TINJAUAN BIOSAFETY PADA PROSES KULTUR DAN HARVESTING MIKROALGA
Mikroalga merupakan agen hayati potensial untuk mengolah limbah tekstil karena selain daya toleransi hidupnya yang tinggi juga dapat dibuat berbagai macam produk, salah satunya bioethanol. Dalam upaya membuktikan ini dilakukan penelitian. Dalam prosesnya peneliti memiliki resiko yang cukup besar ketika berhadapan dengan limbah tekstil karena sangat beracun, maka perlu dilakukan kajian. Berdasarkan hasil kajian, limbah tekstil mengandung logam berat. Logam berat bisa masuk pada tubuh manusia melalui pernafasan dan makanan, maka disarankan jangan kontak langsung dengan limbah tekstil.
PENDAHULUAN
Dunia sedang menghadapi permasalahan lingkungan yang sangat krusial. Salah satu permasalahan lingkungan tersebut adalah limbah tekstil. Indutri tekstil yang berkesinambungan dengan limbahnya limbahnya telah mangalami peningkatan secara proporsional. Hal ini menjadi penyebab utama terjadinya pencemaran di seluruh dunia (El-Kassas dan Sallam, 2014). Penggunaan pewarna sintetis telah meningkat dalam pencelupan industri tekstil, hal ini dikarenakan kemudahan dan keefisiensian biaya, kualitas warna yang baik, stabilitas tinggi terhadap cahaya, suhu disbanding dengan pewarna alami (Nawar dan Doma, 1989; Couto, 2009). Permasalahan utama dari penggunaan pewarna sintesis ini bagi lingkungan adalah tidak terserapnya warna pada kain selama proses pencelupan karena proses fiksasi sebesar 60 – 90% (Sugiura, 1999).
menggunakan agen hayati untuk menyelesaikan masalah. Mikroalga merupakan salah satu agen hayati yang potensial untuk menyelesaikan masalah limbah tekstil melalui proses bioadsorsi, biodegradasi dan biokonversi. Mikroalga dapat tumbuh dengan pesat pada kondisi lingkungan yang tidak ramah (Mata dkk., 2010, 2011). Dalam prosesnya, mikroalga mampu memanfaatkan pewarna seabagai sumber nitrogen, fosfor, dan karbon. Mikroalga juga mampu membantu mengurangi eutrofikasi dilingkungan air (Olguı'n, 2003;. Ruiz et al, 2011) dan yang unik dalam menyimpan karbon dioksida, yang merupakan kontributor utama efek rumah kaca (Mata, dkk., 2011).
Potensi lain dari mikroalga adalah dapat dikonversi menjadi bioethanol, sehingga jika diintegrasikan proses pengolahan limbah tekstil dan biokonversi mikroalga menjadi bioethanol akan menjadi sebuah konsep teknologi zero waste dan sustainable. Namun hal ini mendapat tantangan dari segi biosafety. Biosafety merupakan kajian perlindungan yang fokus untuk melindungi operator (Roostita, 2014). Dalam
penelitian ini proses kultur (mulai pembudidayaan mikroalga pada limbah) dan Harvesting (pemanenan) untuk dibuat menjadi bioethanol, oprator/peneliti akan bersentuhan langsung dengan limbah, padahal limbah tekstil mengandung logam berat yang sangat berbahaya bagi operator.
PEMBAHASAN 1. BIOSAFETY
Biosafety terbagi ke dalam beberapa level, yaitu :
1. Biosafety Level 1 (BSL – 1)
BSL - 1 terkait dengan pekerjaan yang melibatkan agen yang ditandai tidak diketahui secara konsisten menyebabkan penyakit pada manusia dewasa imunokompeten, dan hadir potensi bahaya minimal untuk pegawai laboratorium dan lingkungan. BSL - 1 laboratorium tidak selalu lepas dari pola lalu lintas umum di gedung. Pekerjaan biasanya berkaitan standar praktek mikrobiologi. Laboran atau yang bekerja di laboratorum harus memiliki keterampilan spesifik atau pernah mengikuti pelatihan mikrobiologi atau ilmu terkait. Dalam prosesnya harus diawasi pula oleh seorang ilmuwan.
2. Biosafety Level 2 (BSL – 2)
BSL-2 disusun berdasarkan BSL-1. BSL-2 cocok untuk pekerjaan yang melibatkan agen yang menimbulkan bahaya yang laten untuk operator dan lingkungan. Perbedaan dari BSL-1 adalah : 1) Pekerja laboratorium harus pernah mengikuti pelatihan yang spesifik dalam penanganan agen patogen dan
diawasi oleh para ilmuwan yang kompeten dalam menangani agen infeksi dan prosedur terkait; 2) Akses ke laboratorium adalah dibatasi, berada di laboratorium hanya ketika pekerjaan sedang dilakukan; dan 3) Semua prosedur yang melibatkan sesuatu yang menular atau percikan dapat dibuat dilakukan dalam BSC atau peralatan lainnya yang berfungsi sebagai penahanan fisik.
3. Biosafety level 3 (BSL – 3)
4. Biosafety level 4 (BSL – 4)
BSL-4 diperlukan untuk bekerja dengan agen berbahaya yang menimbulkan risiko infeksi yang tinggi bagi pekerja di laboratorium yang mudah ditularkan dan mengancam jiwa. Penyakit yang sering fatal, yang tidak ada vaksin atau perawatan, atau agen terkait dengan risiko yang tidak diketahui penularan. Agen dekat atau identik.
Hubungan antigenik untuk agen yang membutuhkan BSL-4 penahanan harus ditangani di tingkat ini sampai data yang cukup diperoleh baik untuk mengkonfirmasi pekerjaan lanjutan.
Staf laboratorium harus memiliki spesifikasi keahlian dan menyeluruh dalam menangani agen infeksi yang sangat berbahaya. Staf laboratorium harus memahami fungsi penahanan primer dan sekunder, mengetahui peralatan
penahanan, dan karakteristik desain laboratorium.
2. PROSES PENGOLAHAN LIMBAH TEKSTIL
Berikut adalah konsep pengolahan limbah dengan mikroalga (penelitian)
3. PROSES HARVESTING
LIMBAH TEKSTIL DAN MIKROALGA
2 MINGGU PASCA KULTUR (PENGOLAHAN LIMBAH)
HARVESTING (PENGOLAHAN LIMBAH)
PENAMBAHAN FLOKULAN PADA KULTUR
4. KAJIAN BIOSAFETY UNTUK HARVESTING MIKROALGA PASCA PENGOLAHAN LIMBAH
a. Logam Berat
Menurut Vouk (1986) terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan (terhirup) atau makanan yang tercemari, yang dalam skala tertentu mengganggu kinerja metabolisme tubuh dan mempunyai potensi racun jika memiliki konsentrasi yang terlalu tinggi. Berdasarkan sifat racunnya logam berat dapat dibagi menjadi 3 golongan : 1. Sangat beracun, dapat mengakibatkan kematian atau gangguan kesehatan
yang tidak pulih dalam jangka waktu singkat, logam tersebut antara lain :
Pb, Hg, Cd, Cr, As, Sb, Ti dan U.
2. Moderat, mengakibatkan gangguan kesehatan baik yang dapat pulih maupun yang tidak dapat pulih dalam jangka waktu yang relatif lama, logam tersebut antara lain : Ba, Be, Au, Li,Mn, Sc, Te, Va, Co dan Rb.
3. Kurang beracun, namun dalam jumlah yang besar logam ini dapat
menimbulkan gangguan kesehatan antara lain :Bi, Fe, Mg, Ni, Ag, Ti dan Zn. (Khairani, dkk., 2007)
b. Jenis Logam Berat pada Limbah Tekstil
c. Penanggulangan
Menurut Nordberg., et.al (1986) logam berat jika sudah terserap ke dalam tubuh maka tidak dapat dihancurkan tetapi akan tetap tinggal di dalamnya hingga nantinya tidak dibuang melalui proses ekskresi. Berdasarkankan kategori level biosafety, pengerjaan yang berkaitan dengan kultur dan harvesting ini termasuk pada level 1.
Berdasarkan hal tersebut maka, peneliti disarankan : 1. Mengikuti aturan pengawas terkait aturan kelembagaan
2. Gunakan pelindung badan (masker, sarung tangan, dan jas laboratorium standard)
3. Mencuci tangan sesudah melakukan pekerjaan
4. Tidak boleh makan dan minum selama proses ataupun setelah proses, selama ada di laboratorium
5. Upayakan menggunakan semua peralatan mekanik
(http://www.cdc.gov/biosafety/publications/bmbl5/BMBL5_sect_IV.pdf, 2014)
PENUTUP
Limbah tekstil mengandung logam berat yang sangat berbahaya bagi manusia.
Oleh karena itu, upayakan jangan besentuhan langsung dengan limbah tekstil.
Daftar Pustaka
Couto, S.R., 2009. Dye removal by immobilized fungi. Biotechnol. Adv. 27, 227–235.
El-Kassas, H.Y., and Sallam, L.A. 2014. Bioremediation of the textile waste effluent by Chlorella vulgaris. Elsevier; National Institute of Oceanography and Fisheries Egyptian Journal of Aquatic Research.
http://www.cdc.gov/biosafety/publications/bmbl5/BMBL5_sect_IV.pdf. Akses
2/11/2014.
Mata, T.M., Martins, A.A., Caetano, N.S., 2010. Microalgae for biodiesel production and other applications. Renewable SustainableEnergy Rev. 14, 217–232.
Mata, T.M., Martins, A.A., Sikdar, S., Costa, C.A.V., 2011. Sustainability considerations of biodiesel based on supply chain analysis. Clean Technol. Environ. Policy 13, 655– 671.
Nawar, S.S., Doma, H.S., 1989. Removal of dyes from effluents using low cost agricultural by–products. Sci. Total Environ. 79, 271–279.
Nordberg J. F., Parizek J., Pershagen G., and Gerhardsson L. 1986. Factor Influencing Effect and Dose-Respons Relationships of Metals. In: Freiberg L., Nordberg G.F., and Vouk V.B (Eds). Handbook on the Toxicology of Metals. Elsevier. New York
Olguı´n, E.J., 2003. Phycoremediation: key issues for cost-effective nutrient removal process. Biotechnol. Adv. 22, 1–91.
Roostita. 2014. Biosecurity and Biosafety (Materi Perkuliahan). Universitas Padjadjaran; Bandung.
Ruiz, J., Alvarez, P., Arbib, Z., Garrido, C., Barragan, J., Perales, J.A., 2011. Effect of nitrogen and phosphorus concentration on their removal kinetic in treated urban wastewater by Chlorella vulgaris. Int. J. Phytorem. 13, 884–896.
Smith, B., 1988. A Workbook for Pollution Prevention by Source Reduction in Textile Wet Processing Pollution Prevention Pays Program of the North Carolina Division of Environmental Management.
Sudomo, A. 2011. Biosecurity dan Biosafety. Tersedia di https://asudomo.wordpress.com/2011/05/17/biosecurity-dan-biosafety/. Akses [27 -11-2014].
Sugiura, W., Miyashita, T., Yokoyama, T., Arai, M., 1999. Isolation of azo-dye-degrading microorganisms and their application to white discharge printing of fabric. J. Biosci. Bioeng. 88, 577–581.