• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU PKn DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DENGAN PENDEKATAN BINI-DAMBEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU PKn DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DENGAN PENDEKATAN BINI-DAMBEL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DENGAN PENDEKATAN BINI-DAMBEL

Jumino

email: jumino_ino@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang peningkatan kemampuan guru PKN dalam menyusun RPP dan menerapkannya dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw setelah dilaksanakan supervisi akademik melalui pendekatan BINI-DAMBEL. Subjek dalam penelitian ini adalah 10 orang guru PKN SMP, yakni SMPN 3 Bangkalan, SMPN 1 Socah, SMPN 2 Socah dan SMPN 1 Kamal. Penelitian ini dilaksanakan 3 (tiga) siklus yakni; siklus pertama tingkat keberhasilan dalam penyusunan RPP mencapai 50%, siklus kedua mencapai 80% siklus ketiga mencapai 100%. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, tingkat keberhasilan siklus pertama 40%, siklus kedua 80%, dan siklus ketiga 100 %. Dengan demikian, supervisi akademik dengan pendekatan BINI-DAMBEL dapat meningkatkan kemampuan guru PKN dalam menyusun RPP dan menerapkan dalam pembelajaran kooperatif jigsaw.

Kata Kunci: Bini Dambel, Kemampuan guru, Pembelajaran Jigsaw, Supervisi Akademik.

Abstract: This research aimed to obtain a description of the increasing ability ofPKN teachers in preparing lesson planning andapply it in Jigsaw cooperative learning after academic supervision implementedthrough BINI-DAMBEL approach. The Subjectsin this research were 10 PKN teachers of junior high school,namely SMPN 3 Bangkalan, SMPN 1 Socah,SMPN 2 Socah and SMPN 1 Kamal. Theresearch was conducted in three (3) cycles namely; The first cycle, the succcess rate in preparation lesson planningreached 50%, the second cycle reached 80%,third cycle reached 100%.In doing learningproccess, thesuccess rate ofthe first cycle was 40%, the second cycle was 80%, and the third cycle was 100%. Thus, academic supervision by BINI-DAMBEL approach can improved the ability ofPKN teachers in preparing lesson planning andapplying in thejigsaw cooperative learning.

Key words: BINI Dambel, teacher’s ability, Jigsaw learning, Academic supervision.

Pendahuluan

Berdasar pengamatan selama

melaksanakan supervisi di sekolah

dalam wilayah binaan, ditenemukan

bahwa pembelajaran berlangsung

secara konvensional, sementara

tun-tutan pembelajaran baru dan bahkan

sesuai amanat permendiknas 41 tahun

2007 tentang standar proses,

pembelajaran berlangsung secara aktif,

kreatif, inovatif, inspiratif, dan

(2)

pembe-139 lajaran menuntut adanya perubahan

cara belajar siswa dari menerima

menuju menemukan, dari menyadap

pengetahuan menuju mengkonstruksi

pengetahuan. Dalam hal ini Santrock menjelaskan bahwa “pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara

bersama-sama, keterlibatan orang lain

dalam mengevaluasi dan

mengkon-struksi pengetahuan diperluakn bagi siswa” (Santrock,2009:51).

Salah satu model pembelajaran

yang dapat memberikan peluang siswa

untuk saling mengisi, saling asah, dan

asuh adalah model pembelajaran

Kooperatif Jigsaw. Isjoni (2012:77)

menyatakan bahwa “pembelajaran

kooperatif Jigsaw merupakan salah satu

tipe pembelajaran kooperatif yang

mendorong siswa aktif dan saling

membantu dalam menguasai materi

pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.”

Peraturan Menteri Negara

Penda-yagunaan Aparatur Negara, tentang

jabatan fungsional pengawas sekolah

menyatakan bahwa pengawas sekolah

mempunyai tugas pembimbingan dan

pelatihan profesional guru dalam tugas

kepengawasan. Tugas Pengawas

seko-lah adaseko-lah melakukan pembinaan,

supervisi, penilaian dan monitoring

dalam berbagai kegiatan yang

dila-kukan guru dalam sekolah binaan.

Supervisi yang dilakukan Pengawas

Sekolah bisa supervisi akademik dan

bisa juga supervisi amajerial. Supervisi

akademik sasaran utamanya adalah

para guru dalam melaksanakan

pem-belajaran, sedangkan supervisi

aman-jerial sasarannya adalah kepala sekolah

dan tenaga administrasi.

Kondisi di sekolah binaan

dite-mukan juga bahwa masih banyak guru

yang belum menguasai model-model

pembelajaran sesuai dengan amanat

permendiknas, supervisi yang sering

dilakukan baik pengawas sekolah

maupun kepala sekolah sendiri belum

optimal dalam melakukan pembinaan

pada sisi akademik. Sementara ini

supervisi dititik beratkan pada sisi

manajerial atau administratif untuk

perlengkapan pengusulan PAK guru.

Sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya, Pengawas Sekolah tentunya

harus mulai merubah paradigmanya

dengan melakukan kegiatan supervisi

akademik, mengadakan kunjungan

ke-las untuk mengamati guru dalam

melakukan kegiatan pembelajaran,

sehingga dapat memberikan saran yang

baik tentang pembelajaran yang aktif,

(3)

menye-nangkan. Bahkan kalau perlu

mela-kukan pendampingan kepada guru

dalam melaksanakan pembelajaran.

Berdasar kondisi di atas,

diupa-yakan mencari solusi dalam

mening-katkan kemampuan guru untuk

melak-sanakan pembelajaran yang aktif,

kreatif, inovatif dan menyenangkan

sehingga perlu diadakan penelitian

tindakan sekolah dengan tujuan untuk

meningkatkan kemampuan guru PKn

dalam menyusun RPP dan

mene-rapkannya dalam pembelajaran

koope-ratif model JIGSAW, setelah

dite-rapkan supervisi akademik dengan

pendekatan BINI-DAMBEL.

Menurut Lie (2003: 12)

Pembe-lajaran Kooperatif adalah sistem

pengajaran yang memberikan

kesem-patan kepada anak didik untuk

bekerjasama dengan sesama siswa

dalam tugas-tugas yang

terstruk-tur. Pembelajaran kooperatif

merupa-kan strategi belajar dengan sejumlah

siswa sebagai anggota kelompok kecil

yang tingkat kemampuannya berbeda.

Dalam menyelesaikan tugas

ke-lompoknya, setiap siswa anggota

kelompok harus saling bekerja sama

dan saling membantu untuk memahami

materi pelajaran.

Model pemebelajaran kooperatif

model jigsaw adalah sebuah model

belajar kooperatif yang menitik

beratkan kepada kerja kelompok siswa

dalam bentuk kelompok kecil, seperti

yang diungkapkan Lie ( 1993: 73),

bahwa pembelajaran kooperatif model

jigsaw ini merupakan model belajar

kooperatif dengan cara siswa belajar

dalam kelompok kecil yang terdiri atas

empat sampai dengan enam orang

secara heterogen dan siswa bekerja

sama saling ketergantungan positif dan

bertanggung jawab secara mandiri.

Pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa

anggota dalam satu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan

bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan materi tersebut kepada

anggota lain dalam kelompoknya

(Arends, 1997). Model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw merupakan

model pembelajaran kooperatif dimana

siswa belajar dalam kelompok kecil

yang terdiri dari 4–6 orang secara

heterogen dan bekerja sama saling

ketergantungan yang positif dan

bertanggung jawab atas ketuntasan

bagian materi pelajaran yang harus

(4)

141 tersebut kepada anggota kelompok

yang lain (Arends, 1997).

Jigsaw didesain untuk

mening-katkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajarannya sendiri dan

juga pembelajaran orang lain. Siswa

tidak hanya mempelajari materi yang

diberikan, tetapi mereka juga harus siap

memberikan dan mengajarkan materi

tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain

dan harus bekerja sama secara

kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).

Para anggota dari tim-tim yang

berbeda dengan topik yang sama

bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling

membantu satu sama lain tentang topic

pembelajaran yang ditugaskan kepada

mereka. Kemudian siswa-siswa itu

kembali pada tim / kelompok asal

untuk menjelaskan kepada anggota

kelompok yang lain tentang apa yang

telah mereka pelajari sebelumnya pada

pertemuan tim ahli.Pada model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,

terdapat kelompok asal dan kelompok

ahli. Kelompok asal yaitu kelompok

induk siswa yang beranggotakan siswa

dengan kemampuan, asal, dan latar

belakang keluarga yang beragam.

Kelompok asal merupakan gabungan

dari beberapa ahli.

Kelompok ahli yaitu kelompok

siswa yang terdiri dari anggota

kelompok asal yang berbeda yang

ditugaskan untuk mempelajari dan

mendalami topik tertentu dan

menye-lesaikan tugas-tugas yang berhubungan

dengan topiknya untuk kemudian

dijelaskan kepada anggota kelompok

asal.Dalam model pembelajaran jigsaw

ini siswa memiliki banyak kesempatan

untuk mengemukanakan pendapat, dan

mengelolah imformasi yang didapat

dan dapat meningkatkan keterampilan

berkomunikasi, anggota kelompok

bertanggung jawab atas keberhasilan

kelompoknya dan ketuntasan bagian

materi yang dipelajari, dan dapat

menyampaikan kepada kelompoknya

(Rusman, 2008.203).

Langkah-langkah pembelajaran

kooperatif model JIGSAW:

FASE – FASE TINGKAH LAKU GURU FASE 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

FASE 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan kepada siswa dengan jalan demontsrasi atau lewat bahan bacaan

FASE 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa begaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien

FASE 4

Membimbing

kelompok bekerja dan

(5)

belajar mengerjakan tugas mereka

FASE 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.

FASE 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Kegiatan yang dilakukan pada

model pembelajaran kooperatif Jigsaw

adalah (1). Melakukan mambaca untuk

menggali informasi. Siswa

meme-peroleh topik- topik permasalahan

untuk di baca sehingga mendapatkan

imformasi dari permasalahan tersebut,

(2). Diskusi kelompok ahli. Siswa yang

telah mendapatkan topik permasalahan

yang sama bertemu dalam satu

kelompok atau kita sebut dengan

kelompok ahli untuk membicaran topik

permasalahan tersebut, (3). Laporan

kelompok, kelompok ahli kembali ke

kelompok asal dan menjelaskan dari

hasil yang didapat dari diskusi tim ahli,

(4). Kuis dilakukan mencakup semua

topik permasalahan yang dibicarakan

tadi, (5). Perhitungan sekor kelompok

dan menetukan penghargaan kelompok.

Supervisi Akademik dengan Pende-katan BINI-DAMBEL.

Sesuai dengan pedoman supervisi

tahun 2007 ditegaskan bahwa

penga-was sekolah mempunyai tugas untuk

melakukan supervisi manajerial dan

supervisi akademis. Supervisi

mana-jerial ditujukan kepada kepala sekolah

dalam kaitan bagaimana mereka harus

mengelola sekolah berdasarkan aturan

dan pedoman menajemen berbasis

sekolah, sedang-kan supervisi

akademis ditujukan untuk membina

para guru dalam melakukan kegiatan

pembelajaran di kelas ter-masuk

bagai-mana guru harus menyusun rencana

pembelajarannya.

Menurut Sahertian (2000)dijelaskan

bahwa prinsip-prinsip supervisi adalah

(1). Prinsip ilmiah maksudnya adalah

bahwa supervisi dilaksanakan

berda-sarkan data yang objektif yang

diperoleh alat seperti obserasi, angket

dan sebagainya. Dan supervisi tersebut

dilaksanakan secara sistematis, (2).

Prinsip Demokratis, Supervisi dan

bantuan yang diberikan kepada guru

berdasarkan hubungan kemanusiaan

yang akrab dan kehangatan sehingga

guru merasa aman untuk

mengem-bangkan tugasnya. Demokrasi

mengan-dung makna menjunjung tinggi harga

diri dan martabat guru, bukan

berda-sarkan atasan dan bawahan, tetapi

berdasarkan rasa kesejawatan, (3).

Prinsip Kerjasama, yakni

(6)

143 supervisi adalah sharing of idea,

sharing of experience, memberi

support, mendorong, mensti-mulasi

guru sehingga mereka merasa tumbuh

bersama, (4). Prinsip Kon-struktif dan

Kreatif, prinsip ini mempunyai

pengertian bahwa dalam supervisi

setiap guru akan merasa termotivasi

dalam mengembangkan potensi

kreativitas kalau supervisi mampu

menciptakan suasana kerja yang

menyenangkan, bukan melalui

cara-cara yang menakutkan. (Sahertian;

2000:20).

Ada tiga pendekatan Supervisi yang

sering dilakukan yakni Direktif, Non

Direktif dan Kolaboratif. (a).

Pende-katan Direktif (Langsung) adalah cara

pendekatan terhadap masalah yang

bersifat langsung. Supervisor

memberi-kan arahan langsung, perilaku

supervisor lebih dominan. Pendekatan

ini berdasarkan pemahaman terhadap

psikologi behaviorisme. (b).

Pende-katan Non Direktif (Tidak Langsung)

adalah cara pendekatan terhadap

permasalahan yang sifatnya tidak

langsung. Perilaku supervisor tidak

secara langsung menunjukkan

perma-salahan, tapi ia terlebih dahulu

mendengarkan secara aktif apa yang

dikemukakan guru-guru. Ia meberi

kesempatan sebanyak mungkin kepada

guru untuk mengemukakan

perma-salahan yang mereka alami.

Pende-katan ini berdasarkan pemahaman

psikologis humanistik. Psikologi

huma-nistik sangat menghargai orang yang

dibantu. (c). Pendekatan Kolaboratif,

adalah cara pendekatan yang

mema-dukan cara pendekatan direktif dan non

direktif menjadi cara pendekatan baru.

Pada pendekatan ini baik supervisor

maupun guru bersama-sama,

berse-pakat untuk menetapkan struktur,

proses dan kriteria dalam

melak-sanakan proses percakapan terhadap

masalah yang dihadapi guru.

Pende-katan ini didasarkan pada psi-kologi

kognitif.

Proses kegiatan bimbingan tehnis

dilakukan dengan langkah-langkah; (1).

Supervisor (Pengawas Sekolah)

mela-kukan identifikasi kekurangan atau

kelemahan guru dalam melakukan

kegiatan pembelajaran baik dari sisi

Rencaan pembelajatan, pelaksanaan

pembelajaran, dan evaluasinya/

peni-laian hasil belajarnya. (2). Supervisor

(Pengawas Sekolah) melakukan

ren-cana perbaikan atau pembinaan atas

kekurangan atau kelemahan yang

dilakukan guru; (3). Supervisor

(7)

tehnis selama guru melakukan kegiatan

pembelajaran, sehingga dengan

demi-kian pengawas tahu betul kekurangan

atau kelemahan dalam melakukan

kegiatan pembelajaran.(4). Pengawas

yang sekaligus sebagai peneliti selalu

mengawal dan membimbing guru

secara tehnis baik dalam menyusun

RPP, melaksanakan langkah-langkah

pembelajaran kooperatif model Jigsaw,

maupun beghaimana guru melakukan

penilaian dalam pembelajaran

koope-ratif model Jigsaw.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan

penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6),

yaitu berbentuk spiral dari sklus yang

satu ke siklus yang berikutnya. Setiap

siklus meliputi planning (rencana),

action (tindakan), observation

(penga-matan), dan reflection (refleksi).

Sebelum masuk pada siklus 1

dilaku-kan tindadilaku-kan pendahuluan yang berupa

identifikasi permasalahan.

Subyek penelitian ini adalah guru

PKn SMPN 1 Kamal, SMPN 1 Socah,

SMPN 2 Socah dan SMPN 3

Bangkalan, Tahun Pelajaran 2012/2013

yang jumlahnya 10 (sepuluh) orang.

Dari sepuluh subyek penelitian tersebut

mengajar dari kelas VII. Obyek

Penelitiannya adalah kegiatan guru

dalam melaksanakan pembelajaran

kooperatif model Jigsaw. Dengan

demikian yang menjadi pengamatan

peneliti adalah bagaimana guru

mene-rapkan model pembelajaran kooperatif

model Jigsaw di Kelasnya. Untuk

melaksanakan penga -matan tersebut

peneliti menggunakan instrumen

pe-ngamatan yang disebut Instrumen

Pengamatan Kegiatan Guru atau IPKG.

Intstrumen tersebut mencakup

bagai-mana guru menyusun rencana

pembe-lajaran, melaksanakan pembelajaran

baik pendahuluan kegiatan inti maupun

kegiatan akhir, dan juga bagaimana

guru subyek penelitian mengadaan

peniliaan hasil belajar.Penelitian ini

dilakukan berdasarkan lokasi wilayah

binaan peneliti yakni di SMPN 1

Kamal, SMPN 1 Socah, SMPN 2

Socah, dan SMPN 3 Bangkalan,

Kabu-paten Bangkalan. Penelitian ini

dilak-sanakan se-lama 3 (tiga) Bulan yakni

pada bulan Pebruari 2013 sampai

dengan bulan April 2013.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada tanggal

11 sampai dengan 14 Pebruari 2013.

Dengan rincian kegiatan, pada hari

(8)

145 sebagai subyek penelitian

melaksa-nakan kegiatan pembelajaran sebanyak

3 orang guru di SMPN 1 Kamal.

Sedangkan pada tanggal 12 Pebruari

2013, sebanyak 2 orang guruyakni guru

di SMPN 1 Socah, pada tanggal 13

Pebruari 2013 guru yang melaksanakan

kegiatan pembelajaran yakni 2 orang

guru di SMPN 2 Socah, sedangkan

tanggal 14 Pebruari 3 orang guru di

SMPN 3 Bangkalan.Adapun hasil

pengamatan dapat dipaparkan dalam

tabel 1.

Tabel 1: Rekapitulasi hasil penga-matan siklus pertama.

No Rentang Nilai Jumlah Kurang dari 28 Sama atau lebih dari

Tahap ini dilaksanakan tanggal

25 sampai dengan 28 Pebruari 2013.

Observasi dilakukan secara bersamaan

dengan pelaksanaan tindakan, yakni

pada tanggal 25 Pebruari 2013 peneliti

mengobservasi 3 orang Guru di SMPN

1 Kamal, pada guru ini sudah

menyampaikan tujuan pembelajaran

pada awal kegiatan pembelajaran,

namun penilaian dalam proses belum

dilaksanakan, refleksi juga belum

dilaksanakan, karena manajemen waktu

kurang baik, belum dilaksanakan

ref-leksi langsung guru memberikan post

test. Namun demikain post test

dilakukan guru untuk mengetahui

keberhasilan pembelajaran.

Pada tanggal 26 Pebruari 2013

peneliti mengobservasi kegiatan

pem-belajaran yang dilakukan 2 orang guru

di SMPN 1 Socah, fokus observasi

adalah bagaimana proses pembelajaran

dilakukan guru, langkah-langkah

kegi-atan pembelajaran kooperatif model

Jigsaw, penilaian dalam proses selama

kegiatan belajar mengajar. Observasi

dilakukan oleh peneliti dan Kepala

Sekolah sebagai observer. Pada tanggal

27 Pebruari 2013 pengamatan

dilaksa-nakan bagi 2 orang guru di SMPN 2

Socah, pada tanggal 28 Pebruari 2013

melak-sanakan pengamatan terhadap 3

orang guru di SMPN 3 Bangkalan.

Hasil pengamatan atau observasi pada

siklus kedua ini ada peningkatan, yakni

hampir semua guru sudah

menyam-paikan tujuan dalam pembelajaran

tetapi penilaian dalam proses belum

dilaksanakan, refleksi belum

dilak-sanakan meskupun sudah dilakdilak-sanakan

post test.

Pada siklus kedua ini peneliti

(9)

tinda-kan atau pelaksanaan pebelajaran yang

dilakukan guru diamati oleh peneliti

dan Kepala Sekolah, dengan demikian

hasil pengamatan diharapkan akan

lebih baik dan hasil penelitian

diharap-kan adiharap-kan lebih optimal. Hasil

pengama-tan siklus ini dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2: Rekapitulasi hasil penga-matan siklus kedua.

No Rentang Nilai Jumlah

Guru Keterangan

I Kurang dari 28 Sama atau lebih dari 28

Siklus ini dilaksanakan tanggal 18

sampai dengan 21 Maret 2013.

Obser-vasi dilakukan secara bersamaan

dengan pelaksanaan tindakan, dengan

tujuan untuk memproleh informasi

yang lebih mendalam dan menyeluruh

tentang pelaksanaan pembelajaran pada

siklus ketiga. Fokus observasi adalah

bagaimana proses penerapan tindakan

yang dilakukan guru berdasar Rencana

Pembelajaran yang telah disusunnya.

Hasil pengamatan pada siklus

ketiga dapat dirangkum pada tabel 3.

Tabel 3: Rekapitulasi hasil penga-matan siklus ketiga.

No Rentang Nilai Jumlah

Guru Keterangan

I Kurang dari 28 Sama atau lebih dari 28

PELAKSANAAN. PEMBELAJARAN Kurang dari 80 Sama atau kebih dari 80

Hasil pengamatan pada rencana

pembelajaran pada siklus pertama dan

siklus kedua terdapat perubahan yang

sangat signifikan. Hasil pengamatan

pada siklus pertama masih banyak

ditemukan kekurangan sehingga

prosentase keberhasilan masih dibawah

kiteria keberhasilan atau kriteria

ketuntasan dalam penelitian. Hasil

pengamatan tentang pelaksanaan

pembelajaran pada siklus ketiga

didapatkan bahwa untuk penilaian

rencana pembelajaran tidak ada

seorang gurupun yang mendapat nilai

di bawah 28 dari 7 aspek yang

diamati,artinya nilai minimal tiap aspek

4.

Dalam membandingkan hasil

pe-ngamatan peneliti memisahkan antara

hasil pengamatan tentang rencana

pembelajaran dengan hasil pengamatan

tentang pelaksanaan pembelajaran. Hal

ini dimaksudkan agar lebih rinci

diketahui keberhasilan masing-masing

unsur. Perbandingan hasil pengamatan

tersebut dapat disajikan pada tabel 4

(10)

147 dengan menggunakan instrumen

IPKG1 yakni dengan meneliti RPP

yang disusun guru menunjukkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 4: Perbandingan Hasil Penga-matan

Dari tabel tersebut dapat diketahui

bahwa perkembangan kemampuan

guru dalam menyusun RPP sesuai

pembelajaran kooperatif model Jigsaw.

Untuk lebih jelasnya data tersebut bisa

ditampilkan dalam sebuah grafik.

Adapun grafik perban-dingan hasil

pengamatan tentang rencana

pembe-lajaran dari ketiga siklus tersebut di

atas yakni sebagai berikut :

Berdasar grafik tersebut dapat

dijelaskan bahwa :(1).Pada siklus

pertama pengamatan dengan meneliti

RPP yang disusun oleh guru setelah

dilakukan Supervisi melalui

pende-katan BINI-DAMBEL hanya 2 orang

guru atau 20% guru yang dapat

menyusun RPP dengan benar.(2). Pada

siklus kedua meningkat terdapat 6

orang guru atau 60% guru dapat

menyusun RPP dengan benar.(3).

Sedangkan pada siklus ketida semua

atau 100 % telah guru dapat menyusun

RPP dengan benar.Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa supervisi

akademik dengan pendekatan

BINI-DAMBEL dapat meningkatkan

ke-mampuan guru dalam menyusun

rencana pembelajaran.

Selanjutnya akan dipaparkan hasil

pengamatan tentang pelaksanaan

pembelajaran berdasar pembelajaran

kooperatif model JIGSAW.

Perban-dingan hasil pengamatan dilaksanakan

dengan menggunakan instrumen

IPKG2 dapat dilihat pada tabel 5.

Perbandingan hasil pengamatan

pelak-sanaan pembelajaran dalam bentuk

tabel adalah sebagai berikut:

Tabel 5: Perbandingan Hasil Penga-matan

No Rentang

Nilai

Jumlah Guru

Ketera-ngan

Pada perbandingan tersebut dapat

dilihat adanya kenaikan kemampuan

(11)

guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran, setelah mengikuti

pen-dampingan dalam kegiatan

pembe-lajaran oleh Pengawas Sekolah. Dari

siklus ke siklus ternyata angkanya

makin naik tentang ketuntasan

kemam-puan guru dalam melaksanakan

ke-giatan pembelajaran kooperatif model

Jigsaw.

Perbandingan hasil pengamatan

tentang pelaksanaan pembelajaran

ma-sing-masing siklus tersebut di atas

dapat dilihat pula dalam bentuk grafik:

Berdasar rekapitulasi dan grafik

pebandingan hasil pengamatan tentang

pelaksanaan pembelajaran kooperatif

model Jigsaw disimpulkan :(1).Pada

siklus pertama masih terdapat 8 guru

yang mendapatkan hasil kurang dari

80, sedang yang tuntas sebanyak 2

orang guru artinya tingkat

keber-hasilannya mencapai 20%. (2).Pada

siklus kedua terdapat 6 orang guru

yang mendapat nilai sama atau diatas

kriteria keberhasilan, artinya tingkat

ketuntasannya mencapai 60%. Artinya

tingkat ketuntasan pada siklus ini

adalah 60%.,(3).Pada siklus ketiga

didapatkan kondisi bahwa semua guru

telah mendapatkan hasil 80 atau lebih

dalam pengamatan yang dilakukan

peneliti. Artinya prosentase

keber-hasilan pada siklus ketiga mencapai

100 %, dengan demikian guru telah

mencapai kriteria keberhasilan dalam

melaksanakan pembelajaran kooperatif

model Jigsaw.

Keberhasilan tersebut dipenga-ruhi

oleh hal-hal sebagai berikut (a).

Pelaksanaan supervisi melibatkan

pi-hak lain yakni Kepala Sekolah untuk

memberikan masukan kepada guru

yang disupervisi, (b). Supervisi

akademik dengan pendekatan

BINI-DAMBEL kepada guru. Karena dengan

pendekatan ini guru merasa dibimbing

dan didampingi, para guru diajak

berfikir bersama, melakukan kegiatan

didampingi Pengawas Sekolah dan

dalam mengatasi permasalahan yang

dihadapi dilakukan bersama. Dengan

demikian Pengawas sekolah sebagai

mitra guru dapat memfasilitasi

kebutuhan guru dalam meningkatkan

kinerjanya, (c). Guru lebih terbuka jika

diajak musyawarah layaknya mitra

kerja dalam membahas dan

menyem-purnakan kekurangan yang dilakukan

dalam menerapkan pem-belajaran

0% 50% 100% 150%

nilai 80 keatas

siklus 1

siklus 2

(12)

149 kooperatif model Jigsaw di kelas, (d).

Dalam kegiatan pendampingan guru

bisa lebih akrab dan beresahabat

dengan supervisor dan pengamat dalam

meningkatkan pemahaman dan

ke-mampouan dalam menerapkan

pem-belajaran kooperatif model Jigsaw, (e).

Kepala Sekolah merasa ikut

bertang-gung jawab atas kemajuan kompetensi

gurunya, sehingga mereka ikut aktif

membuna dan memberikan masukan

kepada pengawas tentang kondisi guru

yang sebenarnya.

Simpulan

Berdasar hasil penelitian dan

pembahasan di atas dapat disimpulkan

bahwa Supervisi akademik dengan

pendekatan Bimbingan Tehnis dalam

Pembelajaran (BINI-DAMBEL) dapat

meningkatkan kemampuan guru PKn

dalam menyusun rencana pembelajaran

sesuai dengan pembelajaran kooperatif

model Jigsaw. Selain itu, Supervisi

akademik dengan pendekatan

Bim-binan Tehnis dalam Pembelajaran

(BINI-DAMBEL) juga dapat

mening-katkan kemampuan guru dalam

melak-sanakan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan pembelajaran kooperatif model

Jigsaw

Daftar Pustaka

Arends. Richard I, 2007,Learning To Teach, New York, McGraw Hill Companies.

Depdiknas , 2006, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.Depdiknas.

Dimyati, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta.

Isjoni, 2012, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komuinikasi Antar Peserta Didik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Lie A, 2005, Kooperatif Learning,

Grasindo, Jakarta.

Rusman, 2013, Model-Model Pembelajaran mengembangkan profesionalesma guru, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada.

Sahertian P, 2000, Konsep dan Tehnik Supervisi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta.

Sanjaya. Wina, 2007,Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, 2007, Jakarta, Kencana Prenada Media Group.

Santrock,2009, Psikologi Pendidikan Educational Psychology, Salemba Humanika, Jakarta

Slavin, 2005,Cooperative Learning Teori,Riset dan Praktik, Nusa Media, Bandung

Gambar

Tabel 1: Rekapitulasi hasil penga-
Tabel 2: Rekapitulasi hasil penga-matan siklus kedua.
Tabel 5: Perbandingan Hasil Penga-

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian yang dilakukan oleh Kusunoki dkk, tentang efek dari berbagai variasi hematokrit terhadap aliran darah ke otak (CBF) dan pengangkutan oksigen pada

Dari hasil analisis GCMS (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa bio-oil yang dihasilkan dari serbuk kayu, kulit kayu mahoni dan sludge kertas pada suhu 550 C menggunakan proses

Peran orang tua sangatlah penting dalam proses perawatan anak tunagrahita, karena antara orang tua dan anak mempunyai ikatan emosional yang lebih besar

memiliki perbedaan kepentingan sehingga harus saling memenangkan dengan suatu kekuatan. Tetapi justru sebaliknya, mereka saling membutuhkan dan bekerja sama untuk dapat

P4TKN, Gedung LPPMP Lantai 3 Sayap Timur, Kampus Karangmalang Yogyakarta 55281. Telepon/Fax (0274) 550852 pesawat 144; Laman : sertifikasiguru.uny.ac.id; E-mail

study. 3) Ada kontribusi pembelajaran matematika kontekstual yang dikembangkan terhadap hasil belajar matematika SD Selo Boyolali. 4) Ada kontribusi faktor-faktor

Tidak adanya Kejadian Nyaris Cidera (KNC) dalam Pemberian Obat oleh perawat Angka kejadian pasien, penunggu pasien dan karyawan jatuh di pelayanan rumah

Dalam hal ini perusahaan menghadapi persaingan antara lain untuk memperkenalkan barang yang diproduksi oleh industri batik, menciptakan kesan dan memberikan