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, dan sebagainya.

c. Perhatian siswa terhadap mata pelajaran tertentu.

d. Faktor-faktor pendorong dan penghambat siswa dalam mengikuti pelajaran tertentu. e. Aplikasi (penerapan) mata pelajaran tertentu dalam kehidupan sehari-hari siswa

(seperti shalat dan belajar agama).

f. Pengeruh aplikasi mata pelajaran tertentu terhadapa perikehidupan siswa.3

3. Metode Studi Kasus

Studi kasus (case study) ialah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu. Metode ini, selain dipakai oleh para ahli psikologi pendidikan, juga sering dipakai oleh peneliti ilmu-ilmu sosial lainnya karena lebih memungkinkan peneliti melakukan investigasi (penyelidikan dengan mencatat fakta) dan penafsiran yang lebih luas dan mendalam.

Instrumen atau alat untuk pengumpul data (APD) yang digunakan dalam studi kasus bisa bermacam-macam terutama yang dapat mengungkapkan variabel yang sukar ditentukan dalam satuan jumlah tertentu (Tardif, 1987). Selanjutnya karena kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari hasil studi kasus biasnya sulit dijadikan tolak ukur yang berlaku umum (digeneralisasikan), studi tersebut sering diikuti dengan investigasi dan suvey lain yang bersekala lebih besar. Tetapi, dalam hal subjek yang diteliti, studi kasusu relatif sama dengan metode penyelidikan klinis yakni hanya terdiri atas seorang individu atau kelompok terkecil individu.

Fenomena dan peristiwa yang diselidiki dengan metode ini lazimnya terus menerus diikuti perkembanganya selama kurun waktu tertentu. Bahkan seorang peneliti psikologi pendidikan terkadang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menghimpun bahan-bahan berupa data dan informasi yang akurat, yang tepat dan cermat, mengenai seorang individu atau sekelompok kecil individu. Studi kasus akan memerlukan waktu yang lebih lama lagi apabila dipakai untuk menyelidiki fenomena genetika (karakteristik keturunan) yang dihubungkan dengan aktifitas pendidikan. Dalam hal ini, studi biasanya dimulai sejak seorang anak berusia muda (balita umpamanya) hingga berusia tertantu (remaja misalnya) untuk mendaptakan pengertian yang tepat mengenai aspek-aspek

3

(9)

perkembangan yang perlu diperhatikan demi kepentingan praktik kependidikan untukanak tersebut.4

4. Metode Penyelidikan Klinis

Pada mulanya, metode penyelidikan klinis atau disebut juga metode klinis (clinical method) hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis atau psikiater. Dalam metode ini terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan panyakit kelainan jiwa dan cara-cara memberi perlakuan pemulihan (pasychological treatment) terhadap kelainan jiwa tersebut.

Jean Piaget adalah yang mula-mula memanfaaatkan metode penyelidikan klinis tersebut untuk kepentingan pendidikan. Piaget telah sering menggunakan metode ini untuk mengumpulkan data dengan cara yang unik yaitu interaksi semu ilmiah, (quasi-natural) antara peneliti dengan anak yang diteliti (Rober, 1988)

Dalam hal pelaksanaan penggunaannya, peneliti menyediakan benda-benda dan memberi tugas-tugas dan petanyaan-pertanyaan tertentu yang boleh diselesaikan oleh anak secara bebas menurut persepsi dan kehendaknya. Kemudian, setelah data dari hasil penyelidikan pertama diangkat dan diberi perlakuan khusus (misalnya dianalisis sekilas), penelitian mengajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan untuk mendukung data yang tehimpun sebelumnya.

Selanjutnya perlu dicatat bahwa metode penyelidikan klinis pada umumnya hanya diberlakukan untuk menyelidiki anak atau siswa yang mengalami penyimpangan psikologis tak terkacuali penyimpangan perilaku (maladaptive behavior/misbehavior). Oleh karenya, penggunaan sarana dan cara yang dikaitkan dengan metode tersebut selalu memperhatikan batas-batas keesanggupan siswa. Sama halnya dengan metode eksperimen yang dilakuakan dalam laboratorium, metode klinis juga mementingkan insensitas dan ketelitian yang sesungguh-sungguhnya.

Sasaran yang akan dicapai oleh penelitian dengan penggunaan metode klinis terutama untuk memastikan sebab-sebab timbulnya ketidak normalan perilaku seorang siswa atau sekelompok kecil siswa. Kemudian, berdasarkan kepastian faktor penyebab itu penelitian berupaya memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengatasi penyimpangan tersebut.

4

(10)

5. Metode Observasi Naturalistik

Metode observasi naturalistik (naturalistic observation) adalah sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada diluar objek yang diteliti atau dia tidak menempatkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian.

Pada mulanya, observasi naturalistik lebih banyak dilakukan oleh para ahli ilmu hewan (ethologist) untuk mempelajari perilaku hewan tertentu, misalnya perkembangan perilaku ikan jantan terhadap ikan betina (lazerson, 1975). Kemudian, metode observasi naturalistik digunakan oleh psikolog sosial untuk meneliti peranan kepemimpinan dalam sebuah masyarakat atau untuk meneliti sekelompok orang yang memerlukan terapi, (perawatan dan pemulihan) yangbersifat kemasyarakatan. Selanjutnya, metode ini juga digunakan oleh psikolog perkembangan, para psikolog kognitif, dan para psikolog pendidikan.

Dalam hal penggunaanya bagi kepentingan psikolog pendidikan, seorang peneliti atau guru yang menjadi asistenya dapat mengaplikasikan metode observasi ilmiah ini lewat kegiatan pengajaran atau belajar mengajar dalam kelas-kelas reguler, yakni kelas tetap dan biasa, bukan kelas yang diadakan secara khusus. Selama proses belajar mengajar berlangsung, jenis perilaku siswa yang diteliti (misalnya, kecepatannya membaca) dicatat dngan lembar format observasi yang khusus dirancang sesuai dengan data dan informasi yang akan dihimpun.5

B. Tujuan Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan

Konsep pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukan bagi siswa atau orang-orang yang sedang belajar. Keberadaaan psikologi pendididkan pada dasar nya adalah untuk mempermudah pendidik dalam menerapkan proses belajar mengajar. Dengan mempelajari psikologi pendidikan, paling tidak para guru atau calon guru telah mendapat gambaran mengenai kondisi dan situasi keberadaan pribadi,peserta didik dan lembaga pendidikan tersebut.6

Psikologi pendidikan merupakan sebuah disiplin psikologi yang khusus mempelajari, meneliti,dan membahas seluruh prilaku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan yang meliputi tingkah laku belajar siswa, dan tingkah laku belajar mengajar (guru dan siswa) yang saling terkait atau berintraksi satu sama lain. Inti persoalan

5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT. Rosdakarya),

cet. ke-19, 2014, hlm. 32

6

(11)

psikologis dalam psikologi pendidikan adalah tidak mungkin mengabaikan ilmu tentang psikologi pendidikan terutama bagi seorang guru atau tenaga pengajar lainnya.

Dapat dipahami bahwa tujuan mempelajari dan dikembangkannya psikologi pendidikan adalah untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan untuk membantu para guru dan calon guru agar betul-betul memamahami proses pendidikan yang baik, sehingga mereka dapat membimbing proses belajar para siswanya dengan cara yang lebih efektif dan terarah sebagai upaya untuk mengembangkan potensi-potensi anak didiknya di sekolah secara optimal.

C. Peranan Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, menuntut manusia untuk mengolah segala potensi yang dimilikinya, bias dengan cara mengkaji dan melakukan penelitian ilmiah, khususnya dalam hal yang berhubungan dengan proses belajar mengajar manusia dari kecil sampai usia lanjut dan terutama mengetahui bagaimana iklim yang mempengaruhi proses perjalanan belajar mengajar.7

Dengan memahami definisi dan hakikat tujuannya di atas, maka peranan Psikologi Pendidikan dalam dunia pendidikan dapat dirumuskan secara ringkas sebagai berikut: 1. Psikologi Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu

mempersiapkan guru dan calon guru yang professional yang berkompetensi mengajar sebagaimana yang diharapkan.

2. Psikologi Pedidikan mempengaruhi pembaharuan/perbaikan serta penyempurnaan kurikulum sekolah sebgai pedoman bagi guru dalam membimbing proses belajar murid yang memadai.

3. Psikologi Pendidikan dapat mempengaruhi ide dan pelaksanaan administrasi dan supervisi pendidikan yang akan dilaksanakan oleh pimpinan-pimpinan pendidikan/Kepala dan Pemilik sekolah dalam mengelola kelancaran pelaksanaan pendidikan di sekolah sejalan dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.8

4. Psikologi pendidikan mencoba mengarahkan guru dan para calon guru untuk mengetahui mengapa suatu hal tertentu itu terjadi, bagaimana problem solving nya dan mengetahui aktivitas-aktivitas yang dianggap penting bagi pendidikan.9

7

Safwan Amin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Banda Aceh: Yayasan Pena), 2005, hlm. 27

8

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), 2007, hlm. 8-9

9

(12)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah anak didik sebagai manusia individu yang memiliki perilaku, karakteristik, dan kemampuan yang berbeda satu sama lainnya. Maka dari itu, seorang pendidik mampu memperhatikan anak didiknya secara baik, khususnya dalam masalah psikologi pendidikan karena sebagai tolok ukur perubahan tingkah laku yang terjadi pada anak.

Guru sebagai pendidik harus memiliki pengetahuan yang luas, terutama dalam bidang psikologi agar proses belajar-mengajar bias berjalan dengan baik, setidaknya bias meminimalisir kegagalan dalam menyampaikan materi pelajaran.

Metode psikologi pendidikan dalam dunia pendidikan terbagi menjadi lima, diantaranya:

Tujuan Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan pada dasar nya adalah untuk mempermudah pendidik dalam menerapkan proses belajar mengajar. Dengan mempelajari psikologi pendidikan, paling tidak para guru atau calon guru telah mendapat gambaran mengenai kondisi dan situasi keberadaan pribadi,peserta didik dan lembaga pendidikan tersebut.

Peranan Psikologi Pendidikan dalam dunia Pendidikan, diantaranya:

1. Psikologi Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu mempersiapkan guru dan calon guru yang professional yang berkompetensi mengajar sebagaimana yang diharapkan.

2. Psikologi Pedidikan mempengaruhi pembaharuan/perbaikan serta penyempurnaan kurikulim sekolah sebgai pedoman bagi guru dalam membimbing proses belajar murid yang memadai.

(13)

pendidikan/Kepala dan Pemilik sekolah dalam mengelola kelancaran pelaksanaan pendidikan di sekolah sejalan dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Safwan. Pengantar Psikologi Pendidikan. (Banda Aceh: Yayasan Pena). 2005.

Sabri, M. Alisuf. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya). 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melihat perbedaan lebih jelasnya persepsi akuntan intern tentang etika bisnis terhadap relasi dari masing-masing bank dapat dilihat dari output Turkey Test dan Bomferom

antara pembeli-sebagai representasi akan permintaan terhadap suatu barang- dengan penjual – representasi akan penawaran suatu barang di pasar menentukan tingkat

Skripsi berjudul “Representasi Kekerasan Simbolik dalam Film Animasi Minions” ini memiliki rumusan masalah yaitu bagaimana kekerasan simbolik direpresentasikan melalui shot dan

Saran Penulis dalam penelitian ini adalah (1) keluarga single parent sebaiknya menggunakan pola komunikasi Pluralistik, karena menurut peneliti pola ini mampu menjalin

Bidan sebagai pelaksana memberikan pelayanan kebidanan pada wanita dalm siklus.. kehidupannya, asuhan neonatus, bayi, dan

Sungguh ini merupakan sebuah anugerah yang sangat besar, karena berbagai tanaman obat ini mempunyai efek yang mirip dengan struktur kimia obat-obatan medis, sehingga sangat

coli (VTEC) O157:H7 dapat diisolasi dari susu di Kabupaten Bogor sebanyak 0,47% dari 214 sampel, Sukabumi 1,10% dari 91 sampel sedangkan dari Cianjur tidak ditemukan.. coli

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Bahasa Jepang. © Ayuningtyas