ABSTRAK
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS PADA
SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PURWODADI DALAM TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh LYNA KUSTINI
Masalah dalam penelitian adalah hasil belajar IPA di kelas V SD Negeri I Purwodadi Dalam yang selama ini masih rendah belum mencapai KKM yang ditentukan yaitu 60,Permasalahannya adalah apakah hasil belajar IPA dapat ditingkatkan dengan model Teams Games Tournaments (TGT).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran tipe (TGT).
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus,setiap siklus melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.Objek penelitian ini berjumlah 20 orang siswa kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Dalam,materi pelajaran adalah sumber daya alam mata pelajaran IPA. Pengambilan data menggunakan metode observasi, tes tulis, serta dokumentasi. Serta analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan persentase (%).
Hasil penelitian melalui pembelajaran model Teams Games Tournaments (TGT) yang diperoleh pada siklus I ke siklus II pada materi sumber daya alam, terjadi peningkatan hasil belajar individu maupun kelompok dan ketuntasan belajar disebabkan karena guru semakin mengoptimalkan pembelajaran. Artinya perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Untuk menerapkan setrategi pembelajaran (TGT) ini diperlukan persiapan yang matang untuk mendapatkan hasil yang optimal.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional
yang disusun dan dilaksanakan di masing–masing satuan pendidikan. Sesuai
dengan amanat Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
bahwa Kurikulum Satuan Pendidikan pada jenjang pendidikandasar dan
menengah mengacu, pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan serta
berpedoman pada panduan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang
dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.
Pembelajaran IPA yang dimulai dari konsep yang sederhana menuju konsep yang
lebih kompleks, materi yang satu mendasari materi yang lain sehingga hal ini
membawa konsekuensi bahwa kesiapan mental seorang anak dalam belajar IPA
dimulai dari pengusaan materi sebelumnya.
Pembelajaran IPA yang terjadi selama ini adalah pembelajaran yang hanya
menekankan pada perolehan hasil saja dan mengabaikan pada proses, sehingga
siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dalam bentuk lain. Akibatnya
hasil akan dicapai tidak tahan lama dan anak mudah lupa materi pembelajaran
lakukan pada pembelajaran IPA, nilai hasil ulangan belajar kelas V SD Negeri I
Purwodadi Dalam Kecamatan Tanjung Sari masih rendah. Hal ini dapat dilihat
[image:3.595.164.461.213.316.2]pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1.Hasil Rata-rata Nilai Ulangan Harian IPA Semester 2 Kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Dalam Tahun 2012/2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar IPA
dalam tiga kali ulangan harian masih sangat rendah yaitu sebesar 50. Nilai
tersebut belum mencapai KKM yaitu sebesar 60.
Ketika proses pembelajaran berlangsung yaitu pada saat materi disampaikan
sebagian siswa justru mengobrol dengan teman sebangkunya dan ketika
penjelasan materi dilakukan, 13 siswa dari 20 siswa kelas V SD Negeri 1
Purwodadi Dalam Kecamatan Tanjung Sari tidak menyimak dan mengikuti
pelajaran. Sedangkan pada saat pemberian tugas kelompok, 6 siswa dari 4
kelompok tidak mengerjakan tugas kelompok dengan baik.
Guru hanya mengajar dengan metode ceramah sedangkan siswa hanya duduk,
diam, mendengarkan, menghafal dan mencatat buku sampai habis sehingga proses
pembelajaran dikelas menjadi monoton atau kurang menarik bagi siswa. Kondisi
seperti ini tidak akan meningkatkan prestasi yang dimiliki peserta didik dalam No Ulangan Ke- Rata-rata nilai
1 I 45
2 II 47
3 III 58
Jumlah 150
memahami mata pelajaran IPA. Akibatnya nilai akhir yang dicapai siswa tidak
akan memuaskan atau jauh dari yang diharapkan.
Dari penyebab masalah tersebut, analisis penyebab ditemukan beberapa faktor
yang menyebabkan tinggi rendahnya hasil belajar siswa SD Negeri 1 Purwodadi
Dalam Kecamatan Tanjung Sari antara lain dari pihak siswa adalah (1) Kondisi
kelas kurang kondusif, (2) Sajian materi tidak menantang (3) Rendahnya minat
belajar siswa (4) Tidak adanya pujian dan hukuman terhadap siswa. (5)
Kurangnya peran siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak fokus
terhadap mata pelajaran mengakibatkan nilai siswa rendah. (6) Kurangnya
memberikan pertanyaan kepada siswa. (7) Tidak memberikan umpan balik
penilaian unjuk kerja (tidak mengembalikan hasil). Pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) diharapkan
mampu meningkatkan.
Dengan meningkatkan hasil belajar diharapkan dapat meningkatkan kerjasama
positip antar siswa sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapinya
dan secara tidak langsung dapat memahami materi sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Penggunaan model Teams Games Tournament ini dilakukan
peneliti merupakan cara yang dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
IPA siswa kelas V SD Negeri I Purwodadi Dalam. Untuk mengatasi rendahnya
hasil belajar siswa pada pelajaran IPA ini perlu dilakukan suatu tindakan.
Dari masalah tersebut diatas maka dilakukan penelitian tindakan kelas yang
Games Tournament (TGT) Pada siswa kelas V SD Negeri I Purwodadi Dalam
Kecamatan Tanjung Sari Tahun 2012/2013.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut :
1.2.1.Malas mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dalam bentuk
kelompok.
1.2.2.Siswa sering main dan bercerita dengan teman sekelompok.
1.2.3.Kemampuan akademik siswa yang heterogen.
1.2.4.Kurang aktif mengerjakan tugas latihan dalam kelompok.
1.2.5.Saat tugas kelompok beberapa siswa tidak mengerti apa yang
dikerjakan oleh kelompoknya.
1.2.6.Nilai IPA dalam tiga kali ulangan harian belum memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 60.
1.2.7.Metode guru dalam mengajar hanya monoton ceramah dan
mengerjakan tugas latihan saja.
1.3. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu,
“apakah hasil belajar IPA dapat ditingkatkan dengan menggunakan Model
Pembelajaran Teams Games Tournament pada siswa Kelas V SD Negeri 1
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA
dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournamment (TGT )
dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN 1 Purwodadi Dalam
Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran
2011/2012
1.5. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.5.1. Sekolah
Manfaat bagi sekolah yaitu dapat lebih meningkatkan cara belajar siswa,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Program
pembelajaran dilaksanakan oleh guru yang didukung kebijakan dari sekolah
supaya dapat mengangkat mutu sekolah secara keseluruhan.
1.5.2. Guru
Manfaat bagi guru adalah sebagai bahan masukan dan kajian untuk
memberikan bantuan atau motivasi kepada siswa agar apa yang diberikan lebih
terarah dan lebih baik.
1.5.3. Siswa
Manfaat bagi Siswa adalah dapat berperan serta dan mengerti bahwa
bagaimana cara kerja kelompok, sehinga hasil dari kelompok dapat berjalan
1.5.4. Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah sebagai pengalaman baru bagi peneliti dalam
menggunakan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar
1.6. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.6.1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas V SD Negeri I Purwodadi
Dalam Tahun Pelajaran 2012/2013.
1.6.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013.
1.6.3. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah sesuai dengan judul yaitu peningkatan hasil
belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games
tournament (TGT) pada siswa kelas V SD Negeri I Purwodadi Dalam yang
dibatasi pada rendahnya hasil nilai belajar siswa yang kurang aktif dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KAJIAN TEORI
2.1.1. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif
memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai disamping menumbuhkan
tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
TGT digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran dari Matematika, Bahasa
Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam , yang telah digunakan dari kelas dua sekolah
dasar sampai pergurun tinggi.
TGT paling cocok untuk mengajarkan materi pembelajaran yang dirumuskan
dengan jelas, misalnya pada bidang studi matematika, penggunaan bahasa,
geografi, keterampilan membaca peta, dan fakta-fakta serta konsep IPA.
Pembelajaran didahului dengan penyajian materi pelajaran oleh guru, dan
dilanjutkan dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa berupa
lembar kerja siswa (LKS). Kemudian siswa mendiskusikan dan menyelesaikan
pertanyaan-pertanyaan di dalam kelompok masing-masing. Setelah siap
depan kelas. Kemudian siswa ditempatkan pada meja tournament untuk
melakukan permainan akademik.
Model TGT tidak menggunakan tes individual, tetapi menggantikannya dengan
tournament yang dilakukan terlebih dahulu dengan membentuk kelompok baru.
Pembentukan ini dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa yang
berkemampuan sama dan setiap kelompok dikumpulkan ke dalam satu kelompok
baru. Anggota kelompok baru kemudian menempati meja tournament dan
selanjutnya memulai permainan akademik.
TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 orang siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru
menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing.
Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas
yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila
ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan,
maka anggota kelompok lain bertanggung jawab memberikan jawaban, atau
mengerjakannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai
pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam
permainan akademik siswa-siswa akan dibagi dalam meja-meja tournament,
dimana setiap meja tournament terdiri dari setiap 5 orang yang merupakan wakil
permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang
sama. Siswa yang dikelompokkan dalam satu meja tournament secara homogen
dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja tournament
kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan
dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat tes dilaksanakan. Skor yang
diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota suatu
kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor
kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa hadiah atau
sertifikat.
Model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status.
Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur
permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar. Belajar dengan permainan
yang dirancang dalam pembelajaran model TGT memungkinkan siswa dapat
belajar lebih santai disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja
sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Menurut (Wartono, 2004:16)
Menjelaskan dalam Team Games Tournament atau pertandingan permainan tim,siswa memainkan pengacakan kartu dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh poin pada skor tim mereka.Permainan ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka.Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah pertanyaan-pertanyan yang relevan dengan materi pelajaran yang dirancang untuk mengetes kemampuan siswa dari penyampaian pelajaran kepada siswa di kelas. Setiap wakil kelompok akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai tersebut.
Alberti dalam Slavin, (2009), pembelajaran TGT membawa peningkatan yang
signifikan terhadap hasil belajar. Menurut Johnson dkk dalam Slavin, (2009)
bahwa TGT memberikan pengaruh positif yaitu perolehan yang signifikan
terhadap hasil akademik kelompok lebih besar dibandingkan secara individu.
Langkah-langkah pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:
a. Siswa dibagi dalam kelompok beranggotakan 5-6 siswa secara heterogen.
b. Guru menyajikan materi.
c. Guru memberikan lembar kerja kelompok (LKK) dan siswa bekerja dalam
kelompok masing-masing, apabila ada dari anggota kelompok yang tidak
mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain
bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya.
d. Guru memberikan permainan akademik untuk memastikan seluruh
anggota kelompok telah menguasai pelajaran.
e. Dalam permainan akademik siswa dibagi dalam meja-meja tournament,
dimana setiap meja tournament merupakan wakil dari kelompok
masing-masing.
f. Dalam setiap meja games tournament diusahakan agar tidak ada peserta
yang berasal dari kelompok yang sama.
g. Siswa dikelompokkan dalam satu meja tournament secara homogen dari
segi kemampuan akademik, artinya dalam satu
meja tournament kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara.
Permainan pada meja tiap tournament dilakukan dengan aturan sebagai berikut:
a) Setiap pemain dalam tiap meja menentukan pembaca soal dan pemain
yang pertama.
b) Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor
soal dan diberikan kepada pembaca soal.
c) Pembaca soal membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang
d) Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan dalam soal.
e) Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan
membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang
searah jarum jam.
f) Skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar dan berhak
mendapat kartu jawaban. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu
dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai
semua soal habis dibacakan, setiap peserta dalam satu meja tournament
dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang.
g) Selanjutnya pemain kembali ke kelompok asal dan menghitung skor yang
diperoleh masing-masing pemain.
h) Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya
pada tabel yang telah disediakan.
Kelebihan dan kekurangan metode Teams Games Tournamest (TGT) adalah:
a. Kelebihan metode Teams Games Tournament, antara lain: 1) Dapat memperluas wawasan siswa.
2) Dapat merangsang kreativitas siswa dalam memunculkan ide dalam
memecahkan suatu masalah.
3) Dapat mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain dan
bekerja sama.
4) Dapat menumbuhkanpartisipasi siswa menjadi lebih aktif.
b. Kekurangan metode Teams Games Tournament (TGT) yaitu :
1) Kemungkin besar permainan akan dikuasai oleh siswa yang suka
berbicara atau ingin menonjolkan diri.
2) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar
3) Peserta mendapat informasi yang terbatas.
4) Menyerap waktu yang cukup banyak.
5) Tidak semua guru memahami cara siswa melakukan permainan.
2.1.2. Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang secara sadar untuk
mencapai suatu perubahan yang sebelumnya belum mengerti menjadi mengerti.
Perubahan yang dicapai karena adanya proses belajar yang disebut dengan
perubahan hasil belajar tersebut seperti penambahan pengetahuan baru.
Penambahan pengalaman dan keterampilan dan sejenisnya yang mencakup
kepada aspek kognitif, afektif dan Psikomotorik dengan menggunakan belajar
kelompok.
Menurut pendapat Sudirman (1965 : 23) :
“Belajar adalah sebagai rangkaian jiwa psikofisik untuk memenuhi perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti bagi masyarakat unsur cipta rasa dan karsa, rana, kognitif, efektif dan fisiko motorik. Proses pembelajaran akan berlangsung dalam situasi yang sadar dan direncanakan serta dengan tujuan yang jelas. Proses belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak siswa mereka sendiri. Proses tersebut melibatkan interaksi antara guru dengan siswa secara emosional. Ikatan emosional yang terjalin baik akan sangat mendukung kepada tercapainya hasil belajar yang baik pula. Oleh sebab itu proses pembelajaran peran guru sebagai fasilator, administrator, motivator sangat ditentukan”.
Menurut Hamalik, (1975 : 28), belajar adalah “Bentuk pertumbuhan atau
perubahan pada diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku
yang baru berkat pengalaman dan latihan”.
Di dalam proses belajar dan mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai
subyek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan,
kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu dapat
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, melalui
pengajaran dan latihan, siswa diupanyakan memiliki pengalaman yang baik
terhadap diri dan gurunya yang didukung dengan terjadinya perubahan dalam
dirinya kearah yang positif. Selain itu dalam proses belajar juga terjadi proses
bimbingan dari guru kepada siswa dalam penguasaan materi dan bahan pelajaran
agar tercapai hasil yang optimal.
2.1.3. Hasil Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai hasil belajar, terlebih dahulu akan
dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai.
Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh
seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan tertentu.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu
dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar
menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu
harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik.
Sedangkan pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah
kemampuan. Kemampuan disini berarti yang dilampaui individu dalam
mengerjakan sesuatu.
Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu :
1. Keterampilan dan kebiasaan.
2. Pengetahuan dan pengertian.
3. Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan
Pada dasarnya dengan belajar diharapkan kemampuan siswa bisa meningkat.
Ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa semakin berfungsi. Dimyati dan
Mudjiono (2006:22) memberikan ilustrasi bahwa ranah kognitif, siswa dapat
memiliki pengetahuan, pemahaman, dapat menerapkan, melakukan analisis,
sintesis, dan mengevaluasi. Pada ranah afektif, siswa dapat melakukan
penerimaan, partisipasi, menentukan sikap, mengorganisasi dan membentuk pola
hidup. Pada ranah psikomotor, siswa dapat mempersepsi, bersiap diri, membuat
gerakan-gerakan sederhana dan kompleks, membuat penyesuaian pola gerak dan
menciptakan gerakan-gerakan baru.
Menurut Ahmadi (1991:72), hasil belajar yang dicapai dalam suatu usaha belajar
dalam hal ini usaha belajar dalam mewujudkan nilai atau hasil belajar siswa dapat
dilihat pada hasil atau nilai yang diperoleh dalam mengikuti tes. Prestasi belajar
merupakan hasil yang dicapai siswa yang dinyatakan dalam bentuk nilai.
Menurut Slamento (2003:54), prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Yang menjadi faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri siswa yang
mempengaruhi prestasi belajar, seperti minat, semangat, dan motivasi. Adapun
faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri siswa dan bisa mempengaruhi
prestasi belajar, seperti lingkungan, teman, guru, orang tua, dan fasilitas yang ada.
Dari hal-hal tersebut maka guru hendaknya dapat membangkitkan semangat,
motivasi siswa, serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung
aktivitas belajar siswa dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan
penerapan model diskusi sehingga siswa akan lebih mudah memahami yang
diajarkan juga supaya siswa semakin punya rasa setia kawan.
Dari uraian di atas jelas bahwa suatu proses pembelajaran pada akhirnya akan
menghasilkan kemampuan manusia berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Perubahan kemampuan merupakan indikator untuk menunjukkan hasil belajar
siswa. Perubahan perilaku yang harus dicapai tertuang dalam tujuan pembelajaran
dan dapat diukur dengan menggunakan tes dan non-tes.
2.1.4. Belajar IPA di SD
Proses belajar IPA diperlukan suatu komponen untuk mencapai pembelajran yang
konstektual. Program pembelajaran merupakan rencana kegiatan kelas yang
direncanakan oleh guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang
dilakukan bersama siswanya yang berhubungan dengan materi yang akan
dipelajari. Dengan demikian, program yang dirancang oleh guru benar-benar
terencana dan dikerjakan oleh siswa secara bersama siswanya. Belajar IPA
memerlukan pemusatan pikiran untuk mengingat dan mengenal kembali semua
aturan yang ada dan harus dipenuhi untuk menguasai materi yang dipelajari.
Berdasarkan uraian di atas, pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang bersifat
abstrak sehingga dituntut kemampuaan guru untuk mengupayakan metode yang
menarik sesuai tingkat kemampuan siswa dan perkembangan mental. Maka
diperlukan model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai
Hasil Belajar Siswa Pembelajaran Model Team
Games Tournament (TGT) Hasil Belajar
Siswa Rendah
2.2. Penelitian yang Relevan
Peneliti mengutip salah satu contoh penelitian yang dilakukan dengan model
pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) yang bersumber dari
Aminatun Khasanah, (2011). Peningkatan motivasi belajar dengan menggunakan
model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas IV Semester 2 Pada Sumber Daya Alam di SD Negeri I Talang
Jawa. Dari hasil penelitiannya bahwa dengan belajar menggunakan model
pembelajaran yang variatif dapat meningkatan motivasi belajar siswa. Dengan
pembelajaran Teams Games Tournament dapat meningkatkan hasil belajar yang
optimal.
2.3. Kerangka Pikir
Hasil belajar IPA melalui model pembelajaran Teams Games Tournament pada
siswa kelas V SD Negeri I Purwodadi Dalam, lebih efektif dan meningkat
dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah, karena siswa hanya duduk,
diam, mendengarkan, menghafal dan mencatat buku sampai habis sehingga proses
pembelajaran dikelas menjadi monoton atau kurang menarik bagi siswa.
Berikut ini digambarkan diagram kerangka pikir dalam penelitian sebagai berikut:
2.4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan
dengan langkah-langkah yang benar, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat reflektif,
partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan–
perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi
pembelajaran. PTK yaitu suatu kegaitan mengujicobakan suatu ide ke dalam
praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki
dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
3.2. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, yaitu dari bulan Januari 2012 sampai
dengan April 2013 yang bertempat di SD Negeri 1 Purwodadi Dalam Kecamatan
Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan.
1.3. Subyek dan Tempat Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa guru dan kelas V SD Negeri 1
Purwodadi Dalam Kecamatan Tanjung Sari Semester Genap Tahun pelajaran
2012/2013 dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 13 laki-laki dan 7
1.4. Teknik dan Alat Pengumpul Data
Jenis data yang akan dianalisis adalah data yang dikumpulkan baik pada saat pra
tindakan, selama tindakan, maupun sesudah tindakan pembelajaran
dilaksanakan.Alat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa
instrument yaitu:
1. Tes, digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa.
Tes yang digunakan soalnya terdiri dari 2 instrumen, yang akan diberikan
kepada kelompok sebanyak 4 kelompok siswa yang jumlahnya 20 orang.
Kelompok instrumen tes 1,terdiri dari 10 soal yang digunakan untuk menilai
hasil individu dan masing-masing soal diberikan skor 1 apabila benar,dan
diberikan skor 0 apabila salah, sehingga skor maksimal 10, dengan rumus
penilaian yaitu :
skor perolehan X 100 % skor maksimal
Kelompok instrumen tes 2,terdiri dari 5 soal digunakan untuk menilai hasil
kelompok yang masing-masing soal diberikan skor 2 apabila benar,dan diberikan
skor 0 apabila salah, sehingga skor maksimal 10 dengan rumus penilaian yaitu :
2. Observasi, digunakan untuk mengumpulkan data kegiatan mengajar guru.
Tabel Lembar Observasi kinerja guru dalam pembelajaran
1. Nama sekolah : SD Negeri 1 Purwodadi Dalam 2. Nama guru yang diobservasi : Lyna Kustini
3. Kelas/Semester : V 4. Materi Pokok : 5. Hari /Tanggal :
No Aspek Yang diamati Ya Tidak Ket
Pendahuluan
1. Persiapan sarana pembelajaran
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Menggali pengetahuan awal siswa
4. Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu
5. Memotivasi minat siswa
Kegiatan inti
6. Mengusai materi pelajaran
7. Kesuaian materi dengan indikator
8. Berperan sebagai fasilitator
9. Mengajukan pertanyaan siswa dikelas
10. Memberi waktu pada siswa untuk menjawab
11. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya
12. Memberi kesempatan untuk menjawab
pertanyaan
13. Menggunakan media alat dan bahan
14. Kejelasan dalam penyampaian konsep
16. Mengkaitkan dengan pelajaran lain
17. Memberikan penguatan positif bagi siswa
Penutup
18. Membimbing siswa membuat kesimpulan
19. Memberi tugas kepada siswa
20. Tindak lanjut
Jumlah
Presentase kinerja
Purwodadi Dalam,22 Januari 2013 Obsever,
Riani Damanik
Nip.195901141980102001
Keterangan :
YA = 1
TIDAK = 0
Kriteria penilaian dengan rumus penilaian sebagai berikut :
skor perolehan x 2 X 100 % skor maksimal
Nilai 50 s/d 60 = Kurang aktif
Nilai 65 s/d 70 = cukup aktif
Nilai 75 s/d 90 = aktif.
3.5. Validasi Instrumen
Validasi Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah untuk melihat
validitaas isi, maksudnya adalah bahan isntrumen yang dibuat harus sesuai dengan
3.6. Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan persentase (%)
Analisis deskripktif adalah bertujuan untuk menggambarkan suatu realita sosial
tertentu, dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan yang nyata
yang berlangsung sekarang.
Tujuan utama menggunakan metode ini adalah menggambarkan sifat suatu
keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa
sebab–sebab suatu gejala tertentu. Data yang relevan atau bermakna yang telah
dipilih disusun dalam satu kesatuan, difokuskan/ditonjolkan dalam hal penting
sehingga dapat memberikan gambaran tentang hasil observasi dan wawancara.
3.7. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hasil belajar siswa
diharapkan mencapai target 80 -95 % pada materi sumber daya alam dan
ketuntasan belajar diharapkan mencapai KKM yang ditentukan yaitu 60.
3.8. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan selama 2 (dua) siklus, dimana tiap
siklus dilaksanakan dalam satu kali tatap muka. Setiap siklus terdiri dari 4 (empat)
fase kegiatannya yaitu : Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi,
dengan tahapan siklus I dan II.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan
pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Penjelasan untuk per
siklusnya adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di
dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati
hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model
kontekstual berbasis masalah.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan
yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
SIKLUS I DAN II
Gambar 3.1. Alur Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Per Siklus
Rencana penelitian dibagi dalam dua putaran, yaitu putaran 1 dan 2, dimana
masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama)
dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki
sistem pengajaran yang akan dilaksanakan sebagai berikut :
Siklus I
1. Perencanaan
Perencanaan dibuat berawal dari permasalahan yang muncul di lapangan yaitu
dari pengalaman peneliti sebagai guru di kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Dalam.
Permasalahan ini dapat disebut sebagai refleksi awal, yaitu hasil belajar IPA yang
Dalam tahapan pertama ini peneliti membuat persiapan dan perencanaan
pembelajaran dan meminta ijin melakukan penelitian kepada kepala sekolah.
2. Pelaksanaan Tindakan
Setelah masalah penelitian dianalisa tindakan yang dipakai tindakan yang
berpedoman pada apa yang dirancang peneliti sebagai upaya perbaikan metode
pengajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran TGT untuk meningkatkan
minat dan hasil belajar siswa. Setelah itu menentukan RPP dan tindakan RPP
dilampirkan penelitian dibuat dalam 1 (satu) siklus.
3. Observasi
Pada saat pembelajaran berlangsung seorang observer melakukan observasi
kinerja guru dan hasil belajar siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah
disediakan.
4. Refleksi
Tahapan penelitian mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak
dari tindakan dengan menggunakan berbagai kriteria. Refleksi dilakukan dengan
mengidentifikasikan rencana tindakan yang terlaksana dan belum terlaksana serta
efek-efek yang timbul karena tindakan yang bersangkutan serta penentuan tingkat
perkembangan atau keberhasilan penerapan tindakan.
Siklus II
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka peneliti berusaha untuk
membimbing siswa untuk menemukan konsep dan menegur siswa yang tidak
saling membantu dalam kelompoknya.
2. Pelaksanaan Tindakan
Proses pembelajaran pada siklus II sama dengan siklus I tetapi pelaksanaannya
berdasarkan hasil refleksi siklus 1.Pada tahap ini peneliti menyiapkan hal-hal yang
dibutuhkan diantaranya satuan pembelajaran, rencana pembelajaran dan media
pembelajaran seperti RPP.
3. Observasi
Pada saat pembelajaran berlangsung seorang observer melakukan observasi
kinerja guru dan hasil belajar siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah
disediakan.
4. Refleksi
Selain proses pembelajaran penelitian ini juga melakukan pemantauan dan
evaluasi. Pemantauan terhadap pembelajaran menggunakan alat-alat bantu berupa
catatan yang bertujuan untuk menentukan jenis tindakan perbaikan pada
pembelajaran siklus berikutnya.
Pemantauan terhadap hasil belajar siswa dilakukan pada setiap akhir siswa dengan
memberikan tes tertulis (tes akhir) tes dilakukan dalam rangka untuk melihat
kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Penguasaan setiap
3.9. JADWAL PENELITIAN Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan / Minggu ke …….
Januari Februari Maret April 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan x
- Identifikasi Masalah x
- Penyusunan Proposal x x x
- Seminar x
2. Pelaksanaan Siklus I x
- Perencanaan x
- Pelaksanaan x x
- Observasi x
- Analisis Data x
- Refleksi x
3. Pelaksanaan Siklus II x
- Perencanaan x
- Pelaksanaan x x
- Observasi x
- Analisis Data x
5. Penyusunan Laporan x x x x x x
59 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang TGT pada materi pokok
Sumber Daya Alam di kelas V SD Negeri 1 Purwodadi Dalam, dapat disimpulkan
bahwa:
5.1.1. Terjadi peningkatan hasil belajar individu siswa dari siklus I ke siklus II
5.1.2. Terjadi Peningkatan hasil kelompok turnamen pembelajaran TGT siswa
dari dari siklus I ke siklus II. Hal ini disebabkan guru peneliti semakin
bisa melakukan pengelolaan kelas dengan baik, sehingga dalam
membelajarkan TGT. Hal ini disebabkan karena guru semakin
mengoptimalkan pembelajaran TGT dengan melakukan refleksi sehingga
membuat siswa semakin antusias dalam proses pembelajaran
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pembelajaran TGT dapat
meningkatkan hasil belajar. Oleh karena itu disarankan:
5.2.1. Bagi siswa, hendaknya belajar dengan model pembelajaran TGT ini perlu
60 tidak hanya pada saat penelitian dan dapat di terapkan pada mata
pelajaran yang lain.
5.2.2. Bagi guru, untuk menerapkan Strategi pembelajaran TGT seperti pada
penelitian ini diperlukan persiapan yang matang, terutama pada saat
penilaian kelompok penjawab diperlukan bantuan dari siswa yang pandai
untuk membantu guru mengerjakan soal-soal yang dibuat oleh temannya.
5.2.3. Bagi sekolah, untuk mengatasi permasalahan pembelajaran matematika
yang cenderung tidak disukai oleh siswa, maka sebagai alternatif
penyelesaiannya adalah menerapkan model TGT.
5.2.4. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan sesuai dengan
penelitian ini juga disarankan agar membuat persiapan yang lebih
sempurna terutama dalam mempersiapkan instrumen pengamatan beserta
DAFTAR PUSTAKA
Aminatun Khasanah.2011.Upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan model pembelajaran kooperatif type (TGT) Skripsi FKIP Unila 2011
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Rinekan Cipta.
Djamarah. 2000.Konsep dan Pembelajaran Media.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hamalik. 1975.Writing: Research, Theory, and Application. New York: Pergamon Institute of English.
Sardiman, A.M. 2004. “Inetaksi dan Motivasi Belajar Mengajar”. Jakarta : PT. Raja Grafindi Persada.
Slavin, R. 2009.Teachers and Children at Work. New Hamphire: Heirnernan Educational Books.
Slamento ( 2003 ) Belajar dan Faktor–faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudirman. 1965. Belajar dan Prestasi Belajar. Bandung : Alfabeta.
Sudjana, N. 2004.Pengalaman dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.