• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA BIROKRASI DALAM UPAYA MENCIPTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KINERJA BIROKRASI DALAM UPAYA MENCIPTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA BIROKRASI DALAM UPAYA MENCIPTAKAN GOOD GOVERNANCE

Tugas ini disusun sebagai pengganti Ujian Akhir Semester susulan mata kuliah Manajemen Publik yang diampu oleh Dra. Nina Widowati,

M.Si

Disusun Oleh :

NISA MAULIDA NURFAUZIAH 14020116140064

Nomor Urut 25

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

2017

KINERJA BIROKRASI DALAM UPAYA MENCIPTAKAN GOOD GOVERNANCE

Oleh : Nisa Maulida Nurfauziah

14020116140064

Abstraks

Konsep good governance merupakan mekanisme pengelolaan sumberdaya ekonomi dan sosial yang substansial dan penerapannyauntuk menujang pembangunan yang stabil melalui syarat efisien dan merata. Namun dalam mewujudkan good governance tidak mudah, banyak rintangan dan tantangan yang dihadapi, salahsatunya adalah kinerja birokrasi itu sendiri. Terlebih lagi SDM merupakan actor utama dalam pelaksanaan keberlangsungan sebuah organisasi.

Kata Kunci : Kinerja birokrasi, Good governance.

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

(3)

Untuk itu Negara membangun system administrasi yang bertujuan untuk melayani kepentingan rakyatnya yang disebut dengan istilah birokrasi.

Berkenaan dengan upaya pelayanan dan mewujudkan kesejahteraan rakyat, birokrasi publik memberikan andil yang relative besar. Semua yang terdapat dalam skup penyelenggaraan Negara tidak terlepas dari konteks public services dan public affairs. Barang dan jasa publik hendaknya dapat dikelola secara efisien dan efektif. Sedangkan konsekuensi pengelolaan tersebut menjadi tanggungjawab birokrasi.

Peran pemerintah yang strategis, akan banyak ditopang oleh bagaimana birokrasi publik mampu melaksanakan tugas dan fungsinya. Salahsatu tantangan besar yang dihadapi birokrasi adalah bagaimana mereka mampu melksanakan kegiatan secara efektif dan efisien, karena selama ini birokrasi diidentikan dengan kinerja yang berbelit-belit, struktur yang tambun, penuh dengan kolusi, korupsi, dan nepotisme, serta tak ada standard yang pasti. Sebuah patologi birokrasi tersebut menjadi hambatan luar biasa untuk dapat mewujudkan sebuah pelayanan yang memuaskan masyarakat, kinerja aparatur birokrasi yang masih rendah juga yang menyebabkan berjalannya birokrasi di Indonesia masih setengah hati, sehingga membuat birokrasi Indonesia sangat jauh dari apa yang disebut good governance.

Oleh karena itu, untuk mengetahui pengertian kinerja birokrasi publik, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja birokrasi, apa masalah yang dihadapi kinerja birokrasi di Indonesia, bagaimana cara meningkatkan kinerja birokrasi sehingga good governance dapat terwujud, apa itu good governance,serta bagaimana kaitan kinerja birokrasi dengan terciptanya good governance tersebut tersebut penulis mencoba mengungkapkan melalui tulisan ini berdasarkan studi litelatur.

b. Landasan Teori

(4)

performance menurut Suyadi Prawirosentono yaitu: “Kinerja atau performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika”.

Birokrasi adalah sebuah ruang mesin Negara, didalamnya berisi orang-orang (pejabat) yang digaji dan dipekerjakan oleh Negara untuk memberikan nasehat dan melaksanakan kebijakan politik negara. Menurut Weber (1978), birokrasi adalah suatu organisasi dengan sebuah hierarki penggajian, pejabat tetap / penuh waktu, yang menyusun rantai komando (organizations with a hierarchy of paid, full-time ofiicials who formed a chain of command).

Jadi kinerja birokrasi adalah hasil kerja atau performance yang dihasilkan oleh para birokrat (orang-orang pejabat yang digaji dan dipekerjakan oleh Negara) untuk melaksanakan tugas Negara.

(5)

PEMBAHASAN

a. Pengertian Kinerja Birokrasi Publik

Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini, pegawai bisa belajar seberapa besar kinerja mereka melalui sarana informasi seperti komentar baik dari mitra kerja. Namun demikian penilaian kinerja yang mengacu kepada suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan perilaku dan hasil termasuk tingkat ketidakhadiran.

Perkembangan pengukuran kinerja organisasi sangat berhubungan erat dengan pendekatan dalam mempelajari organisasi. Pendekatan klasik misalnya memandang kinerja organisasi sama dengan efisiensi organisasi. Menurut teori ini kinerja organisasi. Jadi, kinerja organisasi sama dengan efisiensi.

(6)

Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para pegawai negri sipil sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering para pegawai tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga organisasi dalam suatu instansi pemerintahan menghadapi krisis yang serius. Teori kinerja dari Agus Dwiyanto dalam buku Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia terdapat indikator kinerja , yaitu:

1. Produktivitas karaktaristik-karaktaristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. 2. Kualitas layanan banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi public, muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanaan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian kepuasan dari masyarakat bisa mejadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.

3. Responsivitas kemampuan organisasi untuk mengenali dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas perlu dimasukan ke dalam indikator kinerja karena menggambarkan secara langsung kemampuan organisasi pemerintah dalam menjalankan misi dan tujuannya.

4. Responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi,baik yang eksplisit maupun implisit.

5. Akuntabilitas Akuntabilitas publik menunjukkan pada berapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat berapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. (Dwiyanto, 2008:50-51)

(7)

tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan atau sekumpulan orang dan individu yaitu pegawai negeri yang berada pada badan atau lembaga pemerintah yang menjalankan fungsi atau tugas pemerintahan.

b. Faktor-faktor Kinerja Birokrasi Publik

Menurut Mahmudi kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah :

1. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.

2. Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader . 3. Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh

rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.

4. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi.

5. Faktor kontekstual, meliputi : tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.

Ruky mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut :

1. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.

2. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.

3. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan dan kebersihan.

(8)

5. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standart dan tujuan organisasi.

6. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi, dan lain-lain.

Sementara Gibson (1996), menggunakan pendekatan untuk mengukur kinerja organisasi melalui pendekatan dimensi periode waktu, yaitu tahap jangka pendek, tahap jangka menengah, dan tahap jangka panjang. Keseluruhan proses tahap tersebut adalah suatu sistem yang tak berpisah, bahkan periode waktu jangka pendek merupakan prasyarat untuk dapat memasuki periode waktu jangka menengah, demikian selanjutnya periode waktu jangka menengah merupakan prasyarat untuk memasuki tahap jangka panjang. Pada akhirnya organisasi yang tidak memiliki kinerja bagus pada periode waktu jangka pendek tak dapat survive untuk masa depan. Indikator untuk mengukur periode jangka pendek adalah produksi, mutu, efisiensi, fleksibelitas dan kepuasan masyarakat yang dilayani. Sedangkan Indikator untuk mengukur periode jangka menengah adalah persaingan, yaitu menggambarkan posisi organisasi dalam lingkungan termasuk nilai bargaining position, dan pengembangan, yaitu kemampuan organisasi menginventarisasi sumber daya untuk memenuhi permintaan lingkungan. Indikator periode jangka panjang adalah kelangsungan hidup organisasi, yaitu kemampuan organisasi untuk tetap bertahan dan hidup seiring dengan perubahan lingkungan yang berubah.

Dapat disimpulkan bahwa kinerja birkorasi pemerintahan adalah hasil kerja yang dicapai secara kolektif oleh aparatur birokrasi pemerintahan berupa tindakantindakan atau aktivitas-aktivitas aparatur birokrasi pemerintahan yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab dalam rangka melaksanakan kegiatan organisasi pemerintahan pada kurun waktu tertentu.

(9)

Secara umum produktifitas birokrasi di Indonesia masih sering kita jumpai input yang besar namun tidak sebanding dengan output. Misalkan saja fenomena akhir tahun dengan menumpuknya program dan kegiatan untuk menghabiskan anggaran agar anggaran yang sudah turun tidak di kembalikan lagi,disini seringkali aspek kemanfaatannya kurang namun anggaran yang terbuang menjadi kurang bermanfaat. Tentunya masih banyak contoh permasalahan-permasalahan yang terkait dengan produktifitas ini, penulis disini menyimpulkan bahwasanya dalam tubuh birokrasi perlu adanya SDM yang handal, sistem yang terkoordinir dengan baik, etika birokrat sesuai dengan budaya organisasi, independensi, adanya reward dan punishment yang benar-benar diterapkan dan hal-hal terkait yang bisa mengubah wajah birokrasi menjadi sebenar-benarnya abdi Negara.

(10)

Tujuan Reformasi Birokrasi adalah membentuk birokrasi profesional, dengan karakteristik: adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara dan sasaran Reformasi Birokrasi yaitu membangun birokrasi yang berorientasi pada hasil (outcomes) melalui perubahan secara terencana, bertahap, dan terintegrasi dari berbagai aspek strategis birokrasi.

d. Upaya Meningkatkan Kinerja Birokrasi di Indonesia

Beberapa strategi atau perilaku pemimpin birokrasi yang seharusnya dilakukan oleh bingkai meningkatkan kinerja individu dan organisasi antara lain sebagai berikut :

1. Menjaga dan Mendorong Motivasi Anak Buah

Strategi pertama yakni menjaga dan mendorong motivasi para aparatur pemerintah daerah, baik pada tataran pimpinan maupun staf dalam menjalankan tugas, wewenang, dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

2. Peningkatan Kualitas Aparatur Pemerintah Daerah

Strategi atau perilaku pemimpin birokrasi pemerintah dalam meningkatkan kinerja individu dan organisasi yaitu meningkatkan kemampuan atau kualitas aparatur pemerintah.Aparatur pemerintah daerah dapat dikatakan berkualitas jika mreka mempunyai kemampuan untuk melaksanakan kewenangan dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.Kemampuan untuk melaksanakan kewenangan dan tanggungjawab yang diberikan tadi, hanya dapat dicapai jika mereka memiliki bekal pendidikan, latihan, dan pengalaman yang cukup dan memadai untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan.

(11)

a. Melalui Pendidikan

Pemberian kemampuan melalui pendidikan ini dapat dilakukan melalui dua jenjang. Terutama pendidikan formal ke jenjang lebih lanjut (S1, S2, S3). Kedua melalui pendidikan penjenjangan sejenis ADUM, ADUMLA, SEPAMA, SEPAMEN, SEPATI untuk para aparatur pemerintah daerah. Untuk itu, bila menginginkan kualitas sumber daya manusia, dapat diambil suatu langkah bahwa penerimaan tidak menggunakan spoil sistem tetapi menggunakan merit system.Setelah menjadi aparatur pemerintah daerah mereka harus diberi bekal pengetahuan, ketrampilan, dan kecakapan teknis untuk mendukung dalam menjalankan tugas sebagai aparatur pemerintah daerah.

b. Melalui Pelatihan

Pemberian kemampuan melalui pelatihan ini maksudnya mengikutsertakan aparatur pemerintah daerah setiap ada kesempatan dalam kegiatan pelatihan, kursus, seminar, diskusi, dan sejenisnya, baik yang diselenggakrakan sendiri maupun yang diselenggarakan oleh lembaga lain bisa publik maupun bisnis.

c. Melalui Pengalaman

Maksudnya melakukan tour of duty para aparatur pemerintah daerah dalam menjalankan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya. Dengan adanya kegiatan tour of duty secara rutin, maka masing-masing aparatur pemerintah daerah tidk hanya memiliki pengalaman cukup banyak dalam berbagai bidang tugas dan tanggungjawab. Akan tetapi mereka akan memiliki motivasi yang tinggi karena ada suasana kerja baru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.

(12)

Strategi selanjutnya yakni pemimpin birokrasi harus melakukan revitalisasi diri dan anak buahnya dalam rangka meningkatkan kinerja individu dan organisasi. Hal itu disebabkan karena kondisi masyarakat telah mengalami perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat.Karena itu, pimpinan birokrasi dan anak buahnya harus mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam memberikan pelayanan publik.Dari yang suka mengatur dan memerintah berubah menjadi suka melayani, dari yang suka menggunakan pendekatan keuasaan, berubah menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel, kolaboratif dan dialogis, dan dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara yang realitis pragmatis. Dengan revitalisasi aparatur pemerintah daerah, maka pelaksanaan tugas, wewenang, dan tanggungjawab dapat dilakukan secara professional, sehingga mereka memiliki kinerja yang baik.

e. Konsep Good Governance

Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.

Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.

(13)

kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Prinsip-prinsip tersebut adalah : 1) Partisipasi masyarakat, 2) tegaknya supermasi hukum, 3) transparansi, 4) peduli pada stakeholder, 5) berorientasi pada consensus, 6) kesetaraan, 7) efektifitas dan efisiensi, 8) akuntabilitas, dan 9) visi strategis.

Untuk menciptakan good governance perlu diperhatikan akan adanya empat isu strategis ialah pengembangan SDM aparatur, pengembangan kelembagaan, pengembangan jaringan kerja (network), dan pengembangan lingkungan yang kondusif. Namun diantara keempat isu strategis tersebut, hal utama yang harus sangat diperhatikan adalah mengenai kualitas SDM aparaturnya itu sendiri, seperti yang kita ketahui bahwa kualitas kinerja birokrat di Indonesia masih jauh dari apa yang diharapkan, karenanya diperlukan suatu system Manajemen Sumber Daya Manusia yang baik guna terciptanya good governance.

Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan diterapkan sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good Governance merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 12 tahun ini, penerapan Good Governance diIndonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good Governance.

(14)

acuan terhadap akuntabilitas manajerial dari sektor publik tersebut agar kelak lebih baik dan kredibel kedepannya. Undang-undang, peraturan dan lembaga – lembaga penunjang pelaksanaan Good governance pun banyak yang dibentuk. Hal ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan sektor publik pada era Orde Lama yang banyak dipolitisir pengelolaannya dan juga pada era Orde Baru dimana sektor publik di tempatkan sebagai agent of development bukannya sebagai entitas bisnis sehingga masih kental dengan rezim yang sangat menghambat terlahirnya pemerintahan berbasis Good Governance.

Diterapkannya Good Governance di Indonesia tidak hanya membawa dampak positif dalam sistem pemerintahan saja akan tetapi hal tersebut mampu membawa dampak positif terhadap badan usaha non-pemerintah yaitu dengan lahirnya Good Corporate Governance. Dengan landasan yang kuat diharapkan akan membawa bangsa Indonesia kedalam suatu pemerintahan yang bersih dan amanah.

f. Kaitan Kinerja Birokrasi dengan Terciptanya Good Governance

Seperti telah dijelaskan di muka bahwasanya kualitas kinerja birokrasi (kualitas SDM) dari para birokrat merupakan faktor pertama dan aktor utama dalam mewujudkan good governance. Kualitas kinerja yang baik akan mendorong terciptanya good governance. Karenanya yang menjadi perhatian adalah bagaimana menghasilkan Sumber Daya Manusia aparatur yang berkualitas guna menjalankan tata kelola pemerintahan yang baik. Kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk mempengaruhi peningkatan kualitas sebetulnya dapat dilihat melalui berbagai dimensi, seperti akuntabilitas, efisiensi, efektivitas, responsivitas maunpun responsibilitas. Pemberian pelayanan yang telah menunjukan kepada aturan formal dianggap telah memenuhi sendi-sendi pelayanan yang baik dan aparat pelayanan dianggap telah konsisten dalam menerapkan aturan hukum pelayanan.

(15)

pergantian rezim penguasa maka peraturan bar uterus dibuat yang pada dasarnya ditujukan kepada masyarakat. Seperti yang saat ini terjadi, pemerintah telah banyak memberikan pelayanan atau pengawasan terhadap birokrasi dan masyarakatnya dengan berbasis electronic government. Hal itu merupakan suatu perwujudan dalam perbaikan kinerja birokrasi public sekaligus kualitas pelayanan publik. Semua yang terdapat dalam penyelenggaraan negara tidak terlepas dari konteks publis services dan public affairs, dan semuanya dilakukan guna terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik, atau yang sering kita sebut dengan Good Governance.

PENUTUP a. Kesimpulan

Kinerja birokrasi merupakan faktor pertama dan utama dalam mewujudkan good governance, sebagaimana kita ketahui bahwa Sumber Daya Manusia merupakan peran utama dalam menjalankan sebuah organisasi. Kualitas kinerja yang baik akan mendorong terciptanya good governance, begitupun sebaliknya, kinerja yang buruk para birokrat akan menghambat terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik. Namun pada kenyataannya, kualitas kinerja birokrasi di Indonesia masih berjalan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, masih banyak permasalahan dalam memberikan pelayanan kepada publik. Karenanya perlu dilakukan pengembangan kualitas SDM untuk meningkatkan kinerja birokrasi publik , sehingga good governance dapat terwujud.

b. Saran

(16)
(17)

DAFTAR PUSTAKA

Budisetyowati, Dwi Andayani. 2012. Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik. Jakarta : Universitas Tarumanegara

Setiyono Budi. 2005. Birokrasi dalam Perspektif Politik dan Administrasi. Semarang : Pusat Kajian Otonomi Daerah dan Kebijakan Publik (Puskodak) FISIP UNDIP

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2011. Memahami Good Governance dalam Perspektif Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Penerbit Gava Media

Syafiie, Inu Kencana. 1997. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta : Rineka Cipta

Utomo Warsito. 2005. Administrasi Publik Baru Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Widodo Joko, 2011. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Surabaya : Bayumedia Publishing

https://yanwariyanidwi.wordpress.com/2015/12/15/pengertian-prinsip-dan-penerapan-good-governance-di-indonesia/

(Diakses pada 13 Desember 2017 pukul 21.35 WIB)

Referensi

Dokumen terkait

Uji validitas dilakukan untuk mengevaluasi dan menguji data yang telah dikumpulkan, agar memastikan bahwa data tersebut merupakan data-data yang.. Beberapa jenis uji validitas

Yang Kami hormati, para Pimpinan Universitas Negeri Makassar, para Pembicara undangan, Ketua Forum Pendidikan Statistika Indonesia (FORSTAT) bapak Dr Suhartono, M.Sc., para

Tiga unsur yang disyaratkan oleh putusan MK agar presiden dapat menerbitkan perppu dalam konteks calon tunggal pilkada ini sudah benar-benar terpenuhi, yaitu (i) adanya

Pekerja di sektor S yang meningkat jumlahnya di negara berkembang merupakan penampungan dari tenaga kerja yang tidak terserap pada sektor M (Ananta dan

Alat pemeluk (hug machine) jenis inflating wrap disusun dari busa yang dibungkus menggunakan kain dengan bentuk memanjang mengikuti bentuk tubuh, kemudian terdapat

Meski namanya clay (tanah liat), yang dipakai bukanlah tanah liat biasa. Animasi ini memakai plasticin, bahan lentur seperti permen karet yang ditemukan pada tahun 1897.

Keteguhan tarik ini mempunyai hubungan dengan ketahanan kayu terhadap pembelahan (Dumanauw,2001). Ini berarti bahwa contoh uji ketiga memiliki daya tahan terhadap gaya

Yang dilaporkan pengukuran kinerja pembukuan hanya atas 9 PAKEM, karena pada tahun 2008 masih menyisakan dana Rp 428 juta yang harus dimanfaatkan sebelum pencairan BLM PAKET