• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMu"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

Oleh Salwinsah A. Pendahuluan

Konsep dasar filsafat ilmu adalah kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan fungsi serta kaitannya dengan implementasi kehidupan sehari-hari. Berikutnya dibahas pula tentang karakteristik filsafat, ilmu dan pendidikan serta jalinan fungsional antara ilmu, filsafat dan agama. Pembahasan filsafat ilmu juga mencakup sistematika, permasalahan, keragaman pendekatan dan paradigma (pola pikir) dalam pengkajian dan pengembangan ilmu dan dimensi ontologis, epistomologis dan aksiologis. Selanjutnya dikaji mengenai makna, implikasi dan implementasi filsafat ilmu sebagai landasan dalam rangka pengembangan keilmuan dan kependidikan dengan penggunaan alternatif metodologi penelitian, baik pendekatan kuantitatif dan kualitatif, maupun perpaduan kedua-duanya.

Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan dengan makro kosmos maupun mikrokosmos. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang

selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun

kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu menurut Jujun Suriasumantri merupakan bagian dari epistimologi (filsafat ilmu

pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Dalam pokok bahasan ini akan diuraika pengertian filsafat ilmu, dan obyek yang menjadi cakupannya.1) B. Pembahasan

1. Pengertian Filsafat Ilmu

Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Segi semantik perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia yang berarti philos = cinta, suka (loving) dan Sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafah akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf. Dari segi praktis filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. 2)

Pengertian ilmu yang dikemukakan oleh Mohammad Hatta adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.

Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran mendefinikan ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia. Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…” 3)

(2)

Menurut Robert Ackerman filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang

dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual. Lewis White Beck, memberi pengertian bahwa filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.

Menurut A. Cornelius Benjamin filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan

praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual. Michael V. Berry berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.

Menurut May Brodbeck filsafat ilmu adalah analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu. Peter Caws Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan kesalahan. 4)

_____________________________ 4. http: //areknarsis.dagdigdug.com

Filsuf adalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Ringkasnya filsafat adalah hasil akal seseorang manusia yang memikirkan dan mencari suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakekat kebenaran segala sesuatu.5)

Stephen R. Toulmin mengemukana bahwa sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.6)

Dari uraian di atas akan diperoleh suatu gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis,

epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari

epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis) ________________________

5. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 9 6. http: //areknarsis.dagdigdug.com

Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis) Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara

(3)

berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?

2. Obyek Filsafat Ilmu

Imam Raghib al-Ashfahani mengatakan bahwa ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakekatnya. Ia terbagi dua, pertama mengetahui inti sesuatu itu, kedua menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada atau menafikan sesuatu yang tidak ada, maksudnya mengatahui hubungan sesuatu dengan sesuatu.7)

Louis Kattsoff mengatakan bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicarakan mengenai ilmu pengetahuan dan bukannya dalam ilmu pengetahuan.

_________________________

7. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, hal. 88

Namun apa yang harus dikatakan oleh seorang ilmuan mungkin penting pula bagi seorang filsuf.8) Dari sudut pandang lainnya Raghib al-Asfahani mengatakan bahwa ilmu dapat pula dibagi menjadi dua bagian yaitu ilmu rasional dan dokrinal. Ilmu rasional adalah ilmu yang didapat dengan akal dan penelitian, sedangkan ilmu dokrinal merupakan ilmu yang didapatkan dengan memberitakan wahyu dan nabi.9)

Pada dasarnya setiap ilmu mempunyai dua macam obyek, yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh adalah obyek material ilmu kedokteran. Adapun obyek formalnya adalah metode untuk memahami obyek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif.

Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal juga memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material filsafat adalah segala yang ada, baik mencakup ada yang tampak maupun ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedang ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosuf membagi obyek material filsafat atas tiga bagian, yaitu: yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam alam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun obyek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.

________________________

8. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 14

9. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, hal. 88

Dalam perspektif ini dapat diuraikan bahwa filsafat ilmu pada prinsipnya memiliki dua obyek substantif dan dua obyek instrumentatif, yaitu:

1. Obyek Subtantif, yang terdiri dari dua hal a. Fakta (Kenyataan)

Yaitu empiri yang dapat dihayati oleh manusia. Dalam memahami fakta (kenyataan ini ada beberapa aliran filsafat yang meberikan pengertian yang berbeda-beda, diantaranya adalah positivisme, –ia hanya mengakui penghayatan yang empirik dan sensual. Sesuatu sebagai fakta apabila ada

korespondensi antara yang sensual satu dengan yang sensual lainnya. Data empirik sensual tersebut harus obyektif tidakBOLEH masuk subyektifitas peneliti–. Fakta itu yang faktual ada

(4)

diinterpretasikan, sehingga ada subyektifitas peneliti.

Tetapi subyektifitas di sini tidak berarti sesuai selera peneliti, subyektif disini dalam arti tetap selektif sejak dari pengumpulan data, analisis sampai pada kesimpulan.. Data selektifnya mungkin berupa ide , moral dan lain-lain. Orang mengamati terkait langsung dengan perhatiannya dan juga terkait pada konsep-konsep yang dimiliki. Kenyataan itu terkonstruk dalam moral realism, sesuatu itu sebagai nyata apabila ada korespondensi dan koherensi antara empiri dengan skema rasional.

Mataphisik sesuatu sebagai nyata apabila ada koherensi antara empiri dengan yang obyektif universal. Yang nyata itu yang riil exsist dan terkonstruk dalam kebenaran obyektif. Empiri bukan sekedar empiri sensual yang mungkin palsu, yang mungkin memiliki makna lebih dalam yang

beragam. Empiri dalam realisme memang mengenai hal yang riil dan memang secara substantif ada. Dalam realisme metaphisik skema rasional dan paradigma rasional penting.

Empiri yang substantif riil baru dinyatakan ada apabila ada koherensi yang obyektif universal. Pragmatis, yang ada itu yang berfungsi, sehingga sesuatu itu dianggap ada apabila berfungsi. Sesuatu yang tidak berfungsi keberadaannya dianggap tidak ada

Rasionalistik : Yang nyata ada itu yang nyata ada, cocok dengan akal dan dapat dibuktikan secara rasional atas keberadaanya.10)

b. Kebenaran

Positivisme, benar substantif menjadi identik dengan benar faktual sesuatu dengan empiri sensual. Kebenaran pisitivistik didasarkan pada diketemukannya frekwensi tinggi atau variansi besar. Bagi positivisme sesuatu itu benar apabila ada korespondensi antara fakta yang satu dengan fakta yang lain phenomenology, kebenaran dibuktikan berdasarkan diketemukannya yang esensial, pilah dari yang non esensial atau eksemplar dan sesuai dengan skema moral tertentu. Secara esensial dikenal dua teori kebenaran, yaitu teori kebenaran korespondensi dan teori kebenaran koherensi. Bagi phenomenologi, phenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji korespondensinya dengan yang dipercaya. Realisme Metaphisik, ia mengakui kebenaran bila yang faktual itu koheren dengan kebenaran obyektif universal. Realisme, sesuatu itu benar apabila didukung teori dan ada faktanya. Realisme baru menuntut adanya konstruk teori (yang disusun deduktif probabilisti) dan adanya empiri terkonstruk pula. Islam, sesuatu itu benar apabila

________________________

10. http://gurutrenggalek.blogspot.com

yang empirik faktual koheren dengan kebenaran transenden berupa wahyu. Pragamatisme, mengakui kebenaran apabila faktual berfungsi. Rumusan substantif tentang kebenaran ada beberapa teori, menurut Michael Williams ada lima teori kebenaran, yaitu,

 Kebenaran Preposisi, yaitu teori kebenaran yang didasarkan pada kebenaran proposisinya baik proposisi formal maupun proposisi materialnya.

 Kebenaran Korespondensi, teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada adanya korespondensi antara pernyataan dengan kenyataan (fakta yang satu dengan fakta yang lain). Selanjutnya teori ini kemudian berkembang menjadi teori Kebenaran Struktural Paradigmatik, yaitu teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada upaya mengkonstruk beragam konsep dalam tatanan struktur teori (struktur ilmu/structure of science) tertentu yang kokoh untuk

menyederhanakan yang kompleks atau sering

 Kebenaran Koherensi atau Konsistensi, yaitu teori kebenaran yang medasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya.

(5)

 Kebenaran Pragmatik, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu benar apabila mempunyai kegunaan praktis. Dengan kata lain sesuatu itu dianggap benar apabila mendatangkan manfaat dan salah apabila tidak mendatangkan manfaat.

2. Obyek Instrumentatif yang terdiri dari dua hal: a. Konfirmasi

Fungsi ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut dengan menggunakan landasan: asumsi, postulat atau axioma yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga dapat ditampilkan sebagai konfirmi probabilistik dengan menggunakan metode induktif, deduktif, reflektif. Dalam ontologi dikenal pembuktian a priori dan a posteriori. Untuk memastikan kebenaran penjelasan atau kebenaranPREDIKSI para ahli mendasarkan pada dua aspek: (1) Aspek Kuantitatif; (2) Aspek Kualitatif.Dalam hal konfirmasi, sampai saat ini dikenal ada tiga teori konfirmasi, yaitu,  Decision Theory, menerapkan kepastian berdasar keputusan apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang memiliki manfaat aktual.

 Estimation Theory, menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar – salah dengan menggunakan konsep probabilitas.

 Reliability Analysis, menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hipotesis.11)

_________________________ 11. http://gurutrenggalek.blogspot.com b. Logika Inferensi

Studi logika adalah studi tentang tipe-tipe tata pikir. Pada mulanya logika dibangun oleh Aristoteles (384-322 SM) dengan mengetengahkan tiga prinsip atau hukum pemikiran, yaitu : Principium Identitatis (Qanun Dzatiyah), Principium Countradictionis (Qanun Ghairiyah), dan Principium Exclutii Tertii ((Qanun Imtina’). Logika ini sering juga disebut dengan logika Inferensi karena kontribusi utama logika Aristoteles tersebut adalah untuk membuat dan menguji inferensi. Dalam perkembangan selanjutnya Logika Aristoteles juga sering disebut dengan logika tradisional. 12)

Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerapkan ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi aktual dan deskriptif yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuan yang juga filsuf. Para filosof terlatih dalam metode ilmiah dan sering pula menuntut minat khusus dalam beberapa disiplin ilmu.13)

3. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

Pada dasarnya , setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan,seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis

_________________________ 12. http://gurutrenggalek.blogspot.com 13. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 14

dan adil juga memiliki objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak.

(6)

bersenambungan .Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. 14)

Pada bagian lain dikatakan bahwa filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahnya menemukan rahasia alam kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat tersebut. Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan.15) Karena itu filsafat oleh para filosofi disebut sebagai induk ilmu. Sebab,dari filsafat lah, ilmu-ilmu moderen dan kontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya, yaitu

_____________________________ 14. http://bebenbernadi.wordpress.com 15. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 14

teknologi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan,tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya, filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu.

Di sisi lain, perkembangan ilmu yang sangat cepat tidak saja membuat ilmu semakin jauh dari induknya,tetapi juga mendorong munculnay arogansi dan bahkan kompartementalisasi yang tidak sehat antara satu bidang ilmu dengan yang lain. Tugas filsafat di antaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri agar tidak terjadi bentrokan antara berbagi kepentingan. Falsafat sepatutnya mengikuti alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan radikal, menyeluruh dan rasional dan begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalm filsafat sepatutnya merupakan bagian dari ilmu. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memeahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.15)

Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan,dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non-ilmiah.

Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya mempertegas bahwa dalam persoalan sumberdan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan. Ilmu pada perinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam

_______________________

15. http://bebenbernadi.wordpress.com

kehidupan sehari-hari. Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara objektif (objective

thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual.pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia,yang sering juga disebut dengan hubungan horizontal.

(7)

Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Dia memikirkan hal-hal baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu.manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada kehidupan, manusia” memanusiakan diri dalam hidupnaya” dan masih banyak lagi pernyataan semacam ini, semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu.

________________________

16. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, hal. 88

Dengan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam pikiran. Kesulitan tersebut adalah pendapat yang mengatakan bahwa tiap-tiap kejadian dapat diketahui hanya benar segi subjektif. Dengan jalan memberi pertimbangan-pertimbangan yang positif, menurut Rasjidi, umumnya orang beranggapan bahwa tiap-tiap benda mempunyai satu sebab. Contohnya apa yang menyebabkan Ahmad menjadi sakit.

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran namun masalahnya tidak hanya sampai di situ saja. Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya espistemologi.17)

C. Kesimpulan

Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu

Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik dan intensif. ______________________

17. http://bebenbernadi.wordpress.com

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan dengan makro kosmos maupun mikrokosmos.

Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah).

ENDAHULUAN

(8)

FILSAFAT ILMU Filsafat

Sebelum sampai pada definisi filsafat ilmu maka terlebih dahulu dideskripsikan pengertian filsafat. Filsafat adalah disiplin yang mempelajari objek-objek kemanusiaan secara menyeluruh (komprehensif), merangkum, spekulatif rasional, dan mendalam sampai ke akarnya (radiks), sehingga diperoleh inti hakiki dari objek yang dipelajari. Masalah-masalah kemanusiaan utama dalam hidup ini meliputi 3 hubungan penting manusia dalam kehidupannya, yaitu:

 Hubungan manusia dengan keberadaan Tuhan.

 Hubungan manusia dengan keberadaan alam semesta.

 Hubungan manusia dengan keberadaan manusia, baik secara individual maupun kelompok.

Cabang-Cabang filsafat

Cabang-cabang filsafat yang utama adalah sebagai berikut :

 Metafisika (ontologi). Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat realitas terdalam dari segala sesuatu, baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat non fisik.

 Epistemologi adalah cabang filsafat yang melakukan penelaahan tentang hakekat pengetahuan manusia. Secara khusus, dalam epistemologi dilakukan kajian-kajian yang mendalam tentang hakekat terjadinya perbuatan mengetahui, sumber pengetahuan, tingkat-tingkat pengetahuan, metode untuk memperoleh pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.

 Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat nilai. Berdasar pada pokok penekanannya, aksiologi dapat dibagi menjadi etika (filsafat tentang baik buruk perilaku manusia) atau filsafat moral dan estetika atau filsafat keindahan.

Selain cabang-cabang utama filsafat di atas, terdapat cabang-cabang filsafat lain yang bersifat khusus. Cabang filsafat khusus itu antara lain adalah: filsafat manusia, filsafat ketuhanan, filsafat agama, filsafat sosial dan politik, dan filsafat pendidikan.

Filsafat Ilmu

Psillos & Curd (2008) menjelaskan bahwa filsafat ilmu adalah filsafat yang berhubungan dengan masalah-masalah filosofis dan fundamental yang terdapat dalam ilmu. Dalton dkk. (2007) menjelaskan bahwa filsafat ilmu mengacu pada keyakinan seseorang tentang esensi pengetahuan ilmiah, esensi metode dalam pencapaian pengetahuan ilmiah, dan hubungan antara ilmu dan perilaku manusia.

Lacey (1996) mengajukan definisi filsafat ilmu sebagai suatu studi filosofis yang sangat luas dan mendalam tentang ilmu. Studi filosofis yang sangat luas dan mendalam tentang ilmu itu pada dasarnya mencakup bahasan-bahasan seperti:

(9)

 Hubungan ilmu dengan masalah-masalah kehidupan yang lain (nilai, etika, moral, kesejahteraan manusia).

Dalam konteks yang bersifat melengkapi, Rudner (1966) mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah bagian dari epistemologi yang memiliki fokus pada kajian tentang karakteristik pengetahuan ilmiah. Selanjutnya, Rudner (1966) juga menyatakan bahwa filsafat ilmu pun memiliki bagian-bagian yang berkembang tersendiri berdasar pada objek-objek spesifiknya. Bagian-bagian itu antara lain adalah filsafat ilmu-ilmu sosial, filsafat ilmu-ilmu alam, filsafat ilmu pendidikan, dan filsafat ilmu fisika.

Menurut French & Saatsi (2011) sejarah filsafat ilmu sebagai disiplin yang bersifat mandiri (memiliki jurnal, komunitas ilmiah, dan pertemuan ilmiah) termasuk masih muda dengan usia sekitar 80 tahun. Namun demikian, sebenarnya keberadaan filsafat ilmu telah ada sejak berkembangnya ilmu itu sendiri pada masa Aristoteles yang dapat dianggap sebagai ilmuwan pertama. Filsafat ilmu melakukan penelaahan terhadap isu-isu metode ilmiah, hakekat teori ilmiah dan bagaimana hubungan teori dengan realitas, dan tujuan-tujuan ilmu.

Berdasar berbagai definisi tentang filsafat ilmu yang telah diuraikan kemudian dapat disimpulkan pengertian singkat filsafat ilmu:

 Filsafat ilmu adalah sebagai cabang filsafat, khususnya epistemologi, yang mempelajari tentang hakekat pengetahuan ilmu (Hanurawan, 2012).

Keterangan: banyak filsuf memberi penekanan filsafat ilmu sebagai bagian dari filsafat pengetahuan (epistemologi) karena filsafat ilmu banyak melakukan kajian tentang salah satu jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan keilmuan atau pengetahuan ilmiah.

Dalam filsafat ilmu terdapat pembagian filsafat ilmu menjadi filsafat ilmu umum dan filsafat ilmu khusus (Psillos & Curd, 2008). Filsafat ilmu umum adalah filsafat ilmu untuk semua ilmu,

sedangkan filsafat ilmu secara individual adalah filsafat ilmu tentang ilmu-ilmu tersendiri, seperti filsafat ilmu psikologi, filsafat ilmu-ilmu sosial, dan tentu saja filsafat ilmu pendidikan.

Filsafat ilmu umum lebih menekankan konsep-konsep filosofis ilmu dan ciri-ciri umum metode ilmiah yang digunakan oleh semua ilmu. Ini berarti dalam filsafat ilmu umum yang menjadi objek telaah adalah semua ilmu. Sedangkan dalam filsafat ilmu khusus lebih menekankan pada telaah konsep-konsep filosofis pada ilmu-ilmu tertentu dan ciri-ciri metode ilmiah yang digunakan oleh ilmu-ilmu khusus (matematika, biologi, ekonomi, psikologi, fisika, dan ilmu pendidikan).

FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN Pengertian

Berpijak pada beberapa definisi tentang filsafat ilmu itu maka kemudian dapat dibuat aplikasi pengertian filsafat ilmu dalam bidang pendidikan, yang dapat disebut dengan istilah filsafat ilmu pendidikan. Filsafat ilmu pendidikan adalah filsafat, khususnya adalah cabang dari filsafat pengetahuan (epistemologi), yang secara mendalam, spekulatif, dan komprehensif mempelajari tentang hakekat ilmu pendidikan.

(10)

Dasar metafisika ilmu berarti bahwa suatu ilmu pendidikan harus memiliki dasar eksistensi untuk dapat menetapkan realitas dirinya dalam dunia pengetahuan ilmiah secara khusus dan dunia pengetahuan pada umumnya. Keberadaan ilmu pendidikan biasanya dihubungkan dengan pandangan metafisika dan objek utama yang menjadi kajian ilmu. Pandangan metafisika itu misalnya terkait dengan pertanyaan-pertanyaan:

 Apakah hakekat keberadaan ilmu itu bersifat monis (satu) di seluruh dunia atau bersifat plural?

 Selanjutnya, apabila bersifat monis timbul pertanyaan lanjutan: Apakah hakekat keberadaan ilmu bersifat material atau spiritual?

 Selanjutnya, apabila bersifat plural timbul pertanyaan lanjutan: Bagaimana hubungan hakekat keberadaan ilmu yang bersifat material, kejiwaan, dan spiritual?

Dalam bidang ilmu pendidikan, dasar metafisika yang terkait dengan objek ilmu pendidikan dapat ditemui dalam keberadaan aliran-aliran besar dalam ilmu pendidikan. Aliran-aliran besar dalam ilmu pendidikan itu misalnya dapat ditemui dalam aliran pendidikan behavioristik yang menganut paham monisme materialistik dan aliran pendidikan transpersonal yang cenderung bersifat plural.

Dasar epistemologi ilmu atau dasar filsafat pengetahuan ilmu berarti bahwa suatu ilmu harus memiliki kriteria dasar bagi penentuan suatu pengetahuan dapat disebut sebagai pengetahuan ilmiah. Dalam bidang ilmu pendidikan, dasar epistemologi ilmu terkait dengan objek kajian ilmu pendidikan, metode pemerolehan pengetahuan dalam ilmu pendidikan, batas-batas

pengetahuan ilmu pendidikan, dan validitas pengetahuan ilmiah dalam ilmu pendidikan (kriteria kebenaran suatu pengetahuan ilmiah).

Dasar aksiologi ilmu berarti bahwa ilmu harus dapat menetapkan kriteria yang seharusnya ada tentang hubungan antara ilmu dan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai kemanusiaan itu mencakup nilai etika dan nilai keindahan. Dalam ilmu pendidikan, dasar aksiologi terkait dengan penerapan prinsip etika dan estetika dalam penelitian dan praktek ilmu pendidikan.

Ruang Lingkup Filsafat Ilmu Pendidikan

Berdasar dasar-dasar metafisika, epistemologi, dan aksiologi ilmu maka secara umum, ruang lingkup yang menjadi bidang kajian filsafat ilmu adalah sebagai berikut:

 Masalah-masalah metafisika atau eksistensi realitas yang berhubungan dengan keberadaan suatu ilmu.

 Masalah-masalah epistemologis atau metode pencapaian pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu.

 Masalah-masalah etika atau moralitas yang berhubungan dengan aktivitas pencapaian ilmu dan penerapan ilmu dalam kehidupan masyarakat.

 Masalah-masalah estetika atau keindahan yang berhubungan dengan ilmu.

(11)

 Hakekat ilmu

 Tujuan aktivitas keilmuan  Metode keilmuan

 Bagian-bagian ilmu  Jangkauan ilmu

 Hubungan ilmu dengan masalah-masalah kehidupan lain di luar ilmu.

Dalam konteks yang hampir sama dengan pendapat Lacey (1996), Earle (1992) secara tersirat mengemukakan bidang-bidang kajian yang menjadi ruang lingkup perenungan filsafat ilmu, yaitu:

 Pengertian ilmu  Tujuan ilmu

 Masalah metodologi dalam kegiatan keilmuan  Penggolongan ilmu

 Pengembangan teori, model, dan paradigma keilmuan  Ilmu dan kesejahteraan manusia

 Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat ilmu.

Demikianlah beberapa pemikiran tentang ruang lingkup yang menjadi bidang kajian filsafat ilmu. Apabila diperbandingkan ruang lingkup-ruang lingkup tersebut satu dengan yang lain maka kemudian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya beberapa uraian tentang ruang lingkup itu bersifat saling melengkapi dan memiliki inti yang kurang lebih sama.

Apabila ruang lingkup filsafat ilmu itu diterapkan dalam ilmu pendidikan maka diperoleh rumusan ruang lingkup filsafat ilmu dalam ilmu pendidikan adalah sebagai berikut:

 Masalah-masalah metafisika atau eksistensi realitas yang berhubungan dengan keberadaan ilmu pendidikan.

 Masalah-masalah epistemologis atau metode pencapaian pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu pendidikan

 Masalah-masalah etika atau moralitas yang berhubungan dengan aktivitas pencapaian ilmu dan penerapan ilmu pendidikan dalam kehidupan masyarakat.

 Masalah-masalah estetika atau keindahan yang berhubungan dengan ilmu pendidikan.

Selain itu, ruang lingkup filsafat ilmu yang diterapkan dalam ilmu pendidikan juga dapat dirumuskan sebagai sebagai berikut:

 Pengertian ilmu pendidikan  Tujuan ilmu pendidikan

 Masalah metodologi dalam kegiatan keilmuan pendidikan  Penggolongan dalam ilmu pendidikan

 Pengembangan teori, model, dan paradigma keilmuan dalam ilmu pendidikan  Hubungan ilmu pendidikan dan kesejahteraan manusia

 Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat ilmu pada ilmu pendidikan.

(12)

Pengertian Ilmu

Sebelum sampai pada pengertian ilmu pendidikan maka perlu dideskripsikan terlebih dahulu pengertian ilmu. Marczyk dkk. (2005) mengemukakan definisi ilmu sebagai suatu pendekatan metodologis dan sistematik untuk memperoleh pengetahuan baru. Sprinthall dkk. (1991) mendefinisikan ilmu sebagai suatu pengetahuan yang teorganisir dan sekumpulan teknik sistematik untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Definisi ini memberikan penegasan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang bersifat sistematik dan tidak dapat dipisahkan dari metode ilmiah sebagai teknik untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.

Syarat-Syarat Ilmu

Giorgi (1995) menjelaskan bahwa tidak semua ragam pengetahuan dapat diklasifikasikan sebagai pengetahuan ilmiah. Suatu jenis pengetahuan dapat memiliki status sebagai pengetahuan ilmiah karena memenuhi empat syarat. Empat syarat itu adalah bahwa pengetahuan itu harus bersifat sistematis, metodis, kritis, dan universal.

 Pengetahuan ilmiah bersifat sistematis berarti aspek-aspek berbeda yang menjadi bagian dari suatu pengetahuan memiliki potensi untuk terkait satu dengan yang lain dalam konteks sebuah sistem. Aspek-aspek berbeda yang terkandung dalam pengetahuan ilmiah tidak merupakan suatu keadaan yang tidak beraturan, melainkan harus menuruti pola dan struktur tertentu.

 Pengetahuan ilmiah bersifat kritis berarti bahwa pengetahuan itu terbuka bagi studi lebih lanjut. Dalam konteks ini, suatu pengetahuan ilmiah, misalnya suatu teori atau hukum umum, yang dikembangkan oleh seorang ilmuwan tidak diterima begitu saja tanpa syarat namun ilmuwan lain diperbolehkan untuk menguji atau bahkan melakukan perlawanan terhadap teori itu. Perkembangn sifat kritis dalam dunia ilmiah sangat terbantu oleh kemauan para ilmuwan untuk melakukan sosialisasi teori dalam suatu komunitas ilmiah, sehingga suatu teori akan mendapat kesempatan untuk dikritisi dalam publik yang lebih luas. Sosialisasi itu dapat melalui forum-forum ilmiah, seperti penerbitan berkala atau jurnal ilmiah, buku ilmiah, seminar, dan promosi hasil penelitian.

 Pengetahuan ilmiah bersifat metodis berarti bahwa metode atau cara untuk mengumpulkan dan menganalisis data secara intersubjektif harus tersedia. Hasil karya seorang jenius yang tidak menggunakan metode mungkin saja dapat dinilai sangat mengagumkan, namun hasil karya itu tidak dapat diklasifikasikan sebagai pengetahuan ilmiah. Hasil karya itu tidak dapat diklasifikasikan sebagai pengetahuan ilmiah karena orang lain secara intersubjektif tidak mungkin untuk melakukan itu lagi dalam cara-cara yang secara relatif kurang lebih serupa.

 Pengetahuan ilmiah bersifat universal berarti bahwa hasil-hasil pengetahuan ilmiah memiliki kemampuan untuk diterapkan secara umum pada konteks dan situasi yang kurang lebih sama. Universalitas ini akan menjamin hasil-hasil penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah memiliki kemampuan generalisasi eksternal terhadap konteks dan situasi yang memiliki ciri-ciri sama.

Berdasar uraian tentang hakekat ilmu maka itu berarti bahwa keberadaan ilmu pendidikan sebagai sebuah ilmu pun dapat ditinjau berdasar syarat-syarat yang telah dideskripsikan itu.

Pengertian Ilmu Pendidikan

Pengertian pendidikan yang dapat ditawarkan oleh penulis adalah sebagai berikut:

 Pendidikan adalah ilmu tentang proses transformasi cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku dari generasi tua kepada generasi muda dalam suatu komunitas.

(13)

Ilmu adalah studi yang bersifat sistematis dan intersubjektif tentang suatu fenomena yang memiliki tata aturan tersendiri. Objek-objek utama yang menjadi bidang kajian ilmu pendidikan antara lain adalah:

 Belajar, pengajaran, dan pelatihan,

 Metode belajar, pengajaran, dan pelatihan.  Perilaku guru dan siswa.

 Media pengajaran dan belajar

Tujuan Ilmu Pendidikan

 Mendeskripsikan aktivitas mental dan perilaku manusia.  Memahami aktivitas pendidikan.

 Meramal aktivitas pendidikan.  Mengendalikan aktivitas pendidikan.

 Memecahkan masalah-masalah pendidikan.

Metode dalam Ilmu Pendidikan

Dalam upaya untuk mencapai tujuan-tujuan ilmu pendidikan itu, ilmu pendidikan sebagai salah satu bidang ilmiah memiliki metode penelitian yang disesuaikan dengan objek-objek kajian pendidikan. Metode-metode penelitian pendidikan itu antara lain adalah:

 Positivistik (kuantitatif). Tujuan penelitian adalah untuk menetapkan objektivitas berdasar pada bukti-bukti empiris dan hukum-hukum yang dapat digeneralisasi tanpa memperhatikan atau tanpa dipengaruhi oleh konteks tempat penelitian dilakukan. Objektivitas hasil penelitian sangat ditentukan oleh peminimalan kesalahan dalam proses pengukuran. Tujuan penelitian adalah deskripsi, penjelasan, kontrol, dan prediksi. Contoh aliran pendidikan yang

menggunakan metode positivistik adalah pendidikan behavioristik.

 Interpretif (kualitatif). Tujuan penelitian adalah pemahaman terhadap bahasa dan perilaku yang bersifat sehari-hari atau bersifat alamiah yang berujung pada temuan-temuan makna dan keyakinan yang ada dalam diri partisipan. Hubungan antara ilmu, metode penelitian, dan proses penelitian dengan nilai adalah lekat nilai atau bermuatan nilai (value-laden). Dalam hal ini pengetahuan ilmiah sebagai hasil dari penelitian metode penelitian interpretif termuat di dalamnya nilai-nilai personal dan sosial budaya partisipan penelitian. Contoh aliran pendidikan yang menggunakan metode interpretif adalah psikologi humanistik atau bidang-bidang pendidikan yang berhubungan dengan konteks budaya.

 Penelitian kritis memberi kesempatan kepada peneliti, praktisi, dan partisipan menjelaskan dan menantang sumber-sumber dominasi dan eksploitasi yang ada dalam kehidupan sosial budaya tempat hidup seseorang. Penelitian kritis merupakan penelitian yang bertujuan pemberdayaan terhadap individu-individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat yang mengalami penindasan (oppressed). Oleh karena itu, penelitian kritis memiliki sifat-sifat: terbuka ideologi, kritik sosial, terbuka politik, dan orientasi emansipatori (Connole dkk., 1993). Tujuan penelitian kritis adalah untuk melakukan pemberdayaan (empowerment) berupa: pengembangan kesadaran kritis dan pengembangan tindakan (action) pada individu-individu atau kelompok-kelompok yang tertindas (perempuan, buruh, dan siswa). Contoh aliran pendidikan yang menggunakan metode penelitian kritis adalah pendidikan kritis.

KESIMPULAN

(14)

 Filsafat ilmu adalah sebagai cabang filsafat, khususnya epistemologi, yang mempelajari tentang hakekat pengetahuan ilmu.

 Filsafat ilmu pendidikan adalah filsafat, khususnya adalah cabang dari filsafat pengetahuan (epistemologi), yang secara mendalam, spekulatif, dan komprehensif mempelajari tentang hakekat ilmu pendidikan.

 Masalah-masalah filsafat ilmu pendidikan adalah: pengertian ilmu pendidikan, tujuan ilmu pendidikan, masalah metodologi dalam kegiatan keilmuan pendidikan, penggolongan dalam ilmu pendidikan, pengembangan teori, model, dan paradigma keilmuan dalam ilmu

pendidikan, hubungan ilmu pendidikan dan kesejahteraan manusia, dan aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat ilmu pada ilmu pendidikan

 Hakekat ilmu pendidikan adalah ilmu tentang proses transformasi cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku dari generasi tua kepada generasi muda dalam suatu komunitas.

Referensi

Dokumen terkait

Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris,yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan adapun, objek formal,dan rasional adalah sudut

Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan secara umum, ini dikarenakan ilmu itu sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun

untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu. Juga berperan untuk menganalisis hubungan atau antar hubungan yang ada pada kajian satu terhadap kajian yang

• Filsafat ilmu ekonomi berkaitan dengan pembahasan yang menjelaskan landasan yang mendasari konsepsi, metodologi, serta etika dalam disiplin ilmu ekonomi. • Filsafat ekonomi

untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu. Juga berperan untuk menganalisis hubungan atau antar hubungan yang ada pada kajian satu terhadap kajian yang

Filsafat tidak lebih dari suatu usaha sebagai jawaban atas pertanyaan - pertanyaan secara radikal seperti yang kita lakukan pada kehidupan sehari hari atau

Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007 X ASPEK ONTOLOGI.

Pada dasarnya setiap ilmu mempunyai dua macam obyek yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan,