• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI KHAMR DAN NARKOBA DALAM HUKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RELEVANSI KHAMR DAN NARKOBA DALAM HUKUM"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN BANK SYARI’AH

RELEVANSI KHAMR DAN NARKOBA DALAM HUKUM

ISLAM

DISUSUN OLEH

Ruchimat Nur Seha

10010213089

Aris Priatna

10010213103

Syamsu Rizal

10010213101

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS SYARI’AH – KEUANGAN PERBANKAN

KELAS B – 2014/2015

(2)

Tugas in imenerangkan mengenai Narkoba sebagai khamr modern yang dalam transaksinya diharamkan islam dalam kelompok haram li dzatihi.

Khamr di haramkandalamislamsepertidalamfirman Allah SWT dalamsurat Al - Maidahayat 90-91 yang berbunyi :

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguh nyakhamr, berjudi, (berkorbanuntuk) berhala, dan mengundi dengan anak panahitu adalah perbuatan najis termasuk perbuatan syetan, maka jauhilah agar kamu mendapatkan keberuntungan. Sesungguhnya syetan bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat kepada Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)" (Al Maidah 90-91).

Narkoba memang tidak di jelaskan secara rinci di dalam Al – Qur’an namun barang ini dapat di kiaskan kedalam kategori khamr yang efek sampingny asama yaitu memambukan, membuat ketagihan dan menimbulkan kerusakan terhadap kesehatan manusia bila pemakaiannya tidak sesuai dengan faedah/ketentuannya.

NamunNarkoba pun bias sangat berguna dalam ilmu kedokteran dan pengobatan seperti contohnya :

 Kokain digunakan sebagai penekan rasa sakit dikulit, digunakan untuk anestesi (bius) khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan.

 Kodein merupakan analgesic lemah. Kekuatannya sekitar 1/12 dari morfin. Oleh karena itu, kodein tidak digunakan sebagai analgesik, tetapi sebagai anti batuk yang kuat

(3)

Maka dari itu apakah hukum jual beli narkoba itu benar-benar haram sedangkan narkoba bisa berguna dalam aspek kesehatan.

1.2 Rumusan masalah

 Apa pengertian Khamr dan Narkotika?

 Apa Relevansi Khamr dengan Narkotika?

 Bagaimana Dasar Hukum Normatif dan Positif Narkotika?

 Bagaimana Narkotika dalam dunia kesehatan?

 Bagaimana Hukum Jual Beli Narkotika?

 Tinjauan Islam Narkotika untuk Pengobatan

1.3 Tujuan

Memenuhi tugas pertama dari mata kuliah Management Bank syariah yang di bimbing oleh Bapak Dudung Abdurahman,SE.,M.Si.

Serta mewujudkan pemahaman setelah mengkaji tugas ini secara menyeluruh , di harapkan mahasiswa mampu memahami hal-hal sebagai berikut :

1. Memahami apa itu Khamar dan Narkoba.

2. Memahami relevansi khamar dan Narkoba dari segi jenis dan kiasan islam. 3. Memahami akan dasar hukum pelarangan khamr dan Narkoba baik dari sudut

pandang hukum Normatif dan Hukum Positif.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Khamr dan Narkotika

Khamr menurut bahasa berarti “penutup”, asal dari kata Khamara yang artinya “menutupi” yang bermaksud bahwa khamr bisa menutupi akal fikiran dari mengetahui keadaan yang benar. Ada beberapa pendapat para ulama mengenai penjelasan dan hakikat Khamr, diantaranya :

1. Pendapat pertama, Khamr adalah nama lain anggur yang tidak dimasak (mentah), ketika mendidih dan kuat. Setelah itu buih yang ada hilang, lalu tidak mendidih lagi dan menjadi jernih serta memabukkan.

Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa arti memabukkan tidak akan sempurna melainkan dengan hilangnya buih atau busa yang ada. Jadi, minuman tidak bias disebut Khamr tanpa proses tersebut (menghilangnya busa).

2. Pendapat kedua, Imam Abu Yusuf dan Imam Muhammad menguraikan bahwa Khamr adalah juz anggur yang mentah saat mendidih dan kuat, baik buihnya hilang atau tidak, sudah tidak mendidih lagi atau masih mendidih. Arti kata memabukkan sudah terealisasi tanpa ada unsure membuang buih tersebut. Ukuran yang memabukkan yang haram adalah apabila dibuat dari bahan kurma dan anggur saja. Pendapat ini berdasarkan pada dalil : “Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik.”

3. Pendapat ketiga, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Ahmad, Abu Sufyan, golongan zahiyah dan lainya menyatakan bahwa segala sesuatu yang dianggap memabukkan adalah Khamr. Mereka tidak memedulikan bahan pembuatanya, maka segala macam hal yang

memabukkan disebut Khamr secara nyata.

(5)

merangsang (meninngkatkan semangat kegiatan atau aktifitas), ketagihan (ketergantungan, mengikat) menimbulkan daya hayal (halusinasi). Zat ini digolongkan menjadi dua macam :

1. Narkotika dalam arti sempit bersifat alami yaitu sebuah bahan obat opiaten, kokain, ganja. 2. Narkotika dalam arti luas bersifat alami dan synthesis yaitu semua bahan obat obatan yang

berasal dari papaver Somniferum (opium/candu, morphine, heroine, dsb) Eryth Roxylon Coca (Cocaine), cannabisa sativa (ganja), golongan obat-obatan depressants (obat-obat penenang), golongan obatan stimulants (obat perangsang), dan golongan obat-obat hallucinogen (obat-obat pemicu hayal).

Menurut UU No.22 Tahun 1997 tentang narkotika, pasal 1 ayat 1 yang berbunyi “Narkotika dalah zat/obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketrgantungan yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan keputusan mentri kesehatan.

2.2 Relevansi Khamr dengan Narkotika

Meminum minuman keras yang memabukkan, misalnya arak dan sebagainya, hukumnya haram dan merupakan sebagian dari dosa besar karena menghilangkan akal adalah suatu larangan yang keras sekali. Betapa tidak, karena akal itu sungguh penting dan berguna. Maka wajib dipelihara dengan sebaik-baiknya.

Tiap-tiap minuman yang memabukkan, diminum banyak ataupun sedikit tetap haram, walaupun yang sedikit itu tidak sampai memabukkan.

Sabda Rasulullah saw:

(6)

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah: 90)

Sabda Rasulullah saw:

“Setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap khamar adalah haram.” (Riwayat Muslim) Firman Allah swt:

“dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” (Al-A’raf: 157)

Q.S. al-Baqarah: 219

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari

keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”. Maka menurut nash al-Qur’an, pada khamar itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat. Adapun yang dimaksud dengan manfaat di sini ialah manfaat ekonomi, dari segi perdagangan dan produktivitas. Ada beberapa Negara yang penduduknya menanam anggur untuk dijual dan dibuat khamar demi mendapatkan uang berjuta-juta. Keuntungan-keuntungan inilah yang mendorong banyak orang pada masa sekarang memperdagangkan khamar, dan mereka beranggapan bahwa hal ini dapat menarik wisatawan.

(7)

kehidupan keluarga yang tenang, lalai akan tugasnya mendidik anak-anaknya, serta tidak mau lagi melakukan sesuatu yang berguna untuk agama dan dunianya.

Dari ayat di atas ditetapkanlah suatu kaidah Islamiyah:

“Segala sesuatu yang madharatnya (bahayanya) lebih besar daripada manfaatnya adalah haram.” Islam hanya menghalalkan sesuatu yang bermanfaat atau yang kemanfaatannya lebih besar daripada madharatnya, dan mengharamkan segala sesuatu yang hanya menimbulkan madharat atau sesuatu yang madharatnya lebih besar daripada manfaatnya.

Jika kebiasaan meminum khamr mengakibatkan mabuk dan ketagihan, maka terdapat kesamaan dengan narkoba (narkotik dan obat terlarang). Mengkonsumsi narkoba dalam dosis tertentu dapat menimbulkan dampak yang sangat merusak bagi pemakainya, seperti ketagihan dan merusak akal pikiran. Khamr dan narkoba merupakan dua jenis yang berbeda, tapi mempunyai kesamaan dalam akibat yang ditimbulkannya.

Dewasa ini penyalahgunaan narkoba telah merambah hampir ke seluruh strata (lapisan) masyarakat. Mulai dari kalangan elite yang tinggal di kota-kota besar sampai kalangan yang tinggal di pelosok desa. Dari kalangan masyarakat yang berkecukupan sampai pada kalangan menengah ke bawah. Juga dari kalangan elite politik dalam pemerintahan, pengusaha dan bahkan sering juga terdapat oknum anggota legislatif dan oknum penegak hukum. Kelihatannya trend penggunaan narkoba telah bergeser dari motive hanya sekedar untuk melarikan pikiran dari tekanan masalah yang sedang melanda hidup seseorang, berubah menjadi semacam gaya hidup, terutama dikalangan para selebritis untuk membantu mereka dalam menghadapi tekanan dan persaingan yang sangat keras dalam profesi mereka.

(8)

gaya hidup modern. Kondisi seperti inilah yang menjadi pemicu semakin berkembangnya para pengguna dan pengedar narkoba untuk memperluas jaringan pemasarannya.

Ganja , heroin, serta bentuk lainnya baik padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat (narkotika) adalah termasuk benda-benda yang diharamkan syara’ tanpa

diperselisihkan lagi diantara ulama. Dalil yang menunjukkan keharamannya adalah sebagai berikut: 1. Ia termasuk kategori khamar menurut batasan yang dikemukakan Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a.:

“Khamar adalah segala sesuatu yang menutup akal.”

Yakni yang mengacaukan, menutup, dan mengeluarkan akal dari tabiatnya yang biasanya dapat membedakan antar sesuatu dan mampu menetapkan sesuatu.

2. Barang-barang tersebut, seandainya tidak termasuk dalam kategori khamar atau

“memabukkan”, maka ia tetap haram dari segi “melemahkan” (menjadikan loyo). Imam Abu Daud meriwayatkan dari Ummu Salamah:

“Bahwa Nabi saw melarang segala sesuatu yang memabukkan dan melemahkan (menjadikan lemah)”.

Al-Mufattir adalah sesuatu yang menjadikan tubuh loyo tidak bertenaga.

3. Bahwa benda-benda tersebut seandainya tidak termasuk dalam kategori memabukkan dan melemahkan, maka ia termasuk dalam jenis khabaits (sesuatu yang buruk) dan membahayakan, sedangkan diantara ketetapan syara’ : bahwa Islam mengharamkan memakan sesuatu yang buruk dan membahayakan, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-A’raf: 157

“menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk .”

4. Menanam Candu dan Ganja Dengan Maksud Menjual Atau Digunakan Sendiri

(9)

“Sesungguhnya orang yang memerah anggur pada hari-hari memetiknya kemudian menjualnya kepada orang yang akan menjadikannya khamar, maka sesungguhnya dia telah menceburkan diri ke neraka.”

Hadits ini menunjukkan haramnya menanam ganja dan candu untuk maksud-maksud menjual dan menggunakannya sendiri. Perbuatan seperti itu berarti mendukung kamaksiatan, yaitu menggunakan benda-benda yang memabukkan atau memperjualbelikannya.

2.3 Dasar Hukum Normatif dan Positif terhadap Khamr dan Narkotika

(10)

tidak terawasi dan jika tidak segera dilakukan pengobatan serta pencegahan akan menimbulkan efek ketergantungan baik fisik maupun psikis yang sangat kuat terhadap pemakaianya, atas dasar haltersebut, secara sederhana dapat disebutkan bahwa penyalahgunaan Narkotika adalah pola penggunaan Narkotika yang patologik sehingga mengakibatkan hambatan dalam fungsi sosial.Penyalahgunaan narkotika adalah bentuk kejahatan berat yang sekaligus merupakan penyebabyang dapat menimbulkan berbagai bentuk kejahatan. Hambatan fungsi sosial dapat berupakegagalan untuk memenuhi tugasnya bagi keluarga atas teman-temannya akibat perilaku yang tidak wajar dan ekspresi perasaan agresif yang tidak wajar, dapat pula membawa akibat hukumkarena kecelakaan lalu lintas akibat mabuk atau tindak kriminal demi mendapatkan uang untuk membeli Narkotika. Terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang tersebut, hukum harustetap ditegakkan. Hukum berfungsi sebagai pengendalian sosial (social control), memaksa wargamasyarakat untuk mematuhi perundang-undangan yang berlaku.

Kebijakan penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika tidak bisa lepas dari tujuan Negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum berdasarkan Pancasila dan Undang– undang Dasar 1945.

Kebijakan dalam penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana narkotika dilakukan dengan menggunakan instrumen hukummelalui penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika. Penegakan hukum pada hakikatnyaadalah penegakan norma-norma hukum, baik yang berfungsi suruhan (gebot, command) atau berfungsi lain seperti memberi kuasa (ermachtigen to empower), membolehkan (erlauben, to permit), dan menyimpangi (derogieren, to derogate). Kebijakan dalam penanggulangan dan pemberantasan narkotika dimulai dengan penegakan hukum oleh instansi kepolisian.

(11)

“Tidak dapatdipidana seseorang kecuali atas perbuatan yang dirumuskan dalam suatu aturan perundang-undangan yang telah ada terlebih dahulu.” Asas legalitas bisa diuraikan, bahwa dalam menentukan perbuatan-perbuatan yang dilarang di dalam peraturan bukan saja tentang macamnya perbuatan yang harus dirumuskan dengan jelas, tetapi juga macamnya pidana yangdiancamkan. Dengan cara demikian maka orang yang akan melakukan perbuatan yang dilarangitu telah mengetahui terlebih dahulu pidana apa yang akan dijatuhkan kepadanya jika nanti betul- betul melakukan perbuatan, sehingga dalam batin orang itu akan mendapat tekanan untuk tidak berbuat. Andaikata dia ternyata melakukan juga perbuatan yang dilarang, maka dipandang diamenyetujui pidana yang akan dijatuhkan kepadanya.

Terkait dengan proses hukum terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika yang belumterklarifikasi dan terdaftar oleh hukum di Indonesia, Kepala Badan Nasional Narkotika (BNN),Komjen Pol Anang Iskandar telah memberikan pernyataan:

"Saat itu Zarima diputus tahun 1996 belum ada undang-undang narkotika, setahun kemudian baru ada. Tetapi hakim tahu obat itu berbahaya, sehingga diputus bersalah,"

Zarima yang dimaksudkan dalam pernyataan tersebut adalah seorang aktris yang juga menjadi pelaku penyalahgunaan narkotika yang ditahan karena memiliki hampir 30.000 pil ekstasi.

Melalui pernyataan di atas, kami menemukan bahwa ternyata asas legalitas memang merupakan asas yang sangat penting dan sebisa mungkin tidak akan disimpangi, tetapi dalam suatu kondisi tertentu maka hakim harus menggunakan dasar hukum di luar undang-undanguntuk memutus suatu perkara, termasuk terkait dengan kasus narkotika jenis baru ini. Dasar hukum yang dimaksudkan antara lain putusan kepada Zarima yang dijelaskan dialinea sebelumnya itu menjadi yurisprudensi atau dasar bagi penegakan hukum dari obat-obat jenis baru yang mempunyai efek adiktif laiknya narkotika, atau interpretasi hakim terhadap peraturan perundang-undangan lain yang sudah ada, misalnya melalui metode penafsiran analogis.

2.4 Narkotika dalam Dunia Kesehatan

Dalam dunia kesehatan, narkotika ternyata bisa dimanfaatkan untuk pengobatan. Namun dalam batas seperti apa narkotika boleh dipakai?

(12)

Namun berbeda untuk kebutuhan pengobatan, narkotika masih bisa dimanfaatkan. Hanya saja, pemakaian narkotika di Indonesia harus merujuk pada aturan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan. Berikut ini detail penjelasannya:

1. Dalam UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika dikelompokkan ke dalam 3 golongan, Golongan I, Golongan II, Golongan III, tercantum dalam pasal 6 ayat 1.

“Narkotika Golongan I” adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan (pasal 8 ayat 1). Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk pengembangan IPTEK, reagensia dan laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (pasal 8 ayat 2).

2. Yang dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan adalah Narkotika Golongan II dan Golongan III. “Narkotika Golongan II” adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Sementara itu, “Narkotika Golongan III” adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

3. Ganja termasuk Narkotika Golongan I, dan apabila ganja akan digunakan dalam pelayanan kesehatan harus melalui beberapa tahap yaitu: a) melalui serangkaian penelitian; b) setelah mendapatkan kesepakatan internasional, selanjutnya memindahkan ganja dari Narkotika Golongan I menjadi Narkotika Golongan II atau Golongan III melalui keputusan Menteri Kesehatan sebagaimana diatur dalam UU.35 Tahun 2009 tentang Narkotika (penjelasan pasal 6 ayat 3).

(13)

Dampak narkoba terhadap kesehatan

Pengaruh narkoba secara umum ada tiga: 1. Depresan

-menekan ataumemperlambat fungsi systemsaraf pusat sehingga dapat mengurangi aktivitas fungsional tubuh.

-dapat membuat pemakai merasa tenang, memberikan rasa melambung tinggi, member rasa bahagia dan bahkanmembuatnya tertidur atau tidak sadarkan diri

2. Stimulan

-merangsang systemsaraf pusat danmeningkatkan kegairahan (segar dan bersemangat) dan kesadaran.

-Obat ini dapat bekerja mengurangi rasa kantuk karena lelah, mengurangi nafsu makan, mempercepat detak jantung, tekanan darah dan pernafasan.

3. Halusinogen

-dapat mengubah rangsangan indera yang jelas serta merubah perasaan dan pikiran sehingga menimbulkan kesan palsu atau halusinasi.

Keluhan umum bagi kesehatan badan:

-Terganggunya fungsi otak -Daya ingat, menurun -sulit berkonsentrasi; -Suka berkhayal; -Intoksikasi (keracunan) -Overdosis

-Gejala Putus Zat

-Gangguan perilaku/mental-sosial

Keluhan khusus bagi kesehatan badan:

-berat badan turun drastis -mata terlihat cekung dan merah -muka pucat

(14)

-buang air besar dan kecil kurang lancar

 Setiap bahan narkoba mempunyai gejala-gejala khsusus masing-masing: A. Opiat (heroin, morfin, ganja)

– perasaan senang dan bahagia

(15)

– denyut nadi dan tekanan darah meningkat

– nystagmus horisontal/mata bergerak tak terkendali – distonia (kekakuan otot leher)

F. Benzodiazepin (pil nipam, BK, mogadon) – bicara cadel

(16)

– wajah kemerahan – banyak bicara – mudah marah

– gangguan pemusatan perhatian

 Gangguan prilaku dan psikologis: -malas

-sering melupakan tanggung jawab -jarang mengerjakan tugas-tugas rutinnya -menunjukan sikap tidak peduli

-menjauh dari keluarga

-mencuri uang di rumah, sekolah, ataupun tempat pekerjaan -menggadaikan barang-barang berharga di rumah

-sering menyendiri

-menghabiskan waktu ditempat-tempat sepi dan gelap, seperti di kamar tidur, kloset, gudang, atau kamar mandi

-bersikap manipulatif

-sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan -sering mengalami mimpi buruk

 Overdosis (OD) Narkoba:

-Terjadi apabila tubuh mengabsorbsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya (lethal doses) -akibat proses toleransi tubuh terhadap obat yang terjadi terus menerus

-Gejalanya:

1. Penurunan kesadaran

2. Frekuensi pernafasan kurang dari 12 kali per menit 3. Pupil miosis

4. Riwayat pemakaian morfin atau heroin mempunyai ciri yang khas yakni tanda bekas jarum suntik

 Dampak tidak langsung narkoba:

(17)

-Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik dan bersikap anti sosial. -Keluarga akan malu besar karena punya anggota keluarga yang memakai zat terlarang. -Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah atau perguruan tinggi -Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba akan gemar berbohong dan melakukan tindak kriminal.

2.5 Hukum Jual Beli Narkotika

Dalam islam menganjurkan sesama manusia agar saling tolong-menolong untuk melangsungkan kehidupannya didunia dan begitu juga anjuran untuk mencari mata pencaharian dalam hal ini yaitu Jual-Beli. Namun Jual-Beli yang seperti apa yang diperintahkan oleh Syariat Islam.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa seluruh aktifitas jual-beli diharuskan sesuai dengan Syari’at Allah SWT. Agar menjadi mabrur, maka jika aktifitas jual-beli tidak sesuai dengan syari’at Allah SWT, walaupun dilakukan dengan cara yang jujur dan transparan, tidak termasuk kategori jual-beli mabrur.

Ekonomi adalah “Perilaku manusia yang berhubungan dengan kegiatan mendapat uang dan membelanjakannya” memperoleh perhatian yang besar dari al-qur’an dan sunnah, karena ini suatu yang sangat penting dalam kehidupan dan bahkan dapat mengakibatkan runtuh dan tegaknya kemanusiaannya.

Kegiatan Ekonomi merupakan salah satu aspek dari hubungan antar manusia. Jika demikian, aspek moral tidak boleh ditinggalkan dalam setiap kegiatannya. Karena itu peraturan-peraturan yang ditatapkan Allah swt. Dalam bidang Ekonomi selalu dikaitkan-Nya dengan memberikan penekanan terhadap Aspek Moral.

Islam tidak mengharamkan perdagangan kecuali perdagangan yang mengandung unsur kezhaliman, penipuan, eksploitasi, atau mempromosikan hal-hal yang dilarang. Perdagangan Khamr, Ganja, bagi, patung, dan barang-barang sejenis, yang dikonsumsi, distribusi, atau pun pemanfaatannya diharamkan, perdagangannya pun diharamkan atau tidak di Ridhai Islam. Setiap penghasilan yang didapat melalui praktek itu adalah haram dan Kotor.

(18)

Dalam hadits Rasulullah Saw:

“Sesungguhnya Allah melaknat khamr, pemerasnya, yang minta diperaskan, penjualnya, pembelinya, peminum, pemakan hasil penjualannya, pembawanya, orang yang minta dibawakan serta penuangnya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Termasuk dalam masalah ini, bahkan lebih berat lagi Hukumnya, yaitu menjual narkoba, ganja, opium dan jenis obat-obat psikotropika lainnya yang merebak pada saat ini. Orang yang menjualnya dan orang yang menawarkannya adalah mujrim (pelaku keriminal). Karena narkoba merupakan senjata pemusnah bagi manusia. Jadi orang yag menjual narkoba, melariskannya serta para pendukungnya terkena laknat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hasil penjualannya merupakan harta haram. Orang yang membuatnya laris berhak dijatuhi hukuman mati, karena ia termasuk pelaku kerusakan di muka bumi.

Dan dalam Hadits yang lain Rasulullah Saw juga memerintahkan agar mencari mata pencaharian yang bersih dari segala sesuatu yang dilarang.

Rasulullah bersabda :

“Dari Rif’ah Bin Rafi’, bahwa rasulullah saw. Ditanya : Pencaharian manakah yang lebih baik? Beliau menjawab : Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap Jual-Beli yang bersih” (HR. Al-Bizaar dan dishahihkan oleh Hakim).

Dalam Hadits diatas bisa dijadikan dasar dalam Jual-Beli, transaksi Jual-Beli yang bersih dan sesuai dengan Syarat dan Rukun Jual-Beli. Karena Jual-Beli merupakan transaksi atau usaha yang baik dalam pertukaran barang dalam memenuhi kebutuhan kehidupan. Oleh karena itu jangan menjual-belikan barang haram seperti Narkotika secara Ilegal. Karena dapat membahayakan jiwa manusia dan hancurnya generasi muda suatu Bangsa.

(19)

Narkotika banyak jenisnya yang sering dijadikan untuk Pelayanan Medis ataupun digunakan untuk Pengobatan. Karena Narkotika sangat bermanfaat bagi kelangsungan kesehatan manusia namun dalam pemakaiannya harus dalam pengawasan para Ahli dibidangnya.

Dalam Undang-undang No.35 tahun 2009 telah mengatur semua tentang yang berkaitan dengan Narkotika, memang Narkotika mempunyai sisi Positif dan Negatif. Akan tetapi dalam dunia kesehatan terutama untuk pengobatan (Pelayanan Medis) dan juga bisa digunakan untuk Rehabilitasi para pecandu narkotika yaitu tahap rehabilitasi (Terapi Rumatan) yang menggunakan Narkotika untuk terapi kesembuhan para pecandu ketergantungan Narkotika.

Penggunaan Narkotika Menurut Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika yang isinya salah satunya mengatur tentang Pengobatan Dan Rehabilitasi para pecandu Narkotika sebagai berikut :

1. Pengobatan Dan Rehabilitasi a. Pengobatan

Pengobatan menggunakan Narkotika menurut Pasal 53 ayat 1-3 UU. No.35 tahun 2009 Sebagai berikut :

1) Untuk kepentingan pengobatan dan berdasarkan Indikasi Medis, dokter dapat memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memiliki, menyimpan, dan/atau membawa Narkotika untuk dirinya sendiri.

3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti yang sah bahwa Narkotika yang dimiliki, disimpan, dan/atau dibawa untuk digunakan diperoleh secara sah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Menurut pasal dan ayat-ayat UU. No.35 tahun 2009, bahwa dalam pelayanan medis jika dibutuhkan sejenis Narkotika. Maka boleh para Dokter Ahli dibidang tersebut memberikan jenis Narkotika yang dibutuhkan dalam pelayanan medis tersebut untuk pasien.

Namun dalam jumlah terbatas atau tidak berlebihan. Dan menurut ayat (2) bahwa pasien boleh memiliki Narkotika hanya untuk kepentingan sendiri atau tidak boleh diedarkan untuk orang lain. Dan dalam hal ini si pasien harus memiliki bukti yang sah bahwa boleh memakai dan memiliki Narkotika untuk kepentingannya sendiri.

(20)

Rehabilitasi berarti pemulihan Fisik dan Mental kepada kondisi/keadaan sebelumnya.[52] Dalam Rehabilitasi ini dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada serta berpedoman dengan undang-undang yang ada. Pada Rehabilitasi fisik, tubuh akan dibersihkan dari racun secara intensif dan terkontrol.

Rehabilitasi sudah diatur dalam Undang-undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika, adalah sebagai berikut:

1) Aturan terapi Rehabilitasi Pecandu Narkotika Menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika :

a) Pasal 54, Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika Wajib menjalani Rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

b) Pasal 56 ayat 1-2

(1) Rehabilitasi medis pecandu Narkotika dilakukan dirumah sakit yang ditunjuk oleh menteri. (2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat dapat dilakukan rehabilitasi medis pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan menteri. c) Pasal 57, Selain melalui pengobatan dan/atau rehabilitasi medis, penyembuhan pecandu Narkotika dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional.

d) Pasal 58, Rehabilitasi sosial mantan pecandu Narkotika diselenggarakan baik oleh instansi pemerintah maupun oleh masyarakat.

e) Pasal 59 ayat 1-2

(1) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 dan pasal 57 diatur dengan peraturan menteri.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 58 diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang sosial.

2) Cetak Biru Rehabilitasi Menurut Badan Narkotika Nasional Tahapan asesmen (tindakan penilaian) terhadap penyalahguna Narkoba sebelum terapi dilakukan sebagai berikut :

a) Pemeriksaan atau rambut untuk mengetahui jenis narkoba dan riwayat penyalahguna Narkoba b) Wawancara menggunakan Format Asesmen yang berlaku/standar dalam PP 25 tahun 2011 tentang wajib lapor dan sesuai dengan Adiction Severity Index (ASI) yang meliputi riwayat kesehatan, riwayat pekerjaan/dukungan hidup, riwayat penggunaan narkoba, riwayat keterlibatan pada tindak kriminalitas, riwayat keluarga dan sosial serta riwayat psikiatris narkoba.

(21)

d) Pemberian terapi simptomatik jika diperlukan. Pemberian simptomatik tidak harus didahului oleh asesmen, jika kondisi fisik tidak memungkinkan asesmen dapat ditunda dengan mendahulukan penanganan kegawatdaruratan dan terapi simptomatik.

e) Rencana terapi

Setelah melakukan asesmen, beberapa hal yang harus dilakukan oleh petugas /asesor berdasarkan diagnosis kerja yang ditentukan dan berdasarkan hasil asesmen, petugas wajib lapor harus menyusun rencana terapi dan kemungkinan melakukan kasus rujukan terkait kondisi fisik, psikis, dan sosial residen.

BAB III KESIMPULAN

Narkoba merupakan barang yang masuk dalam kategori Haram Lidzatihi apabila dalam penggunaanya berlebihan, karena dalam penggunaan yang berlebihan akan menyebabkan tidak sadarnya diri atau mabuk dan Narkoba itu sendiri dikiaskan dengan khamr dalam hukum Islam, akan tetapi Narkoba diperbolehkan dalam dunia kesehatan.

(22)

Daftar pustaka

Al Faruk, Asadullah, Hukum Pidana dalam Sistem Hukum Islam. Bogor : Gharia Indonesia, 2009. Fauzan, Saleh bin, Fiqh Sehari-hari, Jakarta : Gema Insani Press, 2005.

http://lifestyle.okezone.com/read/2012/01/12/482/555889/narkotika-dalam-dunia-kesehatan http://muslim.or.id/bahasan-utama-2/narkoba-dalam-pandangan-kesehatan.html

Referensi

Dokumen terkait

dan nilai Anti-image Correlation variabel- variabel yang diuji diatas 0,5. Pada analisis selanjutnya dari variabel- variabel preferensi konsumen dalam memilih buah durian,

perbuatansebagaimana dalam dakwaan tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan suatu tindak pidana, oleh karena itu berdasarkan Pasal 191 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Acara

Survai pengumpulan data primer antara lain frekwensi, faktor muat kendaraan, jarak antara angkutan umum yang beroperasi, kecepatan kendaraan, pergantian moda

Penelitian yang dilakukan oleh Riza Wahyuni (2010) yang meneliti tentang “Efisiensi Modal Kerja Untuk Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Studi Pada Pabrik Plat

Grafik 3 di atas terlihat batang untuk kategori baik adalah yang paling tinggi, yaitu pada angka 85,71%. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam berbicara

Berdasarkan sumbernya data dibagi menjadi dua (Sugiyono, 2014:193) yaitu Data Primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data

Salah satu ketentuan yang dianggap dapat digunakan untuk menjerat prostitusi dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan

Kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Malang telah dijalankan dengan baik, dengan dukungan kondisi lingkungan yang kondusif,