• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KOLOID BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KOLOID BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

123

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KOLOID BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA DI KELAS XI IPA

SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA

Tika Pratiwi*, Dedeh Kurniasih, dan Rizmahardian Ashari Kurniawan Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak

Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat *Email: atiqahpratiwi25@gmail.com

ABSTRAK

Materi koloid merupakan materi kimia yang dapat disampaikan dengan metode praktikum. Akan tetapi, penuntun praktikum yang ada pada guru tidak sesuai dengan karakteristik siswa dan peralatan laboratorium yang ada di SMA Negeri 1 Sungai Raya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengembangkan penuntun praktikum koloid berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan model pengembangan Borg and Gall. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sungai Raya. Data penelitian dikumpulkan menggunakan metode angket respon dan posttest. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penuntun praktikum koloid telah valid, praktis, dan efektif untuk digunakan. Uji kevalidan terhadap tiga aspek (materi,media, dan bahasa) diperoleh nilai koefisiennya masing-masing sebesar 1,00 atau dapat dikategorikan “sangat valid”. Uji kepraktisan melalui angket respon yang diberikan kepada guru dan siswa diperoleh masing-masing nilai rata-rata sebesar 91,6% atau dapat dikategorikan “sangat praktis”. Untuk uji keefektifan berdasarkan nilai rata-rata posttest siswa diperoleh angka sebesar 94 dengan ketuntasan secara klasikal yaitu 100% atau dapat dikategorikan “sangat efektif”. Dengan hasil analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa penuntun praktikum koloid berbasis inkuiri terbimbing dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk siswa kelas XI IPA SMA semester II di SMA Negeri 1 Sungai Raya.

Kata Kunci : Berbasis Inkuiri Terbimbing, Koloid, Penelitian dan Pengembangan,Penuntun Praktikum

ABSTRACT

Colloid is chemistry material which can be teached by experiment method. However, teacher’s practical guide didn’t match with the students characteristics and laboratory equipment in SMA Negeri 1 Sungai Raya. Therefore, this research aimed to develope the colloid practical guide based on guide inquiry. This research method was used Borg and Gall’s development model. Sampling technique used in this research was purposive sampling technique. Samples are students at eleventh grade in IPA 1 and IPA 2 SMA Negeri 1 Sungai Raya. The data was collected by using questionnaires and posttest sheet. The results of the research showed that the colloid practical guide are valid, practice, and effective. Validity test consists of three aspects (content, media, and language) were obtained coefficient validity with the average 1.00 or can be categorized "very valid". The practicality test used questionnaires for teacher and students which obtained the average percentage is 91.6% or can be categorized "very practice". Meanwhile, theeffectiveness test obtained the average of posttest is 94, with the completeness classical is 100% or can be categorized "very effective". Based on the results, the colloid practical guide based on guide inquiry can be used as learning materials for students at eleventh grade in the second semester of IPA SMA Negeri 1 Sungai Raya.

(2)

124 PENDAHULUAN

Koloid merupakan materi yang harus dipelajari oleh siswa kelas XI IPA semester II SMA Negeri 1 Sungai Raya. Dalam silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kompetensi dasar pokok bahasan koloid adalah mengelompokkan sifat-sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitar. Karakteristik pada materi ini lebih banyak menunjukkan aspek mikroskopis dan makroskopis dibandingkan aspek simbolik (Rohma, dkk, 2013: 1).

Aspek mikroskopik (sifat abstrak) pada materi koloid berupa zat pendispersi dan zat terdispersi dalam sistem koloid. Sedangkan aspek makroskopik atau kontekstualnya koloid, dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya santan, dan air susu. Pembelajaran koloid cenderung tidak melibatkan perhitungan matematika seperti materi lainnya, misalnya stoikiometri, kesetimbangan kimia, kimia larutan, dan termokimia. Walaupun hanya berisi konsep-konsep yang harus dipahami, namun materi koloid tergolong sulit dipahami oleh siswa. Karena pada materi ini siswa hanya lebih cenderung menghapal (Rohma, dkk, 2013: 2).

Konsep koloid yang telah dihapal oleh siswa tidak disertai memahami materi koloid. Hal ini juga dialami oleh siswa SMA Negeri 1 Sungai Raya. Berdasarkan KTSP, materi ini diajarkan pada siswa kelas XI IPA di semester genap. Rata-rata nilai siswa pada materi koloid lebih rendah dari standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 78. Materi koloid termasuk ke dalam kategori materi yang

sulit, dengan rata-rata ketidaktuntasan paling besar yaitu 92,41%.

Hasil wawancara dengan 15 orang siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Sungai Raya, yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah diketahui bahwa kesulitan siswa dalam memahami materi koloid terletak pada jenis-jenis koloid dan sifat-sifat koloid, serta membedakan antara fase pendispersi dan fase terdispersi. Menurut siswa, salah satu kesulitan dalam memahami materi koloid disebabkan karena: 1) tidak pernah dilakukan metode praktikum. 2) siswa tidak mengetahui aplikasinya materi ini dalam kehidupan sehari-hari, dan 3) materi koloid cenderung untuk menghafal teori, sehingga guru cukup menjelaskan secara singkat tentang materi ini, dan selebihnya siswa dibiarkan untuk membaca dan belajar sendiri dalam memahami materi koloid.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan suatu solusi berupa pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan bantuan penuntun praktikum untuk materi koloid. Penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing adalah penuntun praktikum yang pada

komponennya memuat tahapan

pembelajaran inkuiri, meliputi kegiatan seperti orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, hingga merumuskan kesimpulan (Amelia, 2016: 3).

(3)

125 Bahan ajar kimia materi koloid ini bersifat kontekstual dan berisi gambar-gambar yang dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep yang disajikan. Hasil uji validasi ahli dan hasil uji coba lapangan menunjukkan bahwa bahan ajar kimia koloid ini sangat layak (88,9%) dan sangat efektif (91%) untuk digunakan.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka peneliti mengembangkan penuntun praktikum koloid berbasis inkuiri terbimbing di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sungai Raya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan penuntun praktikum. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sumber belajar alternatif yang dapat memfasilitasi siswa melakukan penemuan dengan mengikuti tahap-tahap yang ada pada penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing ini, sehingga diharapkan pengetahuan yang diperoleh siswa dapat lebih bermakna.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan (Research And Development) penuntun praktikum ini adalah model pengembangan Borg and Gall. Adapun tahapan-tahapan penelitian dan pengembangan model Borg and Gall terdiri dari 7 tahapan sebagai berikut (Pratiwi, dkk, 2014: 6).

1. Penelitian dan Pengumpulan Data (Research and Data Collecting)

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis kebutuhan, kajian literatur, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menimbulkan permasalahan sehingga perlu ada pengembangan produk baru (Mulyatiningsih, 2012: 163). Adapun

kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Kebutuhan

Analisis dilakukan pada silabus Kimia dan Kompetensi Dasar (KD) pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas XI IPA semester genap materi koloid.

b. Kajian Literatur

Hal-hal yang menjadi kesulitan dalam memahami materi ini adalah pada saat mempelajari fase terdispersi dan fase pendispersi, serta mengelompokkan koloid. Siswa mengalami kebingungan dalam mengklasifikasikan berbagai macam koloid. Salah satu pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam menyampaikan materi koloid adalah pembelajaran kimia berbasis inkuiri terbimbing.

Langkah-langkah pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing meliputi orientasi, merumuskan masalah, mengumpulkan data, membuat hipotesis, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.

c. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan dengan menganalisis nilai siswa pada materi koloid dan penuntun praktikum koloid sebagai pedoman dan pegangan guru. d. Tujuan Pembelajaran

Berikut adalah rumusan tujuan pembelajaran materi koloid yang telah dikembangkan dalam penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing, yaitu:

1) Siswa dapat membuat sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitarnya.

(4)

126 2. Perencanaan (Planning)

a. Orientasi

Orientasi pada penuntun praktikum koloid yang dikembangkan berisi apersepsi dan dasar teori. Apersepsi adalah pengondisian untuk membangun pemahaman siswa terkait subpokok materi jenis-jenis koloid. Selain itu, dasar teori penuntun praktikum koloid akan diisi dengan materi relevan terkait jenis-jenis koloid dan contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada pengembangan penuntun praktikum koloid ini berisi pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan yang harus dipecahkan terkait materi koloid. Rumusan masalah yang dirancang akan disesuaikan dengan apa yang akan dipraktikumkan. Contoh-contoh dari jenis-jenis koloid akan ditampilkan pada rumusan masalah.

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis yang dibuat pada penuntun praktikum koloid adalah jawaban sementara untuk memecahkan masalah yang sudah dibuat sebelumnya oleh siswa. Hipotesis yang disajikan berupa perkiraan sementara yang dihasilkan dari apa yang dipraktikumkan pada jenis-jenis koloid.

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam hal ini, siswa dipersilakan untuk mencari sumber belajar dan literatur terkait materi. Sumber belajar dapat diambil dari buku paket, atau LKS terutama yang ada di sekolah.

e. Menguji Hipotesis

Pada tahap ini, siswa melakukan uji hipotesis untuk membuktikan perkiraan sementara pada langkah ketiga

(merumuskan hipotesis) terkait jenis-jenis koloid. Agar siswa dapat melakukan uji hipotesis, maka hal-hal yang harus dipersiapkan yaitu alat, bahan, dan cara kerja seperti yang tercantum dalam penuntun praktikum koloid.

f. Menganalisis atau

Mengkomunikasikan Data

Pada tahap ini, siswa menganalisis data hasil percobaan seperti yang telah dilakukan pada tahap uji hipotesis. Siswa dapat membuktikan rumusan hipotesis melalui tahap uji hipotesis, lalu mendiskusikannya bersama kelompok.

g. Membuat Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh diharapkan mampu menjawab permasalahan siswa dalam memahami materi koloid, dan siswa mampu mencapai pembelajaran yang baik.

3. Pengembangan Draft Produk (Development Preliminary Form of Product)

Pada tahap ini mulai disusun rancangan awal penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing dan instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian. Sebelum diujicobakan pada siswa, penuntun praktikum harus divalidasi terlebih dahulu dengan merujuk pada ketentuan validasi isi menurut Gregory (Hairida dan Astuti, 2012: 29).

Validasi dilakukan oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa, yang masing-masing aspek divalidasi oleh 2 orang ahli. Proses ini dilakukan untuk mengoreksi penuntun praktikum yang telah disusun sebelumnya dan hasilnya digunakan sebagai acuan dalam proses revisi berikutnya.

4. Uji Coba Lapangan Awal

(Preliminary Field Testing)

(5)

127 praktikum. Borg and Gall (Mulyatiningsih, 2012: 163) membatasi jumlah sampel dalam uji coba lapangan awal melibatkan sekitar 6-12 orang sampel. Selain itu, pada uji coba lapangan awal akan diuji cobakan soal untuk melihat valid atau tidaknya soal tersebut. Pada uji coba lapangan awal, guru dan siswa diberi angket respon untuk menilai seberapa jauh kepraktisan dari penuntun praktikum yang digunakan.

Berdasarkan pertimbangan, diperoleh jumlah sampel untuk uji coba lapangan awal sebanyak 6 orang siswa. Uji coba lapangan awal melibatkan siswa kelas XI IPA 1 karena kelas tersebut merupakan kelas yang direkomendasi guru kimia untuk dijadikan sampel penelitian dan akan mempelajari materi koloid. Sampel yang dipilih merupakan siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah yang berjumlah masing-masing 2 orang.

5. Merevisi Hasil Uji Coba (Preliminary Product Revision)

Revisi produk dilakukan berdasarkan hasil ujicoba penuntun praktikum pada tahap pertama dan uji kepraktisan penuntun praktikum. Dengan menganalisis kekurangan yang ditemui selama uji coba produk, maka kekurangan tersebut dapat segera diperbaiki. Selain itu, pada tahap ini dilakukan revisi pada soal yang telah dikerjakan oleh siswa pada tahap uji coba lapangan awal.

6. Uji Coba Lapangan Utama (Main Field Testing)

Borg and Gall ( Mulyatiningsih, 2012: 164) menyebutkan dalam uji coba lapangan utama disarankan mengambil sampel yang lebih banyak yaitu melibatkan sekitar 30-100 orang sampel. Pada uji coba lapangan utama dipilih 30 orang siswa

kelas XI IPA 2. Dalam menguji keefektifan suatu produk, digunakan penelitian pre-experimental dengan rancangan one-shot case study design, X adalah perlakuan dan O adalah nilai sesudah perlakuan, seperti pada pada Gambar 1 (Sugiyono, 2015: 498).

7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Coba Lapangan Utama (Operational Product Revision)

Revisi produk selalu dilakukan setelah produk diterapkan atau diuji cobakan. Hal ini dilakukan terutama apabila ada kendala-kendala baru yang belum terpikirkan pada saat perancangan. Masukan dan saran dalam uji coba lapangan utama dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merevisi produk penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing.

Nieveen (dalam Putranto, 2015: 25) menyampaikan bahwa kualitas bahan ajar yang dikembangkan haruslah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

a. Aspek Validitas

Kevalidan penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing didasarkan menurut penilaian para validator yang ahli pada bidangnya. Data skor yang diperoleh akan diubah dalam bentuk persentase dan dirata-ratakan . Penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing dikatakan valid jika koefisien validitas penuntun praktikum lebih besar dari 75% atau 0,75 (x > 0,75) (Jusniar, dkk, 2014:38). Aspek yang akan divalidasi adalah materi, media, dan

(6)

128 validatornya adalah 2 orang validator (Amelia, 2016: 28).

Penilaian ahli meliputi beberapa aspek, yaitu tampilan, isi, dan bahasa. Penentuan koefisien validasi hasil penilaian dari kedua pakar dimasukkan dalam tabulasi silang 2 2 yang terdiri dari kolom A, B, C dan D. Rekapitulasi validasi instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. (Hairida dan Astuti, 2012: 29).

Tabel 1. Rekapitulasi Validasi Instrumen Penelitian

Setelah instrumen penelitian divalidasi oleh dua orang pakar dan direkapitulasi, selanjutnya digunakan tabulasi silang 2 2 dapat dilihat pada Tabel 2 (Hairida dan Astuti, 2012: 29).

Tabel 2. Tabulasi Silang

Kriteria perhitungan validasi akan dianalisis menggunakan rumus Gregory seperti Persamaan ke-1 (Hairida dan Astuti, 2012: 29):

Keterangan :

A= Sel yang menunjukkan kedua penilai menyatakan tidak relevan

B= Sel yang menunjukkan penilai I relevan dan penilai II tidak relevan

C= Sel yang menunjukkan penilai I tidak relevan dan penilai II relevan

D= Sel yang menunjukkan kedua penilai menyatakan relevan

Hasil validitas kemudian dicocokkan dengan kriteria kevalidan instrumen penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 3 (Ningsih, dkk, 2017: 61).

Tabel 3. Kriteria Kevalidan Instrumen Penelitian

b. Aspek Kepraktisan

Apabila terdapat kekonsistenan antara kurikulum dengan proses pembelajaran, maka perangkat pembelajaran dapat dikatakan praktis. Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika para responden menyatakan bahwa perangkat pembelajaran dapat digunakan dalam pembelajaran yang ditunjukkan oleh hasil angket respon siswa dan penilaian oleh guru. Penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing dikatakan praktis jika diperoleh nilai respon dengan kriteria minimal persentase nilai sebesar 70% (Suryani, dkk, 2014:20).

Tabel 4. Skor Pilihan Jawaban Angket Respon Guru dan Siswa

(7)

129 dan negatif. Karena ada empat pilihan jawaban, maka skor setiap pilihan jawaban untuk menghitung nilai skor angket per item dapat dilihat pada Tabel 4.

Jumlah keseluruhan dari nilai skor angket per item ditentukan terlebih dahulu, kemudian dicari nilai dengan rumus yang dimodifikasi dari Masriyah (2006:41) seperti Persamaan 2.

Skor maksimum dapat dicari dengan mengalikan jumlah responden dan skor pilihan terbaik dari pernyataan positif dan negatif yaitu 4. Kemudian menghitung banyaknya kriteria sangat lemah, kuat, sangat kuat dari seluruh butir pernyataan. Selanjutnya membuat kategori untuk seluruh butir pernyataan yang dapat dilihat pada Tabel 5. (Purwanto, dkk, 2017:146):

Tabel 5. Kriteria Nilai Respon Guru dan Siswa

c. Aspek Keefektifan

Penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan dikatakan efektif jika setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing, siswa tuntas secara klasikal atau lebih besar sama dengan 65% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut (Astuti, dkk, 2012: 54). Siswa dikatakan tuntas jika mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 78, setelah mengerjakan soal posttest terkait subpokok materi jenis-jenis koloid. Selanjutnya membuat kategori untuk

keefektifan yang dapat dilihat pada Tabel 6 (Widoyoko, 2009:242):

Tabel 6. Kriteria Keefektifan

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Analisis Kevalidan Penuntun Praktikum

a. Validasi Ahli Materi

Hasil validasi pada ahli materi yang dilakukan oleh 2 orang validator, diperoleh bahwa penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing dapat digunakan untuk uji coba lapangan dengan syarat revisi sesuai saran/masukan. Ahli materi menyatakan bahwa penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing layak digunakan setelah dilakukan revisi sesuai saran/perbaikan dari kedua validator. Hasil rekapitulasi validasi ahli materi dapat dilihat pada Tabel 7.

(8)

130 Hasil akhir analisis penilaian ahli materi menunjukkan nilai rata-rata validitas sebesar 1,00 atau dengan persentase sebesar 100%. Sesuai dengan kriteria kevalidan (Tabel 3), maka nilai tersebut berada pada kriteria “sangat valid” tanpa revisi, sehingga dari segi validasi materi dinyatakan bahwa penuntun praktikum layak untuk digunakan.

b. Validasi Ahli Media

Hasil validasi pada ahli media yang dilakukan oleh 2 orang validator, diperoleh bahwa penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing dapat digunakan untuk uji coba lapangan dengan syarat revisi sesuai saran/masukan. Ahli media menyatakan bahwa penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing layak digunakan setelah dilakukan revisi sesuai saran/perbaikan dari kedua validator. Hasil rekapitulasi validasi ahli media dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rekapitulasi Validasi Ahli Media

Hasil akhir analisis penilaian ahli media memiliki nilai rata-rata validitas sebesar 1,00 atau dengan persentase sebesar 100%. Sesuai dengan kriteria kevalidan (Tabel 3), maka nilai tersebut

berada pada kriteria “sangat valid” tanpa

revisi, sehingga dari segi validasi media

dinyatakan bahwa penuntun praktikum layak untuk digunakan. Validasi ini hanya dilakukan sekali saja.

c. Validasi Ahli Bahasa

Hasil validasi pada ahli bahasa yang dilakukan oleh 2 orang validator, diperoleh bahwa penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing dapat digunakan untuk uji coba lapangan dengan syarat revisi sesuai saran/masukan. Ahli bahasa menyatakan bahwa penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing layak digunakan setelah dilakukan revisi sesuai saran/perbaikan dari kedua validator. Hasil rekapitulasi validasi ahli bahasa dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rekapitulasi Validasi Ahli Bahasa

Hasil akhir analisis penilaian ahli bahasa diperoleh persentase rata-rata validitas sebesar 1,00 atau dengan persentase sebesar 100%. Sesuai dengan kriteria kevalidan (Tabel 3), maka nilai

tersebut berada pada kriteria “sangat valid”

tanpa revisi, sehingga dari segi validasi bahasa bahwa penuntun praktikum layak digunakan. Validasi bahasa dilakukan hanya sekali saja.

(9)

131 dikembangkan telah memenuhi aspek kevalidan dengan nilai rata-rata dari 3 aspek kevalidan sebesar 1,00 atau dengan persentase sebesar 100% yang tergolong

dalam kriteria ”sangat valid”, dan dapat

digunakan dalam pembelajaran pada uji coba lapangan awal.

2. Analisis Kepraktisan Penuntun Praktikum

Aspek kepraktisan dapat diketahui dari analisis angket respon guru dan siswa terhadap penggunaan penuntun praktikum berbasis inukiri terbimbing. Adapun hasil akhir uji kepraktisan penuntun praktikum diambil berdasarkan hasil analisis angket respon guru dan siswa pada uji coba lapangan utama yang dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Angket Respon Guru dan Siswa

Berdasarkan Tabel 10 diperoleh nilai rata-rata respon guru dan siswa pada uji coba lapangan utama terhadap penggunaan penuntun praktikum dengan nilai sebesar 91,6%, atau lebih besar dari 80%. Penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing dikatakan praktis jika diperoleh nilai respon dengan kriteria minimal persentase nilai sebesar 70% (Suryani, dkk, 2014:20). Berdasarkan hasil dari uji coba lapangan utama, penuntun praktikum yang telah diuji kepraktisan melalui angket respon yang diberikan kepada guru dan siswa diperoleh nilai rata-rata terhadap respon guru dan siswa sebesar 91,6%. Oleh karena itu, kepraktisan penuntun

praktikum dapat dikategorikan ”sangat praktis” berdasarkanTabel 5.

3. Analisis Keefektifan Penuntun Praktikum

Analisis keefektifan dilakukan dengan menganalisis nilai sesudah pembelajaran menggunakan penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada siswa yang dijadikan sampel uji coba lapangan utama. Rekapitulasi hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rekapitulasi Hasil

Post-test Siswa

Melalui data pada Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan telah memenuhi aspek keefektifan. Hal ini ditunjukkan melalui persentase ketuntasan dari 30 orang siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sungai Raya pada posttest siswa sebesar 100% dengan rata-rata nilai postes siswa yaitu 94. Penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan dikatakan sebagai sumber belajar yang “efektif”, jika setelah mengikuti pembelajaran menggunakan penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing, siswa tuntas secara klasikal atau lebih besar sama dengan 65% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut dengan KKM yaitu 78 (Astuti, dkk, 2012:54). Dengan demikian, penuntun praktikum yang digunakan

dikategorikan “sangat efektif” sesuai

(10)

132 SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

1. Penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi koloid untuk siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sungai Raya yang dikembangkan pada penelitian ini dinyatakan telah memenuhi kriteria sangat layak untuk digunakan sebagai bahan ajar dalam praktikum pembuatan jenis-jenis koloid.

2. Penuntun praktikum telah dinyatakan

“sangat valid”, dari segi aspek materi,

media, dan bahasa dengan nilai rata-rata validitas sebesar 1,00 atau dengan perolehan persentase sebesar 100%. 3. Penuntun praktikum telah dinyatakan

“sangat praktis” dengan perolehan nilai kepraktisan sebesar 91,6% yang diperoleh berdasarkan nilai rata-rata respon guru dan siswa pada uji coba lapangan utama.

4. Penuntun praktikum telah dinyatakan “sangat efektif” dengan perolehan nilai keefektifan yang diperoleh sebesar 100 % dan rata-rata nilai posttest siswa sebesar 94 pada analisis hasil belajar siswa setelah menggunakan penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing.

SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan antara lain:

1. Penuntun praktikum yang telah dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan oleh guru dan mahasiswa calon guru sebagai alternatif sumber belajar dalam menyampaikan pembelajaran kimia khususnya materi koloid.

2. Sebaiknya dilakukan tahap penyebarluasan atau diseminasi terhadap penuntun praktikum berbasis

inkuiri terbimbing pada penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia. (2016). Pengembangan Penuntun Praktikum Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Berbasis Inkuiri Terbimbing Siswa Kelas XI IPA MAN 2 Pontianak. Skripsi. Hal: 3. FKIP UM Pontianak.

Astuti, N, dan Rahayu. (2012).

Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pelatihan Strategi Belajar Membaca pada Pokok Bahasan Sistem Pencernaan Darah di SMA. Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, Vol. 1: 1, 52-59.

Gazali. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Kimia Materi Koloid untuk SMA Kelas XI IPA Semester II Berdasarkan Pendekatan Inkuiri Terbimbing. Jurnal Kependidikan 14 (4): 417-425. e-ISSN: 2442-7667. Hairida, dan Astuti. (2012). Self Efficacy dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA-Kimia. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA. Vol.3.No.1.

Masriyah. (2006). Evaluasi Pembelajaran Matematika (Modul 9: Alat Ukur Nontes). Jakarta: Universitas Terbuka. Mulyatiningsih, E. (2012). Metode

Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

(11)

133 Pratiwi, Suriatno, dan Pujiastuti. (2014).

Pengembangan Bahan Ajar Biologi Berbasis Pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) pada Pokok Bahasan Sistem Pernapasan Kelas XI SMA dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Edukasi UNEJ, I (2): 5-9. Purwanto, dan Rahmawati. (2017).

Pengembangan Handout untuk Siswa Kelas V SDN 14 Kota Baru pada Materi Bermain Drama. Jurnal Tarbiyah. Vol. 24. No.1. Hal:146. Putranto, S. (2015). Pengembangan

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada Materi Perbandingan Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) Bagi Siswa SMP Kelas VIII Sesuai Kurikulum 2013. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Rohma, Muntholib, dan Munzil. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Sistem Koloid Berbasis E-Learning. Jurnal Pendidikan. Vol 4. No.1.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung: PT. Alfabet.

Suryani, Suhery, dan Ibrahim. (2014). Pengembangan Modul Kimia Reaksi Reduksi Oksidasi Kelas X SMA. Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia. Vol.1. No.1. Hal: 20.

Suryati, dan Permatasary. (2014).

Pengembangan Pembelajaran

Termokimia Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen”. Vol. 2, No. 2. ISSN:2338-6480.

Gambar

Tabel 3. Kriteria Kevalidan Instrumen
Tabel 6. Kriteria Keefektifan
Tabel 8. Tabel 8.  Rekapitulasi Validasi Ahli

Referensi

Dokumen terkait

1) Pikeun pihak pamaréntah, utamana Dinas Pendidikan Jawa Barat kudu mikaweruh kana kapamalian-kapamalian anu masih kénéh tumuwuh sarta dipaké kénéh ku masarakat, ulah

Kasus Tiket Pesawat Ragukan Kejagung, ICW Desak KPK Usut Pejabat Kemenlu Sahabat MQ/ Indonesia Corruption Watch -ICW/ pesimistis terhadap langkah Kejaksaan Agung/ yang

Sahabat MQ/ pengolahan karbondioksida atau CO2/ merupakan area bisnis yang menjanjikan// Hal tersebut disampaikan Dosen FMIPA Kimia Universitas Gadjah Mada

dokumen yang sesuai dengan daftar isian dokumen kualifikasi perusahaan saudara pada. aplikasi SPSE, yang akan dilaksanakan

Pengaruh Kombinasi Macam Zpt Dengan Lama Perendaman YangBerbeda Terhadap Keberhasilan Pembibitan Sirih.. Merah ( Piper Crocatum Ruiz & Pav )

Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail

yang sesuai dengan daftar isian dokumen kualifikasi perusahaan saudara pada aplikasi SPSE,. yang akan dilaksanakan

karena model regresi linear ini diformulasikan untuk diterapkan pada pendapatan yang berkisar antara 11 sampai 120, maka dalam hal ini  0 mempunyai makna rata-rata