• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan Kedua: Pada pertemuan kedua peneliti menyuruh siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pertemuan Kedua: Pada pertemuan kedua peneliti menyuruh siswa"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

71

Bagian ini merupakan deskripsi data dari instrumen yang digunakan pada penelitian yaitu berupa data tentang pemahaman konsep matematis siswa dalam belajar matematika dan tes hasil belajar matematika siswa. Data tentang pemahaman konsep matematis siswa dalam belajar matematika diperoleh dari nilai hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa), hal ini berguna untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian data tentang hasil belajar matematika siswa diperoleh dari hasil belajar selama penelitian, ini bertujuan untuk mengetahui skor hasil belajar matematika yang diperoleh. Jumlah siswa pada kelas eksperimen yaitu kelas VIII.3 berjumlah 32 siswa, sedangkan pada kelas kontrol yaitu kelas VIII.2 berjumlah 32 siswa.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis dari tanggal 04 April sampai dengan 14 Mei 2017 dikelas VIII SMPN 17 Padang, pada kedua kelas sampel yaitu VIII.3 sebagai kelas Eksperimen dan kelas VIII.2 sebagai kelas Kontrol yang dituju dari segi ranah kognitif dan efektif diperoleh data. Rincian masing-masing deskripsi dan analisis data dari instrumen yang digunakan pada penelitian diuraikan dibawah ini:

(2)

dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Akan tetapi pada pertemuan pertama tidak berjalan dengan lancar karena ada kemalangan sehingga siswa lebih cepat pulang.

Pertemuan Kedua: Pada pertemuan kedua peneliti menyuruh siswa

untuk membaca materi bangun ruang sisi datar tentang kubus. Setelah siswa selesai membaca materi kubus peneliti membagikan LKS kepada setiap siswa yang duduk perkelompok. Kemudian peneliti menyuruh siswa menyelesaikan soal yang dipahami ±15 menit. Selanjutnya peneliti menjelaskan defenisi kubus, unsur-unsur kubus, dan jaring-jaring kubus beseta contohnya. Dan sebelum bel berbunyi peneliti mengumpulkan kembali LKS yang telah dibagikan kepada siswa. (2 JP)

Pertemuan Ketiga: Pada pertemuan ketiga peneliti melanjutkan

kembali materi kubus yang belum selesai sebelumnya. Dan membagikan kembali LKS tentang materi Kubus. Peneliti menerangkan volume dan luas permukaan kubus serta contoh-contoh soal. Selanjutnya siswa mengerjakan LKS sampai selesai. (3 JP)

Pertemuan Keempat: Pada pertemuan keempat peneliti menyuruh

(3)

Dan sebelum bel berbunyi peneliti mengumpulkan kembali LKS yang telah dibagikan kepada siswa. (3 JP)

Pertemuan Kelima: Pada pertemuan kelima peneliti melanjutkan

materi selanjutnya yaitu prisma dan membagikan LKS tentang materi prisma. Peneliti menerangkan defenisi, unsur-unsur dan jaring-jaring prisma beserta contohnya. Selanjutnya siswa mengerjakan LKS sekitar ± 15 menit untuk sampai materi yang dipelajari saja. Sebelum bel berbunyi peneliti menyuruh siswa untuk mempelajari materi selanjutnya dirumah. (2 JP).

Pertemuan Keenam: Pada pertemuan keenam peneliti melanjutkan

kembali materi prisma yang belum selesai sebelumnya dan membagikan kembali LKS tentang materi prisma. Peneliti menerangkan volume dan luas permukaan prisma serta contoh-contoh soal. Selanjutnya siswa mengerjakan LKS sampai selesai. Selanjtnya peneliti melanjutkan materi limas tentang pengertian limas dan jenis-jenis limas.(2 JP).

Pertemuan Ketujuh: Pada pertemuan ketujuh peneliti melanjutkan

materi limas. Peneliti membagikan LKS materi limas kepada siswa. Peneliti menerangkan volume dan luas permukaan limas serta contoh-contoh soal. Selanjutnya siswa mengerjakan LKS sampai selesai. (2 JP)

(4)

Data hasil pemahaman konsep matematis siswa pada kelas sampel diperolah setelah diberikan tes pada pokok bahasan. Data nilai tes pada kelas sampel dapat dilihat pada lampiran XVII. Kesimpulan hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1

Sumber : Ronald E. Walpole (Pengantar Statistika Edisi Ketiga). 1995

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai tes pemahaman konsep matematis siswa kelas ekserimen yang terdiri dari 32 siswa yaitu 76.90 lebih tinggi dibanding nilai rata-rata tes pemahaman konsep matematis kelas kontrol yang juga terdiri dari 32 siswa yaitu 70.53. Standar deviasi kelas eksperimen yaitu 14.07 lebih kecil dibandingkan dengan kelas kontrol yang standar deviasinya yaitu 14.26

(5)

diperoleh kelas eksperimen adalah 99 dan kelas kontrol 95, sedangkan nilai minimum kelas eksperimen 48 dan kelas kontrol yaitu 45.

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SMPN 17 Padang yaitu 78 untuk kelas VIII tahun ajaran 2016/2017, dari hasil tes pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen diketahui bahwa 18 siswa mendapat nilai diatas KKM, sedangkan pada kelas kontrol 12 orang, sehingga persentase masing-masing kelas ekspermen dan kontrol berturut-turut adalah 59% dan 37%. Hal ini berarti terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kontrol yaitu tes pemahaman konsep kelas eksperimen meningkat dibandingkan pemahaman konsep matematis kelas kontrol.

Data pemahaman konsep matematis siswa melalui rubrik analitik, indikator pemahaman konsep matematis siswa yang disajikan dalam bentuk rata-rata tes pemahaman konsep tiap indikator. Hasil tes pemahaman konsep matematis siswa yang terdapat pada lampiran XVII. Pada tabel 4.2 berikut dapat dilihat rata-rata pemahaman konsep matematis siswa dari hasil tes.

Tabel 4.2 1. Menyajikan konsep ke dalam bentuk repsentasi

matematis.

89,06 82,81

2. Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep.

88,08 72,29

3. Menyajikan ulang sebuh konsep. 66,27 60,80

4. Mengklasifikiasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

71,48 60,93

5. Mengembangkan syarat cukup dari suatu konsep.

(6)

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa rata-rata nilai tes akhir pada setiap indikator menyatakan ulang sebuah konsep kelas eksperimen 14,5 dan kelas kontrolnya 13,25 dari skor maksimum 16 dan memiliki persentase di kelas eksperimen 89,06% dan kelas kontrol 82,81%. Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya pada kelas eksperimen 14,59 dan kelas kontrol 12,68 dari skor maksimum 16 dan memiliki persentase di kelas eksperimen 88,08% dan kelas kontrol 79,29%. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika kelas eksperimen 15,90 dan kelas kontrol 14,59 dari skor maksimum 24 dan memiliki persentase di kelas eksperimeen 66,27% dan kelas kontrol 60,80% pada kelas eksperimen dibanding kontrol yaitu kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Sedangkan indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalahan pada kelas eksperimen 17,15 dan kelas kontrol 14,59 dari skor maksimum 24 dan memiliki persentase di kelas eksperimen 71,48% dan kelas kontrol 60,93% kedua kelas mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya terdapat pada lampiran XVIII.

Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui bahwa pada umumnya nilai rata-rata siswa setiap indikator pemahaman konsep di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini berarti pemahaman konsep matematis siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep) lebih tinggi dibandingkan dengan strategi

(7)

B. Analisis Data

Untuk memperoleh kesimpulan tentang data hasil pemahaman konsep matematis siswa yang dilakukan analisis secara statistik. Sebelum uji statistik untuk hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi terhadap hasil belajar matematika kelas sampel.

1. Uji Normalitas Tes

Uji normalitas hasil belajar matematika kelas sampel dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors (Sudjana, 2001: 466), bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau tidak. Setelah dilakukan perhitungan pada kedua kelas sampel diperoleh hasil yang terlihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.3

Perbandingan L0 dan Ltabel

No Kelas L0 Ltabel Kesimpulan Keterangan 1 Eksperimen 0.0734 0.1566 L0< Ltabel Data Norrmal 2 Kontrol 0.0852 0.1566 L0< Ltabel Data Norrmal

Kriteria penarikan kesimpulan untuk uji normalitas adalah sampel berdistribusi normal jika L0< Ltabel. Data di atas menunjukkan bahwa L0<

baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Ini berarti kelas Ltabel

(8)

Selain itu untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak, penulis juga melakukan uji normalitas dengan softwere SPSS. Untuk lebih jelasnya uji normalitas kedua kelas sampel dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

EKSPERIMEN .125 32 .200* .958 32 .238

Sumber: Output SPSS for windows versi. 20

Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahawa signifikan kelas eksperimen dan kontrol lebih besar dari 0.05. Pada uji Kolmogorov- Smirnov nilai signifikan masing-masing kelas adalah 0.200 dan 0.200 pada uji coba Shapiro-Wilk adalah 0.125 dan 0.238 yang keduanya lebih besar dari 0.05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa kedua kelas sampel berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas variansi kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan uji F. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:

:

H0 σ21=σ21 :

H1 σ21≠ σ21

Hipotesis yang diajukan:

: kedua kelas sampel mempunyai variansi yang homogen. H0

: kedua kelas sampel tidak mempunyai variansi yang homogen. H1

(9)

Berdasarkan data hasil perhitungan maka harga Fhitung adalah:

F =

S21

S22

F =198.2168203.6100= 0.97351 α= 0.05

yang homogen. Perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada lampiran XXI. Selain menggunakan perhitungan dengan statistik juga bisa menggunakan bantuan softwere SPSS hasil uji normalitas pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Output Uji Homogenitas Variansi Sampel

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.002 1 62 .969

Sumber: Output SPSS for windows versi. 20

Keputusan pada kolom Test Of Homogeneity Of Variances dapat dilihat nilai probabilitasnya 0.969 lebih besar daro 0.05, maka H0 diterima

sehingga dapat disimpulkan sampel mempunyai variansi yang sama. 3. Uji Hipotesis

(10)

= 1.799 sedangkan ttabel= 1.645 dengan taraf kepercayaan 95% . Karena thitung

maka hipotesis diterima dan ditolak. Sehingga dapat disimpulkan

> ttabel H0 H1

bahwa pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematis siswa kelas kontrol.

C. Pembahasan

Proses pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen sesuai dengan tahap-tahap penerapan strategi pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep) sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan strategi pembelajaran konvensional. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal, soal tes akhir. Berdasarkan hasil pengamatan penulis ketika pertama kali penelitian untuk menerapkan straategi pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep) penulis merasa kesulitan untuk memulainya

karena siswa kurang paham dan tidak mengerti cara belajar dengan pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep).

(11)

beberapa pertanyaan agar siswa memperhatikan dan menyelesaikan soal-soal yang terdapat pada LKS.

Pada pertemuan kedua dan pertemuan selanjutnya siswa kelihatannya merasa senang dengan strategi pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep) karena pada sudah ada siswa yang bisa membuat jawaban LKS tentang soal membuat peta konsep. Berikut salah satu peta konsep yang dibuat oleh siswa:

(12)

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di kelas eksperimen terlihat bahwa secara keseluruhan sebagian besar siswa sudah mampu memenuhi indikator pemahaman konsep yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Tetapi pada kelas kontrol secara umum siswa hanya mendengarkan penjelasan guru saja dan mencatat. Akan tetapi ketika mengerjakan contoh-contoh soal banyak siswa yang tidak bisa.

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis, maka hasil yang diperoleh adalah rata-rata tes pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen adalah 76.90 dan rata-rata tes pemahaman konsep matematis siswa untuk kelas kontrol adalah 70.53. sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dalam pembelajaran matematika yang diberikan dengan menggunakan strategi pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep) lebih tinggi dari pada pembelajaran konvensional.

Jadi, tes pemahaman konsep yang dilakukan di kelas eksperimen memperoleh hasil yang baik dari sebelumnya dengan ketuntasan 59% dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 19 orang dan yang tidak tuntas sebanyak 13 orang. Sedangkan untuk kelas kontrol memperoleh hasil yang kurang baik dari dari pada kelas eksperimen dengan ketuntasan 37% dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 12 orang dan yang tidak tuntas sebanyak 20 orang.

(13)

mencontek latihan temannya ketika guru menyuruh mengerjakan latihan soal-soal. Strategi pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengetahui konsep-konsep utam dalam materi pembelajaran. Suasana seperti itu dapat meningkatkan penguasaan pemahaman konsep matematis siswa terhadap materi pelajaran. Pemahaman konsep yang baik akan menunjang kesuksesan siswa dalam menghadapi ujian. Berdasarkan hasil penelitian pada aspek kognitif dan aspek afektif yang dilakukan pada kedua kelas sampel, dapat dilihat bahwa pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep) lebih tinggi daripada kelas kontrol.

D. Keterbatan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian banyak terdapat kekurangan dan kelemahan penulis, antara lain:

1. Dari segi waktu pembentukan kelompok.

Hal ini terjadi karena pada saat siswa disuruh pembentukan kelompok sebagain besar masih bermain-main, banyak senda gurau, pindah-pindah tempat duduk dan ada beberapa kelompok yang tidak suka dengan kelompoknya dan akhirnya dilakukan penukaran anggota kelompok seta mempersiapkan peralatan untuk keperluan dalam proses pembelajaran. 2. Ada beberapa siswa yang tidak serius dan tidak suka mengerjakan LKS

(14)

3. Dalam presentase di depan kelas, siswa yang tampil ke depan kurang percaya diri dan kurang berani menjelaskannya.

Gambar

Tabel 4.1Data Hasil Perhitungan Pemahaman Konsep
Tabel 4.2Nilai Rata-Rata Siswa Setiap Indikator
Tabel 4.4Test Of Normality Sampel

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Area Taman Di Kecamatan Tembalang

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu bagaimana proses pembuatan bioetanol dari limbah ampas

IMPLEMENTASI BUSINESS PROCESS RE-ENGINEERING (BPR) DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) KOTA MALANG..

Dari permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu penelitian untuk mendapatkan pengaturan parameter proses pada mesin 3D Printer yang optimal dalam mendapatkan keakuratan

2) Berbagai golongan ekonomi dalam masyarakat yang berusaha memperoleh tambahan pendapatan relatif lebih besar daripada kenaikan produktivitas mereka. 3) Adanya harapan yang

Pola tersebut terindikasi pada pernyataan bapak Tamrin selaku kepala dusun Biring Kassi ketika peneliti menanyakan terkait keluhan ibu Rahmatia tentang kondisi lingkungan

Berdasarkan pengolahan data hasil penelitian pada pemahaman masyarakat pendatang terhadap adat sebambangan budaya lampung sebanyak 9 responden atau sebesar 28, 12%

untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa SMK pada materi elastisitas dan hukum hooke dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman konsep fisika siswa SMK