• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPENDUDUKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEPENDUDUKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KE (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KEPENDUDUKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP

KESEJAHTERAAN

TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL DOSEN PENGAMPU: Drs. Sama’i, M.Kes.

Oleh

Risma Ayu Laksmita 150910301047

Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(2)

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah saya memanjatkan puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan, baik kesempatan maupun kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial ini dengan baik. Salam dan salawat selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari alam jahiliyah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.

Makalah Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah saya buat berjudul “Kependudukan dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan”. Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah saya mengucapkan rasa terima kasih kepada mereka yang telah berjasa membantu saya selama proses pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.

Namun, saya menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat hal-hal yang belum sempurna dan luput dari perhatian saya. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian demi perbaikan makalah-makalah selanjutnya.

Akhirnya, besar harapan penulis agar kehadiran makalah ini dapat memberikan manfaat yang berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta memajukan ilmu pengetahuan.

Jember, April 2016

(3)

Daftar Isi

Cover... i

Kata Pengantar... ii

Daftar isi... iii

BAB I Pendahuluan...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Rumusan Masalah...1

1.3. Tujuan Pembahasan...2

BAB II Pembahasan...2

2.1. Konsep Kependudukan...2

2.2. Pengaruh Dinamika Kependudukan terhadap Kesejahteraan Masyarakat...3

2.3. Mengatasi Masalah-Masalah Kependudukan...6

BAB III Kesimpulan...8

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang ada di dunia. Dikatakan sebagai negara berkembang dikarenakan di Indonesia terdapat 249,9 juta penduduk (World Bank, 2013). Jumlah penduduk yang banyak mempengaruhi tingkat pendapatan per kapita Indonesia yang rendah, sehingga Indonesia dikategorikan sebagai negara berkembang. Indonesia merupakan negara yang sedang membangun dengan masalah kependudukan yang sangat serius, yaitu jumlah penduduk yang sangat besar disertai dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi dan persebaran penduduk yang tidak merata. Jumlah penduduk bukan hanya merupakan modal , tetapi juga akan merupakan beban dalam pembangunan. Dengan kata lain, pertumbuhan penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dapat sebagai penghalang bagi pertumbuhan ekonomi.

Selama 25 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia telah meningkat menjadi hampir dua kali yaitu dari 119,2 juta pada tahun 1971 menjadi 195,29 juta pada tahun 1995 dan menjadi 198,20 juta pada tahun 1996. Namun demikian, tingkat pertumbuhan penduduk telah turun secara cepat yaitu 2,32 persen pada periode tahun 1971-1980 menjadi 1,98 persen pada periode tahun 1980-1990 dan pada periode tahun 1990-1996 menjadi 1,69 persen.

Seperti yang telah disebutkan, masalah yang paling banyak menyumbang terhambatnya kemajuan di Indonesia adalah masalah kependudukan. Dengan jumlah penduduk yang tinggi akan membawa masalah-masalah bagi kehidupan masyarakat karena jumlah penduduk berkaitan langsung dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Masalah utama yang dihadapi di bidang kependudukan di Indonesia adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk.

Kondisi penduduk yang berkualitas, sejahtera, hidup yang cukup baik akan menjadi aset pemerintah yang menguntungkan karena akan berdampak terhadap kemajuan dan perkembangan bangsa dan negara. Penduduk yang besar menuntut pelayanan sosial dan ekonomi yang besar pula. Pemerintah harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan−tidak hanya dalam bentuk materi namun juga nonmateri, seperti lapangan kerja− yang diperlukan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut sudah terpenuhi maka kesejahteraan masyarakat akan terwujud.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimanakah konsep kependudukan?

1.2.2. Apa dampak-dampak yang ditimbulkan oleh kependudukan dan bagaimana pengaruhnya bagi kesejahteraan?

(5)

1.3. Tujuan Pembahasan

1.3.1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dan dampak yang ditimbulkan oleh dinamika kependudukan

1.3.2. Untuk memberikan gambaran solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kependudukan

1.3.3. Untuk dijadikan sebagai bahan acuan pengambilan kebijakan atau keputusan 1.3.4. Untuk menambah wawasan pembaca maupun penulis

1.3.5. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Konsep Kependudukan

Penduduk adalah Orang yang secara hukum berhak tinggal di dalam suatu daerah. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di daerah tersebut. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain. Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu. Pada hakekatnya, pengertian mengenai penduduk lebih ditekankan pada komposisi penduduk. Pengertian ini mempunyai arti yang sangat luas, tidak hanya meliputi pengertian umur, jenis kelamin dan lain-lain, tetapi juga klasifikasi tenaga kerja dan watak ekonomi, tingkat pendidikan, agama, ciri sosial, dan angka statistik lainnya yang menyatakan distribusi frekuensi.

Demografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah dalam kependudukan. Dalam masa pembangunan ini, data demografi sangat dibutuhkan dalam berbagai jenis perencanaan pembangunan. Misalnya dalam perencanaan pendidikan, demografi(dengan proyeksi penduduk dalam usia sekolah) dapat memberi informasi mengenai kebutuhan jumlah sekolah dan fasilitas-fasilitas dalam pendidikan pada masa mendatang. Para pekerja dalam bidang kesehatan rakyat memerlukan juga keterangan-keterangan yang bersifat demografi, misalnya tentang tingkat mortalitas dan morbiditas yang diperinci menurut umur, jenis kelamin dan geografi. Memperhatikan hal-hal tersebut dapatlah dimengerti bahwa Indonesia dengan masalah penduduk yang kompleks membutuhkan banyak ahli-ahli demografi. (Mantra, 1985)

(6)

2.2. Pengaruh Dinamika Kependudukan terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Dinamika kependudukan adalah perubahan penduduk. Perubahan tersebut selalu terjadi dan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 Tentang ´Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera disebut sebagai Perkembangan Kependudukan. Perkembangan kependudukan terjadi akibat adanya perubahan yang terjadi secara alami mauoun karena perilaku yang terkait dengan upaya memenuhi kebutuhannya. Perubahan alami tersebut adalah karena kematian dan kelahiran. Sedangkan yang terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan adalah migrasi atau perpindahan tempat tinggal.

Indikator yang paling banyak menyumbang angka pertumbuhan penduduk adalah angka kelahiran (fertilitas). Di Indonesia pada tahun 1982, Tingkat Fertilitas Kasar besarnya 34 kelahiran per 1000 penduduk. Pada periode tahun 1930-1970 taksiran mengenai besarnya Tingkat Kelahira Kasar di Indonesia masih di atas 40 kelahiran per 1000 penduduk. Alden Speare (dalam Mantra, 1985) membuat taksiran dengan menggunakan teori “kuasi penduduk stabil” mengenai besarnya Tingkat Fertilitas Kasar di Indonesia dari tahun 1931 hingga tahun 1971 mendapatkan kesimpulan bahwa selama 40 tahun Tingkat Fertilitas Kasar di Indonesia besarnya diatas 40.

Dari hal tersebut, disimpulkan bahwa Tingkat Fertilitas Kasar di Indonesia sebelum Perang Dunia II besarnya sekita 47, kemudian pada masa Perang Dunia II dan perang kemerdekaan Tingkat Fertilitas menurun menjadi sekitar 43. Pada saat itu, suasana perang terasa sekali sehingga orang-orang takut untuk menambah kelahiran. Namun, setelah tahun 1950 setelah suasana menjadi aman kembali, terjadilah ledakan penduduk (baby boom). Ledakan penduduk ini terus meningkat hingga sekarang. Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan di Indonesia, pada tahun 2010 masyarakat Indonesia berjumlah sekitar 237,5 juta jiwa, dan pada bulan Juni 2013 pertumbuhan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan sebesar 4,8 persen atau menjadi sekitar 248,8 juta jiwa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi dan faktor non demografi. Faktor demografi diantaranya yaitu struktur umur, status perkawinan, umur kawin pertama, paritas, disrupsi perkawinan, dan proporsi yang kawin. Sedangkan faktor non demografi yaitu keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status wanita, urbanisasi, dan industrialisasi. (Mantra, 1985)

Tingginya tingkat fertilitas di Indonesia tentunya membawa dampak secara langsung terhadap pertumbuhan penduduk. Semakin tinggi tingkat fertilitas maka semakin tinggi pula pertambahan penduduk. Sejak sensus penduduk tahun 1961, piramida penduduk Indonesia berbentuk limas atau ekspansif. Artinya pada periode tersebut, jumlah penduduk usia muda lebih banyak daripada penduduk usia tua. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa Indonesia di dominasi oleh penduduk usia muda.

(7)

Berarti dependency sebsar 46,5/53,5 = 0,86. Angka ini cukup besar dan memberatkan dalam tingkat produktivitas. Selain itu, dari segi produktivitas penduduk Indonesia juga masih belum mempunyai produktivitas yang tinggi mengingat masih belum banyak tebukanya kesempatan bekerja. Angka pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi. Padahal dengan tingkat fertilitas yang tinggi, penduduk dengan usia produktif harus diimbangi dengan lapangan dan kesempatan kerja yang luas. Hal inilah yang menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat menurun dan angka kemiskinan meningkat.

Ledakan penduduk yang terjadi di Indonesia, selain dipengaruhi fertilitas, juga dipengaruhi oleh kematian (mortalitas). Mortalitas adalah salah satu dari variabel demografi yang penting. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan berometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Keadaan kesehatan penduduk di Indonesia masih cukup rendah. Dilihat dari indikator-indikator kesehatan seperti rasio jumlah dokter dan perawat, jumlah penduduk yang mendapat fasilitas air bersih, jumlah kalori protein rata-rata yang dimakan oleh setiap penduduk per hari dan jumlah anggraan kesehatan per kapita per tahun yang disediakan oleh pemerintah maupun pengeluaran untuk kesehatan rata-rata tiap penduduk Indonesia, ternyata tingkat kesehatan penduduk Indonesia pun masih rendah.

Merosotnya kesehatan masyarakat terjadi baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Rumah-rumah sakit dan fasilitas-fasilitas kesehatan masyarakat lainnya kekurangan obat dan peralatan. Klinik-klinik kesehatan di daerah pedesaan kekurangan dokter maupun obat-obatan (Mantra, 1985). Hal inilah yang menyebabkan angka mortalitas yang tinggi.

Mortalitas tidak selalu berkaitan dengan penduduk lanjut usia, tetapi juga angka kematian bayi. Angka kematian bayi merupakan indikator yang sangat berguna, tidak saja terhadap status kesehatan anak, tetapi juga terhadap status penduduk keseluruhan dan kondisi ekonomi dimana penduduk tersebut bertempat tinggal. Angka kematian bayi tidak hanya merefleksikan besarnya masalah kesehatan yang bertanggungjawab langsung terhadap kematian bayi, seperti diare, infeksi saluran pernafasan, salah gizi, penyakit-penyakit infeksi spesifik dan kondisi pra natal, tetapi juga merefleksikan tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan dan secara umum, tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.

(8)

baik. Masyarakat, terutama masyarakat pedesaan, lebih memilih berobat ke dukun atau tabib tradisional daripada ke rumah sakit karena keterbatasan biaya dan kesulitan akses.

Mobilitas penduduk juga merupakan salah satu faktor utama penyumbang angka pertumbuhan penduduk. Menurut Ida Bagus Mantra (1980:20 dalam Mantra, 1985) mobilitas penduduk horisontal atau geografis meliputi semua gerakan (movement) penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu. Mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu mobilitas permanen atau migrasi dan mobilitas non-permanen atau sirkuler. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas non-permanen ialah gerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan tidak ada niatan untuk menetap di daerah tujuan.

Migrasi penduduk Indonesia telah menyebabkan suatu masalah tersendiri bagi kehidupan masyarakat. Masyarakat Indonesia, terutama masyarakat desa, cenderung melakukan migrasi ke wilayah-wilayah perkotaan atau wilayah yang lebih makmur (urbanisasi) dengan harapan mendapat pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Padahal pada kenyataannya, bermigrasi ke kota tidaklah menjamin kehidupan seseorang menjadi lebih baik, apalagi jika kualitas diri masyarakat masih rendah.

Ketika seseorang melakukan migrasi ke wilayah lain, maka otomatis jumlah penduduk wilayah tujuan akan bertambah. Apabila banyak orang yang bermigrasi ke suatu wilayah yang makmur maka akan terjadi ketimpangan jumlah penduduk antar daerah. Daerah-daerah perkotaan besar akan mempunyai jumlah penduduk yang lebih banyak daripada kota-kota kecil yang banyak penduduknya bermigrasi. Dari hal inilah akhirnya persebaran penduduk menjadi tidak merata.

Pertumbuhan penduduk yang besar, persebaran penduduk yang tidak merata antar daerah, dan rendahnya daya serap industri di perkotaan, menyebabkan urbanisasi di Indonesia termasuk dalam kategori “urbanisasi tanpa industrialisasi”, “urbanisasi berlebih” atau “inflasi perkotaan” (Potter dan Lloyd-Evans, 1998; Suharto, 2002 dalam Suharto, 2014). Fenomena ini menunjuk pada keadaan dimana pertumbuhan kota berjalan cepat namun tanpa diimbangi dengan kesempatan kerja yang memadai, khususnya di sektor industri dan jasa. Akibatnya, para migran yang berbondong-bondong meninggalkan desanya tanpa bekal keahlian yang memadai tidak mampu terserap oleh sektor “modern” perkotaan. Mereka kemudian bekerja di sektor informal perkotaan yang umumnya ditandai oleh produktivitas rendah, upah rendah, kondisi kerja buruk, dan tanpa jaminan sosial.

(9)

penduduk antara Jawa dan luar Jawa karena pemerintah Belanda telah sejak lama membangun pusat-pusat pertumbuhan (misalnya pendidikan, perdagangan, pemerintahan) dan prasarana pembangunan (transportasi, komunikasi, dan irigasi) di Jawa.

Peneybaran penduduk yang tidak merata ini menimbulkan beberapa masalah, diantaranya terjadi kelebihan penduduk di Jawa yang terwujud dalam sulitnya mendapatkan pasaran kerja, pendapatan penduduk yang rendah, dan angka pengangguran meningkat. Di luar Jawa sendiri banyak sumber daya alam yang belum dikelola oleh masyarakat. Kebanyakan masyarakat hanya berpikir bahwa kesuksesan dan kesejahteraan hanya bisa didapat di kota besar. Mereka tidak berpikir untuk mengelola sumber daya yang ada dan menciptakan kesempatan kerja sendiri bagi masyarakat sekitar.

2.3. Mengatasi Masalah-Masalah Kependudukan

Saat ini kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk menekan jumlah pertumbuhan penduduk yaitu, hanya dengan menggalakan program Keluarga Berencana (KB) yang dinilai sangat sederhana dan sudah uzur. Program KB merupakan program yang dilakuka untuk menekan jumlah penduduk pada era Presiden Soeharto, dan memang program yang dicanangkan oleh pemerintah pada saat itu berhasil dan mampu menekan jumlah penduduk pada saat itu, namun pada saat ini program KB sudah tidak lagi efektif dalam upaya menekan jumlah penduduk, karena mobilitas masyarakat yang begitu cepat dengan dinamika kehidupan yang berfluktuatif dan kompleks sehingga perlu adanya regulasi lain yang mendukung kebijakan sebelumnya yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain.

Namun, di sisi lain program keluarga berencana telah menyebabkan pula perbaikan kesehatan terutama ibu dan anak. Pada saat ini dapat dikatakan hampir seluruh negara didunia telah menjalankan program keluarga berencana kedalam program pembangunan mereka dan menjadikannya suatu program yang penring serta menghubungkan dengan pembatasan jumlah penduduk serta kepentingan ekonomi. Indonesia termasuk negara dimana program kependudukan keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan dan dalam kebijaksanaannya telah mencatumkan antara lain bahwa tujuannya adalah untuk membatasi jumlah penduduk dan menunjang pembangunan ekonomi. Program KKB di Indonesia ini mempunyai tujuan untuk menurunkan fertilitas sebesar 50% pada tahun 1990 dari tingkat fertilitas pada tahun 1971. Berarti penurunan tingkat kelahiran dari sebesar ± 44 perseribu pada tahun 1971 menjadi ± 22 perseribu pada tahun 1990.

Beberapa solusi yang coba ditawarkan untuk menekan jumlah penduduk yaitu: 1. Penghargaan dan Hukuman

(10)

maka pemerintah bisa mengambil kebijakan denda atau menaikan berbagai macam pajak untuk keluarga tersebut.

2. Membuat Masyarakat di Sibukan dengan berbagai kegiatan

Hal ini bertujuan untuk membuat masyarakat disibukan dengan berbagai kegiatan yang bersifat positif baik secara formal maupun nonformal dengan begitu minat keluarga tersebut untuk menambah anggota keluarga yang baru bisa dikurangi.

3. Memberikan Pemahaman

Memberikan pemahaman kepada masyarakat yang belum mengetahui tentang apa dampak sosial ekonomi yang akan terjadi ketika jumlah penduduk meningkat tajam sampai tak terkendali, terhadap masa depan individu atau negara itu.

Ketika regulasi seperti sudah bisa diterapkan maka bisa dipastikan pertambahan jumlah penduduk bisa ditekan dan masyarakat akan cenderung untuk tidak melanggar karena aturan yang ada memaksa mereka untuk menaati aturan tersebut, dan walaupun mereka sendiri yang nantinya melanggar maka mereka pula yang akan merasakan kerugiannya dalam jangka panjang. Dianalogikan ketika kita masyarakat Indonesia yang sering sekali melanggar aturan di negeri sendiri, yang disebabkan karena aturan yang ada tidak tegas dan tidak konsisten, ketika berkenjung ke negara lain maka kita dipaksa untuk mengikuti aturan yang berlaku dinegara tersebut dengan aturan yang ketat, tegas dan sangat konsisten. Dan anehnya kita mampu untuk menaati aturan tersebut, karena aturan yang memaksa setiap individu untuk tidak melanggarnya.

Kepadatan penduduk dipulau Jawa yang kira-kira 700 orang per km2 ini merupakan

suatu persoalan yang cukup serius untuk diperhatikan dan ditangani. Apabila keadaan ini berkembang terus, maka dikuatirkan dalam waktu beberapa generasi saja pulau Jawa keseluruhan dapat merupakan sebuah kota besar. Kepadatan penduduk yang demikian tinggi di pulau Jawa ini telah menyebabkan timbulnya berbagai masalah terutama yang berhubungan dengan prasarana dan sarana, penyediaan lapangan pekerjaan dan masalah lingkungan hidup. Untuk mengatasi ketimpangan penyebaran penduduk ini, telah dijalankan usaha tranmigrasi yaitu memindahkan penduduk terutama dari pulau Jawa ke pulau-pulau lainnhya. Sedemikian jauh program transmigrasi ini belum menunjukkan hasil yang begitu memuaskan mengingat permasalahannya yang demikian besar dan kompleks.

Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) I Gede Surata mengatakan bahwa, masalah kependudukan bukanlah semata-mata masalah pemerintah dalam hal ini Kemendagri. Tapi, kependudukan adalah masalah bangsa (http://www.beritaempat.com). Maka dari itu, perlu kerja sama dari seluruh pihak terutama masyarakat.

(11)

perencanaan pembangunan sosial harus mendapat prioritas utama yang berguna untuk kesejahteraan masyarakat.

Para pekerja sosial dapat berperan dalam melakukan pengendalian masalah kependudukan. Pekerja sosial bisa turut ambil bagian dalam merencanakan dan membuat kebijakan-kebijakan sosial yang berhubungan kependudukan. Pengetahuan seorang pekerja sosial tentunya dapat menunjang suatu kebijakan, karena pekerja sosial mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan terhadap masyarakat. Selain itu, pekerja sosial melalui proses wirausaha sosial dapat membantu masyarakat, bukan untuk mendapat pekerjaan, namun untuk membuat masyarakat menciptakan kesempatan kerjanya sendiri. Oleh karena itu peran pekerja sosial ini tidak bisa diremehkan.

BAB III KESIMPULAN

Masalah kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi, tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah.

Tingginya tingkat fertilitas di Indonesia tentunya membawa dampak secara langsung terhadap pertumbuhan penduduk. Semakin tinggi tingkat fertilitas maka semakin tinggi pula pertambahan penduduk. Selain fertilitas, faktor migrasi juga menyebabkan suatu permasalahan kependudukan di Indonesia. Migrasi penduduk Indonesia telah menyebabkan suatu masalah tersendiri bagi kehidupan masyarakat. Masyarakat Indonesia, terutama masyarakat desa, cenderung melakukan migrasi ke wilayah-wilayah perkotaan atau wilayah yang lebih makmur (urbanisasi) dengan harapan mendapat pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Padahal pada kenyataannya, bermigrasi ke kota tidaklah menjamin kehidupan seseorang menjadi lebih baik, apalagi jika kualitas diri masyarakat masih rendah.

(12)

Daftar Pustaka

Mantra, Ida Bagus. 1985. Pengantar Studi Demografi. Jogjakarta: Nur Cahaya.

Suharto, Edi. 2014. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera

Redaksi-BeritaEmpat. 2016. http://www.beritaempat.com/masalah-kependudukan-masalah-bangsa/ diakses pada 31 Maret 2016

Bayu Prasetyo. 2014. http://www.b-duu.com/2014/05/masalah-kependudukan-di-indonesia-aspek-sosial-ekonomi.html diakses pada 30 Maret 2016

http://badriasri.blogspot.co.id/2014/06/pengaruh-pertambahan-penduduk-terhadap.html diakses pada 30 Maret 2016

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat Gambar 4.8, suhu tertinggi terjadi di Bulan Agustus yaitu sebesar 31,88°C pada bulan ini sedang terjadi musim timur, suhu menurun sampai menjelang

desktop/mobile/web. Setelah berhasil membuat akun, pengguna dapat login ke Mendeley desktop/mobile/web. Gambar 3 Mendeley versi desktop Buat akun Mendeley Mulai Selesai

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 181 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan

• Perilaku ini terkadang ditemukan pada anak biasa yang berumur 3 tahun. • Pada anak autisme perilaku

Hasil penelitian menunjukkan bahwa wawasan pegawai bank berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelayanan BNI Syariah Cabang Kediri, skill pegawai bank berpengaruh tidak

– Pelekatan dg cairan (camp air- alkohol)  cangkang yg terbuat dari pati... Pemilihan ukuran cangkang

Disini jika masukan kunci pengguna tidak sama dengan masukan kunci pengguna ketika enkripsi, maka stream random yang dihasilkan dari pembangkitan kunci akan berbeda sehingga

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai daya dukung wisata Kebun Raya Cibodas, yaitu jumlah maksimum wisatawan yang dapat ditampung oleh Kebun Raya Cibodas