• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan bahan pakan dan formulasi ransum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan bahan pakan dan formulasi ransum"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM

Disusun oleh : Eka Jumiasih 13/349018/PT/06526

Kelompok XXXIII

Asisten Pendamping : Widya Kenshiana Putri

LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

Bahan pakan adalah semua bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya dan dapat bermanfaat bagi ternak. Semua bahan pakan harus memenuhi persayaratan tersebut sedangkan yang dimaksud pakan ialah satu atau campuran beberapa macam bahan pakan yang diberikan pada ternak, dapat dimakan, dicerna sebagian atau seluruhnya, dan bermanfaat bagi ternak atau tidak menganggu kesehatan ternak yang mengkonsumsinya (Kamal, 1998 cit. Subekti, 2009).

Bahan pakan menurut sumbernya dibagi menjadi dua, yaitu nabati dan hewani. Bahan pakan nabati adalah pakan yang berasal dari tanaman pangan seperti jagung, sorgum dan gandum. Bahan pakan hewani adalah bahan pakan yang bersumber dari hewan seperti udang, ikan dan darah (Rasyaf, 1994). Bahan pakan secara internasional dapat dibagi menjadi 8 kelas yaitu hijauan kering, hijauan segar atau pastura, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin dan zat additive (Tillman et al., 1998).

Hijauan kering (dry forages) dan jerami (roughages), kelas ini melliputi semua hijauan jerami dan produk lain yang mengandung serat kasar >18% dan dinding sel >35% dalam bahan kering. Contoh: hay rumput, hay hijauan jagung. Hijauan segar dan jerami segar, kelas ini meliputi semua hijauan yang diberiakn kepada ternak dalam keadaan segar,contoh: rumput segar, hijauan segar (Hartadi et al., 2008).

(3)

protein kasar >20% dalam bahan kering, contoh: biji legum, bungkil, bahan pakan asal hewan dan ikan (Hartadi et al., 2008).

Sumber mineral, meliputi semua bahan pakan yang tinggi kandungan mineralnya, contoh: tepung utlnag, tepung batu kapur, dan garam dapur. Sumber vitamin, meliputi semua bahan pakan yang tinggi kandungan vitaminnya, contoh: minyak ikan, tablet vitamin B. Aditif pakan merupakan berbagai bahan pakan yang tidak berfungsi sebagai sumber nutrien, pengunaanya dengan jalan ditambahkan kedalam pakan dalam jumlah sedikit dengan tujuan tertentu, fungsinya antara lain untuk memacu pertumbuhan, memacu produksi,memberi warna dan sebagainya, contoh: anti biotik, zat pewarna, dan obat-obatan (Hartadi et al., 2008).

Praktikum dilakukan di laboratorium bahan pakan dan formulasi ransum untuk menganalisis bahan-bahan pakan agar diketahui jumlah nutrien yang dikandung. Fungsi analisis proksimat adalah untuk mengetahui komposisi bahan pakan yang terdiri dari 6 fraksi yaitu air, abu, protein kasar (PK), lemak kasar (ekstrak eter), serat kasar (SK), dan ekstrak tanpa nitrogen (ETN). Bahan pakan yang diuji pada praktikum kali ini adalah daun Sengon (Albizia falcataria).

BAB II

MATERI DAN METODE

Materi

Alat. Alat yang digunakan pada praktikum adalah gelas ukur 100 mL, buret, corong, pipet volume 25/50 mL, alat destruksi dan destilasi, seperangkat alat ekstraksi dan selongsong dari Soxhlet, labu penampung, alat pendingin, dan kertas saring bebas lemak, desikator, tang penjepit, oven pengering, timbangan analitik, silica disk, tanur, beaker glass 600 mL, pemanas, saringan linen, serat gelas (glass wool), alat penyaring Buchner atau Gooch crucible, gelas arloji, labu kjeldahl 650 mL, labu erlenmeyer 650 mL dan 300 mL.

(4)

bahan pakan, larutan H2SO4 1,25 % (0,255 N), larutan NaOH 1,25 %

(0,313 N), etil alkohol 95 %, larutan H2SO4 pekat, larutan CUSO4 dan

K2SO4, kjeltab, larutan NaOH 50 %, HCL 0,1 N, larutan H3BO3 0,1 N,

indikator mix, dan Zn logam.

Metode

Pengamatan Fisik. Sampel bahan pakan diamati betuk fisiknya. Bentuk fisik yang diamati adalah tekstur, warna, bau, dan rasa. Sampel bahan pakan dirasakan teksturnya, warnanya diamati, dan dicium baunya, kemudian sampel bahan pakan dicicipi rasanya.

Penetapan Kadar Air. Silica disk dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 105°C sampai 110°C selama satu jam. Silica disk didinginkan pada desikator selama satu jam, kemudian ditimbang (X gram). Cuplikan bahan ditimbang seberat 1 gram (Y gram), dimasukkan dalam gelas timbang dan dikeringkan bersama tutup yang dilepas di dalam oven pengering pada suhu 105°C sampai 110°C selama 8 sampai 24 jam.

Gelas timbang berisi cuplikan bahan pakan dikeluarkan dari dalam oven, lalu didinginkan dalam desikator dengan tutup dilepas selama satu jam. Gelas timbang yang berisi cuplikan bahan pakan dalam keadaan dingin dan tertutup ditimbang sampai diperoleh bobot yang tetap dengan penimbangan yang diulang sampai tiga kali setiap satu jam sejak dari penimbangan pertama. Kadar air yang terkandung dalam bahan pakan dihitung.

(X+Y) - (Z)

Kadar air (%) = x 100% Y

Keterangan :

X = Bobot silica disk Y = Bobot cuplikan pakan

(5)

110°C

Penetapan Kadar Abu. Silica disk yang sudah bersih dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 sampai 110°C selama satu jam. Silica disk didinginkan di dalam desikator selama satu jam, kemudian setelah dingin ditimbang (X gram). Cuplikan bahan ditimbang seberat 1 gram (Y gram), lalu dimasukkan ke dalam silica disk. Silica disk yang berisi cuplikan dimasukkan ke dalam tanur. Tanur dinyalakan pada suhu 550 sampai 600°C selama lebih dari 12 jam hingga cuplikan berwarna putih seluruhnya. Suhu diturunkan sampai 120°C, lalu dimasukkan ke dalam desikator selama satu jam, sesudah dingin ditimbang (Z gram). Kadar abu dihitung.

Z - X

Kadar abu (%) = x 100% Y

Keterangan :

X = Bobot silica disk kosong Y = Bobot sampel awal

Z = Bobot sampel + silica disk setelah dibakar dalam tanur

Penetapan Kadar Serat Kasar. Cuplikan bahan ditimbang sebanyak 1 gram (Y gram), dimasukkan ke dalam beaker glass 600 mL, ditambah larutan H2SO4 1,25 % sebanyak 200 mL, kemudian dipanaskan

hingga mendidih selama 30 menit. Cuplikan bahan kemudian disarig melalui saringan linen dengan bantuan pompa hampa (pompa vacum). Hasil saringan (residu) dimasukkan ke dalam beaker glass, ditambah 200 mL larutan NaOH 1,25 %, dididihkan selama 30 menit, lalu disaring kembali dengan menggunakan crucible yang telah dilapisi glaa wool dengan bantuan pompa vacum, kemudian dicuci dengan beberapa mL air panas dan 15 mL etil alkohol 95 %.

(6)

didinginkan dalam desikator selama satu jam, kemudian ditimbang (X garam). Gooch crucible bersama isinya dibakar di dalam tanur pada suhu 550 sampai 600°C sampai berwarna putih seluruhnya (bebas karbon). Gooch crucible yang berisi hasil pembakaran dikeluarkan, didinginkan pada desikator, kemudian ditimbang (Z gram). Kadar serat kasar dihitung.

X - Z

Kadar serat kasar (%) = x 100% Y

Keterangan :

X = Bobot sampel setelah dikeringkan dalam oven 105°C Y = Bobot sampel awal

Z = Bobot sisa pembakaran 550 sampai 600°C

Penetapan Kadar Protein Kasar. Penetapan kadar protein kasar dalam bahan pakan meliputi tiga tahapan, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Tahapan destruksi dilakukan dengan cara cuplikan bahan ditimbang seberat sekitar 0,5 gram (Y gram). Dua butir batu didih, 20 mL larutan H2SO4 pekat, dan 1/4 tablet kjeltab disiapkan, kemudian cuplikan

dimasukkan ke dalam tabung yang terlah berisi dan kering. Kompor destruksi dihidupkan dan tabung-tabung destruksi ditempatkan pada lubang-lubang yang ada pada kompor, lalu pendingin dihidupkan. Skala pada kompor destruksi diatur kecil kurang lebih 1 jam. Destruksi diakhiri saat larutan berwarna jernih, kemudian didinginkan dan dilanjutkan dengan proses destilasi.

Hasil destruksi diencerkan dengan air sampai volumenya 300 mL, kemudian digojog hingga larutan homogen. Erlenmeyer 650 mL yang berisi 50 mL H3BO3 0,1 N, 100 mL air, dan 3 tetes indikator max disiapkan.

(7)

mencapai 200 mL. Blanko dibuat dengan menggunakan cuplikan berupa H2O dan didestilasi. Hasil destilasi dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N

sampai berwarna. Kadar protein kasar dihitung.

(X - Z) x N x 0,014 x 6,25

Kadar protein kasar (%) = x 100% Y

Keterangan :

X = Jumlah titrasi sampel (mL) Y = Bobot sampel (gram) N = Normalitas HCl

Z = Jumlah titrasi blanko (mL)

Penetapan Kadar Lemak Kasar. Cuplikan ditimbang seberat 0,7 gram (Y garam) dan dibungkus dengan kertas saring bebas lemak sebanyak tiga bungkus. Masing-masing bungkusan cuplikan dimasukkan ke dalam oven pengering 105 sampai 110°C selama semalam. Bungkusan cuplikan dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit, lalu ditimbang (X gram). Bungkusan cuplikan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi Soxhlet. Labu penampung diisi dengan petroleum benzen sekitar 1/2 volume labu penampung dan alat ekstraksi Soxhlet diisi sekitar 1/2 volume dengan petroleum benzen. Labu penampung dan tabung Soxhlet dipasang, pendingin dan penangas dihidupkan.

Ekstraksi dilakukan selama sekitar 16 jam sampai petroleum benzen dalam alat ekstraksi berwarna jernih. Pemanas dimatikan. Sampel diambil dan dipanaskan dalam oven pengering dengan suhu 105 samapi 110°C selama semalam, kemudian dimasukkan dalam desikator 15 menit lalu ditimbang (Z gram). Kadar lemak kasar dihitung.

X - Z

Kadar lemak kasar (%) = x 100 % Y

Keterangan :

(8)

Y = Bobot sampel awal

Z = Bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah dikeringkan dalam oven 105° C (setelah diekstraksi)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Fisik. Pengamatan fisik sampel bahan pakan dilakukan dengan mengamati tekstur, warna, bau, dan rasa dari bahan pakan yang diujikan. Berdasarkan pengamatan diperoleh tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Pengamatan fisik

Parameter Pengamatan

Tekstur Kasar dan remah

Warna Hijau tua

Bau Hijauan

Rasa Sedikit pahit

Berdasarkan tabel diatas diperoleh ciri-ciri fisik sampel bahan pakan yang digunakan yaitu bertekstur kasar dan remah, berwarna hijau tua, berbau hijauan, dan memiliki rasa sedikit pahit. Berdasarkan ciri-ciri fisiknya sampel bahan pakan diprediksikan dengan berbagai macam hijauan pakan ternak yaitu tayuman, daun pepaya, dan daun lamtoro. Ketiga prediksi tersebut salah dikarenakan yang benar adalah sampel daun sengon (Albizzia falcatria). Rasyaf (1994) menyatakan bahwa hijauan akan terasa kasar bila diraba dan mempunyai bau khas masing-masing. Hasil yang diperoleh pada saat praktikum telah sesuai dengan literatur.

(9)

unggas dibatasi karena tingginya kandungan serat kasar serta adanya tanin dan HCN yang bersifat racun bagi ternak (Akmal, 2008).

Analisis Proksimat. Analisis proksimat merupakan sebuah analisis yang bertujuan untuk mengetahui fraksi-fraksi penyusun bahan pakan yang mendekati kadar sebenarnya. Fraksi-fraksi tersebut ialah air, abu, lemak atau estrak eter, protein kasar, serat kasar dan ektrak tanpa nitrogen. Komponen bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah hasil pengurangan bahan kering dengan komponen abu, lemak kasar, protein kasar, dan serat kasar. Komponen masing-masing fraksi pada analisis proksimat meliputi fraksi air dengan komponen berupa air, mungkin terdapat asam volatil dan basa. Fraksi abu dengan komponen berupa mineral esensial makro, mineral esensial mikro, dan mineral non esensial. Fraksi protein kasar dengan komponen berupa protein, asam amino, amin, nitrat, glikosida mengandung N, vitamin B, asam nukleat. Fraksi Lemak kasar dengan komponen berupa lemak, minyak, lilin, asam organik, pigmen, sterol, vitamin A, D, E, K. Fraksi serat kasar dengan komponen berupa hemiselulosa, selulosa, dan lignin. Fraksi ekstrak tanpa nitrogen (ETN) dengan komponen berupa gula, fruktan, pati, pektin, asam organik, resin, tannin, pigmen, vitamin yang larut dalam air (Parakkasi, 1995).

Tabel 3. Hasil analisis proksimat

Parameter Pengamatan

I II Rata-rata

Bahan kering (%) 35,91 35,73 35,82

Protein kasar (%) 16,30 15,21 15.755

Serat kasar (%) 28,18 26,27 27,225

Lemak kasar (%) 3,03 2,36 2,695

Abu (%) 8,076 8,16 8,118

BETN (%) 44,43 47,9 46,165

(10)

yang diperoleh kelompok 32 adalah 64,09%, kadar air yang diperoleh kelompk 33 adalah 64,27% sedangkan rata-rata yang diperoleh dari dua kelompok tersebut adalah 64,18%. Hasil perhitungan kadar air yang diperoleh kelompok 32 dan 33 tidak terlalu berbeda. Menurut Suryadi (2008) rata-rata kadar air yang ada pada daun sengon ialah 56,772% sedangkan rata-rata bahan kering yang diperoleh ialah 43,228% sedangkan Menurut Utama (2014) dari hasil analisa daun sengon memiliki kaadar air sebanyak 67 sampai 73%. Hasil yang diperoleh pada saat praktikum tidak sesuai dengan literatur. Perbedaan perhitungan kadar air, bahan kering, dan abu disebabkan oleh adanya perbedaan jumlah daun sengon yang digunakan sebagai sampel (Suryadi, 2008).

Penetapan Kadar Abu. Kadar abu suatu bahan erat kaitannya dengan kandungan mineral bahan tersebut. Kadar abu sangat dipengaruhi jenis bahan, umur bahan, dan lain-lain (Legowo et al., 2004). Berdasarkan perhitungan, kelompok 32 memperoleh kadar abu sebanyak 8,076%, kelompok 33 memperoleh kadar abu sebanyak 8,16%, sedangkan rata-rata dari kedua kelompok adalah 8,118%. Menurut Utama (2014) kadar abu pada daun sengon mecapai 4 sampai 5%. Hasil yang diperoleh pada saat praktikum tidak sesuai dengan literatur. Perbedaan perhitungan kadar air, bahan kering, dan abu disebabkan oleh adanya perbedaan jumlah daun sengon yang digunakan sebagai sampel (Suryadi, 2008).

Penetapan Kadar Serat Kasar. Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak larut pada perebusan dengan menggunakan H2SO4 0,3

N dan NaOH 1,5 N yang berturut-turut selama masing-masing 30 menit (Danuarsa, 2006). Penggunaan larutan H2SO4 1,25% dan larutan NaOH

1,25% disesuaikan dengan suasana saluran pencernaan hewan monogastrik. Larutan H2SO4 sama seperti lambung yang bersuasana

asam, sedangkan larutan NaOH sama seperti usus yang bersuasana basa. Larutan H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis karbohidrat dan

(11)

karbohidrat dan protein (Frandson, 1992). Getah pankreas dan ion-ion bikarbonat yang bersuasana basa dalam usus berfungsi untuk menetralisir asam lambung dan disekresikan sebagai emulsi lemak (Parakkasi, 1995).

Berdasarkan perhitungan, kelompok 32 memperoleh kadar serat kasar sebanyak 28,18%, kelompok 33 memperoleh kadar serat kasar sebanyak 26,27%, dan rata-rata dari dua kelompok tersebut adalah 27,225%. Menurut Siahaan (1999) cit. Akmal (2008) kadar serat kasar pada daun sengon adalah 14,72% sedangkan menurut Utama (2014) kadar serat kasar yang didapat dari analisis adalah 7,8 sampai 8,2%. Hasil yang diperoleh pada saat praktikum tidak sesuai dengan literatur. Menurut Utama (2008) adanya perbedaan pada penetapan kadar serat kasar dikarenakan adanya perbedaan jumlah sampel dan bagian daun yang digunakan sebagai sampel sehingga daun sengon yang bercampur dengan ranting akan memiliki kadar serat kasar lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang hanya daun saja.

Penetapan Protein Kasar. Protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen dengan faktor 16% atau hasil kali dari total nitrogen dengan faktor 6,25 (Kamal, 1998). Penetapan kadar protein kasar dilalukan melaui tiga tahapan yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Tahapan destruksi dilakukan dengan adanya penambahan asam sulfat pekat yang bertujuan untuk melepaskan N organik yang ada pada sampel (Khopkar, 2003). Tahapan selanjutnya diberikan katalisator berupa CuSO4 dan K2SO4 yang

berfungsi menaikkan titik didih asam sehingga dapat mempercepat reaksi yang berlangsung (Sudarmadji, 1996).

Tahapan destilasi dilakukan dengan adanya penambahan NaOH yang berfungsi sebagai pengsuasana basa. Proses destilasi dilakukan selama 7 menit sampai batas larutan mencapai 200 mL pada labu penampung. Labu penampung terdiri dari larutan boraks (H3BO3) yang berfungsi

(12)

(NH4)2SO4 + 2 NaOH Na2SO4 + 2 NH4OH

2 NH4OH 2 NH3 + 2 H2O

4 NH3 + 2 H3BO3 2 (NH4)2BO3 + H2 (Van Soest, 1999).

Tahapan titrasi dilakukan dengan larutan HCl 0,1 N. Penampung yang digunakan adalah asam borat sehingga banyaknya asam borat yang mengikat ammonia dapat diketahui dengan adanya penambahan HCl didalam titrasi (Sudarmadji, 1996). Titrasi dilakukan hingga terjadi perubahan warna dari larutan berwarna hijau sampai berwarna abu keperakan. Berikut adalah reaksi yang terjadi selama titrasi.

2 (NH4)2BO3 + HCl NH4Cl + H3BO3 (Parakkasi, 1995)

Berdasarkan perhitungan, diperoleh bahwa kadar protein kasar kelompok 32 adalah 16,30%, kelompok 33 sebanyak 15,21% sedangkan rata-rata dari dua kelompok tersebut adalah 15,755%. Kelompok 32 memiliki perhitungan kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok 33. Menurut Utama (2014) kadar protein kasar pada daun sengon adalah 5,6 sampai 7% sedangkan menurut Siahaan (1999) cit. Akmal (2008) kadar protein kasar pada daun sengon adalah 21,32%. Hasil yang diperoleh pada saat praktikum tidak sesuai dengan literatur. Menurut Akmal (2008) adanya perbedaan kadar protein kasar dikarenakan adanya perbedaan jumlah sampel daun sengon.

Penetapan Kadar Lemak Kasar. Penentuan kadar lemak kasar dilakukan menggunakan seperangkat alat Shoxlet. Lemak kasar yang terkandung di dalam bahan pakan dilarutkan dengan pelarut lemak (pelarut non polar) seperti petroleum benzen, eter, alkohol, dan pelut lemak lainnya kemudian diuapkan, uap tersebut kemudian dikondensasi menjadi cairan yang kemudian kadar lemak dapat dihitung (Hernawati, 2006).

(13)

benzen, selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen (Hernawati, 2006). Sampel pakan diekstraksi sampai lautannya bening, kemudian dipanaskan pada oven suhu 105°C. Pemanasan ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air. Semua cairan menguap pada pemanasan beberapa waktu pada suhu 105° sampai 110°C dengan tekanan udara bebas hingga mempunyai bobot tetap (Kamal, 1998).

Berdasarkan perhitungan, kelompok 32 memperoleh kadar lemak kasar sebanyak 3,03%, kelompok 33 memperoleh kadar lemak kasar sebanyak 2,36% sedangkan rata-rata dari dua kelompok adalah 2,695%. Menurut Siahaan (1999) cit. Akmal (2008) kadar lemak kasar yang ada pada daun sengon adalah 10,09%. Hasil yang diperoleh pada saat praktikum tidak sesuai dengan literatur. Menurut Akmal (2008) adanya perbedaan dalam penentuan kadar lemak kasar karena perbedaan jumlah sampel, dan keadaan sampel.

BAB V KESIMPULAN

(14)

serat kasar lebih dari 18% dan memiliki kandungan air sebanyak 64,27%. Sampel bahan pakan yang digunakan pada analisis proksimat adalah daun sengon.

DAFTAR PUSTAKA

Akmal. 2008. Pengaruh Pemberian Daun Sengon (Albizzia falcataria) Hasil Rendaman dengan Larutan Ca(OH)2 terhadap Bobot Karkas dan Bobot Organ Pencernaan Ayam Pedaging. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. Vol. IX. No. 4.

Hartadi, H., Kustantinah, R. E. Indarto, N. D. Dono, dan Zuprizal. 2008. Nutrisi Ternak Dasar. Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hernawati. 2006. Teknik Analisis Nutrisi Pakan, Kecernaan Pakan, dan Evaluasi Energi pada Ternak. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas

Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Legowo, A.M., Nurwontoro. 2004. Analisis Pangan.

http://eprints.undip.ac.id/21246/1/1137-ki-fp-05.pdf . Diakses pada tanggal 14 Mei 2014 Pukul 22.20 WIB.

Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta.

Subekti, E. 2009. Ketahanan Pakan Ternak Indonesia. Vol. 5. No. 2. Hal. 63-71. Mediagro.

Sudarmadji. 1996. Teknnik Dasa-Dasar Analisis Kimia. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

(15)

Utama, P. S. 2014. Pengeringan Konsentrat Protein dari Daun Sengon pada Suhu Rendah. Electronic Theses and Dissertations (ETD) Gadjah Mada University. Yogyakarta.

Suryadi. 2008. Pengaruh Suplementasi Daun Sengon (Albizzia falcataria) terhadap Kecernaan dan Fermentabilitas Bagasse Hasil Amoniasi secara In Vitro. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan. Vol. XI. No. 2.

Van Soest, P.J. 1999. Nutritional Ecology of Ruminant. Second Edition. Comstock Publishing Associates A Divition of Cornel University Press. London.

LAMPIRAN

Kelompok VIII

Penetapan kadar air Sampel A :

Berat koran = 10 gram

Berat cuplikan pakan = 182 gram (Y1 gram)

Berat sampel + koran sebelum dioven 55°C = 192 gram (X1+Y1) gram

Berat sampel + koran sesudah dioven 55°C = 84 gram (Z1 gram)

Berat silica disk = 19,1926 gram

Bobot sampel sebelum dioven 105°C = 1,0032 (Y2 gram)

Bobot sampel + silica disk sebelum dioven 105°C = 20,1958 gram (X2+Y2)

gram

Bobot sampel + silica disk sesudah dioven 105°C = 20,0861 gram (Z2

gram)

(X1+Y1) - (Z1)

Kadar air (KA) I = x 100 % Y1

173 - 70

KA I.1 = x 100 %

163 KA I = 63,2%

180-80

(16)

170 KA I = 58,8%

Rata-rata KAI antara kelompok 32 dan kelompok 33 = 59,9% DW = 100 % - KA I

DW = 100 % - 59,9%

DW = 40,1%

(X2+Y2) - (Z2)

Kadar air (KA) II = x 100 % Y2

20, 1958-20,0861

KA II = x 100 %

1.0032 KA II = 10,9 %

DMDW = 100 % - KA II DMDW = 100 % - 10,9 % DMDW = 89,1% %

DMDW = 89,1 %

KA total = KA I + (KAII x DW)

KA total = 59,9 % + (10,9% x 40,1%) KA total = 59,9 % + 4,37 %

KA total = 64,27 % Penetapan kadar abu

Bobot silica disk kosong = 19,1926 gram (X) Bobot silica disk + sampel sebelum dibakar 550°C = 20,0861 gram Bobot silica disk + sampel setelah dibakar 550°C = 19,2656 gram (Z)

Berat sampel awal = 1,0032 gram (Y)

Z - X

(17)

Y

19,2656 - 19,1926

Kadar abu (%)= x 100 %

1,0032 Kadar abu (%)= 7,27 %

100

Kadar abu dalam BK= x kadar abu DMDW

100

Kadar abu dalam BK= x 7,27 % 89,17

Kadar abu dalam BK= 8,16 % Penetapan kadar serat kasar Diketahui:

bobot sampel oven 105°C = 21, 4364 gram bobot sampel setelah tanur = 21,2017 gram bobot sampel awal = 1,0018 gram

Kadar serat kasar =

bobot sampel oven 105 - bobot sampel tanur

bobot sampel awal

×

100

= 21,4364 – 21,2017 x 100% 1,0018

= 23,43%

Kadar serat kasar (BK) =

100

89,17

×

23

,

43

= 26,27% Penetapan kadar protein kasar Diketahui:

(18)

volume sampel titrasi = 7 mL (X)

Kadar protein kasar =

(X-Y)× N × 0,014 × 6,25 × 100% Z

=

(

8-0,2

0,1

×

0,014

×

6,25

×

100%

0,5030

= 13,568%

Kadar protein kasar (BK) =

100

89,17

×

13

,

568

= 15,12% Penetapan kadar lemak kasar Diketahui:

bobot sampel sebelum ekstraksi = 1,0742 gram bobot sampel setelah ekstraksi = 1,0594 gram bobot sampel awal = 0,7050 gram Kadar Ekstrak Eter =

bobot sebelum ekstraksi - bobot setelah ekstraksi

bobot awal sampel

×

100

=

1,0742-1,0594

0,7050

×

100

= 2,099%

Kadar ekstrak eter (EE) =

100

89,17

×

2, 099

= 2,36%

Penetapan kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen ETN bahan kering

= 100 % – (% Kadar abu + % Kadar SK + % Kadar PK + % Kadar EE)

Referensi

Dokumen terkait

Dimensi sosial yang terdiri dari atribut tingkat kepatuhan tenant , tingkat koordinasi tenant dengan pengelola kawasan, pengambilan keputusan dalam me- nyelesaikan

 本論文ではこの問題を「最大集荷問題」(Maximum Collection Problem :

Analisis tersebut secara internal memiliki kekuatan ( strengths ) dan kelemahan ( weakness ) dan secara eksternal memiliki peluang ( opportunities ) dan ancaman ( threats ).

V antiki, tudi na primer Aristotel, še niso poznali besede astronomija, ampak samo astrologijo, skovano iz besed ἀστήρ, zvezda, in λόγος, beseda, nauk, veda.. Pod astrologijo

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi bubuk daun beluntas-teh hitam dalam air seduhan berpengaruh terhadap total fenol, total flavonoid, kemampuan menangkal

proses belajar mengajar hal tersebut dengan pendapat Gagne menyatakan bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat memberikan rangsangan

AICS - Inventarisasi Bahan Kimia Australia; ASTM - Masyarakat Amerika untuk Pengujian Bahan; bw - Berat badan; CERCLA - Undang-Undang Tanggapan, Kompensasi, dan Tanggung Jawab

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan (1) struktur novel, (2) bentuk kekerasan berbasis ketidakadilan gender (3) bentuk emansipasi (4) pendidikan