• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KWALITAS PRODUK BERBAHAN SAMPAH DI BANK SAMPAH “SUROLARAS” NOTOPRAJAN, NGAMPILAN, YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN KWALITAS PRODUK BERBAHAN SAMPAH DI BANK SAMPAH “SUROLARAS” NOTOPRAJAN, NGAMPILAN, YOGYAKARTA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KWALITAS PRODUK BERBAHAN

SAMPAH DI BANK SAMPAH “SUROLARAS”

NOTOPRAJAN, NGAMPILAN, YOGYAKARTA

Muchlis

Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta 55222 Telp.0274-563029 Email: muchlis@akprind.ac.id

Abstrak

Salah satu masalah yang timbul dari pertambahan penduduk di Yogyakarta adalah masalah sampah. Hal ini telah membuat Pemerintah Kota mendorong masyarakat untuk mendirikan Bank Sampah sebagai salah satu bentuk kegiatan dalam program pengelolaan sampah secara mandiri berbasis masyarakat. Salah satu kegiatan di Bank Sampah adalah pembuatan kerajinan berbahan dasar sampah. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kwalitas produk berbahan sampah yang diproduksi oleh bank sampah “Surolaras” Notoprajan, Ngampilan, Yogyakarta. Program dilaksanakan dengan membuat kegiatan-kegiatan: Sarasehan Bank Sampah se-Kota Yogyakarta; Pelatihan Pembuatan Kerajinan Cara Anyam sebanyak 10 kali; Pelatihan Pembuatan Kerajinan Cara Jahit sebanyak 12 kali. Pelatihan diikuti oleh 20 orang. Manfaat program yang diperoleh adalah bertambahnya ilmu dan ketrampilan peserta, bertambahnaya perlengkapan produksi berupa barang-barang yaitu alat dan bahan pelatihan seperti mesin jahit, laptop, printer serta modal berupa uang yang didapatkan dari program ini. Dampak program dari sisi ekonomi adalah sudah menambah pendapatan peserta dari penjualan hasil kerajinan, dari sisi lingkungan adalah sudah mengurangi sampah yang dibuang.

Kata kunci: Sampah, Bank Sampah, Pelatihan

Abstract

(2)

Keywords: Waste, Waste Bank, Workshop

1. PENDAHULUAN

Penduduk Kota Yogyakarta sebagaimana kota besar lainnya di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2010 diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Yogyakarta adalah 387.086 jiwa dengan jumlah laki-laki adalah 189.167 dan perempuan 199.490 jiwa. Dengan semakin banyak jumlah penduduk di Kota Yogyakarta maka secara sosiologis akan berpengaruh pada volume sampah terbuang yang semakin banyak.

Menurut Alkadri (1999), laju perkembangan kawasan kota yang begitu cepat memberikan dampak negatif terhadap permasalahan lingkungan. Ada hubungan timbal balik antara pola perilaku masyarakat kota dengan lingkungannya. Pola perilaku kemasyarakatan terhadap keberadaan dan kualitas lingkungan akan menentukan wajah kota, sebaliknya lingkungan juga akan mempengaruhi perilaku manusia. Lingkungan yang bersih akan meningkatkan kualitas hidup.

Pertambahan jumlah penduduk di suatu wilayah berbanding lurus dengan perkembangan wilayah tersebut. Pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkontrol akan menimbulkan banyak permasalahan sosial dan lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan yang muncul adalah masalah sampah yang akan beresiko terhadap penurunan kualitas lingkungan (Alkadri, 1999; Hadi, 2005). Penurunan kualitas lingkungan, selain menyebabkan ketidaknyamanan hidup juga akan berdampak pada penurunan kualitas kesehatan masyarakat. Aktivitas kebiasaan masyarakat yang membuang sampah sembarangan, seperti di badan air akan membuat sampah terakumulasi di saluran air sehingga menimbulkan permasalahan-permasalahan turunan lainnya (Alkadri, 1999).

1.1 Analisis situasi

Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta bahwa sampah yang diangkut oleh BLH Kota Yogyakarta dari tahun anggaran 2009 sampai 2012 mengalami penurunan. Pada tahun anggaran 2009, volume sampah terangkut adalah 91.128.967 kg, tahun 2010 adalah 82.750.690 kg, tahun 2011 adalah 63.918.292 dan tahun 2012 adalah 60.944.474 kg. Volume sampah terbuang di Yogyakarta diasumsikan sekitar 230 ton/hari sampai 350 ton/hari yang akan diangkut dengan menggunakan 28 armada dump

truck dan 6 amrol yang dimiliki oleh BLH Kota Yogyakarta. Pengangkutan sampah yang banyak

(3)

Sampah yang sudah menumpuk di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) akan diangkut oleh petugas BLH Kota Yogyakarta ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Piyungan, Bantul. TPA di Piyungan juga merupakan TPA untuk sampah-sampah dari Kabupaten Sleman dan Bantul. Dengan banyaknya sampah yang dibuang tiap hari ke TPA Piyungan maka pada beberapa tahun mendatang diperkirakan TPA tersebut akan penuh dan tidak dapat menjadi TPA untuk kawasan Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Hal ini menjadikan BLH Kota Yogyakarta membuat langkah-langkah sehingga volume sampah yang dibuang oleh rumah tangga berkurang dalam jumlah yang signifikan. Solusi untuk pengurangan volume sampah tersebut adalah dengan program pengelolaan sampah secara mandiri berbasis masyarakat.

BLH Kota Yogyakarta sudah membuat program-program yang mendukung program pengelolaan sampah mandiri berbasis masyarakat tersebut. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain berupa sosialisasi tentang 3R (Reduce, Reuse, Recycle), pemberian tas pilah ke semua RW di Kotamadya (45 RW) dan pemberian mesin pencacah sampah ke 30 RW di Kotamadya.

Pemerintah kota Yogyakarta sudah sangat perhatian dengan permasalahan sampah. Hal ini terbukti dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah yang menjadi dasar berpijak dalam pengelolaan sampah mandiri, karena dengan telah diberikan payung hukum tersebut diharapkan kegiatan pengelolaan sampah mandiri sebagai salah satu penanganan persoalan persampahan bisa terlaksana dengan baik dan optimal.

Salah satu kegiatan dalam program pengelolaan sampah secara mandiri berbasis masyarakat adalah dengan mendorong masyarakat untuk mendirikan bank sampah. Dengan adanya bank sampah tidak hanya lingkungan menjadi bersih tetapi juga akan menjadi pendapatan tambahankepada rumah tangga.

Bank sampah “Surolaras” didirikan pada Januari 2012 meskipun dalam prakteknya baru sekitar bulan Juni beroperasi. Dalam kurun waktu 5 (lima) bulan keberadaan bank sampah di RW 08 Notoprajan berhasil merebut prestasi peringkat 6 pada penghargaan Green and Clean 2012yang diadakan oleh Pemerintah Daerah DIY. Hal ini tentunya menjadi prestasi yang sangat membanggakan bagi warga masyarakat Notoprajan pada umumnya, dan pengurus maupun nasabah bank sampah khususnya.

(4)

kemudian digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan para nasabahnya dan digunakan sebagai dana operasional. Uang yang kembali ke para nasabah biasanya diwujudkan dalam bentuk sembako seperti; minyak goreng dan beras. Secara sadar sebagian masyarakat telah menilai adanya sampah dan keberadaan bank sampah telah memberikan nilai ekonomis bagi perekonomian masyarakat.

Bank sampah di Notoprajan ini juga mengolah sampah plastik menjadi berbagai produk kerajinan kreatif seperti tas dan souvenir. Salah satu kendala yang dihadapi bank sampah di Notoprajan ini adalah produk yang dihasilkan kurang berkwalitas. Barang yang berkwalitas akan berdampak pada jumlah penjualan dimana masyarakat lebih menyukai barang yang berkwalitas. Jika dapat jumlah penjualan meningkat maka secara langsung akan menambah pendapat nasabah dan mengurangi jumlah pengangguran. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kwalitas produk berbahan sampah yang diproduksi oleh bank sampah SUROLARAS Notoprajan, Ngampilan Yogyakarta.

2. METODE

Program dilaksanakan dengan metode membuat kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan peserta dalam membuat kerajinan berbahan dasar sampah. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sarasehan Bank Sampah se-Kota Yogyakarta, pelatihan pembuatan kerajinan cara anyam dan pelatihan pembuatan kerajinan cara jahit. Setelah peserta mempunyai kemampuan dalam membuat kerajinan diharapkan setelah pelatihan selesai, peserta dapat membuat kerajinan yang berkualitas sendiri.

2.1 Rencana Kerja dan Jadwal Pelaksanaan

Rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut:

1. Sarasehan Bank Sampah se-Kota Yogyakarta

Sarasehan Bank Sampah se-Kota Yogyakarta mengambil tema Peningkatan Kwalitas dan Pengembangan Strategi Pemasaran Produk Berbahan Dasar Sampah. Sarasehan ini bertujuan: Menjadi ajang tukar informasi dan motivasi bagi pengurus bank sampah sekota Yogyakarta, dan Mencari strategi pemasaran produk berbahan dasar sampah. Sarasehan akan dilaksanakan pada 7 September 2013.

2. Pelatihan Pembuatan Kerajinan Cara Anyam

Pelatihan pembuatan kerajinan dengan cara anyam akan dilaksanakan sebanyak 10 kali yang dibimbing oleh Ibu Bunda Sulastri. Pelatihan dilakukan 2-3 seminggu di Bank Sampah SUROLARAS dengan diikuti oleh 20 orang peserta. Semua alat dan bahan yang diperlukan disediakan. Agenda pelatihan dapat dilihat pada tabel 1.

(5)

No Materi Jumlah pertemuan 1 Menggunting sampah plastik 1 kali 2 Menganyam untuk dompet 1 kali 3 Penyelesaian dompet 2 kali 4 Menganyam untuk tas 1 kali 5 Penyelesaian tas 3 kali 6 Menganyam model lain 2 kali

Jumlah 10 kali

3. Pelatihan Pembuatan Kerajinan Cara Jahit

Pelatihan pembuatan kerajinan dengan cara jahit dilaksanakan sebanyak 12 kali yang dibimbing oleh mbak Sulastri. Pelatihan dilakukan 2-3 seminggu di Bank Sampah SUROLARAS dengan diikuti oleh 20 orang peserta. Semua alat dan bahan yang diperlukan disediakan. Agenda pelatihan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Agenda pelatihan pembuatan kerajinan dengan cara jahit

No Materi Jumlah pertemuan

1 Menggunting sampah plastik 1 kali 2 Menjahit lembaran dasar 3 kali

3 Membuat dompet 2 kali

4 Membuat tas wanita 3 kali

5 Membuat binder block note 3 kali

Jumlah 12 kali

3. PEMBAHASAN

Sampah rumah tangga yang dikumpulkan oleh Bank Sampah sebagian besar adalah sampah plastic berupa bungkus minuman atau makanan. Plastik merupakan bahan kebutuhan yang banyak dipergunakan dalam kehidupan manusia modern. Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastic.

(6)

usaha Kerajinan sampah plastik ini disamping mendatangkan rezeki juga mengurangi polusi akibat sampah plastik (Wahyono & Sudarno 2012).

Produk kerajinan yang berasalal dari sampah harus dijual untuk mendapatkan keuntungan. Penjualan yang meningkat memberikan keuntungan yang meningkat pula. Cara-cara untuk meningkatkan penjualan:

1. Ultimate advance adalah keunggulan produk yang kita berikan kepada konsumen. Ini dapat berupa kualitas produk atau pelayanan, harus memberi nilai tambah untuk pelanggan.

2. Sensasional offer adalah penawaran yang bisa membuat pelanggan terkejut karena tak menyangka bakal mendapat penawaran menyenangkan itu. Misalnya dengan diskon, hadiah dll

3. Powerful promise adalah memberi janji yang bisa meyakinkan konsumen agar tak ragu-ragu membeli. Janji bahwa barang yang dibeli bisa ditukar atau dikembalikan biasa dimanfaatkan orang untuk meyakinkan pembeli. Jaminan garansi atau layanan purna jual juga memenuhi kaidah ini.

Salah satu cara dalam ultimate advance adalah produk yang dihasilkan harus mempunyai kwalitas yang baik.Menurut Kotler dan Armstrong (2010) definisi kualitas produk adalah the characteristic of a product or service that bear on its ability to satisfy stated or implied customer needs. Kualitas produk adalah karakteristik sebuah produk atau jasa yang memberikan kemampuan untuk mencukupi kebutuhan pelanggan.

Sedangkan menurut Stevenson (2005) dimensi kualitas produk adalah sebagai berikut :

1. Performance, hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.

2. Aesthetics, merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi individual.

3. Special features, yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.

4. Conformance, hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.

5. Reliability, hal ini yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.

6. Durability, yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang.

(7)

8. Service ability, berkaitan dengan penanganan pelayanan purna jual, seperti penanganan keluhan yang ditujukan oleh pelanggan.

Permasalahan yang dihadapi oleh pengurus Bank Sampah SUROLARAS adalah belum mampu untuk membuat produk kerajinan berbahan sampah yang mempunyai kwalitas yang baik, juga belum dapat menjual produk tersebut. Permasalahan yang dihadapi pengurus bank sampah harus diatasi karena hal ini sudah membuat pengurus enggan untuk membuat produk berbahan sampah. Sekiranya permasalahan ini dapat diatasi, maka produk ini akan menjadi nilai tambah yang sangat berarti dan secara langsung akan menambah penghasilan dan mengurasi jumlah pengangguran.

Solusinya adalah produk yang dihasilkan oleh bank sampah harus mempunyai kwalitas yang baik. Kwalitas produk yang baik mengakibatkan pelanggan menjadi puas dan akan memesan lagi (repeat order) produk tersebut. Kwalitas produk yang baik dimulai dengan pemilihan bahan baku (berupa sampah olahan) yang baik, dilanjutkan dengan cara pembuatan produk yang rapih dan baik, dan diakhiri dengan pengemasan produk yang baik dan menarik.

Program peningkatan kwalitas produk dimulai dengan pelatihan dari orang yang berkompeten tentang cara-cara membuat produk yang berkwalitas baik. Di samping pelatihan, perlu juga penyuluhan tentang penambahan produk baru yang dibutuhkan oleh masyarakat dan dapat dibuat oleh pengurus bank sampah. Hal ini membuat produk yang dihasilkan membuat kwalitas yang baik dan lebih bervariasi. Penyuluhan dan pelatihan tentang produk saja tidaklah cukup untuk menjadikan produk yang dihasilkan berkwalitas, perlu adanya pendampingan kepada pengurus dalam pembuatan produk. Penyuluhan, pelatihan dan pendampingan dilakukan beberapa bulan sehingga pengurus benar-benar dapat membuat produk yang berkwalitas. Untuk menjadikan produk berkwalitas, tentu memerlukan alat dan bahan yang benar dan baik walaupun faktor ketrampilan dari peserta juga merupakan faktor penentu juga.

Untuk menjadikan produk yang berkwalitas dan dapat dipasarkan maka telah dilakukan beberapa strategi yaitu:

1. Program berjalan selama 3 bulan agar peserta benar-benar mahir dalam membuat dan menjual. Setelah program ini selesai, diharapkan pengurus bank sampah sudah mahir dalam membuat produk yang bermutu dan mahir dalam pemasaran sehingga dapat melaksanakannya secara mandiri.

2. Pelatihan diberikan kepada peserta dalam jumlah terbatas (20 orang) untuk menjaga keefektifan pelatihan.

3. Pelatihan tentang peningkatan kwalitas produk dilaksanakan sebanyak 22 kali pertemuan. Pelatihan sekaligus juga pendampingan dari pembimbing yang berpengalaman sangat diperlukan.

(8)

Gambar 1. Suasana pelatihan

4. KESIMPULAN

Penelitian sudah berjalan dengan baik dan memberikan beberapa kebaikan yaitu: 1. Jumlah penerima manfaat riset

Jumlah penerima manfaat riset secara langsung berjumlah 20 orang yaitu peserta pelatihan. Ke-20 orang ini diharapkan bisa menularkan ilmunya kepada yang lain, dan alhamdulillah hal ini sudah mulai ada yaitu adanya peserta pelatihan yang diminta untuk menjadi instruktur oleh bank sampah lain untuk memberi pelatihan tentang kerajinan berbahan sampah.

Jumlah penerima manfaat riset secara tidak langsung adalah semua pengurus dan nasabah bank sampah “Surolaras” yaitu dapat digunakannya alat dan bahan pelatihan oleh mereka. Ini sudah mulai dilakukan semenjak alat itu dibeli, misalnya untuk kegiatan pencatatan dan penghitungan penjualan bank sampah sudah menggunakan laptop yang dibeli m dibeli menggunakan dana dari penelitian.

(9)

Bentuk yang paling bermanfaat adalah bertambahnya ilmu dan ketrampilan peserta. Bentuk manfaat riset yang lain berupa barang-barang yaitu alat dan bahan pelatihan seperti mesin jahit, laptop, printer serta modal berupa uang yang didapatkan dari sisa penelitian.

3. Dampak riset

Dampak riset dapat dilihat dari beberapa sisi a. Ekonomi

Secara ekonomi, riset ini sudah menambah pendapatan peserta dari penjualan hasil kerajinan. Hal ini disebabkan kwalitas kerajinan yang dihasilkan setelah mengikuti pelatihan jauh lebih baik berbanding sebelum pelatihan. Gambar 1 menunjukkan barang yang dihasilkan sebelum dan sesudah pelatihan.

Gambar 2 Hasil kerajinan sebelum dan sesudah pelatihan

Barang kerajinan yang dihasilkan sebelum pelatihan rata-rata dijual dengan harga Rp.20.000 – Rp.30.000 tetapi setelah adanya pelatihan, kerajinan dapat dijual dengan harga rata-rata Rp.60.000 – Rp.70.0000.

b. Lingkungan

Dari sisi lingkungan, riset ini sudah mengurangi sampah yang dibuang. Jika sebelumnya bungkus-bungkus tersebut dibuang oleh masyarakat, maka setelah ini masyarakat khususnya pembuat kerajinan akan menyimpan dan menggunakan bungkus-bungkus tersebut. Ada juga

Sebelum

Sebelum

Sesudah

(10)

pembuat kerajinan yang sudah bekerjasama dengan penjual minuman untuk pengadaan bungkus minuman tersebut.

c. Kemasyarakatan

Ilmu yang didapat oleh peserta pelatihan membuat mereka mempergunakan waktu luangnya dengan membuat kerajinan. Peserta pelatihan yang rata-rata ibu rumah tangga sebelum pelatihan mempergunakan waktu luangnya untuk menonton tv tetapi sekarang mempergunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat dan menguntungkan.

Riset ini telah melibatkan banyak pihak terutamnya yaitu Badan Lingkungan Hidup (BLH) kota Yogyakarta, Bank Sampah seKota Yogyakarta, pengurus RW dan RT di RW 08 Notoprajan. Pelibatan dalam bentuk pelibatan mereka dalam sarasehan bank sampah sekota Yogyakarta dan pelatihan. Pegawai BLH juga pernah mengunjungi tempat pelatihan untuk melihat aktivitas pelatihan yang dilaksanakan.

5. SARAN

1. Melaksanakan kegiatan serupa untuk Bank Sampah yang lain dengan melibatkan kader

Bank Sampah “Surolaras” Notoprajan sebagai pembimbing.

2. Melakukan diversifikasi pelatihan dalam bidang pengolahan sampah organik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pertamina Foundation Yang sudah memberi

bantuan keuangan terhadap penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

Alkadri. 1999. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah. Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah-BPPT. Jakarta.

Hadi, Sudharto P. 2005. Demensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Kotler, Philip and Gary Armstrong. 2010. Principles Of Marketing 13ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Stevenson, William J.2005.Operations Management 8th ed.McGraw-Hill

Gambar

Gambar 1. Suasana pelatihan
Gambar 2 Hasil kerajinan sebelum dan sesudah pelatihan

Referensi

Dokumen terkait

Setelah siswa dan guru berdiskusi tentang teks bacaan (Bayu dan Ikan Hias), siswa mampu menyajikan informasi dari teks bacaan terkait dengan pertanyaan apa, di mana, kapan,

pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat banding pada 4 (empat) lingkungan Peradilan Panitera Laporan Bulanan dan Laporan Tahunan Persentase perkara Perdata Agama yang diselesaikan

tersangkut di jalan raya selama 40 minit. Pada pukul berapakah bas Q akan tiba di bandar Y ? Berikan jawapan anda dalam sistem 12 jam.. Rajah 7 menunjukkan segulung kain yang

Keempat , karakteristik tingkah laku/ behaviour wisatawan yang datang ke Pantai Goa Cemara, Pantai Kuwaru, dan Pantai Pandansimo Baru mayoritas berkunjung untuk rekreasi

Ahli desain pembelajaran menyatakan desain pembelajaran yang dibuat sudah baik dapat dilanjutkan dengan memperhatikan rencana pelaksanana pembelajaran (silabus

Dari sejumlah inovasi program yang saat ini dilakukan oleh Kepemimpinan Tri Rismaharini di Kota Surabaya dan juga Pemerintahan di Kabupaten/Kota lainnya, terdapat

Apabila dikemudian hari terbukti dan atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi apapun dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis