• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNSUR BUDAYA MINANG DALAM BUDAYA PESISIR KOTA SIBOLGA SUMATERA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UNSUR BUDAYA MINANG DALAM BUDAYA PESISIR KOTA SIBOLGA SUMATERA UTARA."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

UNSUR BUDAYA MINANG DALAM BUDAYA

PESISIR KOTA SIBOLGA SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Pesyaratan

dalam memperoleh Gelar Magister Sains pada Program

Studi Jurusan Antropologi Sosial

Disusun

Oleh

REFELINA PUSPITA

8106152013

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

UNSUR BUDAYA MINANG DALAM BUDAYA

PESISIR KOTA SIBOLGA SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Pesyaratan

dalam memperoleh Gelar Magister Sains pada Program

Studi Jurusan Antropologi Sosial

Disusun

Oleh

REFELINA PUSPITA

8106152013

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Unsur Budaya Minang dalam Budaya Pesisir Kota Sibolga

Sumatera Utara. Adapun masalah penelitian ini adalah apakah terdapat unsur budaya

Minang dalam budaya Pesisir Kota Sibolga dan apakah terdapat unsur asimilasi dan

akulturasi budaya Minang dan budaya lainnya sehingga membentuk budaya Pesisir

Kota Sibolga serta bagaimanakah persamaan istilah dalam bahasa, seni pertunjukan

dan adat perkawinan serta kuliner Minang dan Pesisir Kota Sibolga. Sedangkan

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya unsur budaya Minang dalam

budaya Pesisir Kota Sibolga, menganalisis adanya unsur asimilasi dan akulturasi

budaya Minang dan budaya lain yang membentuk budaya Pesisir Kota Sibolga, serta

menguraikan persamaan istilah dalam bahasa, kuliner, seni pertunjukan dan adat

perkawinan dalam budaya Minang dan budaya Pesisir Kota Sibolga. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif diskripsi dan teknik yang

digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi partisipasi, wawancara, studi

arsip/internet dan dokumentasi. Lokasi penelitian berada di kecamatan Sibolga

Sambas dan kecamatan Sibolga Selatan. Data dan informasi yang diperoleh di

lapangan dikelompokkan berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian lapangan

adalah adanya unsur budaya Minang dalam budaya Pesisir Kota Sibolga, adanya

unsur budaya Minang dalam budaya Pesisir kota Sibolga, adanya unsur asimilasi dan

akulturasi budaya Minang dan budaya lain yang membentuk budaya Pesisir Kota

Sibolga yang terdapat dalam adat perkawinan Sumando( budaya Minang dan budaya

Batak), bahasa yang digunakan adalah bahasa Beko-beko (budaya Minang,budaya

Melayu dan budaya Batak, Budaya Nias )kesenian Sikambang ( budaya Melayu dan

budaya Minang)dan kuliner adat, kuliner sehari-hari.( Budaya Minang dan budaya

Melayu) .Dan Persamaan istilah Bahasa, adat perkawinan, kuliner dan seni

pertunjukan dalam budaya Minang dan Budaya Pesisir Kota Sibolga, antara lain

nampak pada kata-kata dalam adat perkawinan ( marisik/marisiak, anak daro,

marapule/marapulai, malam bainai/baine,manjapuik dan lain-lain).Dalam adat

bahasa sehari –hari, nampak pada kata-kata Harambir, dapot, sidung, sudena (bahasa

Batak), Karambia, dapek, salasai, sadonyo ( bahasa Minang), kelapa, dapat, selesai,

semuanya (bahasa Indonesia), Karambi, dapek, salase, sadonyo (bahasa Pesisir

Kota Sibolga), dan lain-lainnya. Dalam kuliner juga sama yang membedakan adalah

(6)

ABSTRACT

This study title is The Elements of Minang’s Culture in Sibolga Coastal’s Culture of

North Sumatra. The problems of this study are the elements of Minang’s culture in

Sibolga coastal’s culture and are there elements of assimilation and acculturation of

Minang’s culture and other cultures that shape the culture of Sibolga’s Coastal and

how the equality of terms in language ,arts and customs of marriage and Minang’

culinary and Sibolga’ Coastal . While the purpose of this study was to determine the

element of Minang’s culture in Sibolga’s coastal culture, analyze the element the

assimilation and acculturation Minang culture and other cultures that make up the

Coastal culture Sibolga , as well as outlines the equation in terms of language,

culinary , and performing arts in a traditional wedding Minang culture and cultural

Coastal Sibolga . The method used in this study is a qualitative description methods

and techniques used to collect the data is participant observation , interviews ,

archival studies / internet and documentation . Location of the study are in the

districts and sub-districts of Sibolga Sambas South Sibolga . The data and

information obtained in the field are grouped based on the research objectives and the

research field is the element of Minang’s culture in Sibolga’s coastal culture , the

element of Minang’s culture in the coastal town of Sibolga’s culture , there is an

element of assimilation and acculturation Minang culture and other cultures that make

up the culture of the Coastal Sibolga contained in Sumando customary marriage (

Minang’s culture and culture of Batak ) , the language used is the language of Beko –

Beko ( Minang culture , Malay culture and the culture of Batak , Nias culture )

Sikambang art ( Malay culture and Minang culture ) and culinary customs ,

culinary everyday . ( Minang culture and Malay culture ) . equation terms and

language , marriage customs , culinary and performing arts in Minang’s culture and

Sibolga’s Coastal culture , among others, the words appear on the customary

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan

karunia yang diberikan Nya kepada peneliti sehingga penelitian dan penulisan tesisi

ini dapat diselesaikan, walaupun melalui proses yang panjang dan melelahkan. Tesis

ini berjudul Unsur Budaya Miang Dalam Budaya Pesisir Kota Sibolga, adalah

tulisan yang disusun untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program studi

Antropologi Sosial Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penelitian ini peneliti banyak

dibantu oleh Bapak/Ibu Dosen yang mengajar di bangku perkuliahan. Untuk itu

secara khusus peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen

yang telah mendidik peneliti dan teristimewa Bapak Dr, Phil Icwan Azhari, M.S

sebagai Ketua Prodi Antropologi Sosial Universitas Negeri Medan sekaligus

sebagai Dosen Pembing I dan Ibu Dr. Pujiati, M.Soc.Sc sebagai Dosen Pembing II.

Berkat bimbingan dan pengarahan mereka peneliti banyak mendapat masukan

dalam penyelesaian tesis ini.

Selanjutnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fikarwin,

M.Si Bapak Dr. Deni Setiawan,M.Si dan Bapak Dr. Hidayat, M.Si sebagai dosen

penguji pada ujian tesis ini dan khusus ke Bapak Dr. Hidayat sekaligus sebagai

notulen, mereka banyak memberikan masukan dan saran-saran dalam penelitian ini.

Kemudian peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kuliah

(8)

telah banyak membantu dan mendorong peneliti dalam menyelesaikan perkuliahan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada mereka.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada orang orang Nara sumber,

tokoh Adat, tokoh agama pada masyarakat Minang dan Masyarakat Pesisir kota

Sibolga, Masyarakat Batak ( yang mewakili ) dan seluruh Bapak/Ibu para pejabat

pada dinas/instansi terkait/Pemko kota Sibolga.

Kepada Orang tua peneliti Papanda Oemar Yunus dan juga Ibunda Fatimah

Husin, peneliti mengucapkan terima Kasih karena pendidikan dan nasehat beliau

yang tiada henti-hentinya menghantarkan peneliti sampai kepada jenjang

pendidikan Pasca Sarjana. Demikian juga Kakak kakak dan adik adik peneliti serta

khusus untuk puteri semata wayang peneliti Afifa Azzahra Panjaitan telah banyak

memberikan dorongan sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

Teristimewa kepada Suami tercinta Parsaulian Panjaitan yang selalu sabar, cinta

dan kasih sayangnya serta kesetiann yang tulus mendampingi peneliti ke lapangan

dan memotivasi peneliti dalam perkuliahan hingga sampai ke tahap penulisan

laporan tesis ini, untuk itu semua peneliti ucapkan terima kasih yang tiada

terhingga.

Terakhir semoga Tesis ini ada manfaatnya dan semoga Allah SWT selalu

memberikan limpahan taufik, hidayah, khasanah, kesehatan dan kemuliaan bagi kita

semua..Amin

Pandan, Desember 2013

(9)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Fokus Penelitian ... 7

1.4. Rumusan Penelitian ... 8

1.5. Tujuan Penelitian ... 8

1.6. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1. Sibolga dan Masyarakat Pesisir dalam Sejarah ... 10

2.2. Wilayah Asal Minangkabau ... 12

2.3. Asimilasi dan Akulturasi ... 17

2.4. Kerangka Berfikir ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Subyek Penelitian ... 24

3.3. Teknik Penelitian... 24

3.4. Teknik Analisis Data ... 27

3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

BAB IV PEMBAHASAN ... 30

4.1. Gambaran Umum Kota Sibolga ... 30

4.2. Masyarakat Perantau Minangkabau di Kota Sibolga ... 45

BAB V HASIL PENELITIAN ... 53

5.1. Unsur Budaya Minangkabau dalam Budaya Pesisir Kota Sibolga ... 53

5.2. Unsur Asimilasi dan Akulturasi Budaya Minang dan Budaya Lain

yang Membentuk Budaya Pesisi Kota Sibolga ... 100

5.2.a. Unsur asimilasi Bahasa ... 102

5.2.b. Unsur asimilasi Adat Perkawinan ... 103

5.2.c Unsur asimilasi Kuliner ... 109

5.2.d. Unsur Asimilasi Seni Pertunjukan ... 113

5.3. Persamaan Istilah dalam Bahasa, Adat Perkawinan,

Kuliner dan Seni Pertunjukan ... 111

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 118

KESIMPULAN ... 118

SARAN... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 122

Lampiran

(10)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1 Jumlah Penduduk menerut Etnis/suku Bangsa

58

Kecamatan Sibolga Sambas Keadaan tahun 2002

Tabel 2 Jumlah Penduduk menurut Etnis/suku Bangsa

59

Kecamata Sibolga Selatan 2002

Tabel 3 Jumlah Penduduk menurut Etnis suku Bangsa Kecamatan

105

Sibolga Sambas tahun 2002

Tabel 4 Jumlah Penduduk menurut Sumber Mata Pencaharian

105

Keadaan tahun 2002

Tabel 5 Rekapitulasi penduduk Menurut Mata Pencaharian Keca-

107

matan Sibolga Selatan

Tabel 6 Beberapa contoh asimilasi Bahasa

109

Tabel 7 Rekapitulasi Jumlah Pendududuk menurut Agama di Keca- 112

Matan Sibolga Selatan tahun 2009-2010

Tabel 8 Jumlah Penduduk menurut Agama di Kecamatan Sibolga 113

Sambas keadaan tahun 2012

Tabel 9 Asimilasi Adat Perkawinan

118

Tabel 10 Contoh Asimilasi Kuliner Budaya Pesisir Kota Sibolga 120

Tabel 11 Asimilasi Seni Pertunjukan Pesisir Kota Sibolga

125

Tabel 12 Pengaruh Etnik/Suku Batak

126

Tabel 13 Pengaruh Dialek Bahasa Nias

126

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 PetaDaerah Kotamadya Sibolga

13

Gambar 2 Prosesi Potong Konde dan Siraman

47

Gambar 3, 4 Mengantar calon Pengantin laki-laki ke rumah calon

48

Pengantin Perempuan

Gambar 5 Galombng duo baleh menyambut Penganti Laki-laki

Gambar 6 Malam Bainai

50

Gambar 7,8 Peta menunjukkan Wilayah Penganut Kebudayaan

56

Minangkabau di Sumatera

Gambar 9 Salah Satu Proses Pernikahan Adat Minang di Sibolga

Gambar 10 Tari Persembahan menyambut Pengantin pada malam hari

Gambar 11 Aktraksi malam Pernikahan Adat Minang di Sibolga

68

Gambar 12 Menjemput Marapulai

Gambar 13 Baarak Anak Daro jo Marapulai

Gambar 14 Bawaan Keluarga Marapulai

71

Gambar 15 Basilek menyambut Marapulai

71

Gambar 16 Papan Prosesi Menjemput Marapulai

71

Gambar 17 Malam Bainai

76

Gambar 18 Basilek di Tempat Anak Daro

79

Gambar 19 Persiapan keberangkatan Pengantin Laki-laki

83

Gambar 20 Arak-arakan rombongan Pengantin Laki-laki menuju

(12)

Gambar 21 Kue Tradisional Minang

99

Gambar 22 Kuliner Minang

101

Gambar 23 Seni Tari Minang di Kota Sibolga

103

Gambar 24 Baliho Himbauan di Jl. Diponegoro Kota Sibolga

110

Gambar 25 Nama Perpustakaan Kantor Camat Kecamatan

110

Sibolga Selatan

Gambar 26 Potong Konde Adat Pesisir Kota Sibolga

114

Gambar 27 Siraman mandi Adat Pesisir Kota Sibolga pada adat

114

Perkawinan

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri

keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan

kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah

bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok

sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan

kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran

rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban

kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda.

Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi

kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang

ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di

Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan

kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara

dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja

keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam

konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.

Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai

keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan

yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik

masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang

(14)

kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di

dunia.

Sibolga salah satu daerah/kota administratif yang terletak di pantai Barat pulau

Sumatera bagian dari propinsi Sumatera Utara. Dahulunya merupakan Kota Keresidenan

pada zaman penjajahan Belanda. Posisi daerah Sibolga di pinggir pantai membuat daerah

tersebut bersifat terbuka, dan dinamis. Ini dapat dilihat dari penduduknya yang pada

umumnya pendatang( perantau), yang hidup dan mencari nafkah sebagai nelayan dan

buruh nelayan. Keberagaman budaya tersebut telah berbaur dalam keseharian masyarakat

Sibolga, baik dalam berakar dari budaya Batak Toba, Mandahiling, Karo, Minangkabau,

Nias, Melayu, Jawa, Aceh, Bugis dan Tiongha. Kesemuanya terintegrasi dalam satu

kesatuan adat Pesisir Sumando yang sangat mejunjung tinggi rasa kebersamaan dan sangat

kekeluargaan (Monografi Kecamatan Sambas kota Sibolga/ Ekspose ,2 : 2012 ).

Daerah/kota Sibolga dijuluki “Negeri Berbilang kaum” dan Negeri badunsanak, yang

artinya masyarakatnya terdiri atas berbagai etnis pendatang. Ini dapat dilihat dari data

penduduk ketika peneliti melakukan pra riset dilapangan.

Etnik Batak yang pertama yang memasuki daerah kota Sibolga ini, seperti disebutkan

berasal dari Silindung yang bernama Tuanku Dorong dan bermarga Hutagalung.

Diperkirakan bahwa marga Hutagalung ini yang memasuki Sibolga pada tahun 1700. Hal

ini berdasarkan bukti bahwa keturunan marga Hutagalung masih berdiam di Sibolga hingga

saat ini dan telah sampai sembilan keturunan. Selain marga Hutagalung, marga Batak

lainnya secara berkelompok dan bermukim di sebahagian wilayah Sibolga.

Masyarakat Kota Sibolga ini multi etnik, Maka secara tidak langsung masing-masing

budaya dari etnik masing-masing saling berdampingan juga dan saling mempengaruhi di

dalam kehidupan sehari hari. Tidak heran dalam keseharian banyak persamaan persamaan

(15)

etnik yang dominan, baik dalam berbahasa , adat perkawinan, berkesenian,

kuliner/makanan dan lain-lain.

Budaya Pesisir kota Sibolga dalam hal ini memiliki persamaan dengan budaya

Minang dan membuat peneliti ingin lebih jauh lagi untuk menelusuri, apakah dalam budaya

Minang atau dalam Budaya Pesisir Kota Sibolga saling berasimilasi dan beralkuturasi. Ada

asumsi mengatakan antara lain ; Masyarakat Pesisir Sibolga tidak mau dikatakan

masyarakat Minang. Kenyataannya masyarakat pesisir Sibolga dalam berkomunikasi

menggunakan bahasa Minang berlogat Batak dan busana pengantin Sibolga persis busana

yang dipakai pengantin Minang ( boleh dipakai busana pengantin Minangkabau untuk

busana pengantin adat Pesisir Sibolga). Begitu juga dalam kesenian, hampir semua hasil

budaya adat/etnis Pesisir Kota Sibolga banyak yang bersamaan bentuk dan jenis budaya

daerahnya. Misalnya dalam upacara adat Perkawinan nya, disamping menggunakan

istilah -istilah nama yang sama, juga prosesi dan tata aturan pelaksanaan adat perkawinan

banyak yang mengalami persamaan, contohnya acara pelamaran, dalam bahasa Minang

disebut maminang, bahasa Pesisir Kota Sibolga juga menggunakan nama/istilah yang sama

yaitu maminang, kalau istilah maminang/ pelamaran bahasa Acehnya disebut Meulakee

dan Ranub Kong Haba artinya mangantar Sirih dalam bahasa minang/ manganta pitih,

Mangantek kepeng dalam bahasa Sibolga dan lain-lain ( Sopar, 2013 : 30 ).

Begitu juga dalam Seni pertunjukan, disamping istilah nama yang sama,

bentuk-bentuk dan hasil kesenian di Minang dan Adat Pesisir Kota Sibolga banyak juga yang sama,

misalnya kesenian Sikambang adalah bentuk kesenian Pesisir kota Sibolga, bentuk kesenian

ini juga ada dalam masyarakat di Minangkabau khususnya di daerah pantai Barat Sumatera

(16)

adanya Basilek, galombang duo baleh, malam Bainai, dan kuliner adat dalam pesta

perkawinannya.

Dalam adat kuliner juga kedua etnik ini banyak yang sama, disamping nama-nama yang

digunakan sama, juga tata cara mengolahnya umumnya sama meskipun ada hal-hal jadi

ciri khas kuliner masing-masing daerah. Contohnya, di Minangkabau ada Lamang, di

Pesisir Kota Sibolga ada lamang, bahasa Batak “lomang”. Ada Randang Padang, ada

randang Sibolga, ada nasi tuai di Minang, ada nasi tue di Sibolga dan lain lain.

Dalam berbahasa pun kedua etnis ini mengalami persamaan dialek dan kata kata yang

banyak mengalami persamaan, meskipun nada dan intonasinya yang mengalami perubahan,

seperti dialek bahasa Minang berkesan halus dan lembut. Sedangkan bahasa Pesisir Kota

Sibolga yang disebut bahasa Beko-beko berkesan kaku dan berintonasi keras ( terkesan

mengunakan irama bahasa Batak). Misalnya Kama waang ka pai (dalam bahasa

Minangkabau,dengan irama lembut ), Kamano ang ka pai (bahasa Pesisir kota Sibolga

dengan tekanan aksen keras). Lalu ada kata kata Dapat ( Bahasa Indonesia ), Dapek’

(bahasa Pesisir Sibolga), Dapot ( bahasa Batak ), Dapek ( bahasa Minang). Dan ada

kata-kata “Selesai (bahasa Indonesia), Salasei ( bahasa Pesisir Kota Sibolga ), Sidung ( bahasa

batak ), Selesai ( bahasa Melayu), dan Salasai ( bahasa Minangkabau ) dan masih banyak

yang lainnya. Walaupun banyak persamaan penulis lihat dilapangan tetapi kedua etnis ini

dalam bahasa memiliki kekhasan masing-masingnya.

Oleh sebab itulah makanyan peneliti ini mengungkapkan, mencari data –data yang

lengkap tentang adakah persamaan unsur budya Minang dalam budaya Pesisir Sibolga di

kota Sibolga dan alasan peneliti ingin mengadakan riset dua budaya ini, dan bukan budaya

etnik yang lain karena masih banyak budaya etnik yang lain di Sibolga, ini dikarenakan

(17)

Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara

berdampingan, saling mengisi, dan ataupun berjalan secara paralel. Misalnya kebudayaan

keraton atau kerajaan yang berdiri sejalan secara paralel dengan kebudayaan berburu

meramu kelompok masyarakat tertentu. Dalam konteks kekinian dapat kita temui

bagaimana kebudayaan masyarakat urban dapat berjalan paralel dengan kebudayaan rural

atau pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu yang hidup jauh terpencil.

Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai

”Bhinneka Tunggal Ika” , bisa kita maknai bahwa konteks keanekaragamannya bukan

hanya mengacu kepada keanekaragaman kelompok sukubangsa semata namun kepada

konteks kebudayaan(Koentjaranintrat, 1984 ; 123).

Salah satu bukti budaya yang hidup berdampingan adalah budaya Minang yang

mampu beralkulturasi dan berasimilasi dengan kebudayaan Batak yang mendiami pesisir

Kota Sibolga.Sistem dan organisasi kemasyarakatan kedua budaya tersebut terkait dengan

peran manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk individu yang tidak dapat melepaskan

diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di

antara individu-individu, lahirlah kelompok-kelompok sosial yang dilandasi oleh

kesamaan-kesamaan kepentingan bersama. (Koentjaranintrat , 1984:165). Kelompok inilah

yang akan menjadi unsur yang mengatur perilaku masyarakat atau kita kenal dengan sosial

kontrol (sistem pengendalian sosial). Sistem kemasyarakatan meliputi sistem kekerabatan,

organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan.

Pertemuan kebudayaan Minang dengan Pesisiran mempengaruhi proses asimilasi

kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang

ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di

Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan

(18)

dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak

saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya

dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan. Keragaman

budaya yang dimiliki Indonesia seharusnya membuat Indonesia menjadi bangsa yang

berbudaya.

Masyarakat Pesisir pantai barat Sumatera itu, adalah masyarakat Pesisir yang berdiam

mulai dari ujung Aceh, Meulaboh, Tapak Tuan, Singkil, Barus, Sorkam, Sibolga, Natal,

Padang, seterusnya Bengkulu dan Bangka Belitung. Karakter penduduk, bahasa, seni dan

budaya masyarakat Pesisir sepanjang pulau Sumatera itu pada dasarnya hampir sama,

perbedaannya hanya dalam hal budaya sekitar yang mempengaruhinya. Seperti di daerah

Meulaboh, Tapak tuan dan Singkil dipengaruhi oleh adat budaya dan bahasa Aceh, di

Manduamas dipengaruhi oleh budaya dan bahasa Pak-Pak Dairi, Barus, Sorkam, Sibolga,

Pandan Jago-jago, dipengaruhi oleh adat budaya Batak, di Batu Mundam dan Natal

dipengaruhi oleh budaya dan bahasa Mandahiling, daerah Tiku, Padang, Pesisir Selatan

sampai ke Bengkulu oleh Minangkabau (Luckman, 2010 : 67)

Sedangkan menurut Naim (1979) dalam bukunya ‘Merantau pola migrasi suku

Minangkabau,’ ,ekspansi Minangkabau ke rantau Pesisir barat dan rantau Timur yang

kemudian bagian integral dari alam Minangkabau dapat diperkirakan beberapa rantau

Pesisir sepanjang pantai barat Sikilang-Air bangis ke Utara, Tiku-Pariaman, Padang,

Bandar Sepuluh, Air Haji, Indrapuro, Kerinci, dan terus ke Selatan ke Muko-muko dan

Bengkulu. Kemudian disebutkan Meilink-Roelofsz dalam kutipannya……

(19)

Adapun latar belakang peneliti memilih judul ini sebagai berikut ;

1. Peneliti ingin membuktikan adanya unsur-unsur budaya Minangkabau dalam budaya

Pesisir Sibolga.

2. Adanya unsur asimilasi dan akulturasi budaya Minang dan budaya lain sehingga

membentuk budaya Pesisir Sibolga.

3. Peneliti ingin mengungkapkan persamaan istilah dalam bahasa, seni pertunjukan,

kuliner dan adat perkawinan Minang dan Pesisir Sibolga.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan sebagai berikut.

1. Darimanakah asal masyarakat perantauan Minang di Kota Sibolga

2. Adakah Perpaduan budaya Minang dengan budaya Batak yang mendominasi Pesisir

Sibolga.

3. Bagaimanakah upacara adat perkawinan Minang di Kota Sibolga

4. Bagaimanakah ragam kuliner dan bahasa Minang di Pesisir Kota Sibolga ?

5. Mengapakah masyarakat pesisir Kota Sibolga bersifat terbuka ?

6. Adakah kesenian daerah Pesisir yang merupakan alkulturasi budaya Minang dan Batak

1.3. Fokus Penelitian

Spradley dalam Sanapiah Faisal (1988), mengemukakan empat alternatif untuk

menetapkan fokus yaitu, 1. Menetapkan fokus pada permasaahan yang ditetapkan oleh

informan. 2. Menetapkan fokus berdasarkan berdasarkan domain-domain tertentu, 3.

Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek, 4. Menetapkan

fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori yang telah ada. Dalam penelitian

(20)

1. Unsur budaya Minang dalam budaya Pesisir Kota Sibolga

2. Unsur asimilasi dan akulturasi dan budaya lain membentuk budaya Pesisir Sibolga

3. Unsur persamaan istilah dalam bahasa, seni pertunjukan, kuliner dan adat

perkawinan Minang dan Pesisir Kota Sibolga

1.4. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Apakah terdapat unsur budaya Minang dalam budaya Pesisir Kota Sibolga ?

2. Apakah terdapat unsur asimilasi dan akulturasi budaya Minang dan budaya lain

sehingga membentuk budaya Pesisir Kota Sibolga ?

3. Bagaimanakah persamaan istilah dalam bahasa, seni pertunjukan, kuliner dan adat

perkawinan Minang dan Pesisir Kota Sibolga ?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui adanya unsur budaya Minang dalam budaya Pesisir Kota Sibolga.

2. Menganalisis adanya unsur asimilasi dan akulturasi budaya Minang dan budaya lain

yang membentuk budaya Pesisir Kota Sibolga

3. Menguraikan persamaan istilah dalam bahasa, kuliner, seni pertunjukan dan adat

perkawinan Minang dan Pesisir di kota Sibolga.

1.6. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

Kegunaan praktis:

1. Secara praktis penelitian ini dapat mengungkapkan bagaimana karakteristik, sifat

(21)

2. Untuk mengetahui serangkaian upacara-upacara, adat istiadat yang dikembangkan

suatu kelompok budaya sehingga dapat digunakan oleh pemerintah setempat

sebagai pemetaan budaya yang berada di Pesisir Sibolga.

Kegunaan teoritis:

1. Memperkaya khasanah teoritis ilmu antropologi tentang akulturasi dengan budaya

Minang dan budaya Pesisir di masyarakat Kota Sibolga.

2. Sebagai sarana untuk menemukan konsep tentang batas-batas budaya, suatu

komunitas budaya yang secara teritorial bersinggungan dengan wilayah kebudayaan

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai

berikut ;

1. Adanya unsur budaya Minang dalam budaya Pesisir Kota Sibolga yang

terdapat dalam empat adat dalam budaya Pesisir kota Sibolga, yaitu pada

adat Sumando ( adat Perkawinan), adat bahasa, adat masakan (kuliner).

Dan adat Kesenian. Adanya unsur budaya Minang dalam budaya Pesisir

Kota Sibolga disebabkan, karena persamaan keyakinan, persamaan letak

georafis dan persamaan adanya hubungan historis pada zaman kejayaan

kota Barus sebagai pusat perdagangan.

1.a Unsur adat perkawinan Pesisir kota Sibolga memiliki tradisi adat

Sumando, yang artinya perkawinan dalam agama Islam Di Pesisir kota

Sibolga yang didahului pelamaran oleh pihak laki-laki dan acara

pestanya di rumah pihak perempuan. sedangkan Sumando di

Minangkabau adalah digunakan juga dalam adat perkawinan yang

artinya pihak pengantin laki-laki dan segala hak dan warisan turun

kepada anak perempuan, sedangkan suami hanya semenda (Sumando)

yang artinya tamu.

1.b. Unsur Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Pesisir Kota

Sibolga adalah bahasa Minang yang dipengaruhi oleh dialek

(23)

1.c. Unsur Masakan (kuliner) yang ada pada masyarakat Pesisir kota

Sibolga sebagian berasal dari masakan (kuliner) Minangkabau

baik masakan adat, masakan sehari-hari dan makanan ringan

1.d. Unsur Seni Pertunjukan, memiliki persamaan yang termasuk

dalam rumpun kesenian Melayu.

2. Adanya Asimilasi Budaya Batak dan Budaya Lain sehingga membentuk

budaya Pesisir Kota Sibolga, antara lain dapat diamati dari tata cara adat

perkawinan yang dimulai dari pelamaran dari pihak laki-laki dan

kekerabatan Patrilinial ( Budaya Batak), prosesi menggunakan istilah

Minang (sumando), busana yang di pakai juga menggunakan paduan

busana adat Batak ( asalnya), dan adat Minang. Bahasa Pesisir merupakan

paduan antara bahasa Batak dan Minang dan adat daerah lain. Dalam

kuliner juga terdapat paduan pada bumbu yang di pakai dan nama jeniss-

jenis kuliner Minang dan Batak.

3. Adanya Persamaan Istilah dalam bahasa, adat perkawian, kuliner dan seni

pertunjukan pada masyarakat Pesisir kota Sibolga, pada budaya

Minangkabau

B. SARAN

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan maka penulis dapat

menyampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Budaya Pesisir Kota Sibolga sebagai salah satu bagian delapan etnik

budaya Sumatera Utara perlu kiranya masyarakat Pesisir Kota Sibolga

(24)

masyarakt Kota Sibolga umumnya bahwa budaya Pesisir Kota Sibolga

sebagai salah satu bagian budaya etnik yang unik yang harus ketahui

dan di tingkatkan lagi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi terutama di bidang Kesenian/Sikambang Pesisir Kota

Sibolga agar tidak tergilas oleh budaya populer yang berkembang saat

ini.

2. Perlu kiranya para pelaku Seni/budaya Pesisir Kota Sibolga untuk

membuka diri, membuka wawasan untuk memberikan pengayaan,

menginovasi, mengembangkan, memasukkan unsur-unsuk kreatifitas

yang bersifat memperkaya isi gerakan tarian , musik pengiring, lagu,

yang ada dalam kesenian Sikambang, dan budaya Pesisir lainnya

sehingga budaya Pesisir Kota Sibolga dapat mengejar kreatifitas yang

sifatnya memperkaya pada budaya dan daerah lainnya yang ada di

Indonesia umumnya.

3. Kepada Pemerintah Kota Sibolga sebagai pemerintah setempat agar

memberi peluang, memberi motivasi, memberi dukungan baik moril

maupun material kepada masyarakat umumnya dan pelaku

seni/budaya khususnya untuk bereksplorasi, berinovasi, dan

berkreatifitas di bidang seni dan budaya Pesisir Kota Sibolga sehingga

budaya Pesisir dapat lebih maju dan berkembang karena Seni dan

(25)
(26)
(27)

Gambar

Gambar   21     Kue Tradisional Minang

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, penulis melakukan penelitian terhadap naynyian Ayun-ayun Tajak pada upacara turun karai suku Pesisir di Kota Sibolga, yang diadakan dirumah keluarga

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dimensi sosial budaya dari kearifan lokal masyarakat Minang pedagang rantau di DKI Jakarta, mengetahui jenis- jenis kearifan lokal sosial

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dimensi sosial budaya dari kearifan lokal masyarakat Minang pedagang rantau di DKI Jakarta, mengetahui jenis- jenis kearifan lokal sosial

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 92 responden dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat pesisir di Kota Sibolga memiliki pengetahuan yang baik

Dalam jalur hijau kecamatan pesisir Kota Sibolga dapat direkomendasikan untuk pemukiman dapat dilakukan penyuluhan untuk penanaman dengan mengoptimalkan lahan yang ada;

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada usaha kecil hasil olahan laut di Kota Sibolga mulai berkembang setelah adanya program bantuan diberikan pemerintah yang berpengaruh

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dimensi sosial budaya dari kearifan lokal masyarakat Minang pedagang rantau di DKI Jakarta, mengetahui jenis- jenis kearifan lokal sosial

Informasi yang hendak diperoleh dari wawancara ini adalah unsur-unsur budaya Etnis Melayu, Dayak, dan Tionghoa di Kota Singkawang, serta pengaruh unsur- unsur