• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN UNSUR UNSUR BUDAYA BALI DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGGUNAAN UNSUR UNSUR BUDAYA BALI DALAM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

URNA, Jurnal Seni Rupa merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Jurusan Pen-didikan Seni Rupa, Universitas Negeri Surabaya. URNA berisikan artikel konsep-tual, resume penelitian, dan tinjauan buku. Bertujuan untuk mengembangkan dan mengomunikasikan secara luas perkembangan seni rupa dan pendidikan seni rupa baik yang sifatnya teoretis maupun pragmatis. Terbit dua kali setahun, tiap bulan Juni dan Desember.

Penanggung Jawab : Eko A.B. Oemar

Ketua Penyunting : I Nyoman Lodra

Wakil Ketua Penyunting : Asy Syams Elya Ahmad

Penyunting Ahli : Djuli Djatiprambudi (Universitas Negeri Surabaya) Martadi (Universitas Negeri Surabaya)

Sofyan Salam (Universitas Negeri Makassar)

Tjetjep Rohendi Rohidi (Universitas Negeri Semarang)

Penyunting Pelaksana : Salamun Kaulam

Asidigisianti Surya Patria Muhajir Nadhiputro Marsudi

Sekretaris : Nova Kristiana

Administrasi : Fera Ratyaningrum

Alamat Redaksi:

Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Surabaya Gedung T3 Lt. 2, Kampus Lidah Wetan Surabaya 64732

Telp/Fax. 031-7530865 | E-mail: urna.jurnalsenirupa@yahoo.co.id

urna.jurnalsenirupa@gmail.com | Website: htp://www.urna-jurnalsenirupa.org

ISSN 2301–8135

© 2012 Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Surabaya

(3)

ISSN 2301–8135

Vol. 1, No. 1 (Juni 2012): 1–105

d a f t a r i s i

Artikel:

PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA Martadi (Universitas Negeri Surabaya)

PERLINDUNGAN PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN PRAKTIK HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL I Nyoman Lodra (Universitas Negeri Surabaya)

NILAI ESTETIKA DALAM KOMODIFIKASI WADAH

DI MASYARAKAT HINDU BALI I Ketut Side Arsa (Institut Seni Indonesia Denpasar)

PROSES APRESIASI DAN KREASI DALAM TRITUNGGAL SENI M. Sattar (Universitas Negeri Surabaya)

PENGGUNAAN UNSUR-UNSUR BUDAYA BALI

DALAM BOG-BOG BALI CARTOON MAGAZINE

I Wayan Swandi (Institut Seni Indonesia Denpasar)

CITRA WANITA DALAM KARYA SENI RUPA Muhajir Nadhiputro (Universitas Negeri Surabaya)

MAKNA SIMBOLIS RAGAM HIAS PENDAPA TERAS CANDI PANATARAN Rustarmadi (Universitas Negeri Surabaya)

1

11

21

30

42

50

(4)

ISSN 2301–8135

Vol. 1, No. 1 (Juni 2012): 1–105

Resume Penelitian:

PERSEPSI GENDER GAMBAR ILUSTRASI

DALAM BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH DASAR KELAS I – III Asidigisianti Surya Patria (Universitas Negeri Surabaya)

PENGEMBANGAN MEDIA DIGITAL KRIYA TOPENG MALANG UNTUK PEMBELAJARAN

SENI BUDAYA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Marsudi (Universitas Negeri Surabaya)

Tinjauan Buku:

BUKU PENTING DI TENGAH DUNIA SENI RUPA YANG GENTING Djuli Djatiprambudi (Universitas Negeri Surabaya)

76

89

(5)

PENGGUNAAN UNSUR-UNSUR BUDAYA BALI

DALAM

BOG-BOG BALI CARTOON MAGAZINE

I Wayan Swandi

Abstrak: Penerapan busana adat Bali dalam penampilan tokoh-tokoh visual kartun di Bog-Bog Bali Cartoon Magazine merupakan pencerahan dan kebang-kitan bagi kreativitas para kartunis Bali. Hal ini sejak lama dirindukan sebagai pelestarian kearifan lokal. Penggunaan unsur budaya Bali dalam perspektif kajian budaya merupakan dekonstruksi untuk mengkritisi fenomena-fenomena sosial budaya. Dari aspek kajian estetika merupakan cerminan kebebasan me-menangkan ide dan kreativitas para kartunis majalah Bog-Bog dalam konteks estetika posmoderen yang bebas diskriminasi.

Abstract: Applying the traditional Balinese costumes in the character of Bog-bog Bali Cartoon Magazine is the enlightened and the rise of the creativity of Balinese Cartoon-ists. The rising has been waited as the conserving of local wisdom. The use of Balinese culture element in the cultural perspective view is a deconstruction to criticize the socio-cultural phenomenon. From the aesthetics, it is a relection of freedom that idea and creativity of the cartoonists win within the postmodernism aesthetics which is free from discrimination.

Kata kunci: kartun, budaya Bali, kearifan lokal

Penggunaan unsur-unsur budaya Bali dalam Bog-Bog Bali Cartoon Magazine adalah suatu hal yang sangat positif dalam mengembangkan khasanah keseniru-paan Indonesia pada umumnya, dan kesenirukeseniru-paan Bali khususnya. Perjalanan se-jarah seni rupa Bali dari tahun 30-an sampai sekarang, keberadaannya baik dalam gaya tradisi, klasik dan modern atau kontemporer merupakan salah satu dinasti seni budaya menuju industri budaya, yang ikut memberi andil dalam menopang keberlanjutan kehidupan pariwisata budaya Bali.

Alasan yang mendasar terkait dengan tema Penggunaan unsur-unsur budaya Bali dalam Bog-Bog Bali Cartoon Magazine adalah (1) cerminan kreativitas responsif, yaitu adanya upaya membangkitkan kreativitas seniman kartun Bali dan pecintanya sebagai peran serta dalam mengembangkan khasanah seni budaya Bali khususnya

I Wayan Swandi adalah Staf Pengajar pada Program Studi Desain Komunikasi Visual, Institut Seni Indonesia Denpasar. e-mail: wayanswandi@yahoo.com

(6)

seni kartun Bali yang siap berkompetisi secara lokal, nasional, maupun global. (2) Penemuan karakter: melalui implementasi unsur-unsur budaya Bali dalam hal ini busana adat Bali seperti, udeng, saput, kamben, senteng dan kebaya sebagai atribut visualisasi kartun yang dimuat dalam majalah Bog-Bog Bali Cartoon secara umum, sebagai representasi budaya Bali dan fenomena sosial, nasional dan global. Hal ini merupakan usaha untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi menuju pencapaian karakter yang khas dalam penampilan Bog-Bog Bali Cartoon Magazine. (3) Pelesta-rian kearifan lokal: mengeksploitasi dalam ranah ini bukan berarti menghancurkan atribut budaya Bali, dari kepentingan individu atau kelompok yang rentan dengan isu sara, tetapi justru terbangun kesadaran publik dalam relevansinya pendayagu-naan atribut atau pakaian adat Bali pada visual kartun majalah Bog-Bog Bali Cartoon sebagai upaya cerminan pelestarian kearifan lokal yang patut dibanggakan, sekali-gus memberikan karakter keindahan yang khas pada visualisasi kartun.

Dari pemaparan alasan-alasan tersebut di atas bukan berarti tidak adanya fenomena-fenomena sosial yang muncul menyangkut pro dan kontra masyarakat dalam menyamakan persepsi nilai pada kartun Bali ini. Sesuai dengan fungsinya bahwa kartun adalah sebagai sajian hiburan yang humoris juga bersifat menggeli-tik atau bahkan juga mengkritisi keadaan, fenomena masyarakat dan lingkungan. Penerapan atribut pakaian budaya Bali yang dibentuk sedemikian rupa dalam vi-sualisasi kartun ini seyogyanya memberikan warna baru bagi perkembangan seni kartun yang ada di Bali.

Fenomena yang muncul terkait dengan gagasan mengeksploitasi atribut se-perti udeng, saput, kamben, senten, kebaya yang diterapkan ke dalam bentuk-ben-tuk kartun majalah Bog-Bog Bali Cartoon, pada umumnya merupakan dekonstruksi dari bentuk-bentuk kartun secara umum yang berkembang di Bali, sebagai pence-rahan bentuk-bentuk kartun yang semakin disenangi masyarakat karena bersifat humor dan kritis. Sebagai pijakan fenomena tersebut secara umum terjadi pada setiap terbitan majalah Bog-Bog Bali Cartoon sejak awal tahun 2001, untuk pendeka-tan kasus yang muncul sebagai fenomena khusus adalah adanya pergulapendeka-tan makna yang muncul pada tema majalah Bog-Bog Bali Cartoon yaitu “sangkar” terbitan 09 vol. 9 Desember 2011 dan “memasak” (hlm. 21). Sehingga muncul pertanyaan, ba-gaimana perspektif kajian budaya dan kajian estetika terkait dengan implementasi unsur-unsur atribut/busana adat Bali seperti udeng, saput, kamben, senteng dan kebaya pada visualisasi kartun?

Seperti diketahui bahwa majalah Bog-Bog Bali Cartoon terbit di Denpasar dengan kantor redaksi di Jalan Veteran No. 39 A Denpasar. Bog-Bog Bali Cartoon Magazine terbit sejak tahun 2001 sampai sekarang tiap bulan sekali sebagai ma-jalah yang diilustrasikan dengan gambar kartun bermuatan nilai-nilai budaya Bali merupakan terobosan baru bagi konsep kartun dalam sebuah majalah khususnya di Bali (wawancara: Jango Pramartha, 2010). Kartun yang memuat pesan-pesan sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan dan lain-lainnya direpresentasikan

(7)

lewat kartun bernuansa nilai-nilai budaya Bali yang bersifat kritis dan menghibur menjadi kebanggaan bagi para kartunis Bali.

PENGGUNAAN UNSUR-UNSUR BUDAYA BALI DALAM PERSPEKTIF KA-JIAN BUDAYA

Pemahaman “busana” dalam bahasa Jawa Kuno mengandung arti hiasan, per-hiasan. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa kata busana pada mulanya memang berarti hiasan atau perhiasan (dari urat kata bhuu yang artinya menghias). Pengunaan unsur-unsur budaya Bali yang dimaksudkan di sini adalah busana adat Bali yang meliputi busana adat pria dan wanita. Jenis busana adat yang digunakan akan disesuaikan pula dengan tingkat upacara yang akan digelar (Dinas Kebudaaan Provinsi Bali: 2). Lebih lanjut diuraikan dalam buku Ragam Busana Pengantin Bali adalah busana lanang, busana pria Bali yang unsur-unsurnya terdiri dari udeng atau destar yang digunakan sebagai ikat kepala.

Busana adat wanita adalah senteng artinya kain kemban, kain pembebat dan penutup payudara wanita, wastra yang fungsinya untuk menutup badan wanita bagian bawah bermitif atau polos. Menurut buku adat istiadat Daerah Bali selain pakaian sehari-hari ada pakaian yang khusus dipakai para pemuka agama dalam upacara adat dan agama. Jenis-jenisnya antara lain pakaian putih-putih yaitu dari kain selimut dan destarnya putih, atau putih kuning, yaitu selimut dengan umpal kuning (Tim Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Provinsi Bali, 1977: 71) Berdasarkan pemaparan di atas bahwa unsur-unsur busana yang pokok di gunakan sebagai penunjang ilustrasi penampilan kartun secara visual pada majalah Bog-Bog Bali Cartoon secara umum baik dalam penokohan pria maupun wanita diantaranya adalah destar, kawaca/baju, kampuh, wastra/kain kancut untuk pria, sedangkan untuk wanita yaitu: sanggul, kebaya, sasenteng,wastra.

Bog-Bog Bali Cartoon Magazine adalah nama majalah kartun Bali yang bersifat humor dan menglitik. Kata “Bog-Bog” dalam bahasa Bali berarti “bohong”. Majalah ini memuat isu-isu atau fenomena sosial, budaya Bali, politik dan lain-lainnya. Fenomena-fenomena tersebut direpresentasikan lewat penampilan tokoh-tokoh kartun utama yang divisualisasikan berkarakter nilai-nilai budaya Bali, dalam hal ini unsur-unsur busana adat Bali. Majalah ini mempunyai konsep atau visi dengan kebohongan dapat menghibur masyarakat.

Banyak para pengamat, ahli profesional intelektual berpendapat mengenai pengertian kartun, tentu ada kesamaan dan perbedaan karena memiliki konotasi dan hakikat kartun akan mengundang banyak tafsir atau multitafsir tergantung jenis kartun. Karikatur sebagai kaitan dari kartun, yang artinya gambar olok-olok yang mengandung sindiran, kritik dan lain-lain. Sementara kata Kartun dalam m Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 448) berarti gambar dugaan penampilan yang lucu, berkaitan dengan keadaan yang sedang berlaku (berkaitan dengan politik).

Kartun dan karikatur saling berkelindan, keduanya menampilkan suasana

(8)

I WAYAN SWANDI, Penggunaan Unsur-unsur Budaya Bali… • 45 lucu, olok-olok semacam parodi membuat nuansa sendirian dan kritik: simbol atas alam pikiran berupa sikap dan perasaan, kritik dan sindiran yang disampaikan secara berolok-olok serta berlebih-lebihan yang menjadi jati diri kartun terutama tidak perlu ditanggapi serius bahkan direspon secara berolok-olok (Kyoto Seika Uni-versity, 2010: 3). Kzarikatur adalah bagian kartun khususnya jenis kartun opini. Ka-rikatur yang sudah diberi muatan pesan kritik, dan sebagainya berarti telah menjadi kartun opini. Kartun yang membawa pesan kritik sosial yang dimuat dalam setiap penerbitan surat kabar adalah Political Cartoon atau editorial cartoon, yakni versi lain dari editorial atau tajuk rencana dalam bentuk gambar humor. Inilah yang biasa kita sebut karikatur (Sobur, 2003: 139).

Sejalan dengan Sir David Low dan R.E Willliams IA (1984: 728) menjelaskan bahwa kartun adalah gambar, representasional atau simbolis, yang membuat sindiran, kelakar ataupun kelucuan. Gambar ini bisa terdiri dari satu atau banyak panel. Kartun biasanya diterbitkan secara berkala, sasaran-sasaran yang sering diamati adalah masalah politik, situasi sosial fashion, olahraga dan perseorangan. Maka dapat disimpulkan, kartun adalah gambar bermuatan humor atau satir dalam berbagai media massa dengan tokoh-tokoh yang bersifat iktif (Wijana, 2010: xx) seperti apa juga telah teruraikan bahwa kartun tidak hanya merupakan pernyataan rasa seni untuk kepentingan seni semata, melainkan mempunyai maksud melucu, bahkan menyidir dan mengkritik.

Kekhususan objek kajian masalah adalah tentang penerapan/kegunaan busana adat Bali dalam penampilan kartun majalah Bog-Bog Bali Cartoon edisi 09 vol 9 Desember 2011 dengan tema “sangkar” terdiri dari kartun dengan misi peli-hara ayam, dan kartun dengan tema “memasak”. Kedua muatan kartun ini secara gradual dipilih berdasarkan pesan-pesan kartun secara menyeluruh dalam majalah tersebut dan dapat ditentukan, kartun dengan misi pelihara ayam merupakan re-presentasi budaya orang Bali, kartun dengan misi memasak rere-presentasi kritikan sosial.

Sebelum mengupas persoalan yang ada seperti terurai dalam latar belakang terkait dengan kekhususan objek yang ditulis, perlu dibahas terlebih dahulu kajian teori untuk mengkaji masalah lebih lanjut. Di antaranya adalah semiotika. Semioti-ka adalah ilmu komuniSemioti-kasi yang berkenaan dengn pengertian tanda-tanda/simbol/ isyarat serta penerapannya. Suatu studi tentang pemaknaan semiotik menyangkut aspek-aspek budaya, adat istiadat, atau kebiasaan di masyarakat. Semiotik terba-gai menjadi 3 bagian: Semantik berkenaan dengan makna dan konsep, Pragmatik bermakna dengan teknis dan praktis dan Sintaktik berkenaan dengan keterpaduan dan keseragaman (Kusrianto, 2007).

(9)
(10)

I WAYAN SWANDI, Penggunaan Unsur-unsur Budaya Bali… • 47 tercermin etnik orang Bali dengan kelengkapan busana madya (sederhana) yang diterapkan pada visual kartun. Jika diperhatikan penampilan adegan suami istri hanya dari sudut objek ibu/istri jelas peran makna denotatif lebih dominan. Karena pesan ini adalah ibu sedang memasak, tersurat jelas makna leksikal arti yang pokok, jelas dan tidak kabur bahwa seorang ibu sedang memasak hanya tahu tugas pokok mengurus rumah tangga saja tanpa berpikir lagi tugas di luar kebiasaannya.

Jika diperhatikan lebih total kedua tokoh suami istri sedang berperan dalam mengkritisi lingkungan, sang suami tercengang ketika istrinya mencoba meme-riksa masakannya apakah sudah matang dengan mencoba dengan membuka tu-tup panci, sementara dari komposisi membelakangi seorang laki-laki atau suami sedang harap-harap cemas menyaksikan kegiatan tersebut, karena yang ada di pikirannya sang suami, istrinya dicemaskan melanggar pelestarian lingkungan yaitu membunuh burung untuk dijadikan masakan. Melalui pendekatan makna semantik dengan arah konotatif tersirat pesan itu mengajak kepada masyarakat untuk peduli lingkungan atau tidak merusak lingkungan sehingga makrokosmos dan mikrokosmos terjaga secara seimbang. Terkait dengan tema “sangkar” jangan sampai kuali itu dikonotasikan sebagai sangkar yang tidak melanggar hukum.

Industri budaya adalah produk yang dihasilkan untuk dikonsumsi oleh massa dalam takaran besar dan menentukan sifat konsumsi itu dibuat sesuai de-ngan rencana (standarisasi) konsumen bukan raja, bukan pula subjek tetapi objek (Fay, 1991: 50). Industri budaya mencerminkan produk massa yang jika dilihat berdasarkan penilaian Adorno, industri budaya sebagai kekonyolan, kedangkalan dan keseragaman (konformitas) sebagai kekuatan destruktif. Seni yang kehilangan aura (Agger, 2003: 184).

Berdasarkan analisis kartun yang dipakai kasus dalam hal ini berjudul kartun pelihara ayam dan memasak, merupakan media industri budaya karena terproduk-si lewat media cetak. Walter Benjamin berpandangan bahwa reprodukterproduk-si mekanis budaya yang disebarluaskan melalui media cetak dan elektronik, memilki potensi untuk menyebarkan pesan kritis dan kebebasan dia tidak menerima kritik pedas Ardono bahwa seni kehilangan aura (Agger, 2003: 184).

PENGGUNAAN UNSUR-UNSUR BUDAYA BALI PADA KARTUN DALAM PERSPEKTIF ESTETIKA.

(11)

ide yang direleksikan dari suatu benda, alam, perilaku, budaya dan lain-lainnya. Sejalan dengan Shipley (dalam Ratna, 2007: 3) memaparkan estetika berasal dari bahasa Yunani, yaitu Aistheta, yang juga ditunkan dari Aisthe (hal yang dapat di-tanggapi dengan indra). Dalam pengertian yang lebih luas berarti kepekaan untuk menanggapi suatu objek. Kemampuan pencerapan indra, sebagai sensilitas. Terkait dengan pemaparan di atas, secara visual penampilan kartun secara umum pada Bog-Bog Bali Cartoon Magazine mencerminkan estetika kontemporer dengan peng-gambaran kartun dengan atribut busana adat Bali.

Dilihat dari penampilan visual kartun dengan misi “pelihara ayam” yang sesuaikan dengan bentuk deformasi berdasarkan kontemplasi kartunisnya, dan dengan penggunaan busana adat Bali seperti telah dituangkan sebelumnya sangat memberi nilai estetika secara visual. Ekspresi garis-garis yang meruat bentuk tokoh seperti anatomis laki-laki yang humoris dan sikap perilaku yang tegas dalam ak-sen-aksen garis busana adat Bali pada tokoh perempuan memberi andil secara ko-munikatif bahwa adegan kartun ini membawa pesan moral walaupun tanpa teks. Secara fungsi atribut busana adat Bali ini mencerminkan sebagai pelindung badan, namun makna denotatifnya memberikan nilai keindahan dan terkesan unik tanpa aksen warna. Komunikasi yang bersifat komunikatif yang dibangun kedua tokoh kartun tersebut mendukung karakter keindahan dan cerminan etika, estetika dan logika berbaur menjadi aset visualisasi kartun yang estetis.

Ekspresi bentuk dari kedua tokoh kartun dengan misi “memasak” yang terlibat komunikasi aktif memberikan karakter unik masing-masing tokoh. Karena peng-gunaan atribut busana adat Bali tampak lebih sesuai menyebabkan keindahan tra-disi tercermin kuat pada penampilan kartun dengan misi memasak ini. Improvisasi dalam merepresentasikan wacana/pesan yang terkandung dalam makna konotatif tampak jelas menunjang estetika dalam penampilan kartun tersebut. Garis ben-tuk dan warna abu-abu menyatu dalam keterpaduan yang juga menambah kesan estetis. Dan semua ini karena didukung oleh gaya estetika dengan cerminan nilai budaya, dalam hal ini khususnya Bali.

KESIMPULAN

Penerapan atau penggunaan unsun-unsur budaya Bali seperti busana adat Bali yang meliputi: udeng ,kampuh, kuaca, senteng, kamben/kain yang diterapkan da-lam bentuk visualisasi tokoh-tokoh kartun sebagai misi sosial merupakan karakter penampilan secara visual Bog-Bog Bali Cartoon Magazine yang bermuatan nilai-nilai budaya Bali dan pelestarian kearifan lokal.

Dari aspek perspektif kajian budaya kartun dengan tema “pelihara ayam” to-koh laki-laki dengan intepretasi sebagai ayah gemar memelihara ayam dan senang berjudi, sementara tokoh wanita dengan interpretasi sebagai ibu harap-harap cemas dan merasa dongkol dengan kelakuan suaminya setiap hari memanjakan ayamnya dan berjudi, sehingga istrinya terkesan mau mengurung suaminya untuk

(12)

I WAYAN SWANDI, Penggunaan Unsur-unsur Budaya Bali… • 49 tikan kelakuan suaminya. Tokoh kartun dengan judul “memasak” memiliki makna konotatif pelestarian lingkungan karena interpretasinya seorang ibu memasak bu-rung hasil buruan, sehingga suaminya merasa tercengang dan kaget karena ulah istrinya. Jadi intepretasi makna dalam kajian kartun tersebut menunjukan makna denotatif dan konotatif tersurat dan tersirat dalam fungsi kartun sebagai pembawa pesan sosial. Terkait dari aspek perspektif kajian estetika penerapan unsur-unsur budaya Bali, busana adat Bali merupakan ekspresi estetika yang memiliki daya tarik tersendiri yang tergolong konsep estetika posmodern, disamping bersifat in-formatif, juga memiliki nilai-nilai hiburan karena secara tampilan bersifat parodi.

DAFTAR PUSTAKA

Agger, Ben. 2003. Teori Sosial Kritis: Kritik, Penerapan, dan Implikasinya. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Fay, Brian. 1991. Teori Sosial dan Praktik Politik. Jakarta: Graindo Pustaka Utama. Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andy.

Kyoto Seika Univesity. 2010. The 9th Kyoto International Cartoon Exhibition. Denpasar: Bentara

Budaya Bali.

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sir David Low dan R. E. Willians. 1984. Eneyclopedia American.

Tim Penyusun Kamus. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Penelitian dan Pencetakan Kebudayaan Daerah Provinsi Bali. 1977. Adat Istiadat Daerah Bali. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Referensi

Dokumen terkait

Rencana pemerintah dalam meningkatkan pelayanan keselamatan transportasi kereta api berujung pada penutupan secara permanen perlintasan kereta api termasuk

Minat beli ulang dapat ditingkatkan dengan promosi harga yang menarik tetapi akan lebih baik jika konsumen merasa puas maka akan melakukan pembelian ulang, sehingga

Skripsi ini berjudul: Anak Angkat Yang Berstatus Anak Kandung Berdasarkan Akta Kelahiran Ditinjau Dari Segi Hukum Islam (Studi Kasus di Kecamatan Medan Denai). Fokus studi

Oleh karena itu tambahan pengembalian hutang gabah berupa sedekah minimal 5 Kg yang berlipat ketika debitur tidak bisa mengembalikan pada saat jatuh tempo adalah transaksi

Dari pemodelan ini dapat dianalisis pergerakan arus dan pasut untuk pengamatan dinamika pesisir terhadap perubahan garis pantai yang terdapat di Muara Gembong.. Model uji

Jika hasilnya menolak hipotesis adanya unit root , berarti pada tingkat first difference , series sudah stationary atau dengan kata lain semua series terintegrasi pada orde

Lagi pula, kalau kita tidak tahu apa yang disukai pasangan kita pada diri kita, akan sulit bagi kita untuk membuat dia senang.. Sorang gadis remaja berkata kepada saya, “Aku

Sifat-sifat guru dalam pandangan Mahmud Yunus dapat penulis uraikan sebagai berikut: (1) Guru harus mengasihi murid-muridnya seperti ia mengasihi anaknya sendiri;