NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF
TERHADAP PRODUK FASHION PADA REMAJA PUTRI
Oleh:
ARIENDA ALFIA RAUUFAIDA MIRA ALIZA RACHMAWATI, S. PSI. M. SI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU
KONSUMTIF TERHADAP PRODUK FASHION PADA REMAJA
PUTRI
Telah Disetujui Pada Tanggal
_________________
Dosen Pembimbing Utama
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF
TERHADAP PRODUK FASHION PADA REMAJA PUTRI
Arienda Alfia Rauufaida Mira Aliza Rachmawati
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku konsumtif terhadap produk fashion pada remaja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku konsumtif terhadap produk fashion pada remaja. Semakin tinggi konsep diri, semakin rendah perilaku konsumtif terhadap produk fashion pada remaja, sebaliknya semakin rendah konsep diri semakin tinggi perilaku konsumtif terhadap produk fashion pada remaja.
Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putri usia 15-17 tahun SMU Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Skala yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti. Adapun skala yang digunakan adalah skala perilaku konsumtif terhadap produk fashion dengan mengacu pada aspek-aspek perilaku konsumtif dari Swastha & Handoko (1987), dan Skala konsep diri dari Berzonsky (1981).
Metode analisis data yang digunakan menggunakan program SPSS (Statistical Programme for Social Science 16.0 for Window untuk menguji apakah terdapat hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif terhadap produk fashion. Hasil korelasi product moment dari pearson menunjukan angka korelasi sebesar r= -0,386 dengan p = 0.000 (p < 0.01).yang artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif terhadap produk fashion pada remaja putri. Sehingga hipotesis penelitian yang diajukan diterima. Sedangkan sumbangan efektif yang diberikan variabel konsep diri terhadap variabel perilaku konsumtif terhadap produk fashion sebesar 14,9 % sedangkan sisanya 85.1 % faktor lain yang mempengaruhi perilaku konsumtif terhadap produk fashion (pakaian) adalah motivasi, pengamatan, belajar, kepribadian, sikap, kebudayaan, kelas sosial dan keleompok referensi, keluarga (Swastha & Handoko, 1987)
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa pencarian identitas. Masa dimana seseorang mencari jati dirinya sendiri. Pada masa ini para remaja memiliki kesempatan yang sebesar-besarnya untuk mengalami hal-hal yang baru serta menemukan sumber-sumber baru dari kekuatan-kekuatan, bakat-bakat serta kemampuan yang ada didalam dirinya. Sementara itu masa remaja itu dihadapkan kepada tantangan – tantangan pembatasan-pembatasan dan kekangan-kekangan yang datang baik dari dalam dirinya, maupun luar dirinya (lingkungannya).
Salah satu bentuk dari perilaku pada remaja yaitu remaja mudah terjebak dalam arus coba-coba. Seperti beberapa remaja mencoba berbagai dandanan/make up, memakai produk fashion yang sedang trend seperti pakaian, sepatu, tas dan aksesoris yang menyeret mereka kepada perilaku konsumtif.
Konsumtif biasanya digunakan perilaku konsumen untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar daripada nilai produksi barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok. Bagi produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah terbujuk oleh rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja. Di kalangan remaja yang memiliki orang dengan kelas ekonomi yang cukup berada, terutama di kota-kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan sesuatu yang dimilikinya. Remaja lebih senang menghambur-hamburkan uangnya untuk membeli produk fashion. Sehingga munculah perilaku konsumtif terhadap produk fashion.
setelah memasuki toko, kurang menikmati kegiatan belanja sehingga sering berburu-buru mengambil keputusan membeli. Sedangkan remaja pria lebih tertarik pada warna dan bentuk, bukan pada hal teknis dan kegunaanya, remaja pria tidak mudah terbawa arus bujukan penjual, remaja pria menyenangi hal-hal yang romantis daripada obyektif remaja pria cepat merasakan suasana toko, remaja pria senang melakukan kegiatan berbelanja walaupun hanya melihat-lihat saja tapi tidak membeli (Tambunan, 2001).
Menurut penjelasan diatas dapat dilihat bahwa remaja putri lebih dominan dalam berperilaku konsumtif sehingga penulis mengambil subyek untuk penelitian adalah remaja putri. Remaja putri sangat menggemari produk fashion. Berbagai macam produk fashion seperti pakaian yang sedang trend selalu diburu oleh remaja putri. Pada saat jalan di mall atau butik-butik ternyata remaja lebih sering membelanjakan uangnya untuk membeli produk fashion daripada membeli barang-barang lainnya. Karena menurut survey diatas ternyata remaja putri lebih banyak membeli pakaian daripada barang lainnya.
Yogyakarta cara berpakaian mereka sama, motif dan modelnya sama. Misalnya dalam kegiatan ekstrakurikuler pakaian yang mereka gunakan glamour, fashionable dan kebanyakan sama antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat menunjukkan gejala timbulnya perilaku konsumtif pada remaja putri. Selain hal itu ada beberapa hal lain yang menunjukkan adanya perilaku konsumtif pada remaja putri SMU Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Hal ini terlihat dari seringnya siswi menunggak membayar SPP.
Subyek mudah terpengaruh oleh lingkungan teman sepergaulannya. Misalnya saja ketika mereka melakukan transaksi jual beli, terkadang remaja putri harus mendengarkan pendapat dari teman sebayanya. Subyek meminta pendapat kepada teman yang lain pada saat akan membeli barang yang sedang ngetrend dikalangan remaja. Pada saat subyek berjalan-jalan dipusat perbelanjaan ada barang yang mereka anggap menarik mereka langsung membeli barang tersebut tanpa memikirkan kegunaan barang tersebut.
Beberapa subyek yang tidak tinggal dengan orang tuanya atau ngekos. Mereka mengatakan tidak bisa mengontrol pengeluaran uang anaknya. Mereka biasa menggunakan jatah yang seharusnya digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan sekolah misalnya untuk membeli keperluan sekolah menjadi diselewengkan untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan.
Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa penyebab permasalahan perilaku konsumtif tersebut sesuai dengan aspek-aspek perilaku konsumtif yaitu pembelian secara berulang, pembelian secara tidak rasional dan pemborosan.
ditawarkan oleh orang lain dan membeli satu produk karena banyak orang yang memakai produk tersebut (www.dpu-online.com). Perilaku konsumtif ini membeli tidak sesuai dengan pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan. Salah satu pola hidup konsumtif pada remaja putri adalah shopping atau gila belanja. Belanja bukan saja untuk memenuhi kebutuhan, tapi sudah menjadi gaya hidup sendiri bagi remaja putri. Walaupun tidak ada kebutuhan yang sangat mendesak (primer), tapi karena sudah menjadi trend bagi remaja putri.
Penulis melakukan observasi terhadap 70 subyek yang terbagi dalam beberapa butik yaitu Cantik, Post mode, Bluza, Miami dan Ambarukmo plaza, Ramai mall, Malioboro mall pada tanggal 25 April 2008, menunjukan bahwa 90 % orang-orang yang berbelanja di butik tersebut adalah remaja putri dan sisanya 10 % adalah ibu-ibu. Hal ini memperlihatkan bahwa kebanyakan remaja putri senang melakukan aktivitasnya berada diluar rumah yaitu dengan berbelanja atau shopping. Apabila ada barang keluaran terbaru para remaja tersebut langsung menyerbu berbagai pusat perbelanjaan untuk membeli produk terbaru yang sesuai dengan mode.
Remaja putri ingin berpenampilan sebaik mungkin sehingga berusaha mengikuti mode fashion yang sedang beredar. Remaja beranggapan dengan menggunakan mode fashion yang terbaru dengan penampilan yang trendi bagi remaja penampilan trendi merupakan penampilan terbaru.
dengan trend. Agar diterima oleh teman sebanya remaja harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan trend fashion yang baru. Produk fashion yang digemari oleh remaja kebanyakan adalah pakaian. Perkara pakaian kerap menggoda remaja berperilaku konsumtif. Remaja putri merasa nyaman memakai pakaian rumah mode terkenal, atau rancangan desainer kelas dunia. Remaja putri merasa bangga dan menyimpan naluri konsumtif yang ada pada diri mereka. Remaja lebih senang apabila orang lain kagum dengan apa yang dia kenakan (Osolihin, 2007).
Hasil penelitian Surindo (Isnaini, 2008) tentang Behaviorial Trend of
generation yang menunjukkan bahwa frekuensi membeli pada remaja untuk
meningkatkan trend mode merupakan peringkat teratas yakni membeli pakaian lebih dari satu kali dalam 1 bulan sebesar 99 %, sedangkan untuk membeli asesoris agar berpenampilan menarik seperti jam tangan, ikat pinggang, dompet, kaca mata dan sepatu sebesar 89 %.
Pembentukan konsep diri merupakan suatu hal terpenting dalam perkembangan remaja. Konsep diri merupakan ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu. Konsep diri juga merupakan bagian penting dari kepribadian seseorang yaitu sebagai penentu bagaimana seseorang bersikap dan bertingkah laku. Mead (Burn,1993) menjelaskan bahwa, Konsep diri sebagai suatu obyek timbul didalam interaksi sosial sebagai suatu hasil perkembangan dari perhatian individu tersebut mengenai bagaimana orang-orang lain bereaksi kepadanya.
yang baik, optimis, harga dirinya tinggi, memiliki perasaan aman, dan tidak mudah cemas (Apollo, 2007), Sedangkan Snygg & Combs (Winayoga, 1999) mengungkapkan ciri remaja yang memiliki konsep diri positif antara lain : spontan, kreatif dan osisinil, menghargai diri sendiri dan orang lain, bebas dan mampu mengantisipasi hal-hal negatif serta memandang dirinya secara utuh, disukai diinginkan dan diterima oleh orang lain. Dari pendapat ini remaja mampu menampilkan dirinya secara bebas tanpa merasa terbebani, sehingga cenderung akan menghindari hal-hal negatif termasuk gaya hidup dengan perilaku konsumtif. Berbeda dengan remaja yang mempunyai konsep diri yang negatif. Menurut Fitts (Winayoga, 1999), karakteristik remaja yang mempunyai konsep diri yang negatif adalah tidak menyukai dan menghormati diri sendiri, mengalami tingkat kecemasan tinggi, tidak mampu mengambilkan manfaat dari pengalaman negatif yang dialaminya. Remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan luar merasa aneh dan asing terhadap dirinya sendiri sehingga menjadi sulit bergaul, serta tidak memiliki pertahanan psikologis yang dapat membantu menjaga tingkat harga dirinya rendah.
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putri SMU Muhammadiyah 2 Yogyakarta . Yang berusia 15-17 tahun
B. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan dengan skala. Skala yang digunakan ada 2 macam skala yaitu Skala Perilaku Konsumtif dan Skala Konsep diri.
C. Metode Analisis Data
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif yang termasuk dalam penelitian korelasional. Yaitu hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif terhadap produk fashion pada remaja. Teknik korelasi ini digunakan juga untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif terhadap fashion. Pada remaja. Pengolahan data, peneliti menggunakan program komputer SPSS 16.00 for Windows
HASIL PENELITIAN
1. Hasil Uji Asumsi
linearitas.sebagai syarat untuk pengetesan nilai korelasi agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya. Uji asumsi ini dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Programme for Social Science) 16.00 for windows.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah sebaran skor pada variabel penelitian mengikuti distribusi kurve normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik teknik one sample kolmogorov smirnov test pada program komputer SPSS for windows 16.00 for windows. Kaidah untuk mengetahui normal tidaknya sebaran skor pada variabel yang mengikuti kurve normal jika harga p dari nilai Ks-z atau nilai Chi Square lebih besar dari 0,05 (p>0.05). Apabila harga p dari nilai Ks-z atau nilai Chi Square kurang dari 0,05 (p<0.05) maka sebarannya dinyatakan tidak normal. Dari hasil pengolahan data perilaku konsumtif diperoleh koefisien K-SZ = 0.645 dengan p = 0.799 (p>0.05). Dan dari hasil pengolahan data konsep diri dipeoleh hasil koefisien K-SZ= 0.490 dengan p = 0.970 (p>0.05). Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap produk fashion, terdistribusi atau tersebar dengan normal.
b. Uji Linearitas
yang linear antara variabel - variabel penelitian. Hubungan antara kedua variabel dikatakan linear apabila p < 0.05 sebaliknya jika hubungan antara kedua variabel dikatakan tidak linear apabila p > 0.05.
Hasil uji linearitas dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program For Social Science) 12.00 for Windows dengan teknik Compare Means menunjukkan
koefisien F = 5.587 dengan p = 0.021 (p < 0.05). Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dikatakan bahwa hubungan antara dukungan sosial (ibu) dan kecemasan menghadapi menarche memenuhi asumsi linearitas.
2. Uji Hipotesis
Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel dukungan sosial (ibu) dengan kecemasan menghadapi menarche, nilai r = -0.196 dengan p = 0.022 (p < 0.05). Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial (ibu) dengan kecemasan menghadapi menarche, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima.
Analisis koefisien determinasi pada korelasi antara dukungan sosial (ibu) dengan kecemasan menghadapi menarche menunjukkan angka sebesar 0.038 yang berarti dukungan sosial (ibu) memberikan sumbangan sebesar 3.8 % terhadap kecemasan menghadapi menarche.
PEMBAHASAN
negatif yang sangat signifikant antara konsep diri dengan perilaku konsumtif terhadap produk fashion pada remaja putri dapat diterima dengan koefisien korelasi (r) sebesar -0,386 dengan p = 0.000 (p < 0.01). Dengan hasil tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif terhadap produk fashion. Semakin tinggi konsep diri maka semakin rendah perilaku konsumtif terhadap produk fashion, demikian pula sebaliknya semakin rendah konsep diri semakin tinggi perilaku konsumtif terhadap produk fashion. Hal ini dapat dilihat dari koefisien determinasi r = sebesar 0.149 % menunjukkan bahwa sumbangan efektif konsep diri terhadap perilaku konsumtif terhadap produk fashion dalam penelitian ini sebesar 14,9 %.
orang) dan subyek yang memiliki perilaku konsumtif rendah sebanyak 19.75% (16 orang ). Dari hasil kategorisasi tersebut menunjukkan bahwa subyek dalam penelitian ini memiliki perilaku konsumtif terhadap produk fashion (pakaian) yang cenderung sedang.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh sumbangan efektif variabel konsep diri terhadap perilaku konsumtif terhadap produk fashion sebesar 14,9 %.
Pada penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu referensi teori dari variabel tergantung yang didapat sangat sedikit. Proses pengambilan data dilakukan pada saat jam pelajaran sekolah sehingga subyek tidak begitu antusias dalam menjawab pertanyaan angket sehingga beberapa angket tidak dapat dianalisis karena jawaban subyek tidak lengkap. Selain itu kondisi ruang kelas yang gaduh karena hanya siswi saja yang diminta untuk mengisi angket sementara siswa tetap berada didalam kelas. Pada penelitian ini pilihan jawaban pada alat ukur/skala perilaku konsumtif menunjukkan sikap. Padahal seharusnya alat ukurnya pada penelitian ini menjelaskan perilaku. Pada penelitian ini lokasi pengambilan untuk survey kurang tepat karena dilakukan di sebuah Butik Pakaian.
KESIMPULAN
fashion pada remaja. Hal tersebut bearti bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima
SARAN
Berkaitan dengan hasil penelitian ilmiah ini, maka penulis merekomendasikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Subjek Penelitian (Remaja)
Bagi subyek penelitian diharapkan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengontrol perilaku konsumtifnya terhadap produk fashion dengan cara meningkatkan konsep dirinya.
2. Bagi pihak Sekolah
Bagi pihak sekolah sebaiknya lebih meningkatkan kedisiplinan pada siswa siswinya dan mengajarkan pada sisiwanya sedini mungkin untuk hidup hemat dan tidak boros. Selain itu dari pihak sekolah memberikan kegiatan ekstra kurikuler yang dapat mengisi waktu luang siswa.
3. Bagi peneliti selanjutnya.
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama mengenai konsep diri dengan perilaku konsumtif terhadap produk fashion pada remaja putri, diharapkan meneliti dengan menggunakan metode kualitatif untuk mendapatkan data yang lengkap dan lebih valid. Selain wawancara yang lebih mendalam kepada subyek, peneliti juga dapat menjalin
rapport dengan baik kepada subyek. Sehingga subyek mau memberikan
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, H.2006. Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika Aditama
Ali, Mohammad.2004. Psikologi remaja perkembangan peserta didik Jakarta : PT Bumi Aksara
Apollo, 2007. Hubungan antara Konsep diri dengan Kecemasan Berkomunikasi secara Lisan pada Remaja. Manasa.Vol 1, No 1.Juni. Hal 17-31.
.
Baron, R.A & Byrne, D.2003. Psikologi Sosial, Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Berzonsky, M.D.1981. Adolescent Development. New York : Mac Millan Publishing.
Co.Ltd.
Burn. 1993. Konsep Diri Teori Pengukuran Perkembangan dan Perilaku. Jakarta : Arcan
Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan : Ghalia Indonesia. Hurlock, E.B. 1974. Personality Development. New Delhi : Tata McGraw-Hill. Isnaini, N. 2008. Hubungan Locus of control dengan perilaku konsumtif pada remaja
putri. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Wangsamanggala.
Mahdalela, 1998. Peran Intensitas Interaksi Dengan Teman Di Lingkungan Pergaulan Sekolah Terhadap Sikap Konsumtif. Psikologika Nomor 5 Tahun III., Hal 39-47.
Osolihin, 2007. Lampu Merah Konsumtif. http//Wordpress.com/3/04/2008.
Swastha, B & Handoko. H. 1987.Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen. Yogyakarta : Liberty.
Tambunan, R, 2001. Remaja dan perilaku konsumtif. http://www.e-psikologi.com.03/ 04/2008.
___________ Perilaku Konsumtif. http//www. Perempuan.com/20/03/2008. ___________ Tinggalkan PerilakuKonsumtif. http //www. dpu – online.com/
07/03/2008.
Identitas Penulis
Nama : Arienda Alfia Rauufaida