• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTRUKSI BAJA GUDANG 1. PENUTUP ATAP P (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSTRUKSI BAJA GUDANG 1. PENUTUP ATAP P (1)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Penutup Atap

=Kemiringan Atap

-Genteng/

-Sirap Reng

Usuk tiap jarak ± 50 cm

Gording profil baja atau kayu

Overlap

Seng Gelombang -Asbes Gelombang -Aluminium Gelombang Gording

Overlap / tumpang tindih harus cukup supaya air hujan tidak tampias / bocor

KONSTRUKSI BAJA GUDANG

1.

PENUTUP ATAP

Sebagai penutup atap dapat digunakan : a. Genteng dengan reng dan usuk b. Sirap dengan reng dan usuk c. Seng gelombang

d. Akses gelombang e. Aluminium gelombang f. Dll.

a. GENTENG

 Kemiringan atap : 30° ≤ α ≤ 60°

 α ≥ 60° : dipakai genteng khusus, dipaku pada reng

 α ≤ 30° : dipakai genteng dengan presisi tinggi, dan diberi lapisan aluminium foil di bawah reng.

(2)

Salah! Pada puncak

Bisa Bocor!

Penempatan kait

a Kait

b

c

bisa a, b atau c

b. SIRAP

 Dilengkapi dengan usuk dan reng yang harus mampu memikul beban hidup merata q terpusat p

 Dapat dipakai pada sudut α besar

 Bila α < 30° : tumpukan sirap diperbanyak dan diberi lapisan aluminium foil

b.d, e : Seng Gelombang, Asbes Gelombang dan Aluminium Gelombang

 Dipakai pada bangunan industri

 kemiringan atap lebih bebas ; 5° ≤ α ≤ 90° semakin kecil α, overlap semakin besar

overlap : - pada arah mengalir air - pada // arah mengalir air

perkiraan panjang overlap :

Sudut arah memanjang arah melintang

10-20° 20 cm 2,5 gelombang

20-40° 15 cm 1,5-2,5 gelombang

45° 10 cm 1,5 gelombang

(3)

Contoh: Gording 1 Baut

Kuda-kuda Pelat pengisi

baut

Las

Gording Baut

Kepala diatas mur dibawah,agar baut tidak

jatuh bila mur kendor/lepas Siku

Baut

baut siku

dilas

baut pengikat

Nok atau

Gording atau

Gording atau Potongan atau

, , ,

Gording rangka

untuk bentang >

Detail Hubungan Gording dengan kuda-kuda :

 Angin yang kuat dapat mengangkat atap, maka gording perlu diikat kuat pada kuda-kuda

2.

PERHITUNGAN GORDING

Beban-beban yang dipikul oleh gording adalah : a.beban mati

b. beban hidup

c. beban angin / beban sementara Sedangkan untuk gording dapat dipakai :

1. Beban mati (D) : - berat sendiri penutup atap - berat sendiri gording - alat-alat pengikat

2. Beban hidup (L) : sesuai peraturan pembebanan a. Terbagi rata : q = (40 –0,8 α) ≤ 20 kg/m2

(4)

x

x

Q Q cos

y Q sin

L

3

Contoh :

Kuda - kuda

Nok

Gording

Penggantung Gording

Catatan : bila L tidak terlalu besar, cukup dipasang 1 penggantung gording L

Kuda - kuda

q cos

Kuda 2

P cos

P sin q sin

L

L

Kuda 2

b. Terpusat P = 100 kg (beban orang saat pelaksanaan/perawatan) 3. Beban angin (W) : lihat Peraturan Pembebanan

→ besarnya tergantung dari daerah (wilayah) dan sudut α

Beban rencana yang bekerja adalah beban terbesar dari : U = 1,4 D

U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)

U = 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L . L atau 0,8 W) U = 1,2 D + 1,3 W + L . L + 0,5 (La atau H) Keterangan :

L = 0,5 bila L < 5 kPa : L= 1 bila L ≥ 5k Pa

D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen

L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dll.

La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak

H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air W adalah beban angin

Terhadap sb x –x profil :

 Beban mati : MXD = 81 (q cos α) L2

 Beban hidup q : MXL = 81 (q cos α) L2 P : MXL = 41 (P cos α) L2 Terhadap sb y – y profil :

(5)

Wx

L

kg/m' b

Wx

b

b

Wx= C x b x tekanan angin kg/m2

- Momen-momen akibat beban hidup merata q, dan terpusat P diambil yang berpengaruh terbesar. (akibat q atau akibat P)

 Beban angin : lihat Peraturan Pembebanan

Wx = c . b . tekanan angin kg/m2 Wy = 0

Dimana : c adalah koefisien angin

Momen yang diakibatkan oleh beban angin adalah :

   

 

0 8 1 2

yw x xw

M

L W M

Beban angin yang harus diperhitungkan pada kombinasi pembebanan adalah beban angin tekan. Sedangkan beban angin hisap digunakan untuk perhitungan kekuatan kait. Mu yang bekerja :

Mux = 1,4 MxD

= 1,2 MxD + 1,6 MxL + 0,5 (MxLa atau MxH )

(6)

bf

1) Kontrol Kekuatan Gording

ny Mny = diambil momen nominal sayap atas profil

 Penyederhanaan penyelesaian (Structural Steel Design Galambos hal 196) a.

2) Kontrol Lendutan

(7)

L=6,6 m 3

Contoh : Perhitungan Gording

Kuda - kuda a) Kontrol Kekuatan Profil

- Beban mati (D)

(8)

b) Beban hidup berpusat P = 100 kg MxL =

4 1

(p cos ) L = 4 1

(100 cos 20°) 6,6 = 155,1 kg-m

MyL = 4 1

(p sin )      

3

L

= 4 1

(100 cos 20°) 2,2 = 18,81 kg-m - Beban angin (W)

Tekanan angin W = 30 kg/m2 Koefisien angin c = 0,02 . 20 – 0,4

c = 0 Angin tekan = c x W

= 0 x 30 = 0

Angin hisap = 0,4 x 30 = 12 kg/m2

Bila dibandingkan dengan beban (bb. Mati + bb. hidup) = 30 + 20 = 50 kg/m’, angin hisap ini tidak bisa melawan beban (D + L), maka angin hisap ini tidak menentukan  tidak perlu diperhitungkan.

 Besarnya momen berfaktor Mu

Mu = 1,2 MD + 1,6 (MLa atau MH) + (L . ML atau 0,8 MW)

 Untuk beban mati, beban hidup terbagi rata, dan beban angin Mux = 1,2 x 153,2 + 1,6 x 168,85 + 0 = 454,0 kg-m

Muy = 1,2 x 6,21 + 1,6 x 6,83 + 0 = 18,38 kg-m

 Untuk beban mati, beban hidup terpusat, dan beban angin Mux = 1,2 x 153,2 + 1,6 x 155,1 + 0 = 432,0 kg-m

(9)

misal = 68 cm - Kontrol tekuk lokal

Penampang profil (tabel 7.5-1 SNI)

kompak

- Kontrol lateral buckling :

Misal Lb = 68 cm  jarak penahan lateral (jarak kait atap ke gording) Atau (lihat brosur seng) = jarak 2 pengikat seng

Lp = 1,76 ry

 Momen Nominal

Dari kontrol tekuk lokal dan tekuk lateral didapatkan :

Mnx = Mpx = Zx . fy = 74,0 x 2.400 = 177.600,0 kg-cm = 1.776,0 kg-m

 Persamaan Interaksi: Pers. Interaksi :

(10)

Mny = Kekuatan nominal lentur terhadap sb y – y Untuk beban mati dan beban hidup hidup merata :

(OK)

Untuk beban mati dan beban hidup hidup terpusat :

(OK)

Dari kedua persamaan interaksi tersebut terlihat bahwa pemilihan profil masih belum efisien karena masih terlalu jauh dari nilai 1.

a) Kontrol Lendutan :

Lendutan ijin = L/180 (untuk gording) Dicari fx = lendutan thd. Sb x-x profil fy = lendutan thd. Sb. y-y profil

  Lendutan akibat bb. Terpusat

y

 Lendutan akibat bb. Merata

y

 Lendutan akibat bb. Terpusat

(11)

3.

PELAT SIMPUL

Untuk mempersatukan dan menyambung batang-batang yang bertemu di titik simpul, diperlukan pelat simpul.

Sebagai pelat penyambung, pelat simpul harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Cukup lebar, sehingga paku keling/baut dapat dipasang menurut peraturan yang

ditentukan.

2. Tidak terjadi kerja takikan, seperti dijumpai pada pelat simpul yang mempunyai sudut ke dalam. Pelat akan gampang sobek.

3. Cukup kuat menerima beban dari batang-batang yang diteruskan pelat simpul, maka simpul perlu diperiksa kekuatannya, dengan cara mengadakan beberapa potongan untuk diperiksa kekuatannya pada potongan tersebut.

Namun sebelum dilanjutkan mengenai pemeriksaan pelat simpul, sekilas di ulang kembali dulu tentang perhitungan banyaknya baut/paku keling yang diperlukan.

- Banyaknya baut yang diperlukan

a. Batang pinggir menerus

e = letak garis berat profil = garis kerja gaya w = letak lubang baut

e dan w = dapat dilihat pada tabel profil

Contoh :

Tarikan sebaiknya

Pelat simpul

Contoh :

Pelat simpul tebal t1

Vn Dn

n1

n2

Hn1 Hn2

n3 e w

Batang menerus a) Batang pinggir menerus

(12)

- Kekuatan baut tipe tumpu :

fu adalah tegangan tarik putus yang terendah dari baut atau

pelat

db adalah diameter baut nominal pada daerah tak berulir tp adalah tebal pelat (harga terkecil dari t1 atau 2t2 )

 Rn = harga terkecil dari kuat geser tumpu baut atau tumpu pelat

- Banyaknya baut :

b) Batang pinggir terputus

Untuk batang terputus, maka dihitung masing-masing

n1≥

n min = 2, jarak baut sesuai SKSNI (tata cara)

Pelat simpul

(13)

- Cara menggambar pelat simpul

Setelah jumlah baut atau paku keling dihitung :

1) Digambar garis-garis sistem (= garis berat penampang profil) bertemu pada satu titik

2) Gambarlah batang-batang utuhnya (sisi batang sejarak e dari garis sistem) 3) Tempatkan baut-batu / paku keling sesuai peraturan (letak baut/paku keling =

w dari sisi batang)

4) Tarik garis batas akhir baut/paku keling pada setiap batang (misal = 2d)  lihat tabel 13.4 – 1

5) Tarik garis-garis batas tepi pelat --- lihat contoh

Pelat simpul

e

w

e

w

2d

2d 5

1

2 4 3

jarak

= 0,3d=15 tp d=diameter baut

atau 200 mm jarak jarak

3

(14)

- Pemeriksaan Kekuatan Pelat Simpul

Disini diambil contoh pada pelat penyambung batang pinggir : a. Batang pinggirnya menerus

b. Batang pinggirnya terputus

a) Batang pinggir tepi menerus

Diketahui Hu1 > Hu2

Untuk salah satu potongan, misal potongan (a) – (a) Maka pada potongan (a) – (a) bekerja gaya ;

Selisih gaya Hu1 dan Hu2 di terima oleh 5 baut, maka pada potongan (a) – (a) menerima gaya sebesar

5 2

(Hu1– Hu2) (diterima 2 baut dari 5 baut) Gaya yang bekerja :

Gaya normal (tarik) Nut = 5 2

(Hu1– Hu2) + Du1 cos  Gaya lintang / geser Vu = Du1 sin 

Momen Mu =

5 2

(Hu1– Hu2) S1 + Du1 . S2

Pelat simpul tebal t

Vu Du2

Du1

a

a S1

S2

Hu1 Hu2

Contoh :

Batang menerus

Du1 a

a S1

S2 Du1 sin

Du1 cos

2

5(Hu1-Hu2)

h

t

g.n.pelat

(15)

Kontrol kekuatan pelat :

b) Batang pinggir tepi terputus Contoh

Diketahui Hu1 > Hu2

Batang Hu1 dan Hu2 terputus, namun pada bagian tepi bawah dihubungkan dengan pelat penyambung. Pelat penyambung dianggap memindahkan gaya

2

Pelat simpul tebal t

Vu Du2

Pelat penyambung dianggap meneruskan Hu2 (siku sama kaki)

2

Diketahui Hu1>Hu2

(16)

- Baut pada batang Hu1 di pelat simpul menerima gaya (Hu1 -

- Pembentukan Pelat Simpul

Didalam pembentukan pelat simpul perlu diperhatikan syarat-syarat :  Cukup tempat untuk penempatan baut/paku keeling

 Tidak terjadi takikan  Cukup kuat

 Tidak terlalu banyak pekerjaan

 Tidak terlalu banyak sisa pelat akibat bentuk dari pelat simpul  Contoh:

6 x potongan pelat lebih baik / praktis 4 x potongan pelat

lebih baik / praktis

(17)

4.

BENTUK-BENTUK KONSTRUKSI RANGKA GUDANG

Banyak bentuk-bentuk konstruksi untuk gudang yang bisa digunakan. Hal-hal yang mempengaruhi antara lain :

- Pemakaian gudang tersebut

- Keadaan suasana gudang akan dibangun :  Keadaan tanah

 Besar dan kecilnya beban angin

Bentuk yang dipilih tentunya akan menentukan cara penyelesaian struktur dan biayanya.

a. Konstruksi kap rangka sendi – rol

Konstruksi kuda-kuda dengan tumpuan A sendi, B rol merupakan konstruksi statis tertentu, maka penyelesaian statikanya dengan statis tertentu. Namun sering didalam praktek dibuat A sendi, B sendi, dengan demikian konstruksi menjadi statis tak tentu. Tetapi sering diselesaikan dengan cara pendekatan dengan menganggap perletakan A = B didalam menerima beban H.

RAH = RBH = 2 H

Untuk mencari gaya-gaya batangannya dapat digunakan cara :  Cremona

 Keseimbangan titik  Ritter

 Dan lain-lain

Kemudian untuk mendukung kuda-kuda diperlukan kolom. Apabila dipakai kolom dengan perletakan bawah sendi, maka struktur menjadi tidak stabil bila ada beban H (angin/gempa).

A

sendi

B rol

sendi

A B

H

(18)

Karena itu untuk mendukung kuda-kuda ini, harus dipakai kolom dengan perletakan bawah jepit.

Bila gaya H bekerja maka struktur/konstruksi ini akan stabil/kokoh. Pada perletakan bawah kolom terjadi gaya V, H dan M. Besarnya M = H.h

2 adalah cukup besar. Maka bila struktur ini yang dipilih pada tanah yang jelek, pondasinya akan mahal.

Dicari penyelesaian suatu bentuk struktur agar pondasi tidak terlalu mahal. b. Kuda-kuda dihubungkan dengan pengaku pada kolom

1. Kuda-kuda dengan pengaku dan perletakan bawah kolom jepitan.

Struktur dengan sistem ini cukup kaku dan memberikan momen M lebih kecil dari pada struktur sebelumnya.

S S

H

akan roboh

sendi sendi

H

jepit H

2 H2

H 2

V M

h

jepit H

2 V

M= H 2 = h

H

jepit M jepit

M e

c

a a h1

A

S1 H/2

H/2 S2

H/2 H/2

f d

(19)

Struktur semacam ini adalah statis tak tentu, maka statistikanya diselesaikan dengan cara statis tak tentu.

Namun sering didalam prkateknya diselesaikan dengan cara pendekatan/sederhana yaitu :

- Bila beban vertikal (gravitasi) yang bekerja, struktur dianggap statis tertentu, yang bekerja pada kolom gaya V saja. Selanjutnya gaya-gaya batang KRB dicari dengan : Cremona, Kesetimbangan Titik, Ritter, dan sebagainya.

- Bila beban H bekerja, dianggap terjadi titik balik (= inflection point) terjadi ditengah-tengah yaitu S1 dan S2.

M pada titik balik = 0 (seperti sendi) Gaya geser pada S1 dan S2 adalah = kuda dapat dicari dengan Cremona, Kesetimbangan titik, Ritter, dan sebagainya.

a

S1 Titik balik

a

(20)

c

2. Kuda-kuda dengan pengaku dan perletakan bawah kolom sendi.

Struktur ini sama seperti pada perletakan bawah kolom jepit. Gaya batang (a), (b) dan (c) dapat dihitung seperti sebelumnya, hanya mengganti jarak a dengan h.

Keuntungan kolom dengan perletakan sendi ini adalah : - Momen pada perletakan bawah/sendi = 0

- Momen pada pondasi menjadi kecil, pondasinya menjadi murah

- Namun momen pada kolomnya menjadi besar  2 kali dari pada kolom perletakan jepit (h = 2a)

c. Konstruksi 3 Sendi

Konstruksi ini adalah statis tertentu. Dicari reaksi diperletakan dengan persamaan :

(21)

sendi jepit

Sambungan kaku

sendi jepit B A

d. Konstruksi Portal Kaku (Gable Frame)

Konstruksi ini adalah statis tak tentu. Diselesaikan dengan cara cross, clapeyron, slope deflection, tabel, dan sebagainya.

Gaya yang bekerja pada batang-batangnya N, D dan M.

Batang menerima Nu dan Mu  perhitungan sebagai beam column.

STABILITAS STRUKTUR / KONSTRUKSI

Yang telah dibicarakan adalah konstruksi/struktur yang seolah-olah pada suatu bidang. Konstruksi dalam bidang ini memang stabil, karena sudah diperhitungkan terhadap gaya-gaya yang bekerja pada bidang tersebut.

Dalam kenyataannya konstruksi adalah berbentuk ruang, sehingga secara keseluruhan konstruksi belum stabil, maka perlu diatur lagi dalam arah yang lain.

Contoh

 Pada bidang kuda-kuda, konstruksi ini stabil, sebab sudah diperhitungkan terhadap beban yang bekerja yaitu P dan H (angin / gempa)

 Pada bidang yang  bidang kuda-kuda, bila ada beban H bekerja dalam arah ini, konstruksi akan roboh/terguling, jadi masih labil. Maka perlu distabilkan dalam arah ini.

Konstruksi untuk memberikan stabilitas dalam arah ini dinamakan :  Ikatan angin

 Ikatan pemasangan (montage)

Yang dipasang pada bidang atap dan pada bidang dinding.

H P

P P

P

Kolom

Kuda-kuda

Ikatan Angin

Gording

Kolom

Kolom

Kuda-kuda

(22)

1

H

1

2

H

2

5.

BANGUNAN GUDANG DENGAN IKATAN ANGIN DAN IKATAN

MONTAGE (PEMASANGAN)

Untuk menjaga kestabilan struktur rangka kuda-kuda akibat tiupan angin/gempa diberikan ikatan angin dalam arah memanjang gudang. Ikatan angin bersama-sama dengan gording dan rangka kuda-kuda membentuk suatu rangka batang.

Karena ikatan angin ini diperlukan untuk menjamin stabilitas dalam arah memanjang gudang, biasanya ditempatkan pada daerah ujung-ujung gudang saja. Sedangkan bila gudangnya cukup panjang, maka diantaranya ditempatkan lagi ikatan-ikatan pemasangan/Montage.

Rencana / Denah Atap

- Seringnya dipasang ikatan angin memanjang, untuk memperkaku bidang atap arah melintang. 

 Penggantung gording dipasang pada semua gording

 Ikatan angin pada dinding /kolom untuk meneruskan beban angin ke pondasi

 Biasanya untuk ikatan angin digunakan batang lemas. Batang ini hanya dapat menahan gaya tarik, tidak dapat menahan gaya tekan.

Bila ada H1, yang bekerja batang (1) tarik Bila ada H2, yang bekerja batang (2) tarik

a

Ikatan

angin

dk

=±(3-9)m

penggantung gording Ø

dk

dk

dk

Ikatan

montage

Ikatan

angin

angin

Contoh :

Kud

a-kuda

Kud

(23)

Bentuk Dari Ikatan Angin Dan Ikatan Montage (Pemasangan)

1. Pada Gudang Tertutup 2. Pada Gudang Terbuka

1. Ikatan angin pada gudang tertutup Contoh

Gavel / Portal Akhir / End Frame

- Letak regel vertikal sesuai dengan titik-titik rangka ikatan angin pada atap - Regel horizontal dipasang sesuai dengan panjang seng untuk dinding

Catatan (anggapan konservatif) :

- Bila dinding dipakai dingin bata ½ bata, dianggap tidak tahan angin, perlu dipasang ikatan angin pada dinding,

- Bila dinding dipakai dinding bata 1 bata atau lebih dianggap dinding tahan angin, tidak diperlukan ikatan angin pada dinding.

penggantung gording pada dinding

Ikatan angin pada atap Kuda-kuda

Regel/Gewel

Pintu

M.Tanah

Ikatan angin pada dinding/kolom

Pintu

Ikatan angin

gording 2

Kud a-kuda

Kolom/regel vertikal

(24)

2. Ikatan Angin pada Gudang Terbuka (tanpa dinding)

- Bentuk lain ikatan memanjang

- Termasuk tepi/akhir dipasang kuda-kuda

- Pengaku/bracing/ikatan memanjang pada kolom biasanya dipasang sepanjang bangunan.

- Untuk kuda-kuda dengan bentang yang besar > ± 40 m, pengaku/bracing/ikatan memanjang dipasang juga pada rangka kuda-kuda.

Kuda-kuda

M.Tanah

Kolom-kolom Pengaku/bracing/ikatan memanjang

gording 2

Kud a-kuda

Kud a-kuda

Ikatan angin pada atap

Kuda-kuda

Kolom

Ikatan memanjang Kolom

(25)

BEBAN YANG BEKERJA AKIBAT TIUPAN ANGIN

Pada Gudang Tertutup

 Pada regel vertikal / kolom(3)

q = (c . w . a) , dimana a adalah jarak regel-regel vertikal R3 = ½ q . h3

M = 8 1

q . h32

N = berat atap + dinding + kolom

Maka pada regel/kolom (3) bekerja beban-beban Mu, Nu → perhitungan sebagai beam – column.

Analog untuk regel (1), (2), dan (4).

 Beban yang bekerja pada ikatan angin pada atap adalah :

R1, R2, R3, R4 = gaya yang didapat dari reaksi pada regel (1), (2), (3) dan (4). Akibat dari beban angin ini, maka dapat dicari yang bekerja pada rangka batang ikatan angin. - Batang atas kuda-kuda mendapat beban tambahan

- Gording mendapat beban tambahan

Maka batang atas dari kuda-kuda dan gording harus diperhitungkan akibat beban tambahan ini.

 Gording pada rangka batang ikatan

q=...kg/

m'

N

R3

h3

a N Kuda-kud

a

N R3

N

a a a a

=±(3-4)m

1 2 3 4 3 2 1

dk

R Batang Atas Kuda-kuda R=(R1+R2+R3+R4)

Gording

R1

2

Ikatan angin

(26)

Sebagai gording terjadi Mu

Sebagai rangka ikatan angin terjadi Nu → perhitungan gording sebagai beam – column.

Dengan jarak L bracing, dapat diambil jarak-jarak dari baut pengikat seng gelombang.

 Ikatan angin pada dinding

Koefisien angin C :  Pada gevel c = 0,9  Pada dinding // c = - 0,4

* Angin bertiup pada dinding gevel (garis tidak terputus-putus) * Angin bertiup pada dinding samping (garis putus-putus)

Didalam memperhitungkan beban ikatan angin pada dinding, kedua arah angin ini harus ditinjau.

L Seng Gelombang

c = 0,9

0,4

Gewel

Angin 0,9

0,4

1

Angin

2

beban Px,Py

N N

qx,qy

Jarak kuda-kuda

sebagai gording

sebagai ikatan angin

y

y x

(27)

 Gaya yang bekerja pada Ikatan Angin Dinding

Diterima oleh kolom.

Dari beban beban ini, maka dapat dihitung gaya-gaya pada rangka batang ikatan angin dinding.

- Regel horisontal (2) menerima beban :  Beban mati qy→ My =

(28)

R

KOLOM

PONDASI

 Beban angin pada Ikatan Angin Gevel Contoh

 Pada Gudang Terbuka

- Angin bertiup pada bidang atap (= angin 1) ditahan oleh kuda-kuda dan kolom - Angin bertiup pada // bidang atap atau  bidang kuda-kuda (= angin 2) →

menabrak kuda-kuda, ditahan oleh ikatan angin :  Ikatan angin pada atap

 Ikatan/bracing/pengaku memanjang pada kolom.

Merupakan struktur statis tak tentu penyelesaian statikanya  kuda-kuda dengan kolom.

Beban pada akhirnya, harus sampai ke pondasi. Kolom Kuda2

Angin

Luas bidang yang diperhitungkan ditiup angin

Ikatan angin gewel Diterima oleh ikatan angin gewel

Kud a-kuda

Kuda-kuda

Kolom Kolom

R

R Angin 1

(29)

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan untuk Pertimbangan Batang * Pada Konstruksi rangka batang kuda-kuda

 Pada batang tarik → diperhitungkan Anetto

 Pada batang tekan → diperhitungkan panjang tekuk Lk

Lkx : Panjang tekuk arah vertikal Lky : Panjang tekuk arah horizontal

* Konstruksi console / Cantilever

Lkx : Panjang tekuk arah vertikal =  Lky : Panjang tekuk arah horizontal =  4 

Jika diberi ikatan khusus seperti tergambar maka Lky→ 2 Lk y

Lk x

y

x Ikatan angin

y x

gording

Ikatan khusus

Batang tekan di bawah, tidak ada gording dan ikatan angin

Kud a-ku

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai ketentuan tersebut, pengukuran kinerja digunakan untuk memulai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran yang telah

Dalam penelitian karya ilmiah ini, penulis menggunakan pendekatan empiris, yaitu suatu pendekatan penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan kondisi yang di lihat di

Pengabdian kepada masyarakat dapat dilakukan oleh semua lapisan dan golongan masyarakat. Oleh karena itu pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh insan akademik

Winarno dan Jenie (1982) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan sehubungan dengan kemasan yang digunakan dapat dibagi dalam dua golongan utama yaitu ;

Patikan kebo ( Euphorbia hirta L.) merupakan salah satu tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis , yang merupakan

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas  pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

Lingkungan kerja yang baik akan sangat besar pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan, aspek yang berpengaruh terhadap lingkungan kerja antara lain Untuk mendukung

001032 Universitas Negeri Padang 0004076209 AKMAL Pengembangan Model Pembelajaran Kompetensi Kesadaran Hukum dan HAM Berbasis Jurisprodentiat Inquiry Pada Matapelajaran