• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR KAJIAN TERHADAP UPAYA PENI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN AKHIR KAJIAN TERHADAP UPAYA PENI"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

KAJIAN TERHADAP UPAYA PENINGKATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH MELALUI SEKTOR

PARIWISATA DI KABUPATEN KUNINGAN

KERJA SAMA BAPPEDA

KABUPATEN KUNINGAN DENGAN

LEMBAGA PENELITIAN UNSWAGATI

(2)

ABSTRAK

Kabupaten Kuningan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi yang cukup besar dalam PAD-nya, khususnya dari sektor pariwisata. Peningkatan PAD Kabupaten Kuningan dari sektor pariwisata sangat dimungkinkan karena ketersediaan berbagai potensi pariwisata yang ada serta dukungan pemerintah daerah dalam bentuk regulasi. Namun potensi pariwisata yang besar tersebut akan tetap merupakan potensi apabila tidak dikelola secara profesional dan optimal.

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan masalah (problem questions) sebagai berikut :

1. Bagaimana potensi PAD dari sektor pariwisata di Kabupaten Kuningan ?

2. Seberapa besar kontribusi pendapatan dari sektor pariwisata terhadap PAD Kabupaten Kuningan ?

3. Strategi apa yang dilakukan untuk meningkatkan PAD dari sektor pariwisata di Kabupaten Kuningan ?

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Survey dilakukan di 20 obyek wisata yang diambil secara random dari 38 obyek wisata di Kabupaten Kuningan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD). Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif untuk menginterpretasikan hasil penelitian dari data primer hasil kuesioner maupun dari data sekunder.

Kesimpulan penelitian yaitu :

1. Potensi PAD dari sektor pariwisata di Kabupaten Kuningan cukup besar tetapi belum tetapi belum seluruhnya dikelola secara profesional dan optimal dalam rangka menunjang PAD. Kepuasan pengunjung obyek wisata sudah baik meskipun belum optimal yaitu sebesar 74,9 %. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kelemahan dalam sarana dan prasarana di obyek wisata, akses transportasi menuju obyek wisata, kualitas pelayanan, dan keterbatasan informasi tentang obyek wisata.

2. Kontribusi pendapatan dari sektor pariwisata terhadap PAD selama 11 tahun terakhir (2001-2011) berfluktuasi tetapi baru berada di kisaran 1 % dengan rata-rata sebesar 1,32 %. Potensi wisata yang ada di Kabupaten Kuningan sesungguhnya sangat besar tetapi belum semua potensi wisata tersebut tergali dengan baik. Kontribusi terendah terjadi tahun 2011 yaitu hanya 0,92 %. Hal ini terjadi karena adanya pengalihan pengelolaan beberapa obyek wisata dari Disparda Kabupaten Kuningan dan pihak ketiga kepada PD. Aneka Usaha Kabupaten Kuningan.

(3)

KATA PENGANTAR

Kebijakan Kabupaten Kuningan telah menempatkan pariwisata sebagai salah satu

penggerak pembangunan maka secara prinsip tidak ada hambatan bagi akselerasi

pengembangan pariwisata di Kabupaten Kuningan, sehingga prioritas dan dukungan

bagi pengembangan wisata akan menempati tempat utama dalam kebijakan

pembangunan daerah.

Hal tersebut didukung dengan adanya Rencana Strategis Pembangunan Pariwisata

Kabupaten Kuningan 2009-2013 melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Fokus

kajian ini adalah memunculkan kajian pariwisata terhadap peningkatan pendapatan asli

daerah (PAD) yang tujuan akhirnya diharapkan dapat menjadi penggerak bagi

percepatan peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat.

Kuningan, Juni 2012 Kepala BAPPEDA Kab. Kuningan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat-Nya,

kami dapat menyusun Laporan Akhir berjudul “Kajian Terhadap Upaya Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pariwisata di Kabupaten Kuningan” ini.

Laporan Akhir ini disusun sebagai realisasi dari kerjasama di bidang penelitian

antara Bappeda Kabupaten Kuningan dengan Lembaga Penelitian Unswagati Cirebon

sebagai tindak lanjut dari kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Kuningan dengan

Unswagati Cirebon. Laporan akhir ini merupakan penyempurnaan dari Laporan Antara

yang telah disusun sebelumnya.

Atas selesainya Laporan Akhir ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bupati Kuningan.

2. Rektor Unswagati Cirebon.

3. Kepala Bappeda Kabupaten Kuningan.

4. Segenap unsur pimpinan dan staf di Bappeda Kabupaten Kuningan.

5. Segenap unsur pimpinan dan staf Disparda dan Dispenda Kabupaten Kuningan.

6. Anggota Tim Peneliti.

7. Para responden yang telah memberikan data.

8. Semua pihak yang telah membantu penelitian ini.

Semoga Laporan Akhir ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait yang

memerlukannya.

Cirebon, Juni 2012

Tim Peneliti

(5)

DAFTAR ISI

Hlm.

KATA PENGANTAR KEPALA BAPPEDA KAB. KUNINGAN ……….. i

KATA PENGANTAR TIM PENELITI LEMBAGA PENELITIAN UNSWAGATI CIREBON ………. ii

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR TABEL ……….. v

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Rumusan Masalah ………. 3

1.3. Tujuan Penelitian ………. 3

1.4. Manfaat Penelitian ………. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 5

2.1. Pendapatan Asli Daerah ……… 5

2.2. Potensi Peningkatan PAD dari Pariwisata ……… 9

2.3. Konsep Pariwisata ………. 10

2.4. Prinsip Dasar KebijakanPengelolaan Pariwisata ………….. 14

2.5. Potensi Sumber Daya Pariwisata ………... 20

2.6. Dampak Positif Pariwisata Bagi Perekonomian ……… 27

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 31

3.1. Metode Penelitian ……….. 31

3.2. Lokasi Penelitian ………... 31

3.3. Jenis Data Penelitian ………. 31

3.4. Sumber Data Penelitian ……….. 32

3.5. Teknik Pengumpulan Data ……… 32

3.6. Metode Penarikan Sampel ………. 32

3.7. Teknik Analisis Data ………. 34

3.8. Waktu dan Tahapan Penelitian ……….. 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 37

(6)

4.2. Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dari Sektor

Pariwisata di Kabupaten Kuningan………... 40

4.2.1. Potensi Sektor Pariwisata di Kabupaten Kuningan .... 40

4.2.2. Hasil Kuesioner Kepuasan Pengunjung Obyek Wisata di Kabupaten Kuningan ... 47

4.3. Kontribusi Pendapatan dari Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuningan……. 50

4.4. Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dari Sektor Pariwisata di Kabupaten Kuningan……… 53

BAB V KESIMPULAN ………. 60

5.1. Kesimpulan ………. 60

5.2. Saran ………... 61

DAFTAR PUSTAKA ……… 66

(7)

DAFTAR TABEL

Hlm.

Tabel 2.1 Beberapa Konsep Dalam Pariwisata ... 12

Tabel 2.2 Aspek Kebijakan Pariwisata ... 16

Tabel 2.3 Sumberdaya Pariwisata Minat Khusus ... 26

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

Tabel 3.2 Skor Alternatif Jawaban Dalam Instrumen ... 35

Tabel 3.3 Agenda Penelitian ... 36

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2010 ... 38

Tabel 4.2 Indikator Keberhasilan Pembangunan Kabupaten Kuningan……….. 39

Tabel 4.3 Obyek Wisata di Kabupaten Kuningan ... 40

Tabel 4.4 Situs dan Seni Budaya Tradisional Kabupaten Kuningan ... 44

Tabel 4.5 Kuliner Khas dan Cinderamata Kabupaten Kuningan……. 44

Tabel 4.6 Sarana Pendukung Pariwisata di Kabupaten Kuningan…... 45

Tabel 4.7 Kunjungan Wisatawan Ke Obyek Wisata di Kabupaten Kuningan Tahun 2009–2011 ... 45

Tabel 4.8 Identitas Responden ... 47

Tabel 4.9 Hasil Kuesioner ... 48

Tabel 4.10 Analisis Statistik Deskriptif ... 49

Tabel 4.11 Target dan Realisasi PAD Dari Sektor Pariwisata Tahun 2001–2011……….. 51

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era baru otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor

22 Tahun 1999 yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan keleluasaan kepada daerah kabupaten/

kota untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan adanya otonomi yang lebih luas

yang diberikan oleh Undang-Undang tersebut, daerah memiliki kewenangan yang lebih

besar untuk menyelenggarakan berbagai urusan pemerintahan dan pembangunan dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan dan sekaligus roh

otonomi daerah.

Penyerahan urusan pemerintahan dan pembangunan kepada daerah kabupaten/kota

disertai juga dengan penyerahan kewenangan kepada daerah dalam mencari

sumber-sumber pembiayaan untuk menyelenggarakan urusan-urusan tersebut. Sumber-sumber-sumber

pembiayaan itu berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), bantuan pemerintah pusat

dan sumber-sumber lain yang sah. Di antara berbagai sumber pembiayaan tersebut,

PAD merupakan sumber yang mempunyai arti penting karena mencerminkan

kemandirian daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah.

Kenyataan menunjukkan banyak daerah yang masih tergantung pada bantuan

pemerintah pusat dalam pembiayaannya karena minimnya PAD. Padahal banyak daerah

kabupaten/kota yang memiliki potensi PAD yang cukup besar, tetapi potensi-potensi

tersebut belum dapat digali dengan baik. Hal ini memberikan tantangan kepada daerah

kabupaten/kota untuk meningkatkan PAD dari sektor-sektor potensial melalui kebijakan

intensifikasi maupun ekstensifikasi penggalian PAD dari berbagai sektor yang

potensial.

Kabupaten Kuningan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat

yang memiliki potensi yang cukup besar dalam PAD-nya. Salah satu potensi PAD

Kabupaten Kuningan adalah dari sektor pertanian dan pariwisata yang merupakan

keunggulan kompetitif Kabupaten Kuningan karena letak dan kondisi geografisnya di

(9)

Kabupaten Kuningan berada di Region III dengan Cirebon sebagai Pusat Kegiatan

Nasional (PKN). Oleh karena itu arah pembangunan Kabupaten Kuningan dalam posisi

ini akan berperan sebagai buffer zone, yang secara global akan memberikan daya

dukung berupa catchment area, penyedia air bersih, pereduksi polusi/karbon, jasa

pariwisata dan alternatif hunian yang nyaman.

Salah satu potensi besar yang dapat menjadi modal pembangunan di Kabupaten

Kuningan adalah kekayaan potensi pariwisata berbasis alam. Sektor pariwisata

merupakan salah satu sektor andalan Kabupaten Kuningan dalam meningkatkan PAD,

sehingga dalam rencana pembangunan menempatkan pariwisata sebagai komponen

pembangunan yang utama. Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

2005-2025 dan sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010, Pemerintah

Kabupaten Kuningan telah menargetkan menjadi “Kabupaten Agropolitan dan Wisata

Termaju di Jawa Barat Tahun 2027”. Target tersebut dijabarkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2009-2013 dengan menetapkan tujuan

pembangunan selama 5 tahun seperti yang dimuat dalam visi RPJM yaitu “Kuningan

Lebih Sejahtera Berbasis Pertanian dan Pariwisata Yang Maju Dalam Lingkungan Yang

Lestari dan Agamis Tahun 2013”. Prioritas dan dukungan bagi pengembangan

pariwisata akan menempati tempat utama dalam kebijakan dan perencanaan

pembangunan daerah. Hal tersebut didukung pula dengan adanya Rencana Strategis

Pembangunan Pariwisata Kabupaten Kuningan 2009-2013 melalui Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata.

Pariwisata yang dikembangkan di Kabupaten Kuningan sebagian besar merupakan

wisata alam dan saat ini Kabupaten Kuningan memiliki 38 obyek wisata, 5 diantaranya

masih merupakan potensi yang belum dikembangkan. Beberapa obyek wisata di

Kabupaten Kuningan sudah dikenal di tingkat regional dan nasional seperti Linggajati,

Cibulan, Waduk Darma, Sangkanhurip, dan Curug Sidomba. Obyek-obyek wisata

tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi pendapatan yang optimal sehingga

(10)

1.2. Rumusan Masalah

Secara yuridis formal, peningkatan PAD Kabupaten Kuningan dari sektor

pariwisata sangat dimungkinkan karena ketersediaan berbagai potensi pariwisata yang

ada serta dukungan pemerintah daerah dalam bentuk regulasi. Namun potensi pariwisata

yang besar tersebut akan tetap merupakan potensi apabila tidak dikelola dengan baik.

Peningkatan PAD dari sektor pariwisata tidak mungkin dapat diwujudkan apabila

Pemerintah Kabupaten Kuningan tidak melakukan langkah-langkah yang proaktif, baik

melalui kebijakan intensifikasi maupun ekstensifikasi penggalian PAD dari sektor

pariwisata.

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan masalah (problem questions) sebagai berikut :

4. Bagaimana potensi PAD dari sektor pariwisata di Kabupaten Kuningan ?

5. Seberapa besar kontribusi pendapatan dari sektor pariwisata terhadap PAD

Kabupaten Kuningan ?

6. Strategi apa yang dilakukan untuk meningkatkan PAD dari sektor pariwisata di

Kabupaten Kuningan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk :

1. Mengetahui dan menganalisis potensi PAD dari sektor pariwisata di Kabupaten

Kuningan.

2. Mengetahui dan menganalisis kontribusi pendapatan dari sektor pariwisata terhadap

PAD Kabupaten Kuningan.

3. Mengetahui strategi yang dilakukan untuk meningkatkan PAD dari sektor pariwisata

di Kabupaten Kuningan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah

khususnya Bappeda Kabupaten Kuningan mengenai strategi pengembangan pariwisata

(11)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pendapatan Asli Daerah

Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

pemerintah Pusat dan Daerah, pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh

dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil

pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah

yang sah. Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambahan

nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

Dalam rangka memenuhi prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab,

kepada daerah diberikan sumber-sumber keuangan untuk membiayai berbagai tugas dan

tanggungjawabnya sebagai daerah otonom. Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut objek pendapatan sesuai dengan

undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup

bagian laba atas penyertaaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba

atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN, dan bagian laba atas

penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

2.1.1. Pajak Daerah

Berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU Nomor 18

Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dalam Saragih (dalam Koswara

Kertapraja, 2010 : 61), yang dimaksud dengan pajak daerah adalah iuran wajib yang

dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang

seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan

(12)

Jenis-jenis pajak daerah untuk kabupaten/kota menurut Kadjatmiko (dalam

Koswara Kertapraja, 2010 : 77) antara lain ialah:

1. Pajak hotel,

2. Pajak restoran,

3. Pajak hiburan,

4. Pajak reklame,

5. Pajak penerangan jalan,

6. Pajak pengambilan bahan galian golongan C, dan

7. Pajak parkir

Jenis hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan sebagaimana dirinci

menurut obyek pendapatan yang mencakup:

1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik Daerah/BUMD,

2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN, dan

3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok

usaha masyarakat.

Jenis lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang dirinci menurut obyek pendapatan

yang mencakup:

1. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan,

2. Jasa Giro,

3. Pendapatan Bunga,

4. Penerimaan atas Tuntutan Ganti Kerugian Daerah,

5. Penerimaan Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah,

6. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar Rupiah terhadap Mata Uang Asing,

7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,

8. Pendapatan denda pajak,

9. Pendapatan denda retribusi,

10. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan,

11. Pendapatan dari pengembalian,

12. Fasilitas sosial dan fasilitas umum,

(13)

14. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

Dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan.

1. Dana Bagi Hasil. Jenis Dana Bagi Hasil dirinci menurut objek pendapatan yang

mencakup:

a. Bagi Hasil Pajak,

b. Bagi Hasil Bukan Pajak,

2. Dana Alokasi Umum.

3. Dana Alokasi Khusus.

2.1.2. Retribusi Daerah

Retribusi menurut Saragih (dalam Koswara Kertapraja, 2010 : 65) adalah

pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Retribusi untuk kabupaten/kota dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Retribusi untuk kabupaten/kota ditetapkan sesuai kewenangan masing-masing

daerah, terdiri dari: 10 jenis retribusi jasa umum, 4 jenis retribusi perizinan tertentu,

2. Retribusi untuk kabupaten/kota ditetapkan sesuai jasa/pelayanan yang diberikan

oleh masing-masing daerah, terdiri dari: 13 jenis retribusi jasa usaha. (Kadjatmiko

dalam Koswara Kertapraja, 2010 : 78).

Jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan

berikut:

1. Retribusi pelayanan kesehatan,

2. Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan,

3. Retribusi pergantian biaya cetak KTP,

4. Retribusi pergantian cetak akta catatan sipil,

5. Retribusi pelayanan pemakaman,

6. Retribusi pelayanan pengabuan mayat,

7. Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum,

8. Retribusi pelayanan pasar,

9. Retribusi pengujian kendraan bermotor,

10. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran,

(14)

12. Retribusi pengujian kapal perikanan,

13. Retribusi pemakaian kekayaan daerah,

14. Retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan,

15. Retribusi jasa usaha tempat pelelangan,

16. Retribusi jasa usaha terminal,

17. Retribusi jasa usaha tempat khusus parkir,

18. Retribusi jasa usaha tempat penginapan/pesanggrahan/villa,

19. Retribusi jasa usaha penyedotan kakus,

20. Retribusi jasa usaha rumah potong hewan,

21. Retribusi jasa usaha pelayaran pelabuhan kapal,

22. Retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olah raga,

23. Retribusi jasa usaha penyebrangan diatas air,

24. Retribusi jasa usaha pengolahan limbah cair,

25. Retribusi jasa usaha penjualan produksi usaha daerah,

26. Retribusi izin mendirikan bangunan,

27. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol,

28. Retribusi izin gangguan,

29. Retribusi izin trayek.

2.1.3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan

Menurut Halim (dalam Syamsudin Haris, 2005 : 68), “Hasil perusahaan milik

Daerah dan hasil Pengelolaan kekayaan milik Daerah yang dipisahkan merupakan

penerimaan Daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik Daerah dan pengelolaan

Kekayaan Daerah yang dipisahkan”. Menurut Halim (dalam Syamsudin Haris, 2004 :

68), jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut: “1) bagian laba Perusahaan

milik Daerah, 2) bagian laba lembaga keuangan Bank, 3) bagian laba lembaga keuangan

non Bank, 4) bagian laba atas penyertaan modal/investasi”.

2.1.4. Lain-Lain PAD yang Sah

Menurut Halim (dalam Syamsudin Haris, 2005 : 69), pendapatan ini merupakan

(15)

pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut, “1) hasil penjualan aset Daerah yang

tidak dipisahkan, 2) penerimaan jasa giro, 3) penerimaan bunga deposito, 4)

denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, 5) penerimaan ganti rugi atas

kerugian/kehilangan kekayaan Daerah”.

2.2. Potensi Peningkatan PAD dari Pariwisata

Dalam melakukan perjalanan wisata, seorang wisatawan memerlukan bermacam

jasa dan produk wisata yang dibutuhkannya. Berbagai macam jasa dan produk wisata

inilah yang disebut dengan Komponen Pariwisata. Komponen pariwisata ini dapat

disediakan oleh pihak pengusaha, masyarakat atau siapapun yang berminat untuk

menyediakan jasa pariwisata. Komponen pariwisata ini bisa meliputi:

1. Objek dan daya tarik wisata

2. Akomodasi

3. Angkutan Wisata

4. Sarana dan fasilitas wisata

5. Prasarana wisata.

Dengan mengetahui komponen pariwisata diatas, maka arah pengembangan

pembangunan pariwisata bisa terarah dengan baik. Banyak sekali manfaat yang bisa

didapat jika pembangunan pariwisata ini terarah dan bisa memancing minat wisatawan

untuk berkunjung.

Beberapa manfaat dalam pembangunan pariwisata ini antara lain:

1. Manfaat Ekonomi:

- Adanya penerimaan penerimaan devisa atau Pendapatan Asli Daerah (PAD)

- Adanya kesempatan untuk berusaha

- Terbukanya lapangan kerja

- Meningkatnya Pendapatan masyarakat dan pemerintah

- Mendorong pembangunan daerah

2. Manfaat Sosial Budaya

- Pelestarian budaya dan adat istiadat

- Meningkatkan kecerdasan masyarakat

(16)

3. Manfaat dalam berbangsa dan bernegara

- Mempererat persatuan

- Menumbuhkan rasa memiliki

- Memelihara hubungan baik internasional dalam hal pengembangan pariwisata.

4. Manfaat Bagi Lingkungan

Arah pembangunan pariwisata agar dapat memenuhi keinginan wisatawan seperti

bersih, jauh dari populasi, santai, dan sejuk akan memberikan upaya dalam

pengembangan untuk melestarikan lingkungan supaya hijau dan bersih.

Sasaran yang akan dicapai dalam rangka otonomi daerah seperti yang tertuang

dalam UU Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan

dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat harus dapat menggali potensi-potensi yang

ada di daerah. Dalam hal ini potensi-potensi yang ada di daerah berkenaan dengan

pariwisata yang bertujuan dapat peningkatan PAD.

2.3. Konsep Pariwisata

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, pariwisata

adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang

disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Sedangkan

kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata yang bersifat

multidimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan

Negara serta interaksi antara wisatawan dengan masyarakat setempat, sesama wisatawan,

pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha.

Kepariwisataan bertujuan untuk:

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat

3. Menghapus kemiskinan

4. Mengatasi pengangguran

5. Melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya

6. Memajukan kebudayaan

(17)

8. Memperkukuh jati diri dan persatuan bangsa.

9. Memupuk rasa cinta tanah air, mempererat persahabatan antar bangsa.

Menurut UN-WTO (dalam I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta, 2009 : 18-19), ada

tiga elemen dasar dalam pengertian pariwisata secara holistik yaitu :

1. domestic tourism (residen/penduduk yang mengunjungi/mengadakan perjalanan

wisata dalam wilayah negaranya).

2. inbound tourism (non-residen/bukan penduduk yang mengadakan perjalanan

wisata, masuk ke negara tertentu).

3. outbound tourism (residen/penduduk yang melakukan perjalanan wisata ke negara

lain).

Ketiga bentuk pariwisata ini dapat dikombinasikan sedemikian rupa sehingga

dapat diturunkan tiga kategori lagi, yaitu:

1. internal tourism (termasuk domestic tourism dan inbound tourism).

2. national tourism (termasuk domestic tourism dan outbound tourism).

3. international tourism (termasuk inbound dan outbound tourism).

Baron (dalam I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta, 2009 : 17) mengkompilasi

beberapa definisi mengenai wisatawan dan pariwisata seperti yang terlihat dalam

(18)

Tabel 2.1

Beberapa Konsep Dalam Pariwisata

No. Konsep Keterangan

1. Visitor (V) Setiap orang yang melakukan perjalanan ke suatu tempat tertentu selain ke tempat biasanya sehari-hari dengan tujuan utama untuk leisure, bisnis, perjalanan religius/agama, kesehatan, dan sebagainya kecuali karena orang tersebut dibayar atau mendapatkan upah dari perjalanan tersebut. Transport crew dan commercial travelers (walau perjalanan tersebut ke beberapa tujuan berbeda sampai setahun bahkan lebih) dikategorikan sebagai perjalanan ke usual environment dan tidak diperhitungkan sebagai visitor. Demikian juga bagi mereka yang melakukan perjalanan sepanjang tahun antara dua tempat di daerah sekitar tempat asalnya (residence) seperti weekend homes, dan residential study dikeluarkan dari pengertian visitor. 2. Tourist (T) : Stay-over

/overnight

Visitor yang tinggal paling tidak semalam (overnight) di tempat yang dikunjunginya (tidak harus di tempat akomodasi komersial).

3. Same-day visitor (SD) : Excursionist, Day-visitor

(19)

No. Konsep Keterangan 5. Passanger atau

penumpang (PAX, Revenue)

Traveller kecuali dan tidak termasuk crew (awak) transport, non-revenue (low revenue) traveler seperti bayi, perjalanan cuma-cuma (gratis) atau dengan potongan harga 25 % atau lebih.

6. Tourism (pariwisata) Aktivitas dari visitor, orang yang dan barang kepada visitor, termasuk: a. Hospitality (hotel dan restoran, dll.) b. Transportasi c. Tur operator dan biro perjalanan, atraksi wisata, dll. d. Usaha-usaha ekonomi lain yang mendukung kebutuhan visitor (beberapa darinya termasuk penyedia layanan dan barang yang signifikan bagi visitor maupun non-visitor)

8. The travel and tourism industry (TTI)

Tourism industry dan usaha/bisnis penyediaan jasa/layanan dan barang kepada other non-communiting traveler

Cohen (dalam I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta, 2009 : 20) mengklasifikasikan

wisatawan atas dasar tingkat familiarisasi dari daerah yang akan dikunjungi, serta tingkat

pengorganisasian perjalanan wisatanya. Atas dasar ini, Cohen menggolongkan

wisatawan menjadi empat, yaitu:

1. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali belum

diketahuinya, yang bepergian dalam jumlah kecil.

2. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur

perjalanannya sendiri, tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah umum

melainkan mencari hal yang tidak umum (off the beaten track). Wisatawan seperti

ini bersedia memanfaatkan fasilitas dengan standar lokal dan tingkat interaksinya

dengan masyarakat lokal juga tinggi.

3. Individual Mass Tourist, yaitu wisatawan yang menyerahkan pengaturan

(20)

sudah terkenal.

4. Organized-Mass Tourist, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi daerah

tujuan wisata yang sudah dikenal, dengan fasilitas seperti yang dapat ditemuinya di

tempat tinggalnya, dan perjalanannya selalu dipandu oleh pemandu wisata.

Wisatawan seperti ini sangat terkungkung oleh apa yang disebut sebagai

environmental bubble.

Mill dan Morrison (dalam I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta, 2009 : 22) juga

mengembangkan sebuah model sistem pariwisata, yang terdiri dari empat komponen

utama berikut:

1. market (reaching the marketplace),

2. travel (the purchase of travel products), .

3. destination (the shape of travel demand),

4. marketing (the selling of travel).

2.4. Prinsip Dasar Kebijakan Pengelolaan Pariwisata

Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip pengelola-an yang

menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas, dan nilai sosial yang

memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi

kesejahteraan komunitas lokal. Menurut Cox (dalam I Gde Pitana dan I Ketut Surya

Diarta, 2009 : 30), pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

1. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan

lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan

keunikan lingkungan.

2. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis

pengembangan kawasan pariwisata.

3. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah budaya

lokal.

4. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan

lingkungan lokal.

(21)

pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif,

tetapi sebaliknya mengendalikan dan/atau menghentikan aktivitas

pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas (carrying capacity) lingkungan

alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan

pendapatan masyarakat.

Menurut UN-WTO, peran pemerintah dalam menentukan kebijakan pariwisata

sangat strategis dan bertanggung jawab terhadap beberapa hal berikut:

1. Membangun kerangka (framework) operasional di mana sektor publik dan swasta

terlibat dalam menggerakkan denyut pariwisata.

2. Menyediakan dan memfasilitasi kebutuhan legislasi, regulasi, dan kontrol yang

diterapkan dalam pariwisata, perlindungan lingkungan, dan pelestarian budaya serta

warisan budaya.

3. Menyediakan dan membangun infrastruktur transportasi darat, laut dan udara

dengan kelengkapan prasarana komunikasinya.

4. Membangun dan memfasilitasi peningkatan kualitas sumber daya manusia

dengan menjamin pendidikan dan pelatihan yang professional untuk menyuplai

kebutuhan tenaga kerja di sektor pariwisata.

5. Menerjemahkan kebijakan pariwisata yang disusun ke dalam rencana kongkret yang

mungkin termasuk di dalamnya : (a) evaluasi kekayaan aset pariwisata, alam dan

budaya serta mekanisme perlindungan dan pelestariannya; (b) identifikasi

dan kategorisasi produk pariwisata yang mempunyai keunggulan kompetitif dan

komparatif; (c) menentukan persyaratan dan ketentuan penyediaan infrastruktur dan

suprastruktur yang dibutuhkan yang akan berdampak pada keragaan (performance)

pariwisata, dan; (d) mengelaborasi program untuk pembiayaan dalam

aktivitas pariwisata, baik untuk sektor publik maupun swasta.

Untuk mencapai kesuksesan dalam pembangunan pariwisata diperlukan

pemahaman baik dan sisi pemerintah selaku regulator maupun dari sisi pengusaha

selaku pelaku bisnis. Pemerintah tentu harus memperhatikan dan memastikan bahwa

pembangunan pariwisata itu akan mampu memberikan keuntungan sekaligus menekan

biaya sosial ekonomi serta dampak lingkungan sekecil mungkin. Di sisi lain, pebisnis

(22)

melakukan segala sesuatu demi mencapai keuntungan, tetapi harus menyesuaikan

dengan kebijakan dan regulasi dari pemerintah. Misalnya melalui peraturan tata ruang,

perijinan, lisensi, akreditasi, dan perundang-undangan.

Liu (dalam I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta, 2009 : 218) membuat

kerangka implementasi kebijakan pariwisata yang paling tidak menyentuh empat

aspek, yaitu:

1. Pembangunan dan pengembangan infrastuktur;

2. Aktivitas pemasaran;

3. Peningkatan kualitas budaya dan lingkungan; serta

4. Pengembangan sumber daya manusia.

Penjabaran detail dari keempat aspek kebijakan pariwisata tersebut menurut Liu

(1994) dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.2

Aspek Kebijakan Pariwisata

No. Aspek Implementasi

1 Penentuan tujuan pembangunan pariwisata

a. Tentukan tujuan pembangunan dan

pengembangan pariwisata dengan

mempertimbangkan aspek ekonomi,

lingkungan dan faktor sosial budaya.

b. Konsultasikan tujuan tersebut kepada komunitas lokal terutama kepada pemilik lokasi pembangunan dan pengembangan.

c. Rancang area pembangunan dan pengembangan beserta aktivitas yang diperlukan untuk memperlancar proses keberhasilannya.

(23)

No. Aspek Implementasi

2 Inventarisasi a. Lakukan survai dan analisis karakteristik

kawasan pembangunan dan pengembangan

termasuk lingkungan, sejarah, budaya, masyarakat, ekonomi, sumber daya, pola penguasaan dan pemilikan tanah dan perairan. b. Lakukan identifikasi dan evaluasi atraksi dan

aktivitas pariwisata yang potensial untuk dikembangkan.

c. Lakukan identifikasi dan evaluasi sarana dan prasarana akomodasi yang tersedia dan fasilitas serta pelayanan pariwisata.

d. Evaluasi akses transportasi ke kawasan pengembangan pariwisata termasuk kondisi infrastruktur pendukungnya saat ini dan pengembangannya di masa depan.

e. Review dan pastikan kebijakan dan rencana

pembangunan kawasan dari pemerintah

setempat baik jangka pendek maupun jangka

panjang terutama cetak biru program

pengembangan pariwisata.

3 Infrastruktur dan fasilitas

a. Sediakan infrastruktur dan fasilitas untuk pembangunan dan pengembangan pariwisata. b. Bangun mekanisme untuk membantu sektor

informal membangun usaha yang terkait dengan pengembangan pariwisata dan cari cara membantu mereka agar bisa memenuhi standar baru yang ditetapkan.

4 Pasar a. Analisis kondisi pasar pariwisata nasional

dan internasional, tetapkan tujuan dan target pemasaran, analisis akomodasi, fasilitas, pelayanan yang dibutuhkan.

b. Ketahui target pasar sehingga harapan dan tujuan realistis dapat diwujudkan. Target pasar harus bisa diakses oleh fasilitas komunikasi dan transportasi.

c. Bantu usaha perseorangan dengan

(24)

No. Aspek Implementasi

5 Daya dukung a. Tentukan batas ambang (carrying capacity)

kawasan pengembangan pariwisata melalui analisis lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. b. Tentukan batas standar yang dapat ditoleransi untuk aktivitas dan kegiatan ekonomi oleh operator pariwisata, termasuk di dalamnya adalah batas maksimal pengunjung dan wilayah yang dapat dijelajahi.

c. Implementasikan prosedur yang dapat menentukan kapan kawasan pengembangan dan dalam kondisi mengalami perusakan bagaimana kondisi tersebut dapat dipulihkan.

6 Pengembangan a. Buat rencana pengembangan struktur

pariwisata di kawasan tersebut termasuk atraksi dan aktivitas utama, pengembangannya secara regional, disertai akses dan jaringan transportasinya.

b. Buat rekomendasi yang dibutuhkan untuk perbaikan fasilitas, pelayanan, dan infrastuktur terkait.

c. Bantu pemodal dan pengembang lokal

mengenai apa yang dibutuhkan agar

memenuhi kelayakan menurut standar yang telah ditentukan.

d. Buat rencana kontingensi untuk tantangan potensial di masa depan untuk menjaga stabilitas pemasaran termasuk kemungkinan pengaruh bencana alam.

7 Ekonomi a. Lakukan analisis ekonomi untuk kondisi

sekarang dan perkiraan masa depan dari pengembangan pariwisata.

b. Buat strategi untuk meningkatkan keuntungan ekonomi dari kegiatan pariwisata.

c. Pastikan manajemen finansial bekerja dengan baik sehingga pengusaha lokal dapat memperoleh keuntungan, pengunjung membayar kewajibannya, penduduk lokal mendapat pembagian keuntungan secara adil.

8 Lingkungan a. Evaluasi dampak pariwisata terhadap

lingkungan dan cari cara untuk menurunkan atau mencegah dampak negatif tersebut dan mendorongnya ke arah yang positif.

b. Buat sinergi antara pembangunan dan

pengembangan pariwisata dengan usaha

(25)

No. Aspek Implementasi

wilayah lindung, manajemen kawasan lindung, pengelolaan limbah, energi, air, zone pesisir, terumbu karang, bencana alam dan sebagainya.

9 Budaya a. Evaluasi dampak sosial budaya pariwisata,

cari cara untuk menurunkan atau mencegah dampak negatif tersebut dan mendorong ke arah dampak positif.

b. Berdayakan komunitas lokal sebagai pemilik dan pemangku kepentingan pariwisata dengan menerapkan manajemen yang konsisten dengan nilai lokal.

c. Buat audit sosial dalam hal bagaimana

komunitas lokal, penduduk desa dan

masyarakat sekitarnya dipengaruhi oleh pariwisata.

10 Standar kualitas a. Buat desain untuk pengukuran standar kualitas bagi fasilitas dan akomodasi untuk memenuhi persyaratan pariwisata.

b. Lakukan penilaian standar kualitas untuk akomodasi dan fasilitas pariwisata.

c. Mediasi dan pacu komponen pendukung pariwisata yang belum memenuhi standar kualitas dengan menyediakan insentif finansial dan pajak serta akses kepada spesialis.

11 Sumber daya manusia

a. Rencanakan kebutuhan sumber daya manusia dengan promosi dan degradasi jabatan serta kewirausahaan di bidang pariwisata.

b. Sediakan pendidikan dan latihan yang

cukup untuk penyelenggara pariwisata

termasuk sertifikasi dan program pelatihan, serta transfer teknologi dan skill.

c. Jalankan program kepedulian/kesadaran masyarakat sehingga turut berperan positif terhadap kesuksesan pariwisata.

12 Organisasi Bangun hubungan kerjasama antara organisasi

publik, swasta, dan pemerintah untuk menjamin koordinasi yang efektif.

(26)

No. Aspek Implementasi 14 Regulasi dan

pengawasan

a. Bangun mekanisme legislasi dan regulasi untuk mendorong pengembangan pariwisata melalui dukungan organisasi pariwisata nasional, agen biro perjalanan, akomodasi dan sektor-sektor lain dalam pariwisata.

b. Buat standar fasilitas, insentif investasi, dan zoning,

c. Buat prosedur penilaian dan pengawasan.

15 Sistem data dan Informasi

Bangun sistem data dan informasi pariwisata secara terintegrasi untuk menjamin kontinuitas operasional yang juga berfungsi sebagai informasi pasar.

16 Implementasi a. Identifikasi berbagai teknik untuk mengimple-mentasikan berbagai perencanaan pariwisata. b. Kolaborasikan dengan dunia industri dan dunia

akademik untuk menjamin pertanggungjawaban implementasi tersebut.

2.5. Potensi Sumber Daya Pariwisata 2.5.1. Sumberdaya Alam

Elemen dari sumber daya, misalnya air, pepohonan, udara, hamparan pegunungan,

pantai, bentang alam, dan sebagainya tidak akan menjadi sumber daya yang berguna bagi

pariwisata kecuali semua elemen tersebut dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan

manusia. Oleh karenanya, sumber daya memerlukan intervensi manusia untuk

mengubahnya agar menjadi bermanfaat.

Menurut Damanik dan Weber (dalam I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta, 2009:

42), sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata alam adalah:

1. Keajaiban dan keindahan alam (topografi),

2. Keragaman flora,

3. Keragaman fauna,

4. Kehidupan satwa liar,

5. Vegetasi alam,

6. Ekosistem yang belum terjamah manusia,

7. Rekreasi perairan (danau, sungai, air terjun, pantai),

8. Lintas alam (trekking, rafting, dan Iain-lain),

(27)

10. Suhu dan kelembaban udara yang nyaman.

Menurut Fennel (dalam I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta, 2009 : 68), sumber

daya alam yang dapat dikembangkan menjadi sumber daya pariwisata di antaranya

adalah sebagai berikut:

1. Lokasi geografis. Hal ini menyangkut karakteristik ruang yang

menentukan kondisi yang terkait dengan beberapa variabel lain,

misalnya untuk wilayah Eropa yang dingin dan bersalju seperti Swiss

mungkin cocok dikembangkan untuk atraksi wisata ski es.

2. Iklim dan cuaca. Ditentukan oleh latitude dan elevation diukur dari

permukaan air laut, daratan, pegunungan, dan sebagainya. Bersama

faktor geologis, iklim merupakan penentu utama dari lingkungan fisik

yang memengaruhi vegetasi, kehidupan binatang, angin, dan

sebagainya.

3. Topografi dan landforms. Bentuk umum dari permukaan bumi (topografi) dan

struktur permukaan bumi yang membuat beberapa areal geografis menjadi

bentang alam yang unik (landform). Kedua aspek ini menjadi daya tarik tersendiri

yang membedakan kondisi geografis suatu wilayah/benua dengan wilayah/benua

lainnya sehingga sangat menarik untuk menjadi atraksi wisata.

4. Surface materials. Menyangkut sifat dan ragam material yang menyusun

permukaan bumi, misalnya formasi bebatuan alam, pasir, mineral, minyak, dan

sebagainya, yang sangat unik dan menarik sehingga bisa dikembangkan menjadi

atraksi wisata alam.

5. Air. Air memegang peran sangat penting dalam menentukan tipe dan level dari

rekreasi outdoor, misalnya bisa dikembangkan jenis wisata pantai/bahari, danau,

sungai, dan sebagainya {sailing, cruises, fishing, snorkeling, dan sebagainya).

6. Vegetasi. Vegetasi merujuk pada keseluruhan kehidupan tumbuhan yang menutupi

suatu area tertentu. Kegiatan wisata sangat tergantung pada kehidupan dan formasi

tumbuhan seperti misalnya ekowisata pada kawasan konservasi alam/hutan

lindung.

7. Fauna. Beragam binatang berperan cukup signifikan terhadap aktivitas wisata

(28)

maupun non-konsumsi (misalnya birdwat-ching).

2.5.2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia diakui sebagai salah satu komponen vital dalam

pembangunan pariwisata. Hampir setiap tahap dan elemen pariwisata memerlukan

sumber daya manusia untuk menggerakkannya. Singkatnya, faktor sumber daya

manusia sangat menentukan eksistensi pariwisata. Sebagai salah satu industri jasa,

sikap dan kemampuan staff akan berdampak krusial terhadap bagaimana pelayanan

pariwisata diberikan kepada wisatawan yang secara langsung akan berdampak pada

kenyaman-an, kepuasan dan kesan atas kegiatan wisata yang dilakukannya.

Berkaitan dengan sumber daya manusia dalam pariwisata, Mclntosh, et al.

(dalam I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta, 2009 : 54-65), memberikan gambaran

atas berbagai peluang karir dalam industri pariwisata yang memanfaatkan dan

digerakkan oleh sumber daya manusia, seperti di bidang transportasi,

akomodasi, pelayanan makanan dan minuman (F & B), shopping, travel, dan

sebagainya.

Secara garis besar, karir yang dapat ditekuni di sektor pariwisata adalah

sebagai berikut:

1. Airlines (maskapai penerbangan), merupakan salah satu industri perjalanan yang

menyerap dan menggunakan sumber daya manusia dalam jumlah paling besar. Bagi

masyarakat lokal, airlines menyediakan berbagai level pekerjaan, mulai dari level

pemula sampai manajer. Contohnya, agen pemesanan tiket, awak pesawat, pilot,

mekanik, staf pemeliharaan, penanganan bagasi, pelayanan makan dan minum di

pesawat (catering), pemasaran, ahli komputer, staf pelatihan, pekerjaan administrasi

kantor, agen tiket, peneliti, satpam, sampai tenaga pembersih (cleaning service), dan

sebagainya.

2. Bus companies, memerlukan manajer sumber daya manusia, agen

tiket, agen pemasaran, petugas informasi, pengemudi bus, staf pelatihan,

administrasi, akuntansi, dan sebagainya.

3. Cruise companies. Peluang karir terbuka untuk posisi kantor perwakilan dan

penjualan, agen tiket, tenaga administrasi, peneliti pasar, direktur rekreasi,

(29)

4. Railroad. Diperlukan tenaga pelayanan penumpang, penjualan tiket, tenaga

reservasi, masinis, petugas pengatur lalu lintas kereta, mekanik, manajer

regional/wilayah, dan sebagainya.

5. Rental car companies. Agen penjualan/reservasi, agen penyewaan,

mekanik, pengemudi, administrasi, pelatihan, manajer wilayah/regional, dan

sebagainya.

6. Hotel, motel, resort. Memerlukan tenaga general manager, resident manager,

controller, akuntan, management trainee, direktur penjualan, direktur riset, direktur

SDM, room clerk, reservasi clerk, front office manager, housekeeper, bellboy,

lobby porter, washer, waiter, waitress, bartender, enginer, dan seterusnya.

7. Travel agencies. Tenaga administrasi, penasihat travel, peneliti,

pemasaran, konsultan, akuntan, reservasi, ahli komputer, dan seterusnya.

8. Tour companies. Tenaga tour manager, tour coordinator, tour planner, pemasaran,

reservasi, akuntan, agen penjualan, group tour specialist, hotel coordinator, dan

sebagainya.

9. Food service. Tenaga waiter dan waitress, chef, cooks, bartender, ahli gizi, agen

penjualan, tenaga penjualan, pemasaran, kasir, dan seterusnya.

10. Tourism education, memerlukan tenaga administrasi, pengajar, profesor,

dosen, guru, peneliti, litbang, penerbit, pemasaran, dan seterusnya.

11. Tourism research, memerlukan tenaga analis untuk melakukan riset pasar, survai

konsumen, dan tenaga peneliti di masing-masing sektor seperti tenaga litbang di

airlines, departemen pariwisata, dan sebagainya.

12. Travel journalism, misalnya sebagai editor, staf penulis, penulis paruh

waktu, humas, public speaking, kampanye perusahaan, dan sebagainya.

13. Recreation and leisure. Misalnya direktur aktivitas, ski instructor,

penjaga taman wisata, museum guide, tenaga penjaga hutan, camping

director, lifeguards, golf and tennis instructor, manajemen,

supervisory, clerk, administrasi, dan sebagainya.

14. Attractions. Atraksi wisata seperti Sea World, Disney Land, dan yang

(30)

akuntan, pemandu, trainer, tenaga keamanan, reservasi, agen

penjualan tiket, dan sebagainya.

15. Tourist offices and information centre. Peluang karirnya, misal, sebagai direktur,

asisten direktur, economic development specialist, analis, peneliti, humas,

marketing coordinator, travel editor, media coordinator, photographer,

administrasi, dan sebagainya.

16. Convention and visitor bureaus, memerlukan tenaga manajer, asisten

manajer, riset, pemasaran, information specialist, marketing manager,

humas, sales, sekretaris, clerk, keamanan, transportasi, dan sebagainya.

17. Meeting planners, bertanggung jawab untuk mempersiapkan, merencanakan, dan

menyelenggarakan pertemuan.

18. Gaming, memerlukan tenaga managerial, humas, pemasaran, promosi,

reservasi, akuntan, pengamanan, dan sebagainya.

19. Other opportunities. Seperti club manajemen, percetakan dan penerbitan, asosiasi

profesional, dan sebagainya.

2.5.3. Sumber Daya Budaya

Budaya sangat penting perannya dalam pariwisata. Salah satu hal yang

menyebabkan orang ingin melakukan perjalanan wisata adalah adanya keinginan untuk

melihat cara hidup dan budaya orang lain di belahan dunia lain serta keinginan untuk

memelajari budaya orang lain tersebut. Industri pariwisata mengakui peran budaya

sebagai faktor penarik dengan mempromosikan karakteristik budaya dari destinasi.

Sumber daya budaya

dimungkinkan untuk menjadi faktor utama yang menarik wisatawan

untuk melakukan perjalanan wisatanya.

Istilah 'budaya' bukan saja merujuk pada sastra dan seni, tetapi juga pada

keseluruhan cara hidup yang dipraktikkan manusia dalam kehidupan

sehari-hari yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya,

serta mencakup pengertian yang lebih luas dari lifestyle dan folk heritage.

Dalam pariwisata, jenis pariwisata yang menggunakan sumber daya

budaya sebagai modal utama dalam atraksi wisata sering dikenal sebagai

(31)

menyangkut budaya mulai dari seni pertunjukan, seni rupa, festival,

makanan tradisional, sejarah, pengalaman nostalgia, dan cara hidup yang

lain.

Pariwisata budaya dapat dilihat sebagai peluang bagi wisatawan untuk mengalami,

memahami, dan menghargai karakter dari destinasi, kekayaan dan keragaman

budayanya. Pariwisata budaya memberikan kesempatan kontak pribadi secara langsung

dengan masyarakat lokal dan kepada individu yang memiliki pengetahuan khusus

tentang sesuatu objek budaya. Tujuannya adalah memahami makna suatu budaya

dibandingkan dengan sekedar mendeskripsikan atau melihat daftar fakta yang ada

mengenai suatu budaya.

Sumber daya budaya yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata di

antaranya adalah sebagai berikut:

1. Bangunan bersejarah, situs, monumen, museum, galeri seni, situs budaya kuno

dan sebagainya.

2. Seni dan patung kontemporer, arsitektur, tekstil, pusat kerajinan tangan dan seni,

pusat desain, studio artis, industri film dan penerbit, dan sebagainya.

3. Seni pertunjukan, drama, sendratari, lagu daerah, teater jalanan, eksibisi foto,

festival, dan even khusus lainnya.

4. Peninggalan keagamaan seperti pura, candi, masjid, situs, dan sejenisnya.

5. Kegiatan dan cara hidup masyarakat lokal, sistem pendidikan, sanggar,

teknologi tradisional, cara kerja, dan sistem kehidupan setempat.

6. Perjalanan {trekking) ke tempat bersejarah menggunakan alat transportasi unik

(berkuda, dokar, cikar, dan sebagainya).

7. Mencoba kuliner (masakan) setempat. Melihat persiapan, cara membuat,

menyajikan, dan menyantapnya merupakan atraksi budaya yang sangat menarik bagi

wisatawan.

2.5.4. Sumberdaya Pariwisata Minat Khusus

Salah satu penyebab terjadinya segmentasi atau spesialisasi pasar pariwi-sata

adalah karena adanya kecenderungan wisatawan dengan minat khusus baik dalam

(32)

tradisional karena calon wisatawan memilih sebuah destinasi wisata tertentu

sehingga mereka dapat mengikuti minat khusus dan spesifik yang diminati. Pariwisata

dengan minat khusus ini diperkirakan akan menjadi trend perkembangan pariwisata

ke depan sebab calon wisatawan telah menginginkan jenis pariwisata yang fokus, yang

mampu memenuhi kebutuhan spesifik wisatawan.

Jenis-jenis sumber daya pariwisata minat khusus yang bisa dijadikan atraksi

wisata dapat diklasifikasikan sebagaimana dalam Tabel 5.1 (Richardson dan Fluker

dalam I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta, 2009 : 71).

Tabel 2.3

2. Nature and wildlife - Birdwatching. - Ecotourism. - Geology.

- National parks. - Rainforest.

3. Affinity - Artist's workshop.

- Senior tour.

- Tour for the handicapped.

4. Romance - Honeymoon.

- Island vacation. - Nightlife. - Single tour. - Spalhot spring.

5. Family - Amusemen park.

- Camping. - Shopping trips. - Whalewatching. 6. Soft adventure - Backpacking.

(33)

No. Klasifikasi Contoh 7. History/culture - Agriculture.

- Art/architecture. - Art festival. - Film/film history.

8. Hobby - Antique.

- Beer festival. - Craft tour. - Gambling.

- Videography tour.

9. Spiritual - Pilgrimage/mythology. Religion/spiritual. - Yiga and spiritual tours.

10. Sports - Basket ball.

- Car racing. - Olympic games. - Soccer.

2.6. Dampak Positif Pariwisata Bagi Perekonomian

Ada banyak dampak positif pariwisata bagi perekonomian, diantaranya adalah

sebagai berikut (Leiper dalam I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta, 2009 : 70) :

1. Pendapatan dari penukaran valuta asing

Hal ini terjadi pada wisatawan asing. Walau di beberapa Negara pendapatan dari

penukaran valuta asing tidak begitu besar, namun beberapa Negara, missal New

Zealand dan Australia, pendapatan dari penukaran valuta asing ini sangat besar

nilainya dan berperan secara sangat signifikan. Bahkan untuk New Zealand pada

tahun 90-an menempati peringkat pertama sumbangannya, yaitu 2.277 miilyar

NZD dibandingkan sumbangan industri daging (2.195 milyard NZD), wool (1.811

milyard NZD), susu dan turunannya (1.733 milyard NZD) (Leiper, 1990 : 228).

2. Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri

Surplus dari pendapatan penukaran valuta asing akan menyebabkan neraca

perdagangan menjadi semakin sehat. Hal ini akan mendorong suatu negara mampu

mengimpor beragam barang, pelayanan dan modal untuk meningkatkan taraf

hidup dan kesejahteraan masyarakatnya.

(34)

Pengeluaran dari wisatawan secara langsung ataupun tidak langsung

merupakan sumber pendapatan dari beberapa perusahaan, organisasi, atau

masyarakat perorangan yang melakukan usaha di sektor pariwisata. Jumlah

wisatawan yang banyak merupakan pasar bagi produk lokal. Masyarakat secara

perorangan juga mendapat penghasilan jika mereka bekerja dan mendapat upah dari

pekerjaan tersebut. Pekerjaan di sektor pariwisata sangat beragam, seperti

pengusaha pariwisata, karyawan hotel dan restoran, karyawan agen perjalanan,

penyedia jasa transportasi, pemandu wisata, penyedia souvenir, atraksi wisata, dan

seterusnya.

Pendapatan dari hasil kerja di usaha pariwisata merupakan dampak sekunder

sedangkan dampak primernya berupa pendapatan bisnis organisasi atau perusahaan

serta pendaparan devisa negara. Bagi perusahaan, pendapatan primer inilah yang

dipakai untuk membayar gaji dan upah pekerjanya, serta berupa deviden bagi pemilik

usaha.

4. Pendapatan pemerintah

Pemerintah memperoleh pendapatan dari sektor pariwisata dari bebe

rapa cara. Beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia, telah membuktikan

sumbangan sektor pariwisata terhadap pendapatan pemerintah. Oleh karena itu,

pemerintah negara manapun menaruh perhatian besar untuk berusaha menarik

sebanyak-banyaknya wisatawan asing untuk berlibur ke negaranya.

Sumbangan pendapatan terbesar dari pariwisata bersumber dari pengenaan

pajak. Sebagai contoh, pengenaan pajak hotel dan restoran yang "merupakan bagian

dari keuntungan usaha pariwisata hotel dan restoran tersebut. Sumber lain bisa

berupa usaha pariwisata yang dimiliki oleh pemerintah sendiri. Pemerintah juga

mengenakan pajak secara langsung kepada wisatawan jika mereka melakukan

transaksi yang tergolong kena pajak. Biasanya di banyak negara dikenal sebagai

service tax, yang umumnya sebesar 10% untuk transaksi di hotel dan restoran.

Pajak ini berbeda dari pajak yang sumbernya dari keuntungan hotel dan restoran

yang diuraikan sebelumnya.

(35)

Banyak individu menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata. Pariwisata

merupakan sektor yang tidak bisa berdiri sendiri tetapi memerlukan dukungan dari

sektor lain. Baik sektor pariwisata maupun sektor-sektor lain yang berhubungan

dengan sector pariwisata tidak dapat dipungkiri merupakan lapangan kerja yang

menyerap begitu banyak tenaga kerja.

6. Multiplier effects

Efek multiplier merupakan efek ekonomi yang ditimbulkan kegiatan ekonomi

pariwisata terhadap kegiatan ekonomi secara keseluruhan suatu wilayah (daerah,

negara) tertentu. Jika seorang wisatawan mengeluarkan 1 USD atau mungkin 1.000

USD, uang tersebut akan menjadi pendapatan bagi penerimanya, misalnya

pemilik toko souvenir. Pemilik toko souvenir tersebut memakai uang tersebut

seluruhnya atau sebagian untuk membeli bahan-bahan kerajinan souvenir-nya

untuk dijual kembali di tokonya, membayar gaji karyawan tokonya, membayar

pajak, listrik, air dan seterusnya.

Penerima uang dari pemilik toko souvenir ini kembali menjadi sumber

pendapatan bagi pihak lain. Ini adalah perputaran uang yang ketiga setelah

wisatawan - pemilik toko - pemilik bahan kerajinan, karyawan, dan lainnya.

Semakin panjang perjalanan uang tersebut, jumlahnya akan semakin mengecil

karena mungkin sebagaian dari pendapatan tersebut disimpan atau ditabung oleh

masing-masing pihak, atau bahkan mungkin keluar dari perputaran aktivitas

ekonomi di wilayah tersebut. Sebagai contoh, pemilik hotel dan restoran dengan

jaringan internasional seringkali tidak berasal dari warga negara di tujuan wisata

tetapi berasal dari luar negeri sehingga hal ini menimbulkan kebocoran ekonomi

(economic leakage).

Rasio antara total pengeluaran dari setiap putaran ekonomi dibanding dengan

jumlah asli atau permulaan yang dikeluarkan oleh wisatawan dinamakan

multiplier. Dari contoh di atas, jika pengeluaran wisatawan yang 1.000 USD

mampu mendorong berputarnya mesin ekonomi sejauh tiga tahapan seperti di atas,

dengan total pengeluaran dari ketiga tahap tersebut 1.250 USD, maka dikatakan

(36)

dihitung dari kegiatan pariwisata, yaitu expenditure, employment, income, dan

sebagainya.

Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal Wisatawan dan

masyarakat lokal sering berbagi fasilitas untuk berbagai kepentingan. Dalam

beberapa kasus, keberadaan pariwisata di suatu daerah atau negara tujuan wisata

menjadi perbedaan ktitis dari nilai ekonomi fasilitas pariwisata tersebut. Banyaknya

wisatawan mendatangkan keuntungan yang cukup besar sehingga suatu fasilitas dapat

digratiskan pemanfaatannya bagi masyarakat lokal.

Contohnya adalah wisata bahari Hanauma Bay Hawaii, USA. Hanauman

Bay menyediakan fasilitas konservasi karang laut dengan berbagai jenis ikan, penyu,

fasilitas diving, dan rekreasi perairan yang sangat indah. Hanauma Bay menjadi tujuan

wisata yang sangat favorit bersama Pantai Waikiki. Tempat ini tiap tahunnya

dikunjungi lebih dari lima juta orang (bandingkan dengan jumlah kunjungan

wisatawan asing ke Indonesia yang terdiri dari 33 propinsi, yang bahkan belum

mencapai angka enam juta orang). Bagi wisatawan asing dikenai biaya USD 5

untuk tiket masuk sedangkan bagi wisatawan lokal dan pemegang kartu residen

Hawaii atau pemegang kartu pelajar/mahasiswa untuk sekolah dan universitas di

Hawaii

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.

Kerlinger dalam Sugiyono (2006 : 7) mengemukakan bahwa penelitian survey adalah

penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari

adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan

kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun

psikologis.

Survey dapat memberikan manfaat untuk tujuan-tujuan deskriptif, membantu

dalam hal membandingkan kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria yang telah

ditentukan sebelumnya, dan juga untuk pelaksanaan evaluasi. Survey dapat dilakukan

dengan cara sensus maupun sampling terhadap hal-hal yang nyata dan tidak nyata.

3.2. Lokasi Penelitian

Peneliti mengambil lokasi penelitian di 20 obyek wisata di Kabupaten Kuningan

sebagai sampel untuk memperoleh data primer. Selain itu penelitian juga dilakukan di

Bappeda, Disparbud, dan Dispenda Kabupaten Kuningan untuk memperoleh data

sekunder.

3.3. Jenis Data Penelitian

Jenis data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Husein Umar

(2005 : 42) mengatakan data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama

baik individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner.

Sedangkan data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain.

3.4. Sumber Data Penelitian

(38)

1. Unsur manusia yaitu peneliti terlibat langsung dalam diskusi interaktif atau Focus

Group Discussion (FGD) yang melibatkan para stakeholder di lingkungan aparatur

pemerintah daerah, unsur informan yang terdiri dari pejabat Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Kuningan, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kuningan,

Bagian Ekonomi Setda Kabupaten Kuningan, dan pengunjug obyek wisata di

Kabupaten Kuningan.

2. Unsur non manusia sebagai data pendukung penelitian.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui:

1. Kuesioner melalui penyebaran daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden

(pengunjung obyek wisata) dengan harapan memberikan respon atas daftar

pertanyaan tersebut.

2. Wawancara/interview dengan pejabat terkait yaitu dari Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Kuningan, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah

Kabupaten Kuningan, Bappeda, dan Bagian Ekonomi Setda Kabupaten Kuningan.

3. Observasi, melalui pengamatan langsung dan tidak langsung terhadap obyek

penelitian.

4. Studi Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data di basis data melalui studi

kepustakaan dan browsing di internet.

5. Focus Group Discussion (FGD) melalui diskusi interaktif yang melibatkan para

stakeholder.

3.6. Metode Penarikan Sampel

Metode penarikan sampel yang dilakukan adalah penarikan sampel secara kluster

(cluster sampling). Menurut Jogiyanto (2005 : 70), cluster sampling dilakukan dengan

membagi populasi menjadi beberapa grup bagian. Grup bagian disebut cluster.

Beberapa cluster kemudian dipilih secara random. Item-item data yang berada dalam

(39)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua obyek wisata di Kabupaten Kuningan

sebanyak 38 buah, sedangkan yang diambil sebagai sampel sebanyak 20 obyek

penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.1

Populasi dan Sampel Penelitian

No. Nama Obyek Wisata Alamat Keterangan

1. Cigugur Jl. Raya Cigugur, Kec. Cigugur Sampel 1

2. Cibulan Desa Maniskidul, Kec. Jalaksana Sampel 2

3. Balong Dalem Desa Babakan Mulya, Kec.

Jalaksana

Sampel 3

4. Linggarjati Indah Jl. Linggarjati No. 4 Desa

Linggasana, Kec.Ciganda Mekar

Sampel 4

5. Sangkanhurip Alami Jl. Pemandian Air Panas Sangkan-hurip, Kec. Ciganda Mekar

Sampel 5

6. Curug Sidomba Jl. Sidomba No.1 Desa Peusing,

Kec. Jalaksana

Sampel 6

7. Situ Musium Taman

Purbakala Cipari

Jl. Purbakala Desa Cipari, Kec. Cigugur

Sampel 7

8. Balong Keramat Darmaloka

Desa / Kec. Darma Sampel 8

9. Waduk Darma Desa Jagara, Kec. Darma Sampel 9

10. Gedung Perundingan Linggajati

Desa Linggajati, Kec. Cilimus Sampel 10

11. Lembah Cilengkrang Desa Pajambon, Kec. Karamatmulya

Sampel 11

12. Talaga Remis Desa Kaduela, Kec. Pasawahan Sampel 12

13. Talaga Nilem (potensi) Desa Kaduela, Kec. Pasawahan 14. Taman Rekreasi

16. Sitonjul Desa Sangkan Hurip, Kec.

Ciganda Mekar

17. Situ Cicerem Desa Kaduela, Kec. Pasawahan

18. Curug Bangkong Desa Kertawirama, Kec. Nusa

Herang

Sampel 14

19. Curug Landung (potensi)

Desa Cisantana, Kec. Cigugur

20. Ciangir Desa Ciangir, Kec. Cibingbin

21. Kolam Renang Tirta Agung Mas

Desa Luragung Sampel 15

(40)

Cidahu

23. Kolam Renang

Sanggariang

Jl. Siliwangi 75 Kuningan Sampel 16

24. Perkebunan Salak,

Desa Sukamulya Kec. Cigugur Sampel 17

27. Gua Indrakila Desa / Kec. Karangkancana

28. Pemandian Air Panas Subang

Desa / Kec. Subang

29. Curug Putri Desa Cisantana Kec. Cigugur Sampel 18

30. Situ Jangggala Desa Panawuan Kec. Ciganda

Mekar

Sampel 19

31. Bumi Perkemahan Cibeureum

Desa Cibeureum Kec. Cilimus

32. Lamping Sibilik Desa Sukasari Kec. Mandirancan

33. Buper dan Jalur Pandakian Palutungan

Desa Cisantana Kec. Cigugur

34. Bumi Perkemahan Paniis

Desa Paniis Kec. Pasawahan Sampel 20

35. Buper dan Jalur Pendakian Cibunar

Desa Linggajati Kec. Cilimus

36. Puteran (potensi) Desa Tundagan Kec. Hantara

37. Embah Dalem Cageur

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kuningan, 2012

3.7. Teknik Analisis Data

Metode analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif

adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskriptifkan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku umum ataupun generalisasi (Sugiyono, 2010 : 208).

Statistik deskriptif dilakukan pada sejumlah populasi dan dari populasi tersebut diambil

(41)

yang ringkas dan menjadi lebih dipahami. Untuk memudahkan analisis data, digunakan

alat bantu Software SPSS release 19.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur pendapat pengunjung tentang obyek

wisata di Kabupaten Kuningan berbentuk check list dengan skala Likert sebagai berikut

:

STS = Sangat Tidak Setuju

TS = Tidak Setuju

TDM = Tidak Dapat Menentukan

S = Setuju

SS = Sangat Setuju

Setiap alternatif jawaban diberi skor yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.2

Skor Alternatif Jawaban Dalam Instrumen

No. Alternatif Jawaban S k o r

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

1. Sangat Setuju (SS) 5 1

2. Setuju (S) 4 2

3. Tidak Dapat Menentukan (TDM)

3 3

4. Tidak Setuju (TS) 2 4

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Responden adalah pengunjung 20 obyek wisata di Kabupaten Kuningan sebagai

sampel. Dari tiap-tiap obyek wisata diambil secara random 2 orang pengunjung,

sehingga responden seluruhnya sebanyak 40 orang.

3.8. Waktu dan Tahapan Penelitian

(42)

Tabel 3.3 Agenda Penelitian

Jenis Kegiatan Minggu ke

I II III IV V VI VI VIII

Penyusunan dan persetujuan Usul Penelitian

Perumusan dan penyempurnaan instrumen penelitian

Studi pendahuluan untuk menentukan lokasi penelitian Pengumpulan data di lapangan Pengolahan dan analisis data Penyusunan laporan

Gambar

Tabel 2.2Aspek Kebijakan Pariwisata
Tabel 3.2Skor Alternatif Jawaban Dalam Instrumen
Tabel 3.3Agenda Penelitian
Tabel 4.1Jumlah Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang akan dibahas berdasarkan latar belakang penelitian terkait dengan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) adalah mengenai bagaimana

Melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini telah dibangun sebuah produk berupa sistem penyaringan air gambut menggunakan teknologi sederhana dengan kapasitas

Wilayah laut yang sangat strategis juga menjadi salah satu alasan mereka untuk menjadi seorang perompak. Pulau-pulau kecil yang tersebar untuk tempat persembunyian

Tiada kata yang paling pantas saya ucapkan, selain puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas terselenggaranya Jambore Nasional Komunikasi (JNK) II - 2018 oleh Asosiasi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) sebagai satu unit dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berkedudukan sebagai Lembaga Penyelenggara Tenaga

khairul ummah dapat terwujud, yakni seorang yang mampu menjalankan ajaran Islam dalam segi kehidupan. Dan untuk mencapai tujuan dakwah yang efektif di

Portal Tugas Akhir (TA) Program Studi (Prodi) Teknik Informatika Universitas Pasundan (TIF Unpas) merupakan sebuah Aplikasi berbasis Web yang mana dipergunakan

Dalam kajian kes di Cameron Highlands, penyelidik terhadap pembangunan ekopelancongan adalah untuk melihat sejauh mana Cameron Highlands berpotensi dalam memajukan ekopelancongan