• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat Peraga Edukasi dan Moving Class dal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Alat Peraga Edukasi dan Moving Class dal"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Alat Peraga Edukasi dan Moving Class dalam Pembelajaran di SD/MI

Oleh: Panji Hidayat

(Dosen Prodi PGSD Universitas Ahmad Dahlan)

Abstract

The aims of this Research is to know that the visual education Equipment increasing interest in educating students on The MI Muhammadiyah, Kauman, Ngawen, Klaten. In addition, the purpose of this study was to know the Moving Class to make learning more effective.

Type of research is for Evaluative Research to know the interest and effectiveness of learners following a school policy change instructional practices that just do. The general objective evaluative research is to refine and test the implementation of an educational practice. The samples were used as the research were all students grades 4, 5, and 6 in learning science, mathematics, and social studies.

Based on the results of this study indicated that students' interest towards learning with Visual education equipment earned a percentage of 91,98 it is considered very good. while the effectiveness of Moving Class earned a percentage of 85,47 it is considered very effective.

Key word: Evaluation Research, Props Education, Moving Class

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu aktivitas sadar yang diarahkan untuk

menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan

pembelajaran. Dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 mengenai tujuan

pendidikan Indonesia adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa. Di samping itu juga tujuan pendidikan adalah untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik lebih

aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, dan akhlak mulia.

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang diharapkan

dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Agar proses pembelajaran dapat

berhasil maka diperlukan metode mengajar dan media pembelajaran yang sesuai

dengan materi. Namun pada kenyataannya banyak media pembelajaran yang

hanya sebagai alat pajangan di gudang sekolah tanpa dieksplor lebih lanjut oleh

(2)

Pelaksanaan dan sarana pendukung belajar seperti alat peraga saat ini

diakui sangat minum. Di kelas pendidik masih lebih banyak menggunakan teori

ketimbang menggunakan alat peraga yang bisa membuat peserta didik tertarik

untuk belajar. Hal ini disadari benar oleh Kepala MI Muhammadiyah Kauman

Klaten, Hamzah Triwijaya, M.Ag, sehingga menerapkan model pembelajaran

Moving Class di sekolahnya. Sebab dengan metode itu banyak fasilitas sekolah

yang dapat dimanfaatkan termasuk di antaranya adalah alat peraga edukasi yang

dapat mendukung pembelajaran lebih efektif.

Proses pembelajaran menuntut pendidik mampu menyediakan dan

mengelola pembelajaran dengan suatu metode dan teknik penunjang yang

memungkinkan peserta didik dapat mengalami seluruh tahapan pembelajaran

yang bermuatan keterampilan proses, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep.

Kenyataan di lapangan, terutama di MI Muhammadiyah Kauman Klaten, tuntutan

karakteristik pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh KTSP masih jauh dari

yang dimaksudkan. Implementasi KTSP lebih terfokus pada pembenahan jenis-

jenis administrasi pembelajaran. Sedangkan dalam aplikasinya belum menggeliat

dan menunjukkan perubahan yang sangat berarti. Hal ini disebabkan antara lain,

pemberlakukan KTSP belum disertai dengan pelatihan bagi pendidik-pendidik

bagaimana mengelola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum.

Selain itu, fasilitas pembelajaran seperti media dan alat peraga, kualitas dan

kuantitasnya tidak banyak berubah, yaitu jauh dari memadai. Untuk itu perlu

langkah kreatif dari pendidik menambah alat peraga edukasi dengan cara

menambah anggaran alat peraga atau membuat sendiri sesuai dengan ide kreatif

dari seorang pendidik.

Namun dengan bertambahnya alat peraga edukasi membutuhkan banyak

ruang. Sedangkan dalam aplikasi di pembelajaran di sekolah alat peraga edukasi

yang sifatnya portabel membutuhkan waktu untuk dipresentasikan di dalam ruang

kelas sehingga banyak pendidik yang merasa enggan untuk membawanya dari

gudang sekolah.

Sedangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

(3)

SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh

peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan” (Depdiknas, 2006:47). Pencapaian SK dan KD tersebut pada

pembelajaran didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun

kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh

pendidik dengan berorientasi kepada tujuan kurikuler.

Sejak tanggal 10 Juli 2012 setting sekolah dibenahi agar alat peraga dapat

dioptimalkan dengan siteplan 3 ruang kelas yang digunakan untuk memajang alat

peraga. Kemudian tiga ruang kelas tersebut dibedakan menjadi ruang IPA,

Matematika, dan IPS. Untuk penggunaan ruang kelas tersebut digunakan untuk

kelas tertentu saja yaitu kelas 4, 5, dan 6, sedangkan untuk kelas 1, 2, dan 3 masih

di dalam kelas seperti pembelajaran sebelumnya yaitu pembelajaran secara

klasikal. Dengan adanya pembagian ruang itu maka akan terjadi Moving Class

yang merubah dari kebiasaan awal meskipun sebelumnya setiap pembelajaran

komputer sudah terjadi Moving Class sejak lama.

Formasi tempat duduk yang dapat dimodifikasi tersebut dapat dimodifikasi

seperti model auditorium, ceramah, konferensi, pengelompokan terpisah, dan

masih banyak model lain. Moving class dirasa membuat peserta didik lebih fress

setiap ganti pelajaran. Sebab, peserta didik bisa keluar dan berjalan menuju ruang

kelasnya yang baru. Meski demikian, bukan berarti peserta didik seenaknya

masuk kelas tanpa batas waktu. “Ada Aturannya. Peserta didik diberi toleransi

waktu sekitar 5-10 menit untuk pindah kelas, dan jika lebih dari itu dianggap

sebagai pelanggaran,” kata Kepala Sekolah.

Untuk itu peneliti mempunyai ide untuk melakukan penelitian tentang

kebijakan sekolah yang baru tersebut baik dari segi minat peserta didik terhadap

alat peraga edukasi. Sedangkan dari adanya Moving Class tersebut dilihat dari

efektivitas peserta didik dalam pembelajaran dengan suasana kelas yang selalu

berganti untuk pembelajaran tertentu untuk materi pelajaran IPA, Matematika, dan

IPS.

Rumusan masalah dalam penelitian yang dilakukan di MI Muhammadiyah

(4)

1. Apakah alat peraga edukasi meningkatkan minat peserta didik?

2. Apakah dengan Moving Class membuat pembelajaran lebih efektif?

Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui apakah alat peraga edukasi meningkatkan minat peserta didik?

2. Mengetahui apakah dengan Moving Class membuat pembelajaran lebih

efektif.

Belajar merupakan suatu tahapan perubahan tingkah laku individu yang

relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif (Muhibin Syah, 2010: 90). Berdasarkan definsi belajar

tersebut maka dapat dikatakan bahwa seorang peserta didik yang menempuh

proses belajar idealnya ditandai oleh munculnya pengalaman-pengalaman

psikologis baru yang positif.

Ranah psikologis peserta didik dapat muncul dari dalam peserta didik

sendiri, hal ni berarti bahwa peserta didik memang tertarik atau berminat dan

membutuhkan materi-materi pelajaran yang disajikan oleh pendidik sehingga

tugas pendidik di sini adalah menggunakan metode pembelajaran yang sesuai

dengan materi yang dipelajari seperti halnya menggunakan contoh-contoh dan

peragaan yang sesuai dengan materi agar peserta didik lebih memahami terhadap

materi yang disajikan. Menurut teori kognitif Piaget belajar akan lebih berhasil

apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik. Peserta didik

hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen ataupun peragaan-

peragaan dengan objek fisik yang ditunjang dengan teman sebaya.

Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat

menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga

tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan

proses belajar secara efektif dan efisien (Yudhi Munadhi, 2008: 7). Sedangkan

Gagne dan Briggs mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang

secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi pembelajaran. Dengan kata lain

media adalah komponen dari sumber belajar peserta didik yang dapat

(5)

Alat peraga adalah alat yang berfungsi untuk mempercepat pemahaman

peserta didik terhadap salah satu pokok bahasan dalam bidang studi tertentu. Alat

peraga dalam proses pembelajaran dibedakan menjadi alat peraga dua dimensi,

alat peraga tiga dimensi, dan alat peraga yang diproyeksikan. Alat peraga dua

dimensi yaitu alat peraga yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar.

Sedangkan alat peraga tiga dimensi yaitu alat peraga yang terdiri dari ukuran

panjang, lebar, dan tinggi. Contohnya globe, papan tulis. Alat peraga yang

diproyeksikan merupakan alat peraga yang menggunakan proyektor untuk

menampilkan gambar pada layar.

Pada dasarnya anak belajar melalui sesuatu yang konkrit. Untuk

memahami konsep abstrak anak memerlukan benda-benda konkrit sebagai

perantara atau visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkatan belajar

yang berbeda-beda. Nasution (1995) menyatakan bahwa maksud dan tujuan

peragaan adalah memberikan variasi dalam cara pendidik mengajar dan

memberikan lebih terwujud, lebih terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pada pembelajaran tertentu dalam konsep abstrak akan dapat dipahami dan tahan

lama pada siswa bila belajar melalui berbuat dari pengertian, bukan hanya

mengingat-ingat fakta. Untuk itu dalam pembelajaran tertentu fungsi alat peraga

menurut ET. Russefendi adalah sebagai berikut.

1. Proses pembelajaran termotivasi, baik murid maupun pendidik, dan utamanya

minat siswa akan timbul. Mereka akan senang, terangsang dan tertarik sehingga

akan bersikap positif terhadap pelajaran matematika.

2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkrit sehingga lebih

mudah dipahami dan dimengerti serta dapat ditanamkan pada tingkat yang

lebih rendah.

3. Hubungan antara konsep abstrak dengan benda-benda di alam sekitar lebih

dapat dipahami.

4. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu

dalam bentuk model matematika yang dapat dipakai sebagai objek penelitian.

Minat merupakan rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau

(6)

dalam suatu aktivitas, peserta didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu

cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu

(Slameto, 2003: 18). Minat peserta didik dapat dibangkitkan dengan

membangkitkan suatu kebutuhan, menghubungkan dengan pengalaman masa lalu,

memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan

menggunakan berbagai metode pembelajaran (Sardiman, 1990: 76).

Mengembangkan minat terhadap peserta didik pada dasarnya adalah

membantu peserta didik melihat hubungan antara materi yang dipelajari dengan

dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan bagaimana

pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-

tujuannya, memudahkan kebutuhan-kebutuhannya. Bila peserta didik menyadari

bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan dan melihat bahwa

hasil pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya,

kemungkinan besar peserta didik akan berminat untuk mempelajarinya.

Moving class merupakan adopsi dari sistem pembelajaran di

perpendidikan tinggi. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara peserta didik

berpindah ruangan sesuai mata pelajaran yang ditempuhnya. Ruang kelas

dilengkapi dengan peralatan penunjang pembelajaran sesuai karakteristik mata

pelajaran tertentu. Dengan demikian, peserta didik akan memperoleh suasana

baru. Ini dapat mengurangi tingkat kejenuhan peserta didik sehingga peserta didik

dapat lebih bersemangat menerima pelajaran dan dapat meningkatkan hasil

belajar.

Moving Class merupakan pembelajaran yang bercirikan peserta didik

berpindah dari kelas yang satu ke kelas yang lain sesuai dengan jadwal pelajaran

pada setiap pergantian jam pelajaran. Di dalam penerapan Moving Class terdapat

unsur menejemen kelas yang dilakukan oleh masing-masing pendidik guna

memfasilitasi peserta didik terhadap mata pelajaran yang bersangkutan. Sehingga

dimungkinkan ada pengaruh positif yang ditimbulkan oleh Moving Class terhadap

minat belajar peserta didik

Kegiatan pembelajaran Moving Class peserta didik berpindah sesuai

(7)

akan dapat langsung memfokuskan diri pada pelajaran yang dipilihnya. Peserta

didik dapat memilih kelas yang ada sesuai jenis pelajaran yang sesuai dengan

jadwal mereka. Sehingga para peserta didik terlatih untuk berpikir dewasa dengan

memberikan pilihan-pilihan. Moving Class bertujuan untuk membiasakan peserta

didik agar merasa hidup dan nyaman dalam belajar. Selain itu agar mereka tidak

jenuh dan responsif terhadap apa yang dipelajarinya. Pembelajaran ini membuat

peserta didik tidak bosan belajar dengan selalu menempati kelas yang sama setiap

harinya.

“Moving Class” berarti peserta didik mempunyai kesadaran untuk

mendapatkan ilmu. Artinya, jika mereka mau mendapatkan ilmu, maka mereka

harus bergerak ke kelas yang tertentu yang disediakan untuk dipilih. Moving Class

dapat disamakan dengan pembelajaran aktif, dimana segala bentuk

pembelajarannya memungkinkan para peserta didik berperan secara aktif dalam

proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk interaksi antarsiswa maupun

antara siswa dengan pendidik. Pembelajaran ini sangat efektif dalam memberikan

suasana pembelajaran yang interaktif, menarik dan menyenangkan, sehingga para

peserta didik mampu menyerap ilmu dan pengetahuan baru, serta

menggunakannya untuk kepentingan diri sendiri maupun lingkungannya.

Manfaat penerapan pembelajaran Moving Class ini, dimaksudkan agar

memperoleh waktu belajar yang optimal, memupuk kedisiplinan peserta didik,

dan kemandirian pada diri peserta didik, memastikan peserta didik berada pada

lingkungan yang aman dari pengaruh-pengaruh buruk yang ada di lingkungan

sekolah (Syaiful Sagala, 2009: 185).

Anak SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa ini

merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang

sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi

yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang

ditimbulkan dalam mencapai tujuan (Ahmad Satria: 2005). Adapun efektivitas

dalam hal ini adalah mengacu pada tujuan dari Moving Class. Adapun tujuan dari

(8)

1. Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran;

Proses pembelajaran melalui Moving Class akan lebih bermakna karena setiap

ruang/laboratorium mata pelajaran dilengkapi dengan perangkat-perangkat

pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Jadi setiap peserta

didik yang akan masuk suatu ruang/laboratorium mata pelajaran sudah

dikondisikan pemikirannya pada mata pelajaran tersebut. Pendidik mata

pelajaran dapat mengkondisikan ruang/laboratoriumnya sesuai dengan

kebutuhan setiap pertemuan tanpa harus terganggu oleh mata pelajaran lain.

2. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Waktu Pembelajaran

Pendidik mata pelajaran tetap berada di ruang/laboratorium mata pelajarannya,

sehingga waktu pendidik mengajar tidak terganggu dengan hal-hal lain.

3. Meningkatkan Disiplin Siswa dan Pendidik

a. Pendidik akan dituntut datang tepat waktu, karena kunci setiap

ruang/laboratorium dipegang oleh masing-masing pendidik mata pelajaran

b. Siswa ditekankan oleh setiap pendidik mata pelajaran untuk masuk tepat

waktu pada pada saat pelajarannya.

4. Meningkatkan keterampilan pendidik dalam memvariasikan metode dan media

pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari.

5. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan

pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran.

6. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Karakteristik perkembangan anak Sekolah Dasar biasanya pertumbuhan

fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan

keseimbangannya, dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat

mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang

koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang

gunting. Selain itu, perkembangan anak dari sisi sosial, terutama anak yang berada

pada usia kelas Sekolah Dasar antara lain mereka telah dapat menunjukkan

keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman

(9)

Perkembangan anak usia Sekolah Dasar tahun dari sisi emosi antara lain

anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat

mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai

belajar tentang konsep nilai misalnya benar dan salah. Untuk perkembangan

kecerdasannya anak usia kelas awal Sekolah Dasar ditunjukkan dengan

kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat

terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara,

memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan

waktu.

METODE PENELITIAN

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Evaluatif

karena untuk menentukan minat dan efektivitas dari kebijakan Sekolah yang

mengubah praktik pembelajaran yang baru saja dilakukan. Secara umum tujuan

penelitian evaluatif ini adalah untuk menyempurnakan dan untuk menguji

pelaksanaan suatu praktik pendidikan.

Lokasi penelitian di MI Muhammadiyah Kauman Klaten. Penulis

mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan dekat dengan rumah

tempat tinggal dengan sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari

data, peluang waktu yang luas dan subjek penelitian yang sangat sesuai dengan

disiplin keilmuan penulis.

Penelitian dimulai dari 2 Januari 2013- 9 Februari 2013 Pada setelah

masuk libur semester.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta didik MI Kauman,

Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten yang terdiri dari 264 siswa yang

terdistribusi dalam 9 kelas. Sedangkan sampel penelitian yang digunakan adalah

siswa kelas 4, 5, dan 6 dengan klasifikasi dalam Tabel 1. sebagai berikut.

Tabel 1. Klasifikasi Siswa MI Muhammadiyah Kauman

Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

4 17 20 37

5 14 16 30

6 9 10 19

(10)

Pertimbangan penulis mengambil sampel penelitian tersebut adalah karena peserta

didik kelas 4, 5, dan 6 dianggap mampu mengerjakan tugas sekolah seperti

pekerjaan rumah karena telah mampu membaca dan menulis.

Dari hasil angket ditabulasikan untuk mengetahui minat peserta didik dan

keefektifan Moving Class terhadap pembelajaran dalam bentuk persentase dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif. Persentase diperoleh dengan cara membagi

rerata skor dari aspek yang diperoleh dengan rerata skor yang ditetapkan dikali

dengan materi pelajaran yang berbeda yaitu kelas 4 IPS, Kelas 5 Matematika, dan

kelas 6 IPA. Angket ini digunakan untuk mengukur minat peserta didik sehingga

diketahui seberapa keberminatan peserta didik dalam penggunaan alat peraga

edukasi. Adapun hasil tabulasi data minat peserta didik terhadap alat peraga

edukasi ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Hasil Angker Minat Belajar Peserta Didik

(11)

Dari hasil tabel minat belajar menggunakan alat peraga edukatif tersebut

menunjukkan persentase minat adalah 91,98% yang masuk rentang (81%-100%)

dikategorikan sangat berminat. Hal ini menunjukkan bahwa keingintahuan, rasa

senang, perhatian, dan tanggapan peserta didik dengan adanya alat peraga selama

pembelajaran IPS, MTK, dan IPA semakin baik di kelas 4,5, dan 6.. Dengan hasil

tersebut diharapkan menjadi kajian bahwa penggunaan alat peraga dua dimensi,

tiga dimensi, maupun alat peraga yang diproyeksikan semakin ditambah.

Adapun untuk keefektifan dari adanya moving class pada penelitian ini

ditunjukkan dalam tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 4 Angket Kefektifan Peserta Didik terhadap Moving Class

No Indikator

2 Efektivitas dan efisiensi waktu 152 120 82

3 Kedisiplinan 162 118 87

Dari hasil tabel tersebut tentang keefektivan Moving Class dengan

pembagian ruang yang disusun atas ruang IPS, MTK, dan IPA yang di dalamnya

telah tersedia alat peraga edukatif menunjukkan persentase keefektifan adalah

85,47% yang masuk rentang (81%-100%) dikategorikan sangat efektif. Hal ini

menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran, efektivitas dan efisiensi waktu,

kedisiplinan pendidik maupun peserta didik, keterampilan pendidik dalam

memvariasikan metode, keberanian anak didik dalam bertanya serta munculnya

motivasi yang baik dari peserta didik. Dengan hasil tersebut diharapkan menjadi

kajian bahwa Moving Class dapat dijadikan sebagai inspirasi bahwa Moving Class

(12)

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut.

1. Alat peraga edukasi meningkatkan minat peserta didik dalam pembelajaran.

Hal ini dilihat pada persentase minat peserta didik terhadap alat peraga

edukasi sebesar 91,98 % yang dikategorikan minat peserta didik sangat tinggi.

2. Moving Class membuat pembelajaran lebih efektif. Hal ini dilihat dari

persentase efektivitas Moving Class sebesar 85,47% yang dikategorikan

efektivitas pembelajaran Moving Class sangat tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kerangka Dasar. Jakarta: Pusat Kurikulum.

Munadhi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press

Roseffendi, dkk. (2000). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Aji Cakra

Sagala, Syaiful. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung : Alfabeta.

Sardiman, (1990). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali

Satria, Ahmad. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Halim Jaya

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta

Gambar

Tabel 2. Kriteria Interpretasi Skor
Tabel 4 Angket Kefektifan Peserta Didik terhadap Moving Class

Referensi

Dokumen terkait

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan menggunakan pengamatan langsung, wawancara dan angket. Sampel penelitian ini meliputi remaja yang

Atas dasar itu, maka dalam menghadapi obyek kajiannya, seorang peneliti geografi tidak dapat mengabaikan tinjauannya terhadap wilayah permukaan bumi, tempat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan dampak hospitalisasi anak dalam hal ini lama rawat anak, diagnosa penyakit anak, tingkat pendidikan

Terapi standar, rekomendasi dan optional pada pasien batu cetak ginjal berlaku untuk pasien dewasa dengan batu cetak ginjal (bukan batu sistin dan bukan batu asam urat)

Pada pasal 5 (b) sebagaimana dikutip oleh Hasbullah, menetapkan bahwa “madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah suatu alat dan sumber pendidikan dan

1) Pemilik sistem informasi merupakan sponsor terhadap dikembangkan sistem informasi. Selain bertanggung jawab terhadap biaya dan waktu yang digunakan untuk

Gambar 5.12(b) menunjukkan perbesaran yang dilakukan pada grafik 5.12 (a) yang fokus pada puncak dimana frekuensi resonansi terjadi ,dimana garis coklat merupakan respon

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi rantai pemasaran dan faktor yang mempengaruhi kinerja kelembagaan pemasaran ikan komoditas utama di