• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA T"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA

TERHADAP KENYAMANAN JALUR PEJALAN KAKI

Studi kasus : Jl. Asia Afrika Jakarta Pusat

Disusun Oleh :

Adella Miranda Reswara

2015101011

DOSEN PEMBIMBING :

Eka Permanasari, ST.,PhD

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA TANGERANG SELATAN

(2)

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

A. Jalur Pejalan Kaki

B. Persyaratan Jalur Pedestrian C. Pejalan kaki

D. Hubungan manusia dengan lingkungannya

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS

A. Lokasi

B. Pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan PKL C. Hubungan dengan lingkungan sekitar

BAB IV PENTUP

A. Kesimpulan

(3)

Latar Belakang

Jalur pedestrian merupakan salah satu elemen di kota yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat kota yang bersangkutan untuk dapat bergerak dengan mudah, aman dan nyaman dari suatu tempat ke tempat lainnya. Jumlah pejalan kaki di Indonesia masih tergolong sedikit bahkan sebagai salah satu aktivitas yang paling di hindari.Kebanyakan orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi hanya untuk pergi ke tujuan yang jaraknya tidak begitu jauh.

Untuk sebuah kota seperti Jakarta ini dimana jumlah kendaraan selalu bertambah dari tahun ke tahun peran pedestrian menjadi sangat penting. Pemerintah sudah menyediakan segala fasilitas jalan untuk mempermudah mobilitas. Namun keselamatan serta kenyamanan pejalan kaki masih saja terabaikan. Jalur pedestrian yang tidak terawat, tidak memadai, dan bahkan membuat orang enggan berjalan kaki.

Terkadang dalam suatu perancangan kota, jalur pedestrian tersebut terlupakan untuk dirancang agar memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Fenomena yang paling terlihat jelas bagaimana sebuah pedestrian beralih fungsi yang semestinya sebagai jalur untuk pejalan kaki namun kini menjadi tempat atau wadah untuk para pedagang kaki lima berjualan. Tak hanya pedagang kaki lima, pedestrian tersebut digunakan sebagai lahan parkir pengendara sepeda motor, selain itu ketinggian trotoar yang tidak sama sehingga menyulitkan pejalan kaki yang naik turun, dan sebagainya.

Padahal jalur pedestrian memiliki fungsi utama yaitu menampung segala aktivitas pejalan kaki dan faktor elemen pendukung yang dapat mempengaruhi kenyamanan pedestrian antara lain : keadaan fisik, sitting group, vegetasi, lampu penerangan, petunjuk arah dan yang lain nya. Kemudian selanjutnya timbul pertanyaan siapa yang harus disalahkan atas kemunculan pedagang kaki lima, bagaimana perkembangannya, apa alasan turut mendukungnya dan bagaimana dampak yang ditimbulkan dari fenomena beralihnya fungsi pedestrian menjadi tempat berjualan.

Atas dasar tersebut maka pembahasan tentang fenomena beralih fungsinya jalur pedestrian menjadi tempat berjualan pedagang kaki lima akan dimulai dari tempat-tempat yang menerapkan konsep tersebut, hingga selanjutnya pembahasan lebih lanjut bagaimana dampak yang ditimbulkan serta pengaruhnya terhada pengguna jalur pedestrian.

Pada tahapan berikutnya beberapa studi kasus di kawasan Senayan terutama di Jl. Asia Afrika akan dibahas untuk mengetahui beralihnya fungsi pedestrian serta dampak dan manfaat dari

(4)

Rumusan masalah

Apakah dampak yang ditimbulkan dari kemunculan fenomena keberadaan pedagang kaki lima di jalur pedestrian? serta bagaimana fungsi jalur pedestrian yang semestinya untuk pejalan kaki dapat beralih fungsi?

BAB II LANDASAN TEORI

Jalur Pejalan Kaki

Pejalan kaki adalah orang yang bergerak dalam satu ruang, yaitu dengan berjalan kaki. (Shirvani, 1985) bahwa penggunanya memerlukan jalur khusus yang disebut juga sebagai pedestrian, yang merupakan salah satu dari elemen-elemen perancangan kawasan yang dapat menentukan keberhasilan dari proses perancangan di suatu kawasan kota. Pedestrian termasuk dalam elemen path yang diartikan sebagai pergerakan atau sirkulasi perpindahan manusia/ pengguna dari satu tempat menuju tempat yang ditujunya dengan berjalan kaki selain itu pedestrian juga termasuk dalam salah satu element yang dapat dijadikan pembatas dari satu wilayah/distrik/blok. (Lynch, 1960)

Keberadaan jalur pedestrian tidak hanya sekedar sebagai pemberi kesan pada sebuah kota, dimana jika jalan-jalan dan jalur pedestriannya mengesankan maka kota tersebut juga akan

mengesankan, namun juga harus diingat fungsi utamanya yait sebagai wadah bagi pejalan kaki untuk dapat bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan aman dan nyaman, tanpa rasa takut baik terhadap sesama pengguna jalur tersebut maupun kendaraan. (Jacobs, 1961)

Jalur pedestrian dalam konteks perkotaan biasanya dimaksudkan sebagai ruang khusus untuk pejalan kaki yang berfungsi sebagai sarana pencapaian yang dapat melindungi pejalan kaki dari bahaya yang datang dari sebuah kendaraan. Di Indonesia sendiri lebih dikenal dengan trotoar, yang berarti jalur jalan kecil selebar 1,5 meter sampai 2 meter atau lebih memanjang sepanjang jalan umum.Menurut Uterman (1984) kenyamanan dipengaruhi oleh jarak tempuh. Faktor yang mempengaruhi jarak tempuh adalah :

 Waktu yang berkaitan dengan maksud atau kepentingan berjalan kaki

 Kenyamanan orang berjalan kaki dipengaruhi oleh cuaca dan jenis aktifitas.

Tingkat kenyamanan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berjalan dapat dicapai apabila jalur pedestrian tersebut lancar dan bebas hambatan untuk berjalan tanpa adanya gangguan dari aktivitas lain yang memakai jalur tersebut, selain itu jalur pedestrian harus lebar agar dapat

menampung arus lalu lints pejalan kaki dari dua arah. Adapun untuk menunjang kenyamanan pejalan kaki di jalur pedestrian adalah adanya fasilitas yang berupa tempat peristirahatan yang cukup, adanya telepon umum yang memadai, adanya tempat sampah, serta vegatasi atau bahkan tempat menunggu kendaraan umum.

Persyaratan Jalur Pedestrian

(5)

(2003), syarat- syarat rancangan yang harus dimiliki jalur pedestrian agar terciptanya jalur pejalan kaki yang baik adalah sebagai berikut:

1. Kondisi permukaan bidang pedestrian:

- Haruslah kuat, stabil, datar dan tidak licin.

- Material yang biasanya digunakan adalah paving block, batubata, beton, batako, batu alam, atau kombinasi- kombinasi dari yang telah disebutkan.

2. Kondisi daerah- daerah peristirahatan:

- Sebaiknya dibuat pada jarak- jarak tertentu dan disesuaikan dengan skala jarak kenyamanan berjalan kaki,

- Biasanya berjarak sekitar 180 meter.

3. Ukuran tanjakan (ramp):

- Ramp dengan kelandaian di bawah 5% untuk pedestrian umum.

- Ramp dengan kelandaian mencapai 3% penggunaannya lebih praktis.

- Ramp dengan kelandaian 4% sampai dengan 5% harus memiliki jarak sekitar 165 cm.

- Ramp dengan kelandaian di atas 5% dibutuhkan desain khusus.

4. Dimensi pedestrian:

Dimensi pedestrian berdasarkan jumlah arah jalan:

- Lebar minimal sekitar 122 cm untuk jalan satu arah.

- Lebar minimal sekitar 165 cm untuk jalan dua arah.

Hamid Shirvani ( 1985 ), menurutnya dalam merencanakan sebuah jalur pedestrian perlu mempertimbangkan adanya :

1. keseimbangan interaksi antara pejalan kaki dan kendaraan

2. faktor keamanan, ruang yang cukup bagi pejalan kaki

3. fasilitas yang menawarkan kesenangan sepanjang area pedestrian

4. dan tersedianya fasilitas publik yang menyatu dan menjadi elemen penunjang

Pejalan kaki

Pejalan kaki adalah subjek yang melakukan aktivitas berjalan kaki yang dilakukan dari tempat asal menuju tempat yang dituju. Berikut merupakan beberapa tinjauan dan pengertian dasar mengenai berjalan kaki, yaitu:

(6)

komersial dan cultural di lingkungan kehidupan kota. Berjalan kaki merupakan suatu alat penghubung antara moda- moda angkutan yang lain.

2) Menurut Rapoport (1977): Dilihat dari kecepatannya, moda jalan kaki memiliki hal yang menjadi kelebihannya, yakni memiliki kecepatan rendah sehingga menguntungkan karena dapat mengamati lingkungan sekitar dan mengamati objek secara detail serta mudah menyadari lingkungan sekitarnya.

3) Menurut Gideon (1977): Berjalan kaki merupakan sarana transportasi yang menghubungkan antara fungsi kawasan satu dengan yang lain terutama perdagangan, kawasan budaya, dan kawasan permukiman. Dengan berjalan kaki menjadikan suatu kota menjadi lebih manusiawi.

Hubungan Manusia dengan Lingkungannya

Menurut Colhun (1995) tentang penyesuaian dan hubungan kemanusian bahwa lingkungan dapat mempengaruhi perilaku. Lingkungan dapat menghalangi perilaku akibatnya juga dapat

membatasi pa yang diinginkan.Faktor lain yang mempengaruhi pejalan kaki adalah penematan elemen pendukung disepanjang jalur pedestrian, apabila spanjang jalur pedestrian tidak terdapat elemen pendukung, tidak banyak pejalan kaki yang mau berjalan diatasnya dan cenderung berjalan dengan cepat ke tujuan.

Hubungan pejalan kaki di ruang kota dengan lingkungan nya merupakan suatu jalinan saling ketergantungan dengan lainnya. Manusia mempengaruhi lingkungannya dan sebaliknya. Dalam melakukan aktivitasnya diruang kota pejalan kaki diengaruhi oleh lingkunganya baik fisik maupun non fisik.

(7)

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS

Kawasan JL. Asia Afrika Gelora, Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Jalur pedestrian yang menjadi obyek pengamatan adalah di Jalan Asia Afrika, Jakarta Pusat dimana jalur tersebut merupakan jalur pedestrian yang berada di sepanjang jalan Asia Afrika serta bersebrangan dengan Stadium Gelora Bung Karno dan merupakan area Ring 1 Jakarta. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari jalur pedestrian ini jika dilihat dari segi fungsinya sebagai jalur bagi pejalan kaki, namun karena di sepanjang jalan terdapat pemandangan gedung-gedung berupa hotel, mall, stadium.

www.googlempas.com

(8)

Tentunya nya yang menarik perhatian dari pada obyek ini adalah saat pagi hari hingga siang hari pedestrian ini memiliki fungsi yang semestinya yaitu sebagai jalur pejalan kaki, dimana orang-orang dapat mengaksesnya. Jalur pedestrian ini memiliki lebar yang cukup untuk pejalan kaki selain itu tersedianya juga jalur bagi penyandang cacat. Terdapat vegetasi disepanjang jalur pedestrian yang cukup teduh akan tetapi memiliki beberapa kekurangan juga dimana tak ada tempat duduk untuk beristirahat serta pelindung bila terhadi hujan. Sepanjang jalur pedestrian dibatasi oleh tembok dan terlihat jalur pedestrian seperti lowong atau tak begitu banyak aktivitas.

Pada pukul 17: 35 WIB, para pedagang mulai berdatangan satu persatu mulai dari tukang jualan minuman, hingga ketoprak bahkan terdapat mobil-mobil yang parkir menunnggu orang yang akan dijemput.

Dokumentasi Pribadi

(9)

Dan uniknya semua gerobak atau peralatan berdagang di simpan tidak jauh dari area pedestrian tersebut dan menumpuk terlihat seperti kumuh. Dipinggiran gang menuju komplek

perumahan PLN. Ketika waktu berjualan telah tiba para pedagang kaki lima akan mengambil gerobak dagangan nya dari tempat tersebut.Para pedagang kaki lima ini kebanyakan bertempat tinggal tak jauh dari kawasan mereka berdagang yaitu dibelakang.

Ketika malam tiba jalur pedestrian dikawasan ini terlihat gelap mencekam karena penerangan yang jaran-jarang atau tidak merata, ada area yang benar-benar gelap kemudian terang kemudian gelap lagi mungkin dikarenakan ada beberapa lampu yang tidak berfungsi dengan baik. Dapat dilihat ketika malam tiba para pejalan kaki harus melewati para pedagang kaki lima yang sedang beraktivitas untuk memulai berjualan sehingga dirasa sangat tidak nyaman atau aman.

Dokumentasi Pribadi

(10)

Ketika malam tiba semua pedagang kaki lima berbondong-bondong mengatur lapak mereka masing-masing, dari hasil wawancara yang didapat bahwa para pedagang kaki lima ini sudah memliki tempatnya masing-maing sehingga tidak mungkin ada pedagang lain yang mengambil lapak

sembarangan karena mereka juga membayar iuran dari lapak yang mereka pakai.

Biasanya mereka akan berjualan dari pukul 20:00 WIB malam sampai jam 03:00 WIB pagi, dagangan yang dijajakan kebanyakan sama yaitu seperti nasi goreng,sate taichan,sate

ayam,indomie,kopi,es kelapa,dan sebagainya. Dagangan yang paling dominan adalah sate taichan hampir ditemukan disepanjang jalan.

Dokumentasi Pribadi

(11)

Fenomena lain nya yang terlihat jelas adalah dimana jalur pedestrian digunakan menjadi tempat parkir motor pada sore harinya, tetapi ketika malam berubah menjadi tempat berjualan oleh pedagang sate taichan dan yang berubah adalah posisi tempat parkir kendaraan sepeda motor, yang tadinya berada dikanan dekat muka jalan kemudian menjadi menghadap depan bangunan.

Terlihat jelas bahwa pedagang kaki lima ini memberikan pengaruh yang cukup jelas dimana, mereka mendominasi jalur pedestrian dengan dagangan yang dijajakan hampir seluruh nya dipakai untuk lapak hanya sisa jalan untuk satu orang lewat untuk berjalan yang dirasa kurang nyaman karena jarak gerobak dengan pejalan kaki sangat dekat. Bila ada pejalan kaki yang akan lewat mau tidak mau mereka berjalan dibadan jalan .

Dokumentasi Pribadi

(12)

Namun di lain sisi keberadaan pedagang kaki lima juga bermanfaat bagi para pengguna jalanan ketika membeli sesuatu, contohnya ketika para pengguna jalan ingin membeli sesuatu yaitu minuman, mereka tidak perlu repot-repot untuk mencari toko minuman. Harga yang ditawarkan pedagang kaki lima pun jauh lebih murah ketimbang di toko. Dari proses transaksi jual-beli di jalanan itulah para pedagang kaki lima mencari nafkah dan mendapatkan rejeki penghasilan,

(13)

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan

Jalur pedesrian merupakan salah satu sarana yang seharusnya menciptakan rasa nyaman bagi penggunanya, namun jalur pedestrian tidak bisaa diakses sebagaimana mestinya oleh pejalan kaki karena telah beralih fungsi. Beberapa jalur pedestrian di indonesia, pada umumnya jalur pedestrian tersebut tidak sepenuhnya dapat diakses oleh pejalan kaki. Jalur pedestrian yang seharusnya tempat yang aman bagi pejalan kaki ketika berjalan di jalan raya, namun telah digunakan untuk berjualan oleh pedagang kaki lima bahkan temat parkiran kendaraan roda dua. Sehingga menimbulkan berbagai masalah.

(14)

Daftar Pustaka

Dovey, K. (2010). Becoming Places: Urbanism / Architecture / Identity / Power. London.

Jacobs, J. (1961). "The Uses of Sidewalks : Safety" from The Death and Life of Great American Cities.

Lynch, K. (1960). The Image of The City.

Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process. Van Nonstrand Reinhold.

www.googleearth.com

(15)

D

aftar Pustaka

Dovey, K. (2010). Becoming Places: Urbanism / Architecture / Identity / Power. London.

Jacobs, J. (1961). "The Uses of Sidewalks : Safety" from The Death and Life of Great American Cities.

Lynch, K. (1960). The Image of The City.

Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process. Van Nonstrand Reinhold.

www.googleearth.com

Referensi

Dokumen terkait

Algoritma LUC sebenarnya hampir sama dengan metode kriptografi yang lain yaitu metode RSA (Rivest, Shamir, Adleman), hanya saja fungsi pangkat pada metode RSA diganti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

Metode ini intinya terbagi atas dua bagian: satu adalah inverse sistem yang direalisasikan oleh NN untuk menjalankan metode feedforward dan yang kedua adalah sebagai mekanisme

Jika tidak semua tamu merokok maka lantai rumah tidak bersih D.. Jika lantai rumah bersih maka semua tamu tidak

Dengan demikian anak luar kawin dalam arti sempit adalah anak yang dilahirkan dari hasil hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang

[r]

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa: terdapat pengaruh secara langsung persepsi siswa tentang kompetensi

Maka diperlukan adanya inovasi untuk mengukuhkan kembali peran perpustakaan YPI PIP melalui inovasi yang berorientasi pada kebangkitan perpustakaan ini, diantaranya