1 1 A.
A. Latar BelakangLatar Belakang
Menurut peraturan kementrian kesehatan No 46 tahun 2015 tentang Menurut peraturan kementrian kesehatan No 46 tahun 2015 tentang akreditasi Puskesmas, klinik pratama, tempat praktek mandiri dokter, dan Tempat akreditasi Puskesmas, klinik pratama, tempat praktek mandiri dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi, pembangunan kesehatan merupakan bagian integral Praktik Mandiri Dokter Gigi, pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembang
pembangunan unan kesehatan kesehatan adalah adalah meningmeningkatkan katkan kesadarankesadaran, , kemauan kemauan dandan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Permenkes, 2015).
masyarakat yang optimal (Permenkes, 2015).
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan berbagai upay
berbagai upaya kesehatan secara menyelurua kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmh, berjenjang dan terpadu. Puskesmasas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes, 2015). masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes, 2015). Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pusat pembangpembangunan unan kesehatakesehatan n masyarakmasyarakat at yang yang juga juga membina membina peran peran sertaserta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Herlambang, 2016).
(Herlambang, 2016).
Puskesmas merupakan unit pelayanan terdepan dan langsung dapat Puskesmas merupakan unit pelayanan terdepan dan langsung dapat menjangkau masyarakat, melaksanakan pelayanan kesehatan melalui upaya pokok menjangkau masyarakat, melaksanakan pelayanan kesehatan melalui upaya pokok kegiatan Puskesmas yang salah satunya pelayanan kesehatan dengan memberi kegiatan Puskesmas yang salah satunya pelayanan kesehatan dengan memberi pengoba
pengobatan, Pelayanan kesehatan, Pelayanan kesehatan yang diberikatan yang diberikan Puskesmas meliputi pengn Puskesmas meliputi pengobatanobatan rawat jalan dan rawat inap termasuk di dalamnya upaya peningkatan kesehatan, rawat jalan dan rawat inap termasuk di dalamnya upaya peningkatan kesehatan, pencega
pencegahan penyhan penyakit, penyakit, penyembuhan dembuhan dan peman pemulihan keseulihan kesehatan. Puskehatan. Puskesmas sebasmas sebagaigai fasiltas kesehatan tingkat pertama wajib menyediakan pelayanan kesehatan sesuai fasiltas kesehatan tingkat pertama wajib menyediakan pelayanan kesehatan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku dan pedoman dari Kementerian dengan peraturan perundangan yang berlaku dan pedoman dari Kementerian Kesehatan dengan mem
Kesehatan dengan memperhatikan kebutuhan dan perhatikan kebutuhan dan harapan masyarakat. harapan masyarakat. Jenis-jenisJenis-jenis pelayana
pelayanan yang disediakan perlu diketahui dan dimanfaatkan secara optimal olehn yang disediakan perlu diketahui dan dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, sebagai wujud pemenuhan akses masyarakat terhadap pelayanan yang masyarakat, sebagai wujud pemenuhan akses masyarakat terhadap pelayanan yang dibutuhkan (Permenkes No. 46 Tahun 2015).
dibutuhkan (Permenkes No. 46 Tahun 2015).
Mutu dan kinerja pelayanan perlu diupayakan untuk ditingkatkan secara Mutu dan kinerja pelayanan perlu diupayakan untuk ditingkatkan secara berkesinam
berkesinambungan, bungan, oleh oleh karena karena itu itu umpan balik umpan balik dari dari masyarmasyarakat akat dan dan penggunapengguna pelayana
pelayanan n PuskesmPuskesmas as secara secara aktif aktif diidentifikdiidentifikasi asi sebagai sebagai bahan bahan untukuntuk penyem
penyempurnaan pelayanan Puskesmas. purnaan pelayanan Puskesmas. Untuk menjamin Untuk menjamin bahwa perbaikan bahwa perbaikan mutu,mutu, peningk
peningkatan kinerjatan kinerja dilaksanaa dilaksanakan sekan secara berkcara berkesinambunesinambungan, makgan, maka perlu a perlu dilakukadilakukann penilaian ole
penilaian oleh pihak ekh pihak eksternal dengsternal dengan menggan menggunakan staunakan standar yang ndar yang ditetapkan yditetapkan yaituaitu melalui mekanisme akreditasi (Permenkes, 2015).
melalui mekanisme akreditasi (Permenkes, 2015).
Layanan kesehatan yang bermutu adalah layanan kesehatan yang selalu Layanan kesehatan yang bermutu adalah layanan kesehatan yang selalu berupay
berupaya memenua memenuhi harapan hi harapan pasien sehipasien sehingga pasiengga pasien akan sen akan selalu merasa lalu merasa berhutangberhutang budi serta sangat berterim
budi serta sangat berterima kasih. Akibatnya, pasien akan bercerita kema kasih. Akibatnya, pasien akan bercerita kemana-manaana-mana dan kepada setiap orang untuk menyebarluaskan segala hal yang baik tersebut dan kepada setiap orang untuk menyebarluaskan segala hal yang baik tersebut sehingga pasien atau masyarakat akan berperan menjadi petugas hubungan sehingga pasien atau masyarakat akan berperan menjadi petugas hubungan masyarakat dari setiap organisasi layanan kesehatan yang baik mutunya (Pohan, masyarakat dari setiap organisasi layanan kesehatan yang baik mutunya (Pohan, 2007).
2007).
Kepuasan adalah merupakan respon pelanggan sebagai hasil dan evaluasi Kepuasan adalah merupakan respon pelanggan sebagai hasil dan evaluasi ketidaksesuaian kinerja atau tindakan yang di rasakan sebagai akibat dari tidak ketidaksesuaian kinerja atau tindakan yang di rasakan sebagai akibat dari tidak terpenuhinya harapan (Tjiptono, 2006). Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari terpenuhinya harapan (Tjiptono, 2006). Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perberdaa
perberdaan antara kinerja yang di rn antara kinerja yang di r asakan dan harapan. Apabila kinerja di bawahasakan dan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka pelanggan akan kecewa dan tidak puas. Bila kinerja sesuai dengan harapan, maka pelanggan akan kecewa dan tidak puas. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan kinerja yang melebihi harapan, harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan kinerja yang melebihi harapan, pelangga
pelanggan n akan akan merasa merasa sangat sangat puas. puas. Harapan Harapan pelanggapelanggan n dapat dapat di di bentuk bentuk oleholeh penglam
penglaman masa laman masa lampau, kometar dapau, kometar dari kerabatnyri kerabatnya (Supranto, 20a (Supranto, 2006)06)
Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan kabupaten Bantul Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan kabupaten Bantul pada tang
pada tanggal 16 Degal 16 Desember 2sember 2016 di p016 di peroleh dateroleh data bahwa a bahwa terdapat 1terdapat 12 Puskesm2 Puskesmas darias dari
Commented [DZ1]:
27 Puskesmas yang ada di kabupaten Bantul yang sudah terakreditasi. Dua 27 Puskesmas yang ada di kabupaten Bantul yang sudah terakreditasi. Dua Puskesmas terakreditasi dasar yaitu Puskesmas Jetis I dan Puskesmas Jetis II, enam Puskesmas terakreditasi dasar yaitu Puskesmas Jetis I dan Puskesmas Jetis II, enam Puskesmas terakreditasi Madya di antaranya yaitu Puskesmas Srandakan, Puskesmas terakreditasi Madya di antaranya yaitu Puskesmas Srandakan, Puskesmas Sanden, Puskesmas Pundong, Puskesmas Bantul I, Puskesmas Imogiri Puskesmas Sanden, Puskesmas Pundong, Puskesmas Bantul I, Puskesmas Imogiri I, dan Puskesmas Bambanglipuro, tiga Puskesmas terakreditasi Utama di antaranya I, dan Puskesmas Bambanglipuro, tiga Puskesmas terakreditasi Utama di antaranya yaitu Puskesmas Piyungan, Puskesmas Pleret, dan Puskesmas Banguntapan, dan yaitu Puskesmas Piyungan, Puskesmas Pleret, dan Puskesmas Banguntapan, dan satu Puskesmas yang terakreditasi Paripurna yaitu Puskesmas Pajangan.
satu Puskesmas yang terakreditasi Paripurna yaitu Puskesmas Pajangan.
Peneliti melakukan studi pendahuluan 2 Februari 2016 dengan melihat data Peneliti melakukan studi pendahuluan 2 Februari 2016 dengan melihat data sekunder, Puskesmas Pundong Terakreditasi Madya pada bulan November 2016, sekunder, Puskesmas Pundong Terakreditasi Madya pada bulan November 2016, di dapatkan hasil penilaian internal indeks Kepuasan Masyarakat pada bulan di dapatkan hasil penilaian internal indeks Kepuasan Masyarakat pada bulan Desember, Puskesmas Pundong mendapatkan nilai sebesar 3,026 dengan IKM Desember, Puskesmas Pundong mendapatkan nilai sebesar 3,026 dengan IKM konversi sebesar 75,67. Hasil tersebut dalam nilai mutu pelayanan kategori B, atau konversi sebesar 75,67. Hasil tersebut dalam nilai mutu pelayanan kategori B, atau berpredik
berpredikat B (baik).at B (baik).
Dari hasil data tersebut, peneliti tertarik untuk
Dari hasil data tersebut, peneliti tertarik untuk mmeneliti tentang “Hubunganeneliti tentang “Hubungan Akreditasi Puskesmas dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas di Akreditasi Puskesmas dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas di Kabupaten Bantul”.
Kabupaten Bantul”.
B.
B. Rumusan MasalahRumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang menentukan kemana suatu Perumusan masalah merupakan langkah yang menentukan kemana suatu penelitian
penelitian diarahkan. diarahkan. BerdasarkaBerdasarkan n peninjauapeninjauan n latar latar belakang belakang maka maka penulispenulis merumu
merumuskan sebagai berikut : “Askan sebagai berikut : “A pakah pakah ada ada hubungahubungan n AkreditaAkreditasi si PuskesmasPuskesmas dengan tingkat kepuasan pasien di Kabupaten Bantul
dengan tingkat kepuasan pasien di Kabupaten Bantul?.”?.”
C.
C. Tujuan PenelitianTujuan Penelitian 1.
1. Tujuan UmumTujuan Umum
Mengetahui hubungan status Akreditasi Puskesmas dengan tingkat kepuasan Mengetahui hubungan status Akreditasi Puskesmas dengan tingkat kepuasan pasien Pusk
2.
2. Tujuan KhususTujuan Khusus a.
a. Mengetahui gambaran akreditasi Dasar puskesmas Jetis I.Mengetahui gambaran akreditasi Dasar puskesmas Jetis I. b.
b. Mengetahui gambaran akreditasi Madya puskesmas Pundong.Mengetahui gambaran akreditasi Madya puskesmas Pundong. c.
c. Mengetahui gambaran akreditasi Utama puskesmas Pleret.Mengetahui gambaran akreditasi Utama puskesmas Pleret. d.
d. Mengetahui gambaran akreditasi Paripurna puskesmas Pajangan.Mengetahui gambaran akreditasi Paripurna puskesmas Pajangan. e.
e. Mengetahui Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Jetis Ipuskesmas Jetis I f.
f. Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Pundong.Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Pundong. g.
g. Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Pleret.Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Pleret. h.
h. Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Pajangan.Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Pajangan.
D.
D. Manfaat PenelitianManfaat Penelitian a.
a. Bagi puskesmas.Bagi puskesmas.
Di harapkan penelitian ini dapat memberi masukan bagi manajemen puskesmas Di harapkan penelitian ini dapat memberi masukan bagi manajemen puskesmas dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang di berikan untuk memenuhi dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang di berikan untuk memenuhi kepuasan pasien yang lebih baik.
kepuasan pasien yang lebih baik. b.
b. Bagi Peneliti SelanjutnyaBagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti tentang Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti tentang akreditasi Puskesmas dan tingkat kepuasan pasien di puskesmas.
akreditasi Puskesmas dan tingkat kepuasan pasien di puskesmas.
E.
E. Keaslian PenelitianKeaslian Penelitian
Untuk keaslian Penelitian ini penelity mengambil referensi dari penelitian Untuk keaslian Penelitian ini penelity mengambil referensi dari penelitian sebelumnya
sebelumnya yaitu yaitu :: 1.
1. Indrianti retno dwi Indrianti retno dwi (2010),” Analisis (2010),” Analisis pengaruh tingkat kualitas pelayanan pengaruh tingkat kualitas pelayanan jasajasa Puskesmas terhadap kepuasan pasien di Puskesmas Gunungpati Semarang”. Puskesmas terhadap kepuasan pasien di Puskesmas Gunungpati Semarang”. Penelitian
Penelitian ini bertujuan ini bertujuan untuk menguji untuk menguji pengaruh tingkat pengaruh tingkat kualitas pelayanankualitas pelayanan jasa puskesm
jasa puskesmas terhadap as terhadap kepuasan kepuasan pasien. Penelpasien. Penelitian ini mengitian ini menggunakan mgunakan metodeetode analisis kuantitatif
analisis kuantitatif dengan menggunakan dengan menggunakan uji validitas dan uji validitas dan reabilitreabilitas, uji as, uji asumsiasumsi klasik, uji F, koefisien determinasi, uji T, dan analisis regresi berganda. Sampel klasik, uji F, koefisien determinasi, uji T, dan analisis regresi berganda. Sampel yang di gunakan berjumlah 100 responden. Metode pengambilan sampel yang di gunakan berjumlah 100 responden. Metode pengambilan sampel
menggunakan purposive sa mpling.Populasi dalam penelitian ini 1819 pasien. Hasil penelitian di dapatkan bahwa dengan menggunakan metode regresi berganda dapat di simpulkan bahwa variable bukti langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan nilai signifikansi (P Value) sebesar 0,003<0,05. Sedangkan kehandalan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan nilai signifikansi (P Value) sebesar0,440>0,05. Jaminan berpengaruh positif tetapi tidak signifikansi terhadap kepuasan konsumen dengan nilai signifikansi (P Value) sebesar 0,164<0,05. Daya tanggap berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan nilai signifikasni (P Value) sebesar 0,339>0,05.Untuk empati tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan nilai signifikansi (P Value) sebesar 0,623>0,05. Secara simultanbukti langsung, kehandalan, jaminan, daya tanggap dan empati berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan F hitung sebesar 11,186 dengan angka signifikansi (P Value) sebesar 0,000<0,05. Koefisien determinasi yang dihasilkan adalah sebesar 0,34 yang berarti 34 persen perubahan variabel kepuasan konsumen dijelaskan oleh perubahan variabel bukti langsung, kehandalan, jaminan,daya tanggap dan empati secara bersama-sama. Persamaan nya pada penelitian ini adalah metode yang di gunakan adalah metode kuantitatif dan variable terikatnya kepuasan pasien, sedangkan perbedaannya variable bebasnya yaitu tingkat kualitas jasa pelayanan puskesmas serta metode yang di gunakan adalah Purposive
Sampling .
2. Rustam Effendi (2013), “Hubungan mutu pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Aeng towa Kabupaten Takalar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mutu pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien di Puskesmas Towa Kabupaten Takalar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan crossectional . Metode penarikan sampel adalah accidental sampling. Sampel yang di gunakan
berjumlah 100 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kenyamanan, ketepatan waktu dan hubungan antar manusia dengan kepuasan pasien di puskesmas Aeng Towa Kabupaten Takalar tahun 2013. Melalui penelitian ini, sebaiknya pihak puskesmas lebih meningkatkan kenyamanan pada bagian kondisi ruang tunggu yang masih agak berdesakan, kebersihan dan kelengkapan peralatan, dan kondisi toilet yang masih kurang baik, puskesmas harus lebih meningkatkan ketepatan waktu karena masih ada pasien yang mengeluhkan ketepatan waktu tenaga kesehatan dan pelayanan yang masih lambat dan berbelit-belit serta puskesmas harus lebih meningkatkan hubungan tenaga kesehatan dengan pasien. Persamaanya dengan penelitian ini ada variable terikatnya kepuasan pasien serta metode yang di gunakan adalah metode pendekatan kuantitatif, sedangkan perbedaannya variable bebasnya yaitu mutu pelayanan serta metode penarikan sampel adalah accidental sampling.
3. Nurul Rachmania (2013), “Hubungan mutu pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo Yogyakarta”. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mutu pelayanan kesehatan
dengan kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas Temon I Kulon Progo Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan crossectional . Metode penarikan sampel adalah Purposive Sampling yaitu 81 pasien. Populasi dalam penelitian ini ada 102 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian b esar responden mengatakan bahwa mutu pelayanan kesehatan dalam kategori baik yaitu sebanyak 73 orang (90,1%) dan kepuasan pasien juga dalam kategori puas yaitu sebanyak 70 orang (86,4%). Hasil uji statistik Kendall Tau yaitu nilai koefisiensi korelasi sebesar 0,381 dengan taraf signifikasi 0,000<0 (∝< 0,05) ada hubungan antara mutu pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo Yogyakarta. Persamaan dengan penelitian ini adalah variable
terikat yaitu kepuasan pasien serta metode pendekatan yang di gunakan adalah metode pendekatan kuantitatif, sedangkan perbedaannya metode yang di gunakan adalah Purposive Sampling.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Akreditasi
1. Dasar Hukum Akreditasi
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 25 ayat (1) menyatakan bahwa Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Undang – Undang Republik Indonesia no 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik , pasal 1 ayat (7) menyatakan bahwa Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.
2. Definisi Akreditasi
Akreditasi merupakan pengakuan resmi yang biasanya di berikan oleh pemerintah terhadap lembaga sertifikasi yang memenuhi standar EN-45012, yaitu persyaratan internasional bagi semua lembaga sertifikasi. Sertifikasi merupakan pengakuan resmi terhadap keberhasilan penerapan sistem mutu misalnya ISO 9000 (Depkes, 1994). Akreditasi adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh lembaga Pemerintah setelah memenuhi standar Akreditasi (Permenkes, 2015).
B. Akreditasi Puskesmas
1. Dasar Hukum Akreditasi Puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, pasal 39 ayat (1) menyatakan bahwa Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali. Peraturan Menteri kesehatan Nomor 9 tahun 2014 tentang klinik, pasal 38 ayat (1) menyatakan bahwa Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Klinik, dilakukan akreditasi secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, tempat Praktik Mandiri Dokter, dan tempat Praktik Mandiri Dokter gigi, pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa Akreditasi Puskesmas dan Klinik Pratama di lakukan setiap 3 (tiga) tahun.
2. Definisi Akreditasi Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.75 tahun 2014 Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan terhadap Puskesmas yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan Menteri Kesehatan. Setelah dinilai, bahwa Puskesmas telah memenuhi standar pelayanan Puskesmas yang telah di tetapkan oleh Menteri untuk
meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas secara berkesinambungan. 3. Tujuan Akreditasi Puskesmas
Menurut Direktorat Jenderal Bina upaya Kesehatan 2014 Akreditasi Puskesmas ini bertujuan untuk :
a. Pembinaan peningkatan Mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem Manajemen.
b. Sistem Manajemen Mutu dan sistem penyelenggaraan Pelayanan dan program.
4. Manfaat Akreditasi Puskesmas
Menurut pedoman survei akreditasi fasilitas tingkat pertama, akreditasi memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Memberikan keunggulan kompetitif
b. Memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan karena komitmen terhadap mutu dan kinerja pelayanan. c. Menjamin diselenggarakannya pelayanan kesehatan primer kepada
pasien dan pelayanan kepada masyarakat terkait dengan pelayanan yang disediakan.
d. Meningkatkan pendidikan pada staf untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat
e. Meningkatkan pengelolaan risiko baik pada pelayanan pasien di Puskesmas maupun fasilitas pelayanan kesehatan primer lainnya, dan penyelenggaraan upaya Puskesmas kepada masyarakat.
f. Membangun dan meningkatkan kerja tim antar staf.
g. Meningkatkan reliabilitas dalam pelayanan, ketertiban pendokumentasian, dan konsistensi dalam bekerja
h. Meningkatkan keamanan dalam bekerja. 5. Pelaksana Akreditasi Puskesmas
Menurut pedoman survei akreditasi fasilitas tingkat pertama, pelaksana akreditasi sebagai berikut :
a. Tim pendamping Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota b. Tim Akreditasi Dinas Kesehatan Provinsi
c. TIM surveyor.
6. Standar Akreditasi Puskesmas
Menurut Permenkes No 46 tahun 2015 Standar Akreditasi Puskesmas terdiri dari 3 bagian dan 9 bab :
a. Standar Administrasi dan Manajemen, terdiri dari: 1) Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP)
2) Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas(KMP) 3) Bab III. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)
b. Standar Program Puskesmas
1) Bab IV. Program Puskesmas yang Berorientasi Sasaran (PPBS) 2) Bab V. Kepemimpinan dan Manajemen Program Puskesmas (KMPP) 3) Bab VI. Sasaran Kinerja dan MDG’s (SKM)
c. Standar Pelayanan Puskesmas
1) Bab VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) 2) Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK)
3) Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) 7. Penetapan Status Akreditasi Puskesmas terdiri atas :
Menurut Permenkes No 46 tahun 2015, penetapan status akreditasi Puskesmas terdiri dari :
a. Tidak Terakreditasi. b. Terakreditasi Dasar. c. Terakreditasi Madya. d. Terakreditasi Utama. e. Terakreditasi Paripurna 8. Penetapan akreditasi Puskesmas
Menurut pedoman surveior penetapan akreditasi Puskesmas terdiri dari : a. Tidak terakreditasi : jika pencapaian nilai Bab I, II, dan III kurang dari
75% dan Bab IV,V, VI < 60%, VII, VIII, IX kurang dari 20%.
b. Terakreditasi Dasar : jika pencapaian nilai Bab I, II, III > 75% dan Bab IV, V, VI > 60%, Bab VII,VIII, IX > 20%
c. Terakreditasi Madya : jika pencapaian nilai Bab I, II, III > 75% dan Bab IV, V, VI > 60%, Bab VII,VIII, IX > 20%
d. Terakreditasi Utama : jika pencapaian nilai Bab I, II, III, IV, V, VI, VII > 75% dan Bab VIII, IX > 60%,
C. Puskesmas
1. Defisini Puskesmas
Puskesmas adalah suatu kesatuan oraganisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya (Herlambang, 2016). Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (permenkes, 2014)
Puskesmas didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, paripurna, dan terpadu bagi sleuruh penduduk yang tinggal di wilayah kerja puskesmas. Progaram dan upaya kesehatan yang di selenggarakan oleh puskesmas merupakan program pokok ( public health essential) yang wajib di laksanakan oleh pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Herlambang, 2016).
Keputusan Menteri Kesehatan NO. 128/Menkes/SK/II/2004 menyatakan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Departemen Kesehatan, 2004). Sebagai UPT dari Dinas Kabupaten/Kota (UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
2. Fungsi Puskesmas
a. Menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014, fungsi Puskesmas menyelenggarakan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya yaitu :
1) melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
2) melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
3) melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
4) menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait.
5) melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.
6) melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.
7) memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan; h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan.
8) memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.
b. Menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014, fungsi Puskesmas menyelenggarakan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya yaitu :
1) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu.
2) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif.
3) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
4) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
5) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi.
6) melaksanakan rekam medis.
7) melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan Kesehatan.
8) melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan.
9) mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.
10) melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem Rujukan.
c. Menurut Herlambang (2016) fungsi Puskesmas dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu :
1) Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya melalui, sebagai berikut :
a) Upaya penggeraklintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. b) Keaktifan memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggara setiap progam pembangunan di wilayah kerjanya. c) Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan. 2) Pusat pemberdayaan masyarakat.
a) Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat serta menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau pelaksanaan progam kesehatan serta memberikan pelayanan kesehatan secara
b) Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
3) Pusat pelayanan kesehatan pertama.
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, melalui pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
3. Kategori Puskesmas
Menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014 Puskesmas di kategorikan menjadi 3 yaitu :
a. Puskesmas kawasan perkotaan
Puskesmas kawasan perkotaan merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut \
1) aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa.
2) memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel.
3) lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik; dan/atau
4) terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan a) Karakteristik Puskesmas perkotaan sebagai berikut :
1) memprioritaskan pelayanan UKM.
2) pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
3) pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
masyarakat.
4) optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehata.
5) pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang sesuai dengan pola kehidupan masyarakat perkotaan.
b. Puskesmas kawasan pedesaan
Puskesmas kawasan pedesaan merupakan puskesmas yang wilayah kerjnya meliputu kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut :
1) aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor agraris.
2) memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel.
3) rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh persen.
4) terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas. b) kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut
1) pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
2) pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat. 3) optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan
Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan.
4) pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat perdesaan.
c. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil
Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai berikut :
1) berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus pulau, atau pesisir.
2) akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim
atau cuaca.
3) kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.
c) Kriteria kawasan terpencil dan sangat terpencil sebagai berikut :
1) memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi tenaga kesehatan.
2) dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan.
3) pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan lokal.
4) pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat di kawasan terpencil dan sangat terpencil. 5) optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan
Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan.
6) pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus pulau/cluster dan/atau pelayanan kesehatan bergerak untuk
4. Program Pokok Puskesmas
Menurut Herlambang (2016), kegiatan pokok Puskesmas di laksanakan sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitasnya, oleh karena itu kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda, secara umum kegiatan pokok
Puskesmaas, adalah sebagai berikut : a. Kesejahteraan ibu dan anak (KIA). b. Keluarga Berencana.
c. Usaha peningkatan Gizi. d. Kesehatan lingkungan.
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. f. Penyuluhan kesehatan masyarakat.
g. Usaha kesehatan sekolah. h. Kesehatan olahraga.
i. Perawatan kesehatan masyarakat. j. Usaha kesehatan kerja.
k. Usaha kesehatan gigi dan mulut. l. Usaha kesehatan jiwa.
m. Kesehatan mata. n. Laboratorium
o. Pencatatan dan pelaporan setiap informasi kesehatan. p. Kesehatan lanjut usia.
q. Pembinaan pengobatan tradisional.
5. Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Penilian mutu pelayanan puskesmas merupakan suatu proses manajemen yang di lakukan secara sistematis, obyektif, terpadu, dan berkesinambungan serta berorientasi pada pelanggan.
Menurut Satrianegara (2014), dari beberapa ahli tentang mutu, dapat di rangkum ada 9 (sembilan) dimensi mutu, sebagai berikut :
a. Manfaat, pelayanan kesehatan yang di berikan menunjukan manfaat dan hasil yang di inginkan.
b. Ketepatan, pelayanan kesehatan yang di berikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan sesuai dengan standar keprofesian.
c. Ketersediaan, pelayanan kesehatan yang di butuhkan tersedia.
d. Keterjangkauan, pelayanan kesehatan yang di berikan dapat tercapai dan mampu di biayai pasien.
e. Kenyamanan, pelayanan kesehatan dalam suasana nyaman.
f. Hubungan interpersonal, pelayanan kesehatan yang di berikan memperlihatkan komunikasi, rasa hormat, perhatian, dan empati yang baik.
g. Waktu, pelayanan kesehatan yang di berikan memperlihatkan waktu tunggu pasien dan tepat waktu sesuai perjanjian.
h. Kesinambungan, pelayanan kesehatan yang di berikan di laksanakan secara berkesinambungan, pasien yang memerlukan tindak lanjut perawatan perlu di tindak lanjuti.
i. Legitimasi dan akuntabilitas, pelayanan kesehatan yang di berikan dapat di pertanggung jawabkan, baik dari aspek medik maupun aspek hukum.
Penilaian mutu pelayanan Puskesmas meliputi :
a. Penilaianinput pelayanan berdasarkan standart yang di tetapkan. b. Penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat kepatuhan terhadap
standart pelayanan yang telah di tetapkan.
c. Penilaian output pelayanan berdasarkan upaya kesehatan yan di selenggarakan.
d. Penilaianoutcome pelayanan antara lain melalui pengukuran kepuasan pengguna jasa pelayanan Puskesmas.
D. Kepuasan Pasien
1. Definisi Kepuasan Pasien
Kepuasan adalah model kesenjangan antara harapan (standar kinerja yang seharusnya) dengan kinerja aktual yang di terima pelanggan (Woodruff and Gardial, 2002). Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau puas bahwa produk atau jasa yang di terima telah sesuai atau melebihi harapan pelanggan.
Kepuasan pasien adalah merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang kita berikan dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien lebih banyak lagi dan untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia) (Nursalam, 2016). Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang di perolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang di harapkannya (Pohan, 2006). Kepuasan pengguna layanan kesehatan adalah tanggapan terhadap kesesuaian tingkat kepentingan atau harapan (ekspektasi) pengguna sebelum mereka menerima jasa pelayanan dengan sesudah pelayanan yang di terima (Neiman – Marcus dalam
handi irawan, 2003). 2. Dimensi kepuasan
Pengukuran tingkat kepuasan pasien ini mutlak di perlukan. Pengukuran tersebut dapat diketahui sejauh mana dimensi – dimensi mutu layanan kesehatan yang telah di selenggarakan dapat memenuhi harapan pasien. Dimensi mutu kepuasan menurut Walyani (2015) meliputi :
a. Relliability (kehandalan) yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan seperti yang di janjikan, akurat, dan memuaskan.
b. Responsiveness (ketanggapan) yaitu kemauan untuk menolong pelanggan dan menyediakan pelayanan yang cepat.
c. Assurance (jaminan) yaitu kemampuan pengetahuan dan sopan santun pegawai untuk menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada pelanggan. d. Empathy(empati) yaitu kepedulian dan perhatian khusus pelanggan.
Commented [DZ2]:Untuk perawat bukjan? Commented [WU3R2]:
e. Tangibles(wujud nyata) yaitu wujud kenyataan fisik yang meleputi fasilitas, peralatan, pegawai, dan barang – barang komunikasi.
3. Faktor
–
faktor yang mempengaruhi kepuasanFaktor – faktor yang mempenagruhi kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan, kepuasan jasa pelayanan kesehatan pasien/klien di pengaruhi oleh beberapa faktor (Juliana, 2008).
a. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan di terimanya, dalam hal ini aspek komunikasi memegang peranan penting.
b. Empati (sikap peduli) yang di tunjukan oleh petugas kesehatan. Sikap ini akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien (complance). Untuk bisa berempati, seorang tenaga kesehatan harus bisa mengamati dan menginterpretasikan perilaku pasien.
Hal ini tergantung pada kemampuan tenaga kesehatan untuk
menginterpretasikan informasi – informasi yang di berian oleh pasien tentang situasi internalnya melalui perilaku dan sikap mereka. Setiap tenaga kesehatan mempunyai kemampuan berbeda – beda dalam berempati
c. Biaya (cost ), tingginya biaya pelayanan dapat di anggap sebagai sumber moral pasien dan keluarganya. “yang penting sembuh” sehingga menyebabkan mereka menerima saja jenis perawatan dan teknologi yang di tawarkan petugas kesehatan. Akibatnya, biaya perawatan menjadi mahal. Informasi terbatas yang di miliki pihak pasien dan keluarganya tentang perawatan yang di terima dapat menjadi sumber keluhan pasien. Sistem
asuransi kesehatan dapat mengatasi masalah biaya kesehatan.
d. Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan (tangibility). Kenyaman dalam pelayanan kesehatan dapat di tunjukan dari penampilan fisik, peralatan personel dan media komunikasi. Serta kenyamanan tidak hanya yang menyangkut fasilitas yang di sediakan, tetapi terpenting lagi menyangkut sikap serta tindakan para pelaksana ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
e. Jaminan keamanan yang di tunjukan oleh para petugas kesehatan (assurance), ketepatan jadwal pemeriksaan, dan kunjungan dokter juga termasuk dalam faktor ini. Jaminan pelayanan kesehatan merupakan salah satu pendekatan atau upaya yang sangat mendasar dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
f. Keandalan dan keterampilan (relliability), petugas kesehatan dalam memberi perawatan. Keandalan merupakan tanggapan pasien terhadap kinerja petugas kesehatan dalam hal akurasi data dan pelayanan yang sesuai janji sehingga memuaskan.
g. Kecepatan petugas dalam memberi tanggapan terhadap keluhan pasien (responsiveness). Ketanggapan merupakan kemauan para petugas kesehatan untuk membantu memberikan pelayanan dengan cepat, serta mendengarkan dan mengatasi keluhan yang di ajukan oleh pasien, pasien mendapat informasi secara lengkap dan jelas tentang kondisi kesehatannya.
Menurut (Nusalam, 2016) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan, yaitu sebagai berikut.
a. Kualitas produk atau jasa.
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukan bahwa produk atau jasa yang di gunakan berkualitas.
b. Harga.
Harga, yang termasuk di dalamnya adalah harga produk atau jasa. Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang di keluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar. c. Emosional.
Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lainkagum terhadap konsumen bila dalam hal ini pasien memilih institusi pelayanan kesehatan
yang sudah mempunyai pandangan, cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
d. Kinerja.
Wujud dari kinerja misalnya : kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana perawat dalam memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan yang di berikan yaitu dengan memperhatikan keberhasilan, keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit.
e. Estetika.
Estetika merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat di tangkap oleh pancaindera. Misalnya : keramahan perawat, peralatan yang lengkap dan
sebagainya.
f. Karakteristik produk.
Produk ini merupakan kepemilikan yang bersifat fisik antara lain gedung dan dekorasi. Karakteristik produk meliputi penampilan bangunan, kebersihan dan tipe kelas kamas yang di sediakan beserta kelengkapannya.
g. Pelayanan.
Pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam pelayanan. Institusi pelayanan kesehatan di anggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien. Kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan keperawatan yang di berikan. Misalnya : pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam
memeperikan pelayanan keperawatan h. Lokasi.
Lokasi, meliputi, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih institusi pelayanan kesehatan. Umumnya semakin dekat lokasi dengan pusat perkotaan atau
yang mudah di jangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi pasien.
i. Fasilitas.
Kelengkapan fasilitas turut menentukan kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar inap. Walaupun hai ini tidak vital menentukan penilian kepuasan pasien, namun institusi kesehatan perlu memberikan perhatian pada fasilitas dalam penyusunan strategi untuk menarik
konsumen. j. Komunikasi.
Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang di berikan pihak penyedia jasa dan keluhan – keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan – keluhan dari pasien dnegan cepat di terima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan terhadap keluhan pasien.
k. Suasana.
Suasana, meliputi keamanan dan keakraban. Suasana yang tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi kepuasan pasien dalam proses penyembuhan. Selain itu tidak hanya bagi pasien saja yang menikmati itu
akan tetapi orang ylain yang berkunjung akan sangat senang dan memberikan pendapat yang positif sehingga akan terkesan bagi pengunjung institusi pelayanan kesehatan tersebut.
l. Desain visual.
Desain visual, meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan desain jalan yang tidak rumit. Tata ruang dan dekorasi ikut menentukan suatu kenyamanan. 4. Indeks kepuasan
Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada kepuasan konsumen, secara garis besar di kategorikan dalam 5 kategori yaitu product quality, service quality, price emotional factor,dancost of acuiring(Supriyanto dan Ratna, 2007).
1. Product Quality
Bagaimana konsumen akan merasa puas atau produk barang yang di gunakan. Beberapa dimensi yang membentuk kualitas produk barang adalah performance, reliability, conforman ce, durability, feature dan lain – lain. 2. Service Quality
Bagaimana konsumen akan puas dengan jasa yang telah di konsumsinya. Dimensi service quality yang lebih di kenal dengan servqual meliputi 5 dimensi yaitu tangible, reliability, assurance, empathy, responsiveness. Skala nilai di nyatakan dengan skala 1-5. Skala 1 adalah pihak tidak puas dan skala 5 adalah puas.nilai rerata skala adalah nilai skor (skor = jumlah n pengukuran di katakan skala).
3. Emotional factor
Keyakinan dan rasa bangga terhadap produk, jasa yang di gunakan di bandingkan pesaing. Emotional factor di ukur dari preceived best score,
artinya persepsi kualitas terbaik di bandingkan pesaingnya. 4. Price
Harga dari produk, jasa yang di ukur dari value (nilai) manfaat di bandingkan dengan biaya yang di keluarkan konsumen. Harga adalah pelayanan medis medical care) yang harus di bayar konsumen ( price is that which is given in an exchage to aquire a good a service).
5. Cost of aquaring
Biaya yang di keluarkan untuk mendapat produk atau jasa. 5. Pengukuran Kepuasan Pasien
Pengukuran kepuasan pasien akan di gunakan sebagai dasar untuk mendukunng perubahan sistem layanan kesehatan, perangkat yang di gunakan untuk mengukur kepuasan pasien itu harus handal dan dapat di percaya. Pengukuran kepuasan pasien merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan pelayanan jasa khususnya di bidang kesehatan, dengan mengetahui harapan pasien maka perusahaan dapat mempersiapkan strategi dalam perbaikan
mutu pelayanan kesehatan yang sudah pasti mengarah pada kepuasan pasien (Pohan, 2011).
Pengukuran kepuasan pasien dapat di lakukan dengan menggunakan “ soft measure” sebagai indikator mutu. Ukuran ini di sebut lunak (soft), sebab ukuran – ukuran ini berfokus pada persepsi dan sikap ( perception dan attitudes).
Pengukuran lunak ini meliputi kuesioner kepuasan pelanggan untuk menentukan persepsi dan sikap pelanggan mengenai mutu barang atau jasa yang mereka beli,
termasuk juga kuesioner sikap karyawan yang memungkinkan untuk mengetahui persepsi mereka dalam bekerja.
6. Alat Ukur Kepuasan
Kepuasan pasien merupakan ukuran untuk menilai seberapa jauh suatu pelayanan kesehatan memberikan pelayanan kepada pasiennya. Menurut
Muninjaya (2001), kepuasan pasien dapat di ukur menggunkana instrumen yang di kembangkan oleh Pararusman berdasarkan lima dimensi mutu yang terdiri dari : tangibles (kenyataan), reliability (keandalan), responsiveness (cepat tanggap), assurance(jaminan/kepastian), danempathy(empati).
7. Penilaian IKM unit pelayanan
Dari Kementerian pendayagunaan aparatur negara menentukan bahwa untuk mengukur kepuasan pelayanan Puskesmas di suatu wilayag memiliki penetapan responden, lokasi dan waktu pengumpulan data. Dimana untuk memilih jumlah responden di tentukan dengan cakupan wilayah masing – masing unit pelayanan. Dimana responden di ambil dengan cara acak. Setelah itu, masing – masing responden mengisi kuesioner yang terdiri dari 14 pertanyaan dengan masing – masing pertanyaan memiliki point tidak mudah dengan skor 1, kurang mudah skor 2, mudah skor 3 dan sangat mudah dengan skor 4. Dari masing – masing pertanyaan untuk mengetahui jumlah Nilai/unsur di jumlahkan skor yang di dapatkan dari responden tersebut. Di dapatkan hasil nilai pertanyaan nomor 1 sampai dengan 14. Setelah itu, untuk mengetahui NRR/unsur dengan cara jumlah skor tiap pertanyaan di bagi dengan jumlah responden. Langkah selanjutnya yaitu
menghitung NRR tertimbang/unsur yaitu dengan cara NRR/unsur x 0,071. Langkah selanjutnya, jumlahkan NRR tertimbang/unsur dari nomor 1 hingga 14. Dan untuk mengetahui hasil IKM unit pelayanan dengan cara hasil dari NRR tertimbang/unsur x 25.
E. Kerangka teori
Gambar 2.1. Kerangka teori
Permenkes No 46 tahun 2015, Walyani (2015), Juliana (2008), Supriyanto dan Ratna (2007).
Indeks Kepuasan Pasien : 1. Produk Quality. 2. Service Quality. 3. Emotional Faktor. 4. Price. 5. Cost of Aquaring. Mutu Pelayanan Kepuasan pasien Akreditasi Dasar Akreditasi Madya Akreditasi Utama Akreditasi Paripurna Dimensi kepuasan a. Relliability (kehandalan) b. Responsiveness (ketanggapan) c. Empathy (empati) d. Tangibles (wujud nyata) Status Akreditasi
F. Kerangka konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.2. Kerangka konsep penelitian
G. HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah “Ha : Terdapat hubungan antara status Akreditasi Puskesmas dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Kabupaten Bantul”
Status Akreditasi
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu melihat hubungan antara gejala satu dengan yang lain, atau variable satu dengan variable yang lain (Notoatmojo, 2012). Pendekatan penelitian yang di gunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Cross sectional yaitu studi yang dapat di lakukan dengan data hanya sekali di kumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian (Juliansyah, 2011). Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Akreditasi puskesmas dengan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas yang terakreditasi Dasar, Madya, Utama, dan Paripurna dikabupaten Bantul.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini diambil di Puskesmas yang Terakreditasi Dasar yaitu Puskesmas Jetis I, Puskesmas yang terakreditasi Madya yaitu Puskesmas Pundong, Puskesmas yang terakreditasi Utama yaitu Puskesmas Pleret, dan Puskesmas yang terakreditasi Paripurna yaitu Puskesmas Pajangan.
2. Waktu Penelitian.
Penelitian ini akan dilakukan pada Bulan Juli 2017.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan (Sugiyono,
2010). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang berada di Puskesmas yang Terakreditasi di Kabupaten Bantul sebanyak 602 pasien diantaranya yaitu :
a. Puskesmas yang terakreditasi Dasar yaitu Puskesmas Jetis I sebanyak pasien
b. Puskesmas yang terakreditasi Madya yaitu Puskesmas Pundong sebanyak pasien
c. Puskesmas yang terakreditasi Utama yaitu Puskesmas Pleret sebanyak pasien
d. Puskesmas yang terakreditasi Paripurna yaitu Puskesmas Pajangan sebanyak pasien
2. Sampel.
Sampel adalah bagian bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada populasi. Teknik sampling merupakan cara – cara yang di tempuh dalam pengambilan sampel (Sugiyono, 2010).
Penelitian ini pengambilan sampel menggunakan metode cluster samplingyaitu di gunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan di
teliti atau sumber data sangat luas. (Sugiyono, 2015). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan di Puskesmas yang terakreditasi di Kabupaten Bantul di antaranya yaitu :
a. Puskesmas yang terakreditasi Dasar yaitu Puskesmas Jetis I. b. Puskesmas yang terakreditasi Madya yaitu Puskesmas Pundong.
c. Puskesmas yang terakreditasi Utama yaitu Puskesmas Pleret. d. Puskesmas yang terakreditasi Paripurna yaitu Puskesmas Pajangan 3. Kriteria inklusi dan ekslusi
a. Kriteria inklusi
Pasien rawat jalan di Puskesmas Jetis I, Puskesmas Pundong, Puskesmas Pleret, dan Puskesmas Pajangan.
b. Kriteria ekslusi
Sampel yang menolak ikut dalam penelitian. 4. Besar sampel
Menurut Nursalam (2008), semakin besar sampel semakin mengurangi angka kesalahan. Prinsip umum yang berlaku adalah sebaiknya dalam penelitian di gunakan jumlah sampel sebanyak mungkin. Makin kecil jumlah populasi, presentasi sampel harus semakin besar. Terdapat beberapa rumus yang dapat di pergunakan untuk menentukan besar sampel. Penentuan besar sampel jika besar populasi <1000, maka menggunakan rumus slovin:
=
1 + . ()
Keterangan n = Besar sampel N = Jumlah populasi
d2 = tingkat signifikan (p) 0,1 atau 10%
= 602 1 + 602. (0,1) = 602 1 + 602. 0,01 = 602 7,02 =86
Setelah di lakukan perhitungan, di dapatkan jumlah populasi sebanyak 600 pasien dengan jumlah sampel yang di ambil adalah 86 pasien / 4 Puskesmas,
sehingga setiap Puskesmas di ambil 22 pasien
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu sebutan yang dapat diberi nilai angka (kuantitatif) atau nilai mutu (kualitatif) (Juliansyah, 2011). Variabel bebas (variabel independent) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2015), variabel bebas pada penelitian ini adalah status akreditasi Puskesmas. Variabel terikat (variabel dependen) adalah merupakan variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2015), variable terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan pasien.
E. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Penilaian Akredita
si Puskesm as
Akreditasi adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standar Akreditasi Peneliti tidak mengukur karena sudah di ukur oleh badan akreditasi
Ordinal Status akreditasi a. Sangat baik b. Baik c. Cukup d. sedang Tingkat kepuasan pasien
suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang di perolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang di harapkannya. Ada 14 dasar pengukuran indek kepuasan masyarakat :
1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat.
2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan
Kuesioner Ordinal a. Sangat baik : 81,26 – 100,00 b. Baik : 62,51 – 81,25 c. Kurang baik : 43,76 – 62,50 d. Tidak baik : 25 – 43,75 (keputusan menteri aparatur negara, 2004)
kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya).
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku. 5. Tanggung jawab petugas
pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan. 6. Kemampuan petugas
pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/ menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat. 7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan. 8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak
membedakangolongan/ status masyarakat yang dilayani.
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling
menghargai dan
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variable yang di maksud, atau tentang apa yang di ukur oleh variable yang bersangkutan (Notoatmojo, 2012).
Tabel 3.1 definisi operasional
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder . 10. Kewajaran biaya pelayanan,
yaitu keterjangkauan
masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan 12. Kepastian jadwal pelayanan,
yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.
14. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan
lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan.
1. Alat pengumpulan data (instrumen) a. Akreditasi
Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang di peroleh dari Puskesmas dengan melihat akreditasi Puskesmas menurut pedoman surveior penetapan akreditasi Puskesmas terdiri dari :
1) Tidak terakreditasi : jika pencapaian nilai Bab I, II, dan III kurang dari 75% dan Bab IV,V, VI < 60%, VII, VIII, IX kurang dari 20%.
2) Terakreditasi Dasar : jika pencapaian nilai Bab I, II, III > 75% dan Bab IV, V, VI > 60%, Bab VII,VIII, IX > 20%
3) Terakreditasi Madya : jika pencapaian nilai Bab I, II, III > 75% dan Bab IV, V, VI > 60%, Bab VII,VIII, IX > 20%
4) Terakreditasi Utama : jika pencapaian nilai Bab I, II, III, IV, V, VI, VII > 75% dan Bab VIII, IX > 60%,
5) Terakreditasi Paripurna : jika penilaian semua Bab > 75% b. Kepuasan
Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner yang di berikan di adopsi dari keputusan Menteri pendayagunaan aparatur negara No : KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang pedoman umum penyusuan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah.
Responden hanya memberi tanda silang (x) pada pilihan yang di anggap sesuai setiap unsur dengan jika responden memilih jawaban (tidak mudah) di beri nilai satu, nilai dua jika jawaban (kurang mudah), nilai tiga jika jawaban (mudah), dan nilai empat jika jawaban (sangat mudah). Kuesioner ini di gunakan untuk mengetahui hubungan status akreditasi Puskesmas dengan tingkat kepuasan pasien yang terdiri dari 14 pertanyaan.
Tabel 3.2. Nilai persepsi, inteval IKM, interval konversi IKM, mutu pelayanan dan kinerja unit pelayanan
Nilai persepsi Nilai interval IKM Nilai interval konversi IKM Mutu pelayanan Kinerja unit pelayanan 1 1,00 – 1,75 25 – 43,75 D Tidak baik 2 1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 C Kurang baik 3 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Baik 4 3,26 – 4,00 81,26 – 100,00 A Sangat baik Nilai IKM dihitung dengan menggunakan “nilai rata-rata tertimbang”
masing-masing unsur pelayanan. Dalam penghitungan indeks kepuasan masyarakat terhadap 14 unsur pelayanan yang dikaji, setiap unsur pelayanan memiliki penimbang yang sama dengan rumus sebagai berikut:
Bobot nilai rata – rata
Tertimbang = Jumlah bobot Jumlah unsur = 1 14 = 0,071
Untuk memperoleh nilai IKM (indeks kepuasan masyarakat) unit pelayanan digunakan pendekatan nilai rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut:
IKM = Total dari nilai unsur persepsi per unsur Total unsur yang terisi x
Nilai penimbang
Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian IKM yaitu antara 25 -100 maka hasil penilaian tersebut diatas dikonversikan dengan nilai dasar 25, dengan rumus sebagai berikut:
Mengingat unit pelayanan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, maka setiap unit pelayanan dimungkinkan untuk:
a. Menambah unsur yang dianggap relevan.
b. Memberikan bobot yang berbeda terhadap 14 (empat belas) unsur yang dominan dalam unit pelayanan, dengan catatan jumlah bobot seluruh unsur tetap 1.
2. Metode pengumpulan data
Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data di peroleh dari hasil kuesioner tentang kepuasan pasien. Data sekunder berupa data jumlah pasien rawat jalan serta status akreditasi Puskesmas di peroleh dari Puskesmas jetis I, Puskesmas Pundong, Puskesmas Pleret, dan Puskesmas Pajangan.
G. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas
Validitas instrumen adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar – benar mengukur apa yang di ukur (Notoatmojo, 2010). Suatu instrumen di katakan valid apabila mampu mengukur apa yang di ukur. Pada instrumen kepuasan peneliti menggunakan kuesioner yang mengacu pada lima dimensi mutu yang terdiri daritangibles (kenyataan), reliability
(keandalan), responsiveness (cepat tanggap), assurance (jaminan/kepastian), dan empathy (empati). Pada kusioner peneliti tidak melakukan uji valid karena kuesioner di adopsi dari keputusan Menteri pendayagunaan aparatur negara No : KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang pedoman umum penyusuan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan
instansi pemerintah. 2. Reliabilitas
Realibilitas ialah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat di percaya atau dapat di andalkan (Notoatmojo, 2010). Kuesioner tidak di lakukan uji reliabilitas karena kuesioner di adopsi dari keputusan Menteri pendayagunaan aparatur negara No :
KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang pedoman umum penyusuan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah.
H. Alat dan Metode pengolahan data 1. Metode pengolahan data
Tahap-tahap pengolahan data menurut Notoatmodjo, (2012) adalah sebagai berikut:
a. Editing
Editing adalah kegiatan untuk proses pengecekan dan perbaikan lembar kuesioner. Pada tahap editing ini sesuai dengan yang telah di sebutkan, maka peneliti melakukan pegecekan kembali pertanyaan apakah sudah lengkap, dalam arti semua pertanyaan
sudah terisi semua jawaban. b. Coding
Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau bilangan, koding atau pemberian kode sangat berguna untuk memasukan data (data entry). Penilaian skor untuk
tingkat kepuasan pasien menggunakan skor 4 = sangat baik, skor 3 = baik, skor 2 = kurang baik, skor 1 = tidak baik. Identitas pasien menggunakan : Nama di beri inisial, umur, jenis kelamin di beri kode 1 = laki – laki, 2 = perempuan. Untuk pendidikan terakhir di beri kode 1 = SD kebawah, 2 = SLTP, 3 = SLTA, 4 = D1 – D3 –
D4, 5 = S1, 6 = S2 ke atas. Sedangkan untuk pekerjaan utama di beri kode 1 = PNS/TNI/Polri, 2 = pegawai swasta, 3 = wiraswasta/usahawan, 4 = pelajar/mahasiswa, 5 = lainnya.
c. Memasukan data ( Data entry) atay processing
Data yang diumpulkan dari masing-masing responden dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan kedalam program
software computer salah satunya program SPSS dengan tujuan untuk melakukan analisis sesuai dengan tujuan penelitian.
d. Pembersih data (cleaning )
Apabila semua data dari setiap sumber data telah dimasukan kedalam computer. Maka perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan, data hilang, ketidak lengkapan data dengan cara melakukan list kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
2. Analisis data
a. Analisis univariate (analisis deskriptif)
Notoatmodjo, (2012) mengatakan bahwa analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung dari jenis datanya. Analisa univariate di lakukan untuk menghitung prosentasi karakteristik responden, dengan teknik distribusi frekuensi menggunakan rumus dari analisa data deskriptif yaitu sebai berikut :
=
x 100% Keterangan
P : Prosntase f : Frekuensi
n : Jumlah seluruh observasi (Arikunto, 2010) b. Analisis bevariate
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi menggunakan data berskala. Analisis bivariat dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang diajukan pada penelitian ini, yaitu untuk melihat korelasi atau hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan status akreditasi Puskesmas dengan tingkaat kepuasan pasien. Maka uji statistik yang akan di gunakan adalah uji non parametrik dengan uji somers’d , yang dalam penelitian ini berbentuk skala ordinal – ordinal. Proses pengujian somers’d adalah untuk menguji korelasi antara dua variable yang tidak
setara (Sopiyudin, 2013). Adapun rumus somers’dsebagai berikut : ′ = Ns − Nd Ns + Nd + Ty Keterangan : Ns : Concordant (P) Nd : Discordan (Q) Ty : Pasangan kolom I. Etika penelitian 1. Lembar persetujuan (informed consent)
Lembar persetujuan ini di berikan kepada responden yang di teliti, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang di tetapkan
2. Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden di jamin peneliti hanya kelompok data tertentu yang di laporkan sebagai hasil penelitian.
3. Benefit
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memaksimalkan manfaat penelitian dan meminimalkan kerugian yang timbul akibat penelitian ini.
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak mencantumkan nama subjek pada lembar observasi atau kuesioner tersebut dengan memberikan nomor kode pada masing – masing kuesioner.
J. Pelakasanaan penelitian
Proses untuk mempermudah jalannya penelitian perlu di tetapkan serangkaian kegiatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian. Tahap jalannya penelitian adalah :
1. Tahap persiapan penelitian
a. Peneliti melakukan studi pustaka untuk menetapkan materi penelitian peneliti.
b. Mengurus surat ijin studi pendahuluan. c. Koordinasi dengan kepala Puskesmas. d. Melakukan studi pendahuluan.
e. Membuat proposal penelitian, melakukan konsultasi kembali dan bimbingan dengan pembimbing.
2. Tahap pelaksanaan
a. Koordinasi dengan kepala Puskesmas.
b. Peneliti meminta ijin kepada responden dan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.
c. Peneliti menjelaskan bagian – bagian kuesioner dan cara mengisinya. Peneliti juga mempersilahkan responden untuk bertanya jika masih ada yang kurang di mengerti.
e. Peneliti memberikan waktu 20 menit kepada responden untuk mengisi kuesioner.
f. Setelah kuesioner terisi, peneliti dan 1 asisten mengumpulkan kuesioner kembali.
3. Tahap penyelesaian
a. Tahap penyelesaian dari pelakasanaan penelitian ini adalah data yang telah di dapatkan kemudian di entry, kemudian di analisis menggunakan program computer.
b. Peneliti menyusun hasil dan pembahasan laporan penelitian. c. Peneliti melakukan bimbingan, revisi laporan dan koreksi
pembimbing untuk mendapatkan persetujuan pembimbing melakukan ujian seminar hasil.
d. Melakukan seminar hasil dan di nyatakan lulus, laporan kemudian di jilid.
Daftar pustaka
Dahlan, muhamad sopiyudin. (2013). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Cetakan ketiga. Jakarta: salemba medika.
Departemen Kesehatan RI. 1994. Standar pelayanan rumah sakit.Jakarta: direktorat pelayanan medik.
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. 2014 tentang Standar Akreditasi Puskesmas.
Herlambang, S. (2016). Manajemen pelayanan kesehatan rumah sakit . Gosyen Publishing, Yogyakarta.
Irawan Handi D, MBA. Mcom (2003). 10 prinsip kepuasan pelanggan (cetakan ke tiga). PT Gramedia, Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/Menkes/SK/II/2004. Petunjuk Teknis standar pelayanan minimal bidang k esehatan di kabupaten/kot a. Jakarta. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara no. Kep/25/m.pan/2/2004 tentang pedoman umum penyusunan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah. Di akses dari www.menpan.go.id (diakses tanggal 7 mei 2017).
Kuntoro, A. (2010), Manajemen keperawa tan, Penerbit Muha Medika Yogyakarta. Menteri Kesehatan RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.