• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARATIF DELIK KESUSILAAN DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI KOMPARATIF DELIK KESUSILAAN DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KOMPARATIF DELIK KESUSILAAN DALAM HUKUM

PIDANA INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM

(Jurnal)

Oleh

Asna Junita Putri

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

STUDI KOMPARATIF DELIK KESUSILAAN DALAM HUKUM PIDANA

INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM

Oleh

Asna Junita Putri, Firganefi, Rini Fathonah

(Email : asnajunita.ajp@gmail.com)

Tujuan pemberi hukuman dalam Islam sesuai dengan konsep tujuan umum

disyariatkannya hukum, yaitu untuk merealisasi kemaslahatan umat dan sekaligus

menegakkan keadilan. Hukum Pidana Islam merupakan bagian dari agama Islam

yang universal sifatnya, hukum Islam berlaku bagi orang Islam dimanapun ia berada.

Permasalahan adalah bagaimanakah perbandingan delik kesusilaan dalam hukum

pidana Indonesia yang sudah diatur dalam KUHP dan hukum pidana Islam yang

diatur di dalam Al-Quran dan Hadist dan apakah hukum pidana Islam dapat

diterapkan di Indonesia khususnya bagi umat Islam. Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dapat disimpulkan bahwa perbandingan delik kesusilaan dalam hukum

pidana Indonesia dan hukum pidana Islam ialah di katagorikan sebagai tindak pidana

dengan mengacu pada Bab XIV buku II KUHP, yang dimulai dengan Pasal 281

KUHP sampai dengan Pasal 297 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) itu

sendiri secara tegas menyebutkan segala bentuk kesusilaan merupakan pelanggaran

hukum. Penerapan sanksi terhadap delik kesusilaan dalam hukum pidana Indonesia

dan hukum pidana Islam (jinayah) ialah dari sisi hukum positif dalam perspektif

hukum, kesusilaan merupakan salah satu tindak pidana (delict) yang meresahkan

masyarakat. Ancaman pidana kesusilaan sebenarnya sudah cukup berat, yaitu dengan

hukuman pidana penjara antara 9 sampai 12 tahun penjara, dalam hukum Islam maka

dapat dikategorikan sebagai kejahatan hudud adalah kejahatan yang diancam

hukuman had contohnya cambuk dan rajam. Peneliti memberikan saran dan masukan

seseorang yang melakukan tindak pidana kesusilaan perlu mendapat sanksi yang tegas

yang dapat membuat jera para pelakunya,dan pada sistem hukum di Indonesia

haruslah patuh pada peraturan legalistik tertulis yang selama kita di bawah naungan

nya dan mengikuti peraturan tersebut tetaplah baik.

(3)

ABSTRACT

A COMPARATIVE STUDY ON DECENCY DELICT VIEWED FROM THE

BOOK OF CRIMINAL CODE AND SHARIAH LAW

By

Asna Junita Putri, Firganefi, Rini Fathonah

(Email : asnajunita.ajp@gmail.com)

The idea behind imposing punishment in Islam in accordance with the concept of

general purpose of shariah law, is for the benefit of the people and at the same time to

uphold justice. Then Shariah law is part of the universal nature of Islam, which is

applicable to all Muslims around the world. The problems of the research are

formulated as follows: how is the comparison of decency delict as regulated in the

Book of Criminal Code compared to the Islamic law Shariah law as set forth in the

Qur'an and Hadith? and Is it possible to implement Shariah law in Indonesia,

especially for Muslim citizens? Based on the results and discussion of the research, it

can be concluded that the comparison on decency delict viewed from the Book of

Criminal Code and in the Shariah law was that the regulated under Chapter XIV of

Book II of Criminal Code, from Article 281 - 297 the Book of Criminal Code, it

firmly stated that any form of decency is a violation of law. For example in Nangro

Aceh Darussalam which has implemented regulations based on Islamic law as

stipulated in the Qanun and in the Qur'an and the Hadith found in surah An-Nuur

ayah 2. The application of sanctions against decency under Indonesian criminal law

and the criminal law of Islam (jinayah ) is of the positive law in the perspective of

law, decency is a criminal offense (delict) plaguing the society. The penalty against

decency is already quite heavy, with a sentence of imprisonment ranging from 9 to 12

years in prison, while under Islamic law (Shariah), it can be categorized as crimes of

hudud, that is a kind of crimes punishable by had. The researchers suggested that

whomsoever committed a criminal act of decency should receive strict punishments

to deter the perpetrators, and the legal system in Indonesia must run in accordance

with the constitutions.

(4)

I.

PENDAHULUAN

Delik kesusilaan merupakan tindak pidana

yang

berhubungan

dengan

masalah

kesusilaan definisi singkat dan sederhana ini

apabila dikaji lebih lanjut untuk mengetahui

seberapa

ruang

lingkupnya

karena

pengertian dan bata-batas kesusilaan itu

cukup luas. Delik ini merupakan salah satu

tindak pidana yang cukup sulit dirumuskan

hal ini disebabkan karena, kesusilaan

merupakan hal yang paling relatif dan

bersifat

subyektif,

namun

demikian

perbedaan pendapat mengenai kesusilaan

secara individual tidak seberapa besar jika

dibandingkan dengan bangsa dan suku

bangsa. Misalnya laki-laki dan perempuan

berciuman ditempat umum adalah hal yang

biasa di Amerika Serikat tetapi akan sangat

berbeda

apabila

dilakukan

di

negara

indonesia.

Delik kesusilaan dalam hukum pidana di

Indonesia diatur dalam bab ke-X1V dari

buku ke

II Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP)yang di dalam

wetboek van

strafecth voor nederlandsch indie

juga

disebut sebagai

misdrijven tegen de zeden

ketentuan pidana yang diatur dalam bab ini

dengan

sengaja

telah

dibentuk

oleh

pembentuk undang-undang dengan maksut

tujuan untuk memberikan perlindungan bagi

orang-orang yang di pandang perlu untuk

mendapatkan

perlindungan

terhadap

tindakan-tindakan asusila atau

ontuchte

handelingen

dan terhadap perilaku-perilaku

maupun

perbuatan-perbuatan

yang

menyinggung rasa asusila. Hal ini karena

bertentangan

dengan pandangan

orang

tentang kepatutan di bidang kehidupan

seksual baik ditinjau dari segi pandangan

masyarakat setempat dimana perbuatan itu

telah dilakukan maupun ditinjau dari segi

kebiasaan

masyarakat

setempat

dalam

menjalankan kehidupan seksual mereka.

1

Hukum pidana Islam atau di disebut Fiqih

Jinayah

pada

hakikatnya

merupakan

peraturan Allah untuk menata kehidupan

1

P.A.F. Lamintang S.H ,Theo Lamintang S.H Delik-delik khusus kejahatan melanggar norma kesusilaan dan norma kepatutan, jakarta sinar grafika 2011

manusia. Peraturan tersebut dapat terealisir

dalam kehidupan nyata bila ada kesadaran

dari umat Islam untuk mengamalkannya,

yakni melaksanakan setiap perintah dan

menjauhi seluruh larangan yang di gariskan

oleh Al-Quran dan Al- Hadist Pergeseran

nilai-nilai budaya yang termanifestasi dalam

bentuk kejahatan yang merupakan salah satu

sisi negatif yang dihasilkan dalam kemajuan

zaman. Kemajuan teknologi yang ditandai

dengan semakin mudahnya arus transformasi

tidak dapat di terima begitu saja semata-mata

karena benda tersebut adalah tuntutan

zaman

2

.

Definisi delik kesusilaan contohnya seperti

perkosaan, pencabulan, perzinahan

merupa-kan suatu tindak pidana sadis yang sebab

akibat dari perbuatan tersebut seseorang

bukan saja nama baiknya yang rusak tetapi

masa depan nya telah dirusak secara tidak

langsung. Ketiga contoh tindak pidana

kesusilaan diatas khususnya perkosaan,

pencabulan, perzinahan akhir-akhir ini

sering terjadi,merupakan bentuk pelanggaran

dari hak asasi manusia yang berarti pula

perampasan kehormatan orang lain. Telah

terjadi disintegrasi sosial dalam masyarakat

seperti kejahatan perkosaan, pencabulan,

perzinahan ini telah menandakan telah

terjadi kerusakan mental pada manusia dan

melunturnya nilai-nilai norma dewasa ini.

Agama Islam telah mengatur segala hal yang

di

hajatkan

oleh

masyarakat

yang

didalamnya antara lain memuat

masalah-masalah

ibadah,muamallah,munakahat,

jinayat dan jihat yang ke semuanya itu telah

diatur sedemikian rupa untuk terpeliharanya

kepentingan

masyarakat,

ketentraman

hidup,dan kelangsungan hidup masyarakat.

Seperti kita ketahui, tujuan dari kehadiran

agama Islam adalah penyempurnaan akhlak

umatnya. Dalam hal ini bahwa syariat islam

diturunkan di antaranya untuk merealisir

kemaslahatan manusia dengan melindungi

agama, jiwa, akal, keturunan dan harta

3

2

Drs .H. Rahmat M Hakim Hukum pidana islam, cv pustaka setia nbandung 2000

3

(5)

2

Peraturan perundang-undangan yang berlaku

di Negara kita mengkategorikan kesusilaan

sebagai tindak pidana, meski cendrung

bersifat kondisional. Aturan hukum yang

melarang kesusilaan sudah sangat jelas, Di

sisi lain, kondisi mayoritas masyarakat

Indonesia yang beragama Islam membuat

tindakan asusila tersebut tidak dibenarkan.

Islam menaruh perhatian besar pada tindakan

asusila, karena mudharat atau akibat buruk

yang ditimbulkan lebih besar dibandingkan

manfaatnya maka Islam mengharamkan

segala macam bentuk kesusilaan.

Ancaman pidana kesusilaan sebenarnya

sudah cukup berat, merujuk Pasal 281-297

KUHP maka hukuman pidana kesusilaan

adalah dengan hukuman pidana penjara

antara 4 tahun (KUHP) dan paling lama 12

tahun. Sementara itu, dalam hukum Islam

kesusilaan dapat dikatagorikan sebagai

kejahatan hudud adalah kejahatan yang

diancam hukuman had, yaitu hukuman yang

telah ditentukan kualitasnya oleh Allah SWT

dan Rasulluloh SAW dengan demikian

hukuman tersebut tidak mempunyai batas

minimum dan maksimum, kejahatan qisas

diyat adalah kejahatan yang diancam dengan

hukuman qisas. Qisas adalah hukuman yang

sama dengan kejahatan yang dilakukan.

Di Indonesia, Propinsi Nangro Aceh

Darusalam adalah satu-satunya daerah di

Indonesia

yang

telah

melaksanakan

peraturan yang berdasarkan syariat Islam,

khusus tentang kesusilaan tertuang dalam

Qanun Nomor 14 tahun 2003, pada Pasal 3

Qanun tersebut termuat jika melindungi

masyarakat sedini mungkin dari melakukan

perbuatan yang mengarah pada zina dan

merusak kehormatan, kesusilaan khususnya

tindak pidana perzinahan diancam dengan

hukuman rajam dan di dera 100 kali, sesuai

dengan klasifikasi perbuatan. Tindak pidana

perkosaan

masuk

ke

pidana

hirobah

hukumannya bisa di hukum mati (jika

korban sampai mati), pencabulan kategori

pidana tazil yang ancaman diserahkan pada

ulil amri (pemerintah) dilarang namun tidak

di atur hukumannya.

Persoalan mengenai perkosaan sebagaimana

diatur dalam Pasal 285 KUHP, yaitu :

“barang siapa dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan memaksa seorang

wanita bersetubuh dengan dia diluar

pernikahan, diancam karena melakukan

perkosaan, dengan pidana penjara paling

lama dua belas tahun

Mengenai pencabulan diatur dalam Pasal

289 KUHP, yaitu :

“barang siapa dengan kekerasan dan

ancaman kekerasan memaksa seorang

untuk

melakukan

atau

membiarkan

dilakukan perbuatan cabul, diancam

karena

melakukan

perbuatan

yang

menyerang

kehormatan

kesusilaan,

dengan pidana penjara paling lama

sembilan tahun.

Mengenai perzinahan diatur dalam Pasal 284

KUHP, yaitu :

“Perzinahan adalah persetubuhan antara

pria dan wanita diluar perkawinan dimana

salah satu diantaranya telah kawin,

perzinahan ini diancam dengan hukuman

paling lama sembilan bulan.

4

Hukum pidana Islam perbuatan kesusilaan

dilarang. Dalam Al-Qur’an Allah SWT

berfirman :

Surat AL Isra Ayat 32:

”jangan lah dekati zina, sungguh itu

adalah kekejian dan seburuk-buruknya

jalan mendekati saja pun sudah termasuk

larangan”

Surat An Nuur Ayat 2 :

“pezina

perempuan dan laki-laki deralah

masing-masing seratus kali dan janganlah

rasa

kasihan

menahan

kamu

dari

menjalankan asma allah, jika kamu

beriman kepada allah dan hari kemudian

dan hendaklah sebagian orang yang

beriman menyaksikan hukuman mereka.”

“Perempuan yang berzina, maka deralah

tiap-tiap seorang dari keduanya seratus

kali dera, dan jangan lah ada belas

kasihan kepada keduanya mencegah

kamu beriman kepada allah, dan hari

4

(6)

akhirat

dan

hendaklah

pelaksanaan

hukuman disaksikan oleh sekumpulan

orang-orang yang beriman.”

Hukum pidana Islam tidak banyak dipahami

secara benar dan mendalam oleh masyarakat

bahkan juga oleh masyarakat Islam sendiri,

masyarakat umum hanya menangkap dan

hanya memperoleh kesan bahwa sanksi

hukum pidana Islam bila dilaksanakan kejam

dan

mengerikan,

mereka

hanya

menggambarkan tentang betapa kejamnya

sanksi hukum potong tangan terhadap

pencuri, hukum rajam terhadap orang yang

berzina,serta hukum jilid (dera) mereka tidak

memahami tentang sistem hukum Islam

dengan sistem peradilan Islam serta eksekusi

pelaksanaan sanksi nya. Padahal hukum

pidana Islam itu untuk memberikan efek jera

agar si pelaku tidak berani untuk mengulangi

perbuatan nya.

Berbeda dengan hukum Islam dalam bidang

keperdataan yang telah terjalin secara luas

dalam hukum positif, baik sebagai unsur

yang mempengaruhi atau sebagai modifikasi

norma agama yang dirumuskan dalam

peraturan perundang-undangan keperdataan

atau yang tercakup dalam lingkup substansi

dari undang-undang seperti undang-undang

No.7 tahun 1989 tentang peradilan agama

dan kompilasi hukum Islam (KHI).

Hukum Islam dalam bidang kepidanaan

belum mendapat tempat di dalam sistem

hukum di Indonesia. Padahal dasar filosofis

pancasila dan hukum dasar undang-undang

1945 yang melandasi Negara Republik

Indonesia sebagai negara berketuhanan Yang

Maha Esa memungkinkan bagi hukum

pidana

Islam

menjadi

bagian

dari

pembangunan

hukum

pidana

nasional

namun, yang menjadi persoalan adalah

bagaimana hukum Islam dalam bidang

kepidanaan ini dapat memberikan kontribusi

terhadap penyempurnaan hukum pidana

nasional dan diterima oleh semua pihak.

Maka dari itu akan membandingkan hukum

pidana Indonesia dan hukum pidana Islam

berdasarkan jenis-jenis pidana

(strafsoort),

ukuran pemidanaan (strafmaat), bentuk

pemidanaan (strafmodus).

Sudah seyogyanya Indonesia sebagai negara

berpenduduk

Islam

terbesar

didunia

melakukan rekontruksi pembangunan hukum

nasional

yang

menghargai

komunitas

mayoritas dengan tidak mengesampingkan

komunitas lainnya dari golongan

non-muslim dalam merekonstruksi hukum Islam

dalam konteks ke Indonesiaan merupakan

tantangan baru para ahli hukum Islam,

seluruh umat Islam dan politisi muslim

untuk menjadikan hukum positif dalam

peraturan perundang-undangan. Kebutuhan

dan desakan kearah tersebut telah menjadi

kontroversi diantaranya perumusan

delik-delik dalam rancangan KUHP, kriminalisasi

sejumlah perbuatan yang sebelumnya bukan

merupakan pelanggaran telah dikonstruksi

dari hukum Islam, seperti tindak pidana

kesusilaan, permukahan (zina), persoalan

yang

lebih

kompleks

adalah

upaya

implementasinya serta hukum beracara,

penyidikan dan pembuktiannya. Hal ini akan

menjadi pekerjaan rumah bagi umat Islam

khususnya bagi cendikiawan hukum Islam.

Berdasarkan hal yang telah diuraikan diatas,

maka penulis tertarik untuk menelitinya dan

menyusun nya kedalam penulisan hukum

yang hasilnya akan di jadikan skripsi dengan

judul :

“Studi Komparatif Delik Kesusilaan Dalam

Hukum Pidana Di Indonesia Dan Hukum

Pidana Islam”

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut

maka permasalahan yang akan dibahas dan

dikemukakan dalam penulisan skripsi ini

adalah :

a.

Bagaimanakah

perbandingan

delik

kesusilaan

dalam

hukum

pidana

diIndonesia dan hukum pidana Islam?

b.

Apakah pengaturan delik kesusilaan

dalam hukum pidana Islam dapat

diterapkan di Indonesia khususnya bagi

umat Islam?

(7)

4

Penelitian

hukum

normatif

dilakukan

terhadap hal-hal yang bersifat teoritis yang

berkaitan erat dengan masalah

konsep-konsep hukum, perbandingan hukum dan

sanksi hukum. Sumber dan jenis data dalam

penelitian ini menggunakan data sekunder

dan data primer. Analisis data pada

penelitian ini dilakukan secara kualitatif,

yaitu

artinya

hasil

penelitian

ini

dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan

uraian kalimat-kalimat yang mudah di baca

dan di mengerti untuk diinterprestasikan dan

ditarik kesimpulan mengenai perbandingan

delik kesusilaan dan berdasarkan jenis-jenis

pemidanan (strafsoort), ukuran pemidanaan

(strafmaat), bentuk pemidanaan (strafmodus)

dalam hukum pidana diIndonesia dan hukum

pidana Islam, sehingga dapat diperoleh

gambaran yang jelas tentang masalah yang

diteliti dari hasil analisis tersebut dapat

dilanjutkan dengan menarik kesimpulan

secara umum dan didasarkan fakta-fakta

yang bersifat khusus, selanjutnya dari

berbagai kesimpulan tersebut dapat diajukan

saran.

II. PEMBAHASAN

A.

Perbandingan Delik Kesusilaan Dalam

Hukum Pidana Indonesia dan Hukum

Pidana Islam

Sebagian

negara

yang

mayoritas

penduduknya beragama, Indonesia juga tidak

luput

dari

kontroversi

itu.kesusilaan

dklasifikasikan sebagai suatu kejahatan yang

masuk dalam kelompok kejahatan terhadap

kesopanan kejahatan terhadap Ham yang

merusak kehormatan orang lain.

1.

Subyek Hukum Pidana Indonesia

Kesusilaan itu sendiri di definisikan sebagai

tindak

pidana

yang

mengacu

pada.

Perzinahan, pemerkosaan dan pencabulan

yang mengacu pada Pasal 284,285 dan 289

Kitab

Undang-Undang

Hukum

Pidana

(KUHP).

Ketentuan

ini

diatur

untuk

memberikan perlindungan bagi orang-orang

yang dianggap perlu mendapatkan

per-lindungan

terhadap

tindakan-tindakan

asusila, dalam realitasnya sampai saat ini

meskipun dilarang dan di berikan ancaman

hukuman yang cukup berat tindakan asusila

masih

sering

kita

jumpai

ditengah

masyarakat.

Kesusilaan merupakan hal yang paling relatif

dan bersifat subyektif, namun demikian

perbedaan pendapat mengenai kesusilaan

secara individual tidak seberapa besar jika

dibandingkan dengan suku bangsa, misalnya

laki-laki dan perempuan berciuman di

tempat umum adalah hal yang biasa di

Amerika Serikat tetapi akan sangat berbeda

apabila dilakukan di negara Indonesia.

KUHP atau

wetboek van strafecht voor

nederlandsch indie atau juga di sebut

sebagai

misdrijven tegen de zeden

ketentuan

pidana yang diatur dalam bab ini dengan

sengaja telah di bentuk oleh pembentuk

undang-undang untuk memberi perlindungan

dan menanggulangi terhadap

tindakan-tindakan asusila, karena hal ini bertentangan

dengan pandangan orang tentang kepatutan

di bidang kehidupan seksual baik ditinjau

dari segi pandangan masyarakat setempat

dimana perbuatan itu telah dilakukan

maupun

ditinjau

dari

segi

kebiasaan

masyarakat setempat dalam menjalankan

kehidupan seksual mereka.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat

dewasa ini menimbulkan problema baru bagi

pembentuk

undang-undang

tentang

bagaimana caranya melindungi masyarakat

secara efektif dan efisien terhadap bahaya

demoralisasi sebagai akibat dari masuknya

pandangan dan kebiasaan orang-orang asing

mengenai kehidupan seksual di negara

masing-masing.

Dapat

menimbulkan

problema baru bagi pemerintah dalam

usahanya untuk memelihara keamanan

umum dan mempertahankan ketertiban

umum dalam masyarakat yang bukan tidak

mungkin dapat mempengaruhi secara negatif

usaha bangsa indonesia dalam memelihara

ketahanan nasional mereka.

(8)

bulan hukuman-hukuman yang diberikan

pemerintah sudah cukup berat dengan

upaya-upaya agar tindakan-tindakan asusila tidak

meresahkan masyarakat.

2.

Sumber Hukum Pidana Islam

Sumber hukum Islam dapat diketahui dalam

surat An-Nisa ayat 59, Allah Swt berfirman

“hai orang-orang yang beriman taatilah

Allah SWT dan Rasulnya serta

ulil amri

diantaramu kalau kamu berbeda pendapat

tentang sesuatu kembalilah kepada kitab

Allah SWT dan sunnah rasul, jika kamu

benar-benar beriman kepada Allah SWT dan

hari akhir, demikian itu lebih utama dan

lebih baik akibatnya. Membicarakan sumber

hukum pidana Islam bertujuan untuk

memahami sumber nilai ajaran agama Islam

yang dijadikan petunjuk kehidupan manusia

yang harus ditaatinya, tujuan maksud akan

diungkapkan sistematika dan hubungan

sumber-sumber ajaran agama dan kedudukan

al-quran sebagai pedoman dan kerangka

kegiatan umat Islam.

Bersandar dari teori receptio in complex

yang dikembangkan oleh W.C Van den Berg,

guru besar di Delf dan penasihat

bahasa-bahasa timur dan hukum Islam pada

pemerintahan kolonial belanda. Inti dari teori

ini adalah sebagai berikut:

“selama bukan sebaliknya dapat dibuktikan

menurut ajaran ini hukum pribumi ikut

agamanya,karena jika memeluk agama harus

juga mengikuti hukum agama itu dengan

setia”

5

a.

Analisis

Perbandingan

Pengaturan

Delik

Kesusilaan

Dalam

Hukum

Pidana Indonesia dan Hukum Pidana

Islam

Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat

diketahui bahwa perbandingan pengaturan

delik kesusilaan (perzinahan, pemerkosaan

dan pencabulan) dalam hukum pidana

Indonesia dan Hukum Pidana Islam ialah

terdapat pada jenis dan macam hukumannya,

jika dalam pidana Indonesia itu sanksi nya

adalah pidana penjara sedangkan dalam

hukum pidana Islam ialah berupa hukuman

5

Soepomo, 1967. Bab-bab tentang hukum adat, jakarta , penerbit, PT Paradnya.Paramitha, hal 23

cambuk, dera dan juga bisa sampai hukuman

mati dan sanksinya menekankan kepada

pertanggung jawaban kepada Allah SWT.

Hukum pidana Indonesia yang merupakan

tindak pidana kesusilaan perbuatan yang

menyinggung rasa asusila yang merupakan

tindak pidana sadis bentuk pelanggaran hak

asasi manusia yang berarti pula perampasan

kehormatan orang lain. Dalam hukum pidana

Islam segala bentuk kesusilaan dilarang

tanpa pengecualian dengan sanksinya yang

tegas agar si pelaku dapat jera.

Delik kesusilaan pada bahasan ini yang

mengacu pada Pasal 284,285 dan 289 KUHP

pada tindak pidana perzinahan,pemerkosaan

dan pencabulan adalah suatu tindak pidana

yang sadis yang merupakan pelanggaran hak

asasi manusia dengan merampas kehormatan

orang lain,menyinggung rasa asusila dan

menyebabkan seseorang bisa saja trauma,

berakibat luka berat,dapat mempengaruhi

fisik maupun psikologis secara jangka

panjang, malu dan tidak berani melanjutkan

hidup dengan pergaulan yang ada di dalam

masyarakat dan hilangnya sikap wara.

Pada pendapat diatas diketahui bahwa subjek

hukum

pidana

Indonesia

mengenai

kesusilaan harus mengacu pada

undang-undang yang berlaku dan Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana.

Hasil wawancara diatas diketahui bahwa

salah satu acuan hukum pidana Indonesia

dalam

tindak

pidana

perzinahan,

pemerkosaan dan pencabulan adalah Pasal

284,285 dan 289 KUHP.

Kesusilaan jika ditinjau dari Hukum pidana

Islam tentunya akan berbeda dari hukum

pidana Indonesia, hal tersebut terjadi karena

acuannya yang berbeda dalam hukum pidana

Islam maka kesusilaan dilihat berdasarkan

Al-Quran dan Hadist.Said Jamhani dosen

fakultas syariah IAIN Radin Intan bandar

lampung pada tanggal 18 Oktober 2016

mengenai delik kesusilaan dari segi hukum

Islam diketahui sebagai berikut :

(9)

6

bentuk kesusilaan karna akan diancam

hukuman duniawi dan juga hukuman

ukhrawi dan juga dari mereka yang

melakukan tindak pidana ini lebih banyak

mudharatnya daripada maslahatnya. Pada

firman allah dalam Q.S An Nuur ayat 2

perempuan yang berzina dan laki-laki yang

berzina, maka deralah tiap-tiap seseorang

dari keduanya seratus kali dera dan

janganlah belas kasihan kepada keduanya

mencegah kamu untuk menjalankan agama

allah, jika kamu beriman kepada allah dan

hari akhirat hendaklah disaksikan oleh

sekumpulan orang yang beriman.

Delik perzinahan di tegaskan dalam

Al-Quran dan sunnah pada surat Al-Isra ayat 32,

Al-quran An-Nuur ayat 2 dan surat An-Nisaa

ayat 15 hukuman bagi pelaku zina yang

belum menikah( ghairu muhsan) didasarkan

pada ayat Al-Quran, yakni didera seratus kali

dihadapan orang ramai menurut pendapat

Syafii dan Ahmad ibn Hambal, di samping

itu ia harus diasingkan selama satu tahun.

6

Sementara bagi penzina muhsan dikenakan

sanksi rajam rajam dari segi bahasa berarti

melempari batu, rajam adalah melempari

penzina muhsan sampai menemui ajalnya

hukum rajam adalah hukum yang bersifat

insidentil

artinya,

penerapannya

lebih

bersifat kasuistik karena hukuman mati

dalam islam harus melalui pertimbangan

matang kemaslahatan individu maupun

masyarakat.

Hukum pidana Islam ini memberikan efek

jera kepada pelaku dan minimal mengurangi

kejahatan karena dalam hukum pidana Islam

itu

harus

dipertontonkan

di

depan

masyarakat dapat menimbulkan rasa malu

terhadap pelaku dan agar pelaku pun merasa

malu

dan

jera

untuk

mengulangi

perbuatannya. Contohnya dalam hukum

cambuk hendaklah di saksikan oleh

orang-orang yang beriman.

b.

Persamaan

Pemahaman

Hukum

Pidana Indonesia dan Hukum Pidana

Islam

dalam

Memandang

Delik

Kesusilaan

6

Zainuddin Ali, M.A, Hukum Pidana Islam ,(jakarta, sinar grafika ,2012) hlm 49

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat

diketahui bahwa antara hukum pidana

Indonesia dan hukum pidana Islam sama

sama menganggap delik kesusilaan sebagai

tindak pidana atau kejahatan yang pelakunya

dapat diberikan sanksi pidana apabila

melakukan persetubuhan diluar perkawinan/

tindak pidana yang menyangkut kehormatan

orang lain serta sanksi dalam hukum pidana

Indonesia berupa pidana denda atau penjara

itu juga termasuk sanksi dalam hukum

pidana Islam.

c.

Perbedaan perspektif hukum pidana

Indonesia dan hukum pidana Islam

mengenai Kesusilaan

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat

diketahui perbedaan pandangan hukum

pidana Indonesia dan hukum pidana Islam

mengenai kesusilaan, sebagai berikut :

pertama, dalam hukum pidana Indonesia

kesusilaan dianggap sebagai kejahatan atau

pelanggaran sedangkan dalam hukum pidana

Islam dianggap sebagai jarimah (delik)

kedua, hukum pidana Indonesia segala

bentuk pelanggaran kesusilaan hukumannya

diatur sedangkan dalam hukum pidana Islam

ada hukuman yang tidak diatur tetapi

dilarang dan bentuk hukumannya diserahkan

kepada pemerintah contoh, tindak pidana

pencabulan

yang

merupakan

pidana

Tazir.ketiga, dalam hukum pidana Indonesia

tidak ada pembeda bagi pelaku zina yang

sudah menikah ataupun belum hukumannya

tetap sama sedangkan dalam Islam ukuran

hukumannya ditentukan apakah ia sudah

menikah

(muhsan) atau belum menikah

(ghairu muhsan). Islam segala bentuk

kesusilaan dilarang, kemudian dalam hukum

pidana Indonesia diatur batas maksimum

hukumannya sedangkan dalam pidana Islam

hukumannya diserahkan pada pemerintah

apakah itu cambuk 100 kali atau rajam dan

sebagainya.

d.

Analisis Penerapan Sanksi terhadap

tindak pidana (delik) kesusilaan dalam

hukum pidana Indonesia dan Hukum

Pidana Islam

(10)

termasuk jenis Pelanggaran. Dalam bab XIV

tentang Kejahatan terhadap Kesusilaan

dimuat jenis-jenis delik Kesusilaan (Pasal

284,285 dan 289 KUHP):

Pasal

284

KUHP

merupakan

suatu

opzettleijk delict

atau suatu tindak pidana

yang harus dilakukan dengan senga. Artinya

unsur kesengajaan tersebut harus terbukti

ada pada diri pelaku, agar ia dapat

dinyatakan terbukti telah memenuhi unsur

kesengajaan dalam melakukan salah satu

tindak pidana perzinaan dari tindak pidana

perzinaan yang diatur dalam Pasal 284

KUHP.

Tindak

pidana

pemerkosaan

atau

verkrachting

oleh

pembentuk

undang-undang telah diatur dalam Pasal 285 KUHP

yaitu : “Barangsiapa dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan memaksa seorang wanita

bersetubuh dengan dia di luar perkawinan,

diancam

karena

melakukan

perkosaan

dengan pidana penjara paling lama dua belas

tahun”

Tindak pidana dengan kekarasan atau

dengan ancaman akan kekerasan memaksa

seseorang untuk melakukan atau untuk

membiarkan dilakukannya tindakan-tindakan

melanggar kesusilaan, oleh pembentuk

undang-undang telah diatur dalam Pasal 289

KUHP

yang

rumusanya

ditulis:

“Barangsiapa dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan memaksa seseorang

untuk

melakukan

atau

membiarkan

dilakukan perbuatan cabul, diancam karena

melakukan perbuatan yang menyerang

kehormatan

kesusilaan

dengan

pidana

penjara paling lama Sembilan tahun.”

Tindak Pidana kesusilaan dalam Hukum

Pidana Islam

Islam mengenal tindak pidana sebagai

jarimah. Dan para fuqaha membagi jarimah

ini berdasarkan pada berat dan ringannya

hukuman, yaitu :

1.

Kejahatan Hudud

Kejahatan hudud adalah kejahatan yang

diancam hukuman had, yaitu hukuman yang

telah ditentukan kualitasnya oleh Allah SWT

dan Rasulullah SAW dengan demikian

hukuman tersebut tidak mempunyai batas

minimum dan maksimum. Beberapa tindak

pidana yang termasuk kejahatan hudud

adalah : 1) Pencurian, 2) Perampokan, 3)

Pemberontakan, 4) Perzinahan, 5) Tuduhan

palsu, 6) Minum-minuman keras/judi, 7)

Murtad, 8) Homoseksual

Jarimah hudud tidak ada pengampunan sama

sekali baik dari korban atau penguasa

tertinggi. Dalam jarimah ini fungsi hakim

hanyalah melaksanakan apa yang telah

ditentukan syara’ dan tidak berijtihad dalam

memilih hukuman dikarenakan di dalam

jarimah ini tidak boleh ada keraguan.

2.

Kejahatan Qisas Diyat

Kejahatan

qisas diyat adalah kejahatan yang

diancam dengan hukuman qisas. Qisas

adalah

hukuman

yang

sama

dengan

kejahatan yang dilakukan. Sasaran dari

jarimah ini adalah integritas tubuh manusia

sengaja atau tidak sengaja. Penjatuhan

hukum qisas hanya dijatuhkan hakim selama

korban atau ahli warisnya tidak memaafkan

si pelaku. Pengampunan yang diberikan oleh

si korban mempunyai pengaruh dan oleh

karena itu si korban bisa memaafkan

hukuman qisas, untuk digantikan dengan

hukuman diyat dalam salah satu ayat

Al-Qur’an disebutkan

dalam surah

Al-Isra ayat

32 dan surah An-Nuur ayat 2.

Ayat di atas dengan tegas menyatakan

kesusilaan

atau

persetubuhan

adalah

perbuatan syaitan yang haram hukumnya

apabila manusia melakukannya dan dosalah

bagi nya, jika kita merenungkan ayat di atas

maka larangan tersebut adalah tegas.

Apalagi, Allah SWT telah menyatakan

bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan

syaitan.

e.

Penerapan Sanksi tindak pidana (delik)

kesusilaan di provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam (NAD)

(11)

8

terlepas dari kerikil-kelikil yang mengganjal,

misalnya tindak pidana asusila terkait

dengan zina.

Pada hakikatnya semua perbuatan asusila

adalah hukumnya haram. Sebab segala

perbuatan asusila yang dilakukan dilakukan

diluar

pernikahan

adalah

perbuatan

zina.Adapun tindak pidana yang terkait

dengan tindakan asusila adalah seperti

pemerkosaan, pencabulan atau yang dapat

kita sebut dengan persetubuhan sebagian

pendapat mengatakan pelaku tidak dihukum

hadd melainkan dengan ta’zir. Tindak pidana

Asusila terkait merupakan gejala sosial yang

dapat menimbulkan berbagai akibat yang

membahayakan

bagi

orang

yang

bersangkutan, keluarga, dan masyarakat

sekitar. Akibat yang ditimbulkan dari

kegiatan itu biasanya berupa penyebaran

penyakit

kelamin,

berbagai

perbuatan

Kriminal dan lain sebagainya.

f.

Asas-Asas

Pidana

dalam

Hukum

Pidana Indonesia dan Hukum Pidana

Islam

Hukum Pidana Indonesia

a.

Asas legalitas (tercantum di dalam pasal 1

ayat 1 KUHP )

b.

Asas tiada pidana tanpa kesalahan

c.

Asas

nasional

pasif

atau

asas

perlindungan (asas ini tercantum dalam

Pasal 4 ayat 1,2 dan 4 KUHP)

a.

Asas Legalitas (berdasarkan surat Al-Isra

(17) ayat 15 dan surah Al-Anam ayat 19

b.

Asas larangan memindahkan kesalahan

orang lain (asas ini terdapat di dalam

Quran surah Anam ayat 165, surah

Al-Fathir ayat 18, surah Az-Zumar ayat 7,

surah An-Najm ayat 38, surah

Al-Muddatsir ayat 38)

c.

Asas praduga tak bersalah ( asas ini

diambil dari ayat-ayat al-quran yang

menjadi sumber asas legalitas dan asas

larangan memindahkan kesalahan pada

orang lain yang telah di sebutkan)

B.

Pengaturan Delik Kesusilaan dalam

hukum Pidana Islam dapat atau tidak

diterapkan di Indonesia khususnya

bagi umat Islam

Hukum pidana Indonesia merupakan suatu

aturan-aturan hukum yang menentukan

terhadap perbuatan-perbuatan apa yang

seharusnya dijatuhi pidana dan apakah

macamnya pidana itu, pidana ini merupakan

suatu hal yang mutlak diperlukan dalam

hukum pidana tujuannya agar dapat menjadi

sarana pencegahan umum maupun khusus

bagi

anggota

masyarakat

agar

tidak

melanggar hukum pidana. Pidana adalah

penderitaan atau nestapa yang sengaja di

bebankan

kepada

orang-orang

yang

melakukan

perbuatan

yang

memenuhi

syarat-syarat tertentu itu, dengan demikian

dapat pula hukum pidana itu diartikan

sebagai

keseluruhan

peraturan

yang

mengatur

tentang

pidana,

pertanggung

jawaban pidana, dan tindak pidana. Secara

konstitusi

hukum

pidana

Indonesia

menggunakan

hukum

belanda

yang

peraturannya terakomodir di dalam RUU

KUHP.

Metode penerapan hukum pidana Islam yang

mudah di terima oleh masyarakat adalah

dengan

menggali

nilai-nilai

sejarah

penerapan pemidanaan Islam di Indonesia

serta memasukan nilai-nilai positif yang

terkandung dalam hukum pidana Islam untuk

diterapkan dalam sistem hukum pidana

Indonesia

yang

sedang

dalam

tahap

pembaharuan, masyarakat Indonesia pada

umumnya masih menjunjung tinggi nilai

moral dan agama hal tersebut dapat dipahami

dari sikap mereka terhadap pelanggaran

norma moral dan agama meskipun

undang-undang pidana tidak mengaturnya secara

tegas.

(12)

sebagai

perundang

undangan

di

Indonesia.teori-teori

hukum

tersebut

diantaranya adalah teori recepcio implexsu,

dan teori receptio yang dimunculkan oleh

pakar hukum belanda pada masa penjajahan

empat

bentuk

eksistensi

perundang-undangan hukum Islam di Indonesia

pertama, hukum Islam diakui sebagai hukum

mandiri dan hukum yang berkekuatan hukum

nasional kedua, hukum Islam sebagai sumber

utama bagi hukum nasional. Ketiga, hukum

Islam

sebagai

Integral dalam hukum

nasionaldan keempat hukum Islam sebagai

penyaring dari hukum nasional. Contoh, baru

hanya

di

propinsi

nanggroe

Aceh

Darussalam yang sudah menerapkan syariat

Islam yang kental di Indonesia. Indonesia

menggunakan hukum positif mengakibatkan

penerapan nya di Indonesia cukup sulit

perdebatannya terkadang berujung pada dua

opsi yakni,hukum Islam harus diterapkan di

Indonesia atau hanya cukup menyisipkan di

hukum nasional Opsi pertama jelas sangat

sulit dilakukan karena biasanya akan muncul

tudingan agenda pendirian negara Islam jika

Hukum Islam diterapkan secara murni.

Namun, opsi kedua ternyata juga tidak

otomatis mudah. Praktisi hukum yang juga

aktif di organisasi Front Pembela Islam,

upaya memasukkan hukum pidana Islam ke

dalam

peraturan

perundang-undangan

nasional terbentuk oleh tiga hambatan yaitu :

Pertama,

hambatan

secara

pemikiran,

hambatan ini muncul karena saat ini orang

yang memahami Jinayat atau hukum pidana

Islam,

jumlahnya

sedikit.

Kondisinya

semakin buruk karena perguruan tinggi yang

menyajikan mata kuliah Hukum Pidana

Islam juga sedikit dan juga karena

bercampur nya umat non muslim jadi

otomatis

kaum

non

muslim

tidak

mempelajari tentang syariat Islam. Kedua,

hambatan budaya hambatan ini terkait

dengan upaya-upaya kaum liberal menggerus

nilai-nilai keislaman, khususnya pada diri

generasi muda. Caranya, lanjut dia, kaum

liberal itu melakukan propaganda media.

Hambatan ketiga juga terkait dengan kaum

liberal. seperti di Aceh dalam perda

Qanun

itu hanya sebagian dari hukumannya

pertama, adalah karena banyak nya

tafsiran-tafsiran tentang Al-Quran dalam hal-ini

adanya penafsiran-penafsiran yang berbeda,

yang kedua ternyata banyaknya aliran-aliran

dan juga adanya potensi-potensi perbedaan

dalam penafsiran dan perbedaan dalam

privasinya.

1999 tentang penyelenggaraan haji dan

inpres no 1 tahun 1991 tentang kompilasi

hukum Islam, sedangkan dalam hukum

pidana

masih

dalam

tahap

upaya

memasukannya semaksimal mungkin dalam

RUU KUHP, tetapi secara parsial dapat

dikategorikan sebagai hukum nasional dan

masuk dalam RUU KUHP apabila dilihat

dari segi aturan tindak pidana nya kemudian

dibandingkan dengan hukum barat, hukum

Islam lebih mengakar ke Indonesia dan

budaya bangsa Indonesia lebih akrab ke

budaya Islam.

Masalah substansivik dalam hal ini adalah

masalah strategi dalam upaya pembaharuan

hukum pidana positif dengan nilai-nilai yang

terkandung di dalam hukum pidana Islam.

Upaya tersebut dapat di formalisasi dengan

upaya dengan mempertimbangkan kondisi

masyarakat seperti yang terjadi di provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam. Besar peluang

terakomodirnya aturan pidana Islam dalam

hukum pidana Indonesia apalagi bila faktor

kendala tersebut dapat di perkecil faktor

kendala yang menjadi penghambat utama

ada pada intern umat Islam sebagai

masyarakat

mayoritas

Indonesia,

dan

solusinya ada pada kesatuan pemahaman dan

kemauan dalam menerapkan hukum pidana

Islam dan menjadikannya sebagai bagian

dari undang-undang negara.

(13)

10

tahun 2003 jika dilihat dengan perbuatan

melawan hukumnya bukan merupakan suatu

hal yang baru hal yang sama dapat ditemui

dalam kesusilaan di dalam KUHP terlepas

dari kontroversi yang dimilikinya KUHP ini

telah mengatur permasalahan kesusilaan

bahkan jauh lebih rinci dibanding Qanun

khalwat dalam Qanun khalwat di definisikan

sebagai perbuatan sunyi-sunyi antara dua

orang mukhallaf atau lebih yang berlainan

jenis yang bukan muhrim atau tanpa ikatan

perkawinan.

Contohnya saja di Indonesia sekarang ini

sudah banyak mendirikan bank bank

bersyariah Islam yang berlandaskan pada

agama dimana sekarang sudah banyak kaum

non muslim pun yang banyak bergabung ke

bank syariah dan secara tidak langsung

sudah

banyak

masuknya

pemahaman

pemahaman Islam kepada kaum non muslim.

III. PENUTUP

A. Simpulan

Adapun simpulan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1.

Perbandingan pengaturan delik kesusilaan

dalam hukum pidana Indonesia dan

hukum pidana Islam ialah bahwa dilihat

dari pengaturan menurut hukum pidana

Indonesia kesusilaan itu oleh pemerintah

dikategorikan sebagai tindak pidana

dengan mengacu pada pasal Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 284, 285 dan 289. Peraturan

Pemerintah tentang delik kesusilaan di

dalam KUHP itu sendiri secara tegas

menyebutkan segala bentuk persetubuhan

merupakan

pelanggaran

hukum

sebagaimana dimaksud Pasal 284,285 dan

289 KUHP “diancam dengan pidana

paling lama dua belas tahun penjara,

barang siapa dengan sengaja melakukan

persetubuhan pria dan wanita diluar

perkawinan, dilihat dari segi hukum Islam

maka jelas diatur dalam Al-

Qur’an Surat

Al-Isra ayat 32, surat An-Nuur ayat 2,

As-Sunnah, Ijma’ yang melarang tegas segala

bentuk kesusilaan.

2.

Pengaturan

Delik

kesusilaan

dalam

hukum pidana Islam apakah dapat

diterapkan di Indonesia khususnya bagi

umat Islam yang ada pada hukum pidana

Indonesia dan hukum Pidana Islam,

hukum Islam diakui sebagai hukum

mandiri dan hukum yang berkekuatan

hukum nasional kedua, hukum Islam

sebagai sumber utama bagi hukum

nasional. Ketiga, hukum Islam sebagai

Integral dalam hukum nasional dan

keempat hukum Islam sebagai penyaring

dari hukum nasional.Sudah sempurna lah

hukum pidana Islam karena murni

perintah yang Allah turunkan sesuai

dengan fitrah manusia di muka bumi ini

khususnya bagi umat Islam.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka peneliti

memberikan saran dan masukan, sebagai

berikut :

1.

Seseorang yang melakukan tindak pidana

kesusilaan perlu mendapat sanksi yang

tegas yang dapat membuat jera para

pelakunya, diantara dua sistem hukum ini

mengenai pemidanaan dalam hukum

pidana Islam khususnya karena sebagai

mayoritas penduduk muslim harus lebih

memahami mengenai hukum pidana

Islam karena sesuai dengan fitrah

manusia dan juga karena perintah Allah

yang memang harus kita patuhi dan

yakini bahwa memang peraturan terbaik

untuk mengatur kehidupan manusia, pada

sistem hukum di Indonesia haruslah patuh

pada peraturan hukum legalistik yang

tertulis karena selama manusia mengikuti

peraturan tersebut tetaplah baik.

(14)

mereka terhadap pelanggaran norma

moral dan agama meskipun

undang-undang pidana tidak mengaturnya secara

tegas Upaya tersebut juga adanya

menyatukan konsep di dalamnya apabila

konsep yang mereka usung tidak menyatu

antara ormas Islam dengan Ormas Islam

yang lainnya maka akan menjadi faktor

menghambat penerapan hukum pidana

Islam di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. 2012.

Hukum Pidana Islam.

Jakarta: Sinar Grafika

De Cruz, Peter. 2012.

Perbandingan Sitem

Hukum

Common

Law.

Jakarta,

Nusamedia

Hakim, Drs. H. Rahmat M.

Hukum Pidana

Islam, CV Pustaka Setia Nbandung

2000

Lamintang, P.A.F.,Theo Lamintang S.H.

2011.

Delik-Delik Khusus Kejahatan

Melanggar Norma Kesusilaan Dan

Norma Kepatutan. Jakarta: Sinar

Grafika

Soepomo, 1967.

Bab-Bab Tentang Hukum

Adat, Jakarta: PT Paradnya Paramitha

Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo

Undang-undang Nomor 73 Tahun

1958 Tentang Kitab Undang-undang

Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

Tentang

Kitab

Undang-undang

Hukum Acara Pidana.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

Tentang

Perlindungan

Anak

Jo

Undang-undang Nomor 35 Tahun

2014

Tentang

Perubahan

Atas

Undang-undang Nomor 23 Tahun

2002 Tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

11 Tahun 2012 Tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak

Referensi

Dokumen terkait

Fuzannafi ing bukune kanthi irah-irahan Reog Ponorogo Memori diantara Dominasi dan Keragaman (2005:79) ngandharake ngenani praktek magis sajrone kesenian reyog, yen

Penelitian in silico yang dilakukan bertujuan melihat emodin bertindak sebagai ligan aktif atau ligan tidak aktif terhadap RE-α dan pose emodin dalam kantung

Berdasarkan latar belakang diatas penelitian ini akan membuat sebuah sistem absensi berbasis pengenalan wajah dan hasil dapat langsung diketahui oleh orang tua/wali siswa

 Siswa diminta menuliskan kesimpulan tentang hasil kegiatannya dalam menyelesaikan permasalahan kontekstual menggunakan ide model-model matematika sistem persamaan

Dengan judul objek desain Konservasi Kawasan Area Pelabuhan Sungai Kalimas: Mengintegrasikan Rencana Pemerintah Kota Sesuai Potensi Pemukiman Masyarakat Surabaya,

pada kadar air minyak dan FFA tidak efektif untuk memperbaiki kualitas minyak, namun untuk angka peroksida dan angka yodium sedikit menyumbangkan perbaikan dibandingkan

Terdapat perbedaan kadar trigliserida antara kelompok diet standar ad libitum dengan kelompok diet tinggi minyak sawit maupun kelompok diet tinggi minyak sawit +

“Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah yang dilakukan untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan reliable dengan tujuan dapat ditemukan,