• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN

METODE

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

Yudhi Andrian1, Erlinda Ningsih2

1

Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2

Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK Potensi Utama 1,2

STMIK Potensi Utama, Jl. K.L. Yos Sudarso Km 6,5 No. 3A Tanjung Mulia-Medan 1

[email protected], [email protected]

Abstrak

Besarnya curah hujan yang terjadi tidak dapat ditentukan secara pasti, namun dapat diprediksi atau diperkirakan. Dengan menggunakan data historis besarnya curah hujan beberapa waktu yang lampau, maka dapat diprediksi berapa besarnya curah hujan yang terjadi pada masa yang akan datang. Jaringan saraf tiruan

(Artificial Neural Network) sebagian besar telah cukup handal dalam pemecahan masalah, salah satunya

adalah prediksi curah hujan dengan metode backpropagation. Pada penelitian ini, penulis mencoba memprediksi curah hujan di kota medan menggunakan metode backpropagation neural network. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan antara lain : Pengujian dengan hidden 5 memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan hidden 6, 7, dan 8. Nilai akurasi tertinggi di dapat dari pengujian data dengan jumlah

hidden 5 dan target error 0.0072 yaitu 43.27 %. Semakin kecil target error, maka jumlah iterasi akan

semakin besar. hidden layer yang lebih besar tidak selalu menyebabkan jumlah iterasi meningkat.

Kata kunci : Prediksi curah hujan, backpropagation, neural network

1. Pendahuluan

Secara umum pola musim di Indonesia dikenal dengan pola Monsun. Pola monsun ini sangat dipengaruhi oleh angin monsun yang menghasilkan dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Puncak musim hujan terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus [1]. Kondisi cuaca sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam bidang pertanian, transportasi dan industri. Maka dari itu pengamatan terhadap kondisi cuaca, khususnya kondisi curah hujan sangat penting dilakukan [3].

Besarnya curah hujan yang terjadi tidak dapat ditentukan secara pasti, namun dapat diprediksi atau diperkirakan. Dengan menggunakan data historis besarnya curah hujan beberapa waktu yang lampau, maka dapat diprediksi berapa besarnya curah hujan yang terjadi pada masa yang akan datang. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memprediksi besarnya curah hujan di suatu tempat, salah satunya adalah menggunakan teknik jaringan syaraf tiruan (Artificial Neural Network)[3].

Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural

Network) sebagian besar telah cukup handal

selama beberapa tahun terakhir dalam pemecahan masalah. Jaringan saraf tiruan menyediakan metodologi yang sangat handal dalam pemecahan masalah non-linier. Jaringan saraf tiruan terinspirasi oleh otak manusia di mana neuron

saling interkoneksi secara non-linier. Neuron

saling terhubung satu sama lain melalui suatu jaringan. Jaringan ini yang dilatih menggunakan algoritma backpropagation yang mengikuti

Gradient Descent Method [2].

Pai, Maya L., et al. (2014) mengungkapkan bahwa parameter laut sangat mempengaruhi dalam memprediksi curah hujan monsun barat selatan menggunakan teknik jaringan saraf tiruan. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode JST dapat diterapkan dalam memprediksi curah hujan [4].

Pratiwi, Dian, et al. (2011) menggunakan metode backpropagation untuk memprediksi keparahan penyakit osteoarthritis. Penggunaan metode backpropagation neural network terbukti sebagai salah satu metode untuk mengklasifikasikan atau memprediksi keparahan penyakit osteoarthritis berdasarkan warna dan tekstur dengan persentase akurasi 66,6% [5].

Masing-masing metode yang telah dijelaskan di atas dapat diterapkan dalam memprediksi suatu keadaan yang akan datang. Pada penelitian ini penulis mencoba memprediksi curah hujan di Kota Medan dengan metode

backpropagation neural network dengan

(2)

Neural Network

Neural Network / Jaringan Saraf Tiruan

(JST) adalah paradigma pengolahan informasi yang terinspirasi oleh sistem saraf secara biologis, seperti proses informasi pada otak manusia. Elemen kunci dari paradigma ini adalah struktur dari sistem pengolahan informasi yang terdiri dari sejumlah besar elemen pemrosesan yang saling berhubungan (neuron), bekerja serentak untuk menyelesaikan masalah tertentu.

Cara kerja JST seperti cara kerja manusia, yaitu belajar melalui contoh. Lapisan-lapisan penyusun JST dibagi menjadi 3, yaitu lapisan

input (input layer), lapisan tersembunyi (hidden

layer), dan lapisan output(ouput layer) [6].

Metode Backpropagation

Arsitektur backpropagation merupakan salah satu arsitektur jaringan saraf tiruan yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menganalisis pola data masa lalu lebih tepat sehingga diperoleh keluaran yang lebih akurat (dengan kesalahan atau error minimum) [3].

Langkah-langkah dalam membangun algoritma backpropagation adalah sebagai berikut [6]:

e. Inisialisasi bobot (ambil nilai random yang cukup kecil).

f. Tahap perambatan maju (forward propagation)

4) Setiap unit input (X1, i=1,2,3,…,n)

menerima sinyal xi dan meneruskan sinyal

tersebut ke semua unit pada lapisan tersembunyi.

5) Setiap unit tersembunyi (Z1, j=1,2,3,…,p)

menjumlahkan bobot sinyal input, ditunjukkan dengan persamaan (1).

Dan menerapkan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output-nya, ditunjukkan dengan persamaan (2).

Fungsi aktivasi yang digunakan adalah fungsi sigmoid, kemudian mengirimkan sinyal tersebut ke semua unit output. 6) Setiap unit output (Yk, k=1,2,3,…,m)

menjumlahkan bobot sinyal input,

ditunjukkan dengan persamaan (3).

Dan menerapkan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output-nya, ditunjukkan dengan persamaan (4).

g. Tahap perambatan balik (backpropagation)

3) Setiap unit output (Yk, k=1,2,3,…,m)

menerima pola target yang sesuai dengan

pola input pelatihan, kemudian hitung

error, ditunjukkan dengan persamaan (5).

f’ adalah turunan dari fungsi aktivasi. Kemudian hitung korelasi bobot, ditunjukkan dengan persamaan (6).

Dan menghitung koreksi bias, ditunjukkan dengan persamaan (7).

Sekaligus mengirimkan δk ke unit-unit

yang ada di lapisan paling kanan.

4) Setiap unit tersembunyi (Zj, j=1,2,3,…,p)

menjumlahkan delta input-nya (dari unit-unit yang berada pada lapisan di kanannya), ditunjukkan dengan persamaan (8).

Untuk menghitung informasi error,

kalikan nilai ini dengan turunan dari fungsi aktivasinya, ditunjukkan dengan persamaan (9).

Kemudian hitung koreksi bobot, ditunjukkan dengan persamaan (10).

Setelah itu, hitung juga koreksi bias, ditunjukkan dengan persamaan (11).

h. Tahap perubahan bobot dan bias

3) Setiap unit output (Yk, k=1,2,3,…,m)

dilakukan perubahan bobot dan bias

(j=0,1,2,…,p), ditunjukkan dengan

persamaan (12).

Setiap unit tersembunyi (Zj, j=1,2,3,…,p)

dilakukan perubahan bobot dan bias

(i=0,1,2,…,n), ditunjukkan dengan

persamaan (13).

4) Tes kondisi berhenti.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi curah hujan di Kota Medan menggunakan metode

backpropagation neural network. Penulis ingin

mengetahui apakah dengan menggunakan metode

backpropagation neural network dapat

memprediksi curah hujan di kota Medan dengan akurasi yang lebih baik.

(3)

tahun 1997 – 2012. Data bersumber dari BMKG Stasiun Polonia, Kota Medan.

Prediksi curah hujan dengan

backpropagation neural network digunakan

langkah-langkah sebagai berikut:

e. Memisahkan data yang akan digunakan sebagai data pelatihan dan data uji. Data curah hujan tahun 1997 – 2008 akan digunakan sebagai data pelatihan selama perancangan JST sedangkan data tahun 2009 – 2012 digunakan sebagi data pengujian.

f. Desain JST

Desain JST dilakukan untuk prediksi curah hujan bulanan dimulai dengan menentukan banyaknya data masukan yang digunakan, banyaknya layar tersembunyi (hidden layer)

yang digunakan, dan banyaknya keluaran yang diinginkan. Data yang digunakan sebagai masukan sebanyak 8 data (8 tahun) dan data keluaran atau target adalah data pada tahun ke-9 (data input 1997 – 2004 dengan target 2005). Untuk mengetahui curah hujan pada tahun ke-10 maka data masukannya merupakan data pada tahun ke-2 sampai tahun ke-9 (data input 1998 – 2005 dengan target 2006), demikian seterusnya. Desain JST prediksi curah hujan dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Desain Backpropagation Neural Network

g. Pengenalan pola (pelatihan)

Pengenalan pola dilakukan dengan cara penyesuaian nilai bobot. Penghentian penyesuaian bobot dalam pengenalan pola apabila error yang dihasilkan mencapai target

error. Error dihitung setelah tahapan forward

propagation. Apabila error lebih besar dari

target error maka pelatihan akan dilanjutkan

ke tahap backward propagation sampai error yang dihasilkan mencapai target error.

h. Pengujian dan prediksi

Pengujian dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat keakuratan sistem JST yang telah dibuat dalam memprediksi data curah hujan pada tahun tertentu. Sedangkan prediksi bertujuan untuk memprediksi data curah hujan yang akan datang.

3. Hasil dan Analisa

Untuk mengetahui apakah aplikasi yang dibuat telah berjalan dengan baik, maka dilakukan pengujian. Data curah hujan tahun 1997 – 2008 akan digunakan sebagai data pelatihan sedangkan data tahun 2009 – 2012 digunakan sebagai data pengujian. Proses yang ditempuh untuk prediksi curah hujan menggunakan backpropagation

neural network meliputi tahap training, tahap

pengujian dan tahap prediksi. Tabel 1 merupakan

input data curah hujan tahun 1997 – 2008.

Tabel 1(a). Data Input Tahun 1997 sampai 2004 dengan Target 2005

Tabel 1(b). Data Input Tahun 1998 sampai 2005 dengan Target 2006 Hidden Layer Output Layer

(4)

Tabel 1(c). Data Input Tahun 1999 sampai

Tabel 1(d). Data Input Tahun 2000 sampai 2007 dengan Target 2008

Sebelum diproses data-data input tersebut akan dinormalisasi. Normalisasi terhadap data dilakukan agar keluaran jaringan sesuai dengan fungsi aktivasi yang digunakan. Data-data tersebut dinormalisasi dalam interval [0, 1] karena dalam prediksi curah hujan, nilai curah hujan pasti bernilai positif atau 0. Selain itu juga terkait fungsi aktivasi yang diberikan yaitu sigmoid biner.

Fungsi sigmoid adalah fungsi asimtotik (tidak pernah mencapai 0 ataupun 1) maka transformasi data hendaknya dilakukan pada interval yang lebih kecil yaitu [0.1, 0.8], ditunjukkan dengan persamaan (14).

a adalah data minimum, b adalah data maksimum,

x adalah data yang akan dinormalisasi dan x’ adalah data yang telah ditransformasi. Tabel 2 merupakan hasil normalisasi data input.

Tabel 2(a). Data Hasil Normalisasi Tahun 1997 sampai 2004 dengan Target 2005

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tabel 2(b). Data Hasil Normalisasi Tahun 1998 sampai 2005 dengan Target 2006

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Tabel 2(c). Data Hasil Normalisasi Tahun 1999 sampai 2006 dengan Target 2007

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Tabel 2(d). Data Hasil Normalisasi Tahun 2000 sampai 2007 dengan Target 2008

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 menunjukkan hasil generate nilai bobot.

Tabel 3. Hasil generate Nilai Bobot

Bobot Input Ke Hidden Awal

0.3528 0.2667 0.2898 0.1448 0.151 0.3874

Tahap selanjutnya adalah trainning. Proses

training dilakukan sampai error yang dihasilkan

(5)

training dengan target error 0.01 dan jumlah

hidden layer 6.

Gambar 2. Grafik Penurunan Kuadrat Error

Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa penurunan

kuadrat error berhenti dan mencapai target error

0.01 dengan jumlah iterasi sebanyak 66. Proses

trainning akan memperbaiki bobot nilai random.

Hasil bobot yang telah diperbaiki melalui proses

training ditunjukkan pada tabel 4. Pada tabel 4

dapat dilihat bahwa semua nilai bobot telah berubah.

Tabel 4. Nilai Bobot Hasil Training

Bobot Input Ke Hidden Hasil Training

0.375 0.2489 0.243 0.0915 0.0151 0.3219

Bias Input Ke Hidden Hasil Training

-0.29 -0.205 0.02 0.0784 0.1885 0.3498

Bobot Hidden Ke Output Hasil Training

1.086 0.6341 0.238 0.2438 -0.986 -0.1135

Bias Hidden Ke Output Hasil Training -1.67

Setelah tahap tranning, tahap berikutnya adalah pengujian. Tahap pengujian digunakan untuk menguji validasi data yang telah dilakukan pada proses training dengan memasukkan data baru yang belum pernah dilatih sebelumnya untuk mengetahui keakurasian dari sistem yang telah dibuat. Data tahun 2009 – 2012 digunakan sebagai data pengujian. Pengujian dilakukan dengan memvariasikan jumlah hidden layer dan memvariasikan nilai target error. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5(a). Hasil Pengujian dengan Target Error 0.01

Tabel 5(b). Hasil Pengujian dengan Target Error 0.008

Tabel 5(c). Hasil Pengujian dengan Target Error 0.0072 pengujian dengan jumlah hidden 5 memiliki nilai akurasi yang lebih baik dari pada pengujian menggunakan hidden 6, 7, dan 8 yaitu 42.79% dan jumlah iterasi sebanyak 160. Pada tabel 5(c), pengujian dengan jumlah hidden 5 memiliki nilai akurasi yang lebih baik dari pada pengujian menggunakan hidden 6, 7, dan 8 yaitu 43.27% dan jumlah iterasi sebanyak 4500. Dari ke-3 tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengujian dengan menggunakan hidden 5 dan target error

0.0072 memiliki nilai akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan pengujian lainnya yaitu 43.27%.

Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa target error

yang berbeda akan menghasilkan jumlah iterasi yang berbeda pula. Semakin kecil target error, maka jumlah iterasi akan semakin besar. Pada tabel 5 dapat dilihat juga bahwa jumlah hidden

yang berbeda maka jumlah iterasi juga berbeda. Jumlah hidden layer yang lebih besar tidak selalu menyebabkan jumlah iterasi meningkat.

Tahap terakhir yaitu melakukan prediksi curah hujan untuk beberapa tahun berikutnya dengan mengambil nilai akurasi tertinggi dari hasil pengujian yaitu 43.27%. Tahap prediksi curah hujan di kota Medan menggunakan metode

backpropagation neural network menggunakan

(6)

Tabel 6. Hasil Prediksi Curah hujan di Kota Medan

Tahun Bulan

2013 2014 2015 2016 2017

1 122.7 143 153 168.9 154.3

2 108.3 86.4 98.9 109.7 104

3 153.2 141 176.5 204.1 179.2

4 211.4 195.9 163 158.7 143.4

5 315.8 281.4 227.6 231.8 170

6 138.3 110.1 117.4 133.2 143.9

7 189.1 225.9 197.5 175.9 173

8 154.4 157.5 196.9 247.2 249.4

9 254.3 227.2 239.8 208.3 162.5

10 290 264.2 244.2 214.6 211.9

11 224.3 289 228.6 172.9 197.8

12 238 196.2 162.6 129.3 160.4

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa rata-rata curah hujan tertinggi pada tahun 2013 terjadi pada bulan 5, tahun 2014 terjadi pada bulan 11, tahun 2015 terjadi pada bulan 10, tahun 2016 terjadi pada bulan 8, dan tahun 2017 terjadi pada bulan 8.

4. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:

1. Pengujian dengan hidden 5 memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan hidden

6, 7, dan 8.

2. Nilai akurasi tertinggi di dapat dari pengujian data dengan jumlah hidden 5 dan target error

0.0072 yaitu 43.27 %.

3. Target error yang berbeda akan menghasilkan jumlah iterasi yang berbeda pula. Semakin kecil target error, maka jumlah iterasi akan semakin besar.

4. Jumlah hidden yang berbeda maka jumlah iterasi juga berbeda. Jumlah hidden layer yang lebih besar tidak selalu menyebabkan jumlah iterasi meningkat.

5. Pada hasil prediksi rata-rata curah hujan tertinggi pada tahun 2013 terjadi pada bulan 5 yaitu 315.8.

Daftar Pustaka

[1] Ihwan, Andi, 2013, Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik untuk Estimasi

Curah Hujan Bulanan di Ketapang

Kalimantan Barat, Prosiding Semirata

FMIPA Universitas Lampung.

[2] Naik, Arti R. and S.K.Pathan, 2012,

Weather Classification and Forecasting using Back Propagation Feed-forward

Neural Network, International Journal of

Scientific and Research Publications, Volume 2, Issue 12, December.

[3] Oktaviani, Cici dan Afdal, 2013, Prediksi

Curah Hujan Bulanan Menggunakan

Jaringan Syaraf Tiruan dengan Beberapa

Fungsi Pelatihan Backpropagation, Jurnal

Fisika Unand, Vol. 2, No. 4, Oktober. [4] Pai, Maya L., et al, 2014, Long Range

Forecast on South West Monsoon Rainfall using Artificial Neural Networks based on

Clustering Approach, I.J. Information

Technology and Computer Science, 2014, 07, 1-8.

[5] Pratiwi, Dian, et al, (2011), An Application

Of Backpropagation Artificial Neural

Network Method for Measuring The

Severity of Osteoarthritis, International

Journal of Engineering & Technology IJET-IJENS, Vol: 11 No: 03.

[6] Sutojo, T., et al, 2010, Kecerdasan Buatan,

Gambar

gambar 1. curah hujan menggunakan backpropagation neural  network meliputi tahap training, tahap
Tabel 1(c). Data Input Tahun 1999 sampai 2006 dengan Target 2007
Tabel 5(c). Hasil Pengujian dengan Target Error 0.0072
Tabel 6. Hasil Prediksi Curah hujan di Kota Medan

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Prinsip Syariah Dalam Proses Underwriting BUMIDA Syariah Prinsip shari>‘ah underwriting perusahaan asuransi syariah khususnya BUMIDA, diterapkan dalam proses

Seluruh santri datang ke rumah-rumah (door to door), ke lembaga-lembaga, ke majlis-majlis untuk mengajak mondok sambil menyebarkan stiker, memberikan jam dinding,

Tema dari kegiatan Lomba PBB Tingkat SMP/Mts dan SMA/SMK/MA sederajat adalah “Menumbuhkan Semangat Kebangsaan, Patriotisme dan Cinta Tanah Air Melalui Kegiatan Lomba PBB antar

This is to certify that this project titled “ DESIGN AND SIMULATION OF AN ENTERPRISE NETWORK USING PACKET TRACER: A Case Study of a Model Secondary School ”

- Co adalah kadar obat yang bebas dalam protein plasma dimana. diperoleh dari hasil serapan yang dimasukkan pada

Hasil penelitian ini menunjukkan besarnya nilai p (0,000) lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi bermain game online dengan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan (1) Pemberian suplemen kalsium karbonat dosis tinggi 450 mg/ekor/hari pada tikus ovariohisterektomi (P3) akan

GARAM (persero) yang berjumlah 20 orang, variabel dalam penelitian ini adalah partisipasi pemakai (X 1 ) dan sistem penganggaran (X 2 ) sebagai variabel bebas sedangkan kinerja