BEBERAPA FAKTOR
YANG
MEMPENGART'HT
KEBTJAI(AN
AUSIBAI.IA
DALI\M MASALAII
TIMOR
TIMI'R
Hubungan
antara Indonesia
dan Australia
sebagaidua
negara yang bertetangga setelahTimor Timur
berintegrasi dengan Indonesia seringdiwarnai ketegangan, lebihJebih dengan adanya peristiwa
Dili
l2
Novem-ber 1992.
Dalam
persepsipihak
Australia, terutama pada sebagian kalanganmiliter
dan
masyarakat Australia, Indonesia merupakanancaman.
Se-dangkan pihak Indonesia selalu menyangkal persepsi tersebut dan meman-dangnya sebagai hal yang mengada-ada. Sementara itu kondisi dalam negeriAustralia
sendiri
dengan berbagaiproblem,
kepentingan,dan
kekuatanpolitik
dalam negeri
pun
berpengaruh terhadap hubunganluar
negeri,khususnya dengan Indonesia.
Dua hal
tersebut padagilirannya
mempe-ngaruhi kebr.yaksanaanpolitik
Australia terhadap Indonesia, termasuk dalamhal
Timor Timur.
Dua faktor tersebut diperkuat olehfaktor
pertimbanganekonomi,
yangjuga ikut
mempengaruhi hubungan kedua negara.Namun
terdapat perkembanganyang menarik
akhir-akhir
ini.
Di
bawah pemerintahan kabinet Perdana Menteri Keating, kebijakan Australia terhadap Indonesia khususnya
dalam
masalahTimor Timur,
cenderungmelunak.
Hal
ini
didorong oleh duafaktor.
Pertama, kedudukan kabinetKeating
yang semakin kuat, dan kedua, adanya dorongankelompok
pe-ngusahaAustralia
yanglebih
pragmatis yang berkeinginanunt;Ik
segera meningkatkan aktivitas ekonomi mereka di Indonesia.\
Tim
Fisipol
UMY
:Dra,
Nur
Azizah
Dra. Supri
Atiningsih
Dra, Ana Srida
Irianti
Drs. Suranto
BAB:
I
PENDAIIULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Australia
merupakan negara tetanggaIndonesia
yang
berbatasan langsungdengan
wilayah
Indonesia.
PantaiUtara Australia hanya berjarak 300
mil
dari Timor Timur,
wilayah
Indonesiayang terdekat dengan Australia.
Seba-gai
negarayang
bertetangga,
sudah semestinya hubungan keduanyadiwar-nai dengan rasa saling pengertian yang
mendalam agar
tercipta
kerjasamayang saling menguntungkan.
Tetapi
dalam
kenyataannya
hubungan keduanya
sering sekali
di-warnai
dengan
ketegangan-ketegan-gan, terutama
sehubungan
denganmasalah
Timor Timur.
MasalahTimor
Timur
menjadi marak kembali setelahterjadi "Peristiwa
Dili"
l2
Nopember 1991 lalu. HubunganAustralia-Indone-sia
juga
menjadi
tegang kembali
setelah peristiwa tersebut. Muncul
ber-bagai demostrasi yang menentang
In-donesia
di
berbagai
kota
Australia.Buruh
di
beberapa
kota
Australia
melancarkan pemogokan serta boikot
terhadap pesawat Garuda serta kapal-kapal Indoncsia yang berlabuh disana.
Kedutaan Indonesia
diblokir
sertabe-b6rapa
staf
KBRI
dilempari
batu
diCanbena.
Indonesia dan
Australia
memang merupakan negara-negara yang palingberkepentingan terhadap masalah
Ti-mor Timur,
yang dulu disebut denganTimor
Portugis,
karena
secarageo-grafis Timor Timur
terletak
diantarawilayah Indonesia dan Australia, yaitu
pada 80
17'
-
rco
22' Lintang
Selatan danl23o
25'-
127019'Bujur
Timur.Masalah Timor muncul setelah
ter-jadi
pergolakanpolitik
di wilayahjaja-han Portugis
ini,
yang
sebenarnyaberkaitan
denganpergolakan
potitik
yang
terjadi
di
Portugis. Pada tanggal25
April
1974National
Movementof
Armed
Forces(MFA)
yang dipimpin
oleh
Jenderal
Spinola yang
semulamenjabat sebagai
Kepala
Staf
Angkatan Bersenjata mengambilalih
kekuasaan dari Presiden Cactano yang dianggapnya otoriter. Bersamaan den-gan
itu timbul
pula pergolakan-pergo-lakanpolitik di
daerah-daerah jajahanPortugis
di Afrika
danTimor,
semen-tara
perekonomian
Portugis
sendirisangat merosot.
Hal
ini
memaksaSpi-nola untuk
bersikap
lebih
moderat,'mengubah
kebijakan Portugis terhadap daerah jajahannya serla memberi kebe-basan kepada daerah
jajahan
tersebutuntuk
4lenyiapkan
pemerintahannyasendiri.(l)
Pada tanggal 28
Mei
1974Guber-nur
Fernando
Alves Aldeia
dan KomandoMiliter di Timor
(Portugis) mendirikan partai-partaipolitik
guna menghadapipemilu yang
rencananya akan diadakan padatanggal
15Maret
1975. Lahirlah partai-partai baru di
Ti-mor (Portugis/Timur)
yaitu
:UDT
(Persatuan DemokratikTi-mor) dibawah pimpinan Francisco
Lopez de Cruz, didirikan
padatanggal
II
Mei
1974.Partai ini
pada mulanya menginginkan agar
Timor
(Portugi
s/Ti mur)
tetapberada
dibawah
kekuasaanPor-tugis.
Dalam
perkembangannya partaiini
kemudian
berkoalisi
denganFretilin. Tetapi koalisi
ini
tidakbertahan lama, karena
UDT
men-ganggap
Fretilin
terlalu
revolu-sioner
sehingga
terjadi
perangdiantara para pengikut
partai.
Dalam
perkembangannya
UDT
kemudian
mendukung
integrasiTimor
(Portugis/Timur)
denganRepublik Indonesia.
Fretilin
(Front Revolusioner bagi KemerdekaanTimor Timur)
diba-wah pimpinan Francisco doAma-ral
yang menginginkan Timor
(Portugis/Timur)
merdeka
sertamengadakan
perubahan-peruba-han yang
radikal
di
bidang sosialekonomi. Partai
ini
banyakmem-peroleh
dukungan
dari
pemudaradikal
serta para mahasiswaTi-mor yang telah belajar di Portugis.
Apodeti
(Asosiasi
Demokrasi
Populer Timor) yang diketuai oleh
Arnaldo Dos Res Araujo
yangmenginginkan
untuk
berintegrasi denganRepublik
Indonesia, den-gan alasan karenaTimor
Portugisdan
Timor
Indonesia mempunyai persamaan geografis, ras dankul-tural.
Masyarakat
Timor
(Por-tugis/Timur)
sendiri
tidak
menyukai kehadiran Portugis yang dibuktikan dengan pemberontakan mereka terhadap pemelintah Por-tugis pada ahun 1959.(z)
Pergolakan dan kerusuhan
politik
di Timor
(Portugis/Timur)ini
menim-bulkan kecemasan Australia dan
Indo-nesia. Australia lebih menyukai
bila di
Timor lahir
sebuah negara merdeka yang berdaulat dan pro Barat(Austra-lia),
karenaAustralia
selamaini
me-mang telah mempunyai pengaruh yangbesar pada negara-negara sekitar
kawasan Pasifik Selatan. Sementara
In-donesia berkepentingan
pula
untuk
menjamin agar pulau yang
terletak
dipinggiran Indonesia tersebut tidak
digunakan oleh pihak asing untuk
men-g"ln""-
k"urnunan Indoneiia. (3)Pergolakan
tersebut
berakhir
setelah pada tanggal
3l
Mei
1976 si-dang pleno Dewan Perwakilan RakyatTimor
(Portugis/Timur) yang baruter-bentuk sepakat untuk berintegrasi
den-gan
Indonesia.
Padatanggal
7
Juni mereka mengajukanresolusi
tersebutkepada
Presiden Suharto,
dan
padatanggal
l7
Juli
1976
Timor
(Por-tugis/Timur)
telah
diterima
secara resmi sebagai propinsi Indonesia yang ke 27.Penyelesaian masalah Timor
(Por-tugis/Timur)
ini
tidak bisa
diterima
oleh Australia. Hubungan
Australia-In-donesia mengalami ketegangan yang
berkepanjangan.
Pihak
Indon
esiasendiri
rupanya mengalami kesulitanuntuk
memahami
sikap
serta
yataan Australia
di
berbagai forum In_ternas iona
I
sehubungan
dengan
masalah
Timor
ini,
dan menganggapAustralia
mencampuri
urusan dalamnegeri Indonesia.
Untuk irulah
penelitian
ini
inginmengungkap
latar
belakang, motivasiataupur
faktor-faktor
yang
mempen-garuhi
keb ijakan
Australia
dalam masalahTimor Timur
POKOK PERMASALAHAN
Faktor-faktor
apa yangmempen-garuhi
kebij
akan
Australia
dalam masalahTimor-Timur
?KERANGKA
DASAR
TEORI
Untuk
menganalisa masalah akanTeo
ri
Pembuatan
K ep utu san merupakan sebuah model untukmem-bantu
menjelaskan
mengapa sebuah tenomenaterjadi. Teori
ini
berasumsibahwa
politik
(kebijakan)
itu
dibuatoleh
manusia.Keputusan
itu
sendirimerupakan unsur yang sangat penting
daiam
_sebuah
proses
politik
yanl
dalam
batasanDavid
Easton disebutoutput dari sebuah sistem
politik
David Easton dan Gabriel
Almond
menjelaskan cara kerja sebuah sistem
politik
sebagai berikut : (a)INPUT+KONVERSI'
OUTPUT
e
artikulasi
e
pembuatankepentingan
keputusane
agregasi
,a'kepentinganpelaksanaan
keputusane
sosialisasi
e
penghakimanpolitik
keputusanq
recruitmentpolitik
e
komunikasipolitik
Dalam proses konversi
itujah
ter_jadi
proses pembuatan keputusan yangbisa didefinisikan
sebagai tindakan
memilih
berbagaialternatif
yang
ada yangdilrguti
dengan berbagai keridak_pastran.
"'
Snyder
mendefinisikan
pembuatan keputusan sebagai sebuahproses
yang
menyangkut
pemillhan
dari sejumlah masalah yang terbentuksecara
sosial, pemilihan
sasa ran_sasaran altematif yang ingin diterapkan
dalam urusan negara, yang
dipikirkan
oleh para pembuat keputusan.(6) Den_
gan demikian
pembuatan Keputusanbagar tujuan dan aspirasi yang berbeda satu dengan yang
lrin.l
,).Pembuatan keputusan yang meny_
angkut kebijakan
luar
negerilforeiin
policy)juga
melibatkan berbagaifak_
EDISI I - l4t3/Lgg3
DOMESTIC POLITIC
DECISION
_
MAKER
FOREIGN
-
INTERNATIONAT
CONTEXT
ECONOMIC-MILITARY
CONDITIONS
(a product of foreign
policy
action byall
other state, past, present, andfuture, possible or
anticipated.)
POLICY
ACTION
tor.
Seperti dijelaskan olehWilliam D
Coplin:
"To be interested in why states
be-have
as
they do
in
international arena, we haveto
be interested inwhy their
leaders make htedeci-sions
they
make
However, it
would be mistake to think that
for-eign
policy
decision makers act ina
vacuum.
On the
contrary,
anygiven foreign policy
act may
be viewed as the resultofthree
broadcategories
of
considerations
af-fecting the foreignpolicy
decisionmaker. The
first
is domesticpoli-tics
wihtin
theforeign
policy
de-cison-maker's state. The second is
the economic
and
military
ca-pability
ofhis
state. Thethird is theinternational context - the
particu-lar position in which his state finds
itself specifically in relation to the other states in the
,y.te.'.(8)
Ilustrasi
gambar dibawah ini
menggambarkan tentang
interaks i ketigafaktor
diatas sehingga
meng-hasilkan tindakan kebijakan
luar
negeri.
Dari diagram diatas tampak bahwa dalam membuat keputusan, para
pem-buat
keputusandipengaruhi
oleh
se-jumlah faktor, yang
bisa
dikategori-sasikan ke dalam :
.o
situasi
politik
dalam
negeri di
negara tersebut, termasuk
faktor
budaya
yang
mendasari tingkahlaku
politik
manusianya.o
situasi ekonomi dan
militer
di
negara tersebut,
termasuk faktor
geografi yang selalu menjadi
per-timbangan utama dalam
perta-han/keamanan
"o
konteks internasional
(situasi
dinegara yang menjadi tujuan
politik
luar
negeri, serta pengaruh
darinegara-negara
lain yang
relevandengan permasalahan
yang
di-hadapi)
Namun demikian,
besar kecilnya pengaruhdari
masing-masingfaktor
(variabel) saling berlainan, sesuai
den-gan keadaan
di
negara yang akandi-analisa.
Dalam hal
ini
faktor
pertama dan kedua mempunyai peran yangle-bih
dominanjika
dibanding
denganfaktor yang lain.
VARIABEL
Independen
t
Dependene
SituasiPolitik
e
Kebijakan DalamNegeri
AustraliaAustralia
terhadape
Persepsi
MasalahMiliter
Timor
TimurAustralia
Hankam terhadap Indonesiac
Situasi dan HubunganEkonomi Australia
Indonesia
HIPOTESIS
Kebijakan Australia
terhadap
masalah Timor Timur sangat dipengar-uhi oleh tiga faktor berikut :
cs
Situasipolitik
dalam negeriAus-tralia
"s
PersepsiMiliter
Australia terhadap Indonesia.e
Situasi dan
hubungan
ekonomiAustralia Indonesia
METODOLOGI
O
Analisa Data DokumenterO
Analisa KomponenO
AnalisaKwalitatif
O
TingkatAnalisa
: Negara BangsaAnalis
yang
menekankan tingkatanalisa negara bangsa berasumsi
bah-wa
semua
pembuat
keputusan,
di-manapun
dia
berada, pada dasarnyaakan berperilaku yang
sama, apabilamereka menghadapi
situasi
yang
sama.\'/
Penelitianini
dilakukan padatingkat
negara bangsa, karena hubun-gan internasional, terutamapolitik
luar negeri, pada dasarnya didominasi olehperi-laku negara bangsa. Dalam hal
ini,
perilaku individu
dan kelompok akan diperhatikan pula, sejauh hal ituberkai-tan dengan tindakan
internas i onalnegara yang bersangkutan.
Catatan
kaki
:1.
J.Kristiadi,
"DekolonisasiTimor
T imur", Anal isa,Nopember I 986,
CSIS, Jakarta, hal. 929.
2.
Michael
Leifer ,
Politik
Luar
Negeri
Indonesia,PT.
Gramedia, Jakarta, 1986,hal
224.3.
lbid.,hal222.
4.
MochtarMas'oed
danColin
Ma-cAndrews
(ed),
PerbandinganSistem
Politik,
Gadjah MadaUni-versity
Press,Yogyakarta,
1982, hal.1
James
E
Dougherty dan
RobertL.Pfalzgraff
Jr, Contending Theo-ries oJ Intemational Relations,IB.
Lippincou
Co., philadhelphia,
l97l,hal.3l2.
Richard C. Snyder \et.all),
Foreign
Policy Decision
Mahng
: AnApproach
tu
StudyInlernational
Politics, The Free Press, New
York,
1962, hal. 90.Roger Hi lsman, To Mome a Na ti on
,
Doubleday and
Co, Inc.,
NewYork,
1964, hal. 6.William
D.
Coplin dan
Charles W.Kegley.jr.
(ed), AMulti Method
Introduc
lion
toI
n tern ationql P oli-rrcs, Markham Publishing Compa-ny, Chicago, 1971, hal. 10.
Mochtar Mas'oed,
Teori
danMe-todol ogi Hubungan Inte rnasi o nal,
PAU-SS-UGM,
Yogyakarta,
1988, hal. 46.6.
8.
9.
EDISI 1 - t4l3tt993
BAB
:II
GAMBARANUMUM
MENGENAIPOLITIK
DALAM NEGERI AUSTRALIA
Komponen
pertama
yang
mempen-garuhi
pembuatan keputusan luar
negeri Australia dalam masalah
Timor
Timur ialah situasi
politik
dalam negeriAustralia.
Politik
luar negeri memangmempunyai keterkaitan
yang
sangattinggi
dengan
politik
dalam
negerikarena keduanya
sama-samadimak-sudkan untuk mencapai tujuan nasional
(national interest). Bahkan banyak ahli
yang
mengatakan bahwapolitik
luarnegeri
merupakan perpanjangan daripolitik
dalam negeri.PEMBENTUKAN PEMERINTA.
HANFEDERAL
Embrio dari pemerintahan
Austra-lia ini
mulai tumbuh pada tahun 1788, ketika Inggris mulai membentukkoloni
untuk pembuangan narapidana
di
Syd-ney (The First Fleet). Empat puluhta-hun kemudian
jumlah
pendudukkulit
putih baru
mencapai
sekitar
57.000orang termasuk
25.00
diantaranya
adalah para narapidana. Sementara itu
dalam periode yang sama
jumlah
pen-duduk
asli Aborigin
menyusut hinggatinggal
25 persen saja. Penyusutanini
disebabkan oleh wabah penyakit
mau-pun peperangan-peperangan yang
ter-jadi
dengan pendatangkulit
putih.Pada
tahun
l85l
mulai
dite-mukan
tambang-tambang emas
se-hingga mengakibatkan banjirnya para
imigran baru yang
sebagian
besar berasal dari Inggris danIrlandia.
Jum-lah
penduduk
kulit
putih
melonjak
hingga
l
150.000 orang.
Sementaramulai didatangkan pula
kuli-kuli
kasar dari Cina.Pada
tahun 1855-1856 Inggris
memberikan status otonomi intern pada
New
South Wales,Victoria,
Tasmania dan South Australia. Sejak saatitu
di-daerah-daerah tersebut dibentuk
parle-men
serta pemerintahan
sen d iri,
meskipun secara
formal Inggris
masihbisa melakukan campur tangan.
Se-mentara pengaruh
ide
sosialis mulai
tampak
dalam berbagai
undang-un-dang yang muncul, seperti sistem sek-olah yang gratis.
Lima
puluh tahun kemudian atautepatnya
pada
tahun 1901
daerah-daerah
yang
semula berpemerintahansendiri
bergabung
dan
membentuk
Federasi Australia atau "The
Common-wealth of Australia", serta
memilih
Al-fred Deakin
sebagai PerdanaMenteri
pertama.
Model
pemerintahan demok-rasi parlementer merekaambil
karenaselama
ini
telah dipraktekkan
di
daerah-daerah
koloni
yang
kemudianmenjadi negara-negara bagian tersebut.
Tetapi
sistem
Inggris
tersebut tidak
bisa mereka ambil secara penuh karena inggris adalah negara kesatuan,
semen-tara Australia
kini
berbentuk federal. Karena itulah mereka merasa perlutuk menggabungkannya dengan sistem
Amerika.
Bersamaan dengan itu dikeluarkan pula Immgration Restriction
Act
yangmelarang masuknya orang-orang
kulit
berwarna
dan
menetaPkan PrinsiP"Australia bagi
kulit
putih".
Undang-undang
ini
mencerminkan sifatAustra-lia
yang rasialis. Pada saat itujumlah
pendudukkulit
putih
sudah mencapaisekitar
empatjuta
orang,
sementaraorang
Aborigin
hanyasekitar
50.000 orang saja.MEKANISME
POLITIK
DI
AUS-TRAI/IA
Australia
memPunYai sistemPe-merintahan Demokrasi
Parlementer'Sistem
ini
merupakan gabungan darimodel pemerintahan parlementer yang
diwarisinya dari Inggris dan model
pe-merintahan
federal yang
dicontohnya dari Amerika Serikat.Inggris adalah
negara
kesatuandengan
konstitusi yang
tidak
tertulisdan bersifat amat fleksibel. Konstitusi
ini
hanya merukumpulan dariundang-undang parlemen
yang
telah menjadikebiasaan/konvensi
umum
yang dik-eramatkan. Sistem perundang-undan-gan semacamini
sebenarnYa lemah.Menyadari akan kelemahan sistem perun
dang-undangan
Inggris,
makapara
perancang
konstitusi
Australia
sepakat untuk membuat konstitusi yang
tertulis. Tetapi
karena mayoritaspen-duduk
Australia
berasaldari
Inggris,maka praktek-praktek
politik
Australiasangat dipengaruhi oleh konvensi, yang
meskipun secara
resmi
tidak
termuat dalamkonstitusi, telah
diterima
oleh parapolitisi.(l)
Konstitusi
PersemakmuranAus-tralia
adalah
sebuah undang-undangyang disyahkan oleh parlemen
Inggris
pada tahun 1900. Konstitusi baruterse-but
kemudian mengatur
Pembagian kekuasaan antara pemerintah federal (pusat) dengan ke enam negara bagian-nya yang pada prinsipnyadiklasifikasi-kan ke dalam tiga jenis kekuasaan
l
Kekuasaan
Eksklusif
ialah
kekuasaan
yang
hanYabisa
di-jalankan oleh pemerintah federal.
Misalnya, masalah hubungan luar
negeri, pertahanan,
imigrasi,
bea-cukai, dan pajak.2.
Kekuasaan
Bersama
ialah
kekuasaan
yang
dijalankan
olehpemerintah federal bersama-sama dengan pemerintah negara- negara bagian.
Misalnya,
Pajak dan Per-bankan. Bila terjadikonflik
perun-dang-undangan
diantara
pemerintah federal dengan
Pemer-intah negara bagian, maka
Perun-dang-undangan
P emerintah
federal yang dimenangkan.
3.
Kekuasaan
Sisa
ialah
semuakekuasaan
yang
tidak
tercantumdalam konstitusi, dan
dijalankan oleh negarabagian.
MisalnYa, pendi dikan, keamanan/kePolisian,perumahan, kesenian
dan
lain-lain.
Konstitusi bisa dirubah
melalui
referendum.
Usulan
perubahan
un-dang-undang
harus
memPeroleh
persetujuan
dari
Senat
dan Majelis
Rendah terlebih dahulu sebelum
dimin-takan pendapat rakyat melalui
referen-dum. Namun demikian
perubahanundang-undang melalui referendum
ti-dak efektif
karena rakyat
cenderung bersifat konservatif. Sejak 1900 sampaikini
telah diadakan 48 kali referendum, tetapi hanya delapan kali saja yangber-hasil
mengubah konstitusi.
Dalam prakteknyausul
perubahan konstitusihanya akan berhasil
jika
memperoleh dukungan luas dari pemerintah, oposisidan
pemerintah
negara-negara
,
'(2\
Daglan.'
-Cara yang
lebih efektif
dalam merubah undang-undang ialah denganmerubah penafsirannya.
MahkamahAgung yang
beranggotakan
tuj uhorang
hakim
agung berhak
untuk
menafsirkan
undang-undang,meski-pun
merekatidak
berhak
mengubah kata-kata dalam undang-undangterse-but. Dalam
beberapa dekade terakhirini
Mahkamah
Agung telah
banyak mengeluarkan penafsiran hukum yang pada prinsipnya semakin memperbesar kekuasaan pemerintah federal.LEMBAGA EKSEKUTIF
DAN
PARLEMEN
Secara formal Australia diperintah
seorang
Gubernur
Jenderal
yang
bertindak selaku
wakil
Ratu Inggris diAustralia. Gubernur Jenderal yang j uga
bertindak selaku Panglima
TertinggiAngkatan
Bersenjata
berhak
untuk
mengangkat dan memberhentikan Per-dana Menteri.
Tetapi
dalam prakteknya
rakyat Australiatidak
pernah mau mengakui kekuasaan Gubemur Jenderal. Merekamenganggapnya hanya sebagai kepala negara simbolis saja.
Seperti
halnya
di
Inggris,
rakyatAustralia
berpendapat bahwa merekamempunyai pemerintah yang
bertang-gung
jawab
kepada parlemen
yang merupakan badanperwakilan
rakyatyang
dipilih
langsung oleh rakyat. Per-danaMenteri
beserta menteri-menterikabinet harus mejadi anggota
parle-men. Sementara kabinet dibentuk olehpartai
politik
ataukoalisi
partai
yangmempunyai suara
mayoritas
didalamparlemen.
Kedudukan Perdana
Menteri
be-serta kabinetnya
tergantung
dari
dukungan parlemen,
karena
ia
harusbisa meloloskan
RAPBN
(RancanganAnggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Negara)
yang disetujui oleh
parle-men.Jika pemerintah
kehi langan
dukungan
dari
parlemen,
terutamasekali Majelis
Rendah,maka
sesuaidengan
konvensi,
ia
harus
mengun-durkan
diri.
Aturan-aturandiatas
se-benarnya
tidak
dicantumkan
dalam konstitusi. PerdanaMenteri,
Kabinet,serta
hubungan pertanggungiawabanseperti diatas, tidak disebut dalam
kon-stitusi, Aturan
demkrasi
parlementer sebenarnya sangat samar- samar yang hanya disandarkan pada konvensi ataukebiasaan
yang
d iterima
oleh
masyarakat.
Ketidak-jelasan aturan demokrasi
parlementer
model
Inggris
ini
seringmenimbulkan kontroversi. Misalnya,
pada waktu Gubernur Jenderal Sir John
Kerr memecat PM. Gough Whitlam
ta-hun 1975. Saat
itu Whitlam
tidakber-hasil
memperoleh dukungan
S enatuntuk
mengesahkanRAPBN.
Tanpa pengesahanRAPBN
pemerintah tidakbisa
berjalan
karenaRAPBN
meru-pakan biaya operasional pemerintah.Menurut
Whitlam
pemerintah
hanya bergantung pada dukungan
Ma-jelis
Rendah(menurut
konvensi), se-mentara menurut interpretasi JohnKerr
dan Partai
Liberal
pemerintah harus bergantung padaMajelis
Rendah ber-sama-sama dengan Senat.MENINGKATNYA
KEKUASAAN
EKSEKUTIF
Dalam
beberapa dekade terakhirini
telah terjadi peningkatan kekuasaaneksekutif yang semakin menyolok,
se-mentara
fungsi
parlemenjustru
men-galami
penurunan. Penurunan fungsiparlemen
disebabkankarena
partai-partai
politik
yang
menjalankan
disiplin
yangtinggi
telah mendominasi proses legeslatif sehingga mereka telahmembiarkan
saja eksekutif
men-jalankan
tugas-tugas yang seharusnyadilakukan oleh parlemen.
Jarang sekali terjadi seorang
men-teri yang memberikan tanggung jawab individual secara langsung kepada
par-lemen. Kecuali
j
ika
terjadi
penyelewengan yang sangat menyolok. Sementara itu pemerintah bisa
mengh-indarkan
diri
untukmempertanggung-jawabkan kebrjakannya, karena ia bisa
mengandalkan kedudukannya
yangmayoritas
di
parlemen. Selain
itu,
tugas-tugas pemerintah yang semakin luas dan kompleks juga mengakibatkan parlemen tidak mampu lagi melakukan
fungsi kontrol seperti yang diharapkan.
Sebaliknya
perdanamenteri
be-serta menteri-menteri
kabin etnyamempunyai
pengaruhyang
semakindominan.
PM. Whitlam,
Frasermau-pun Hakwe
sama-sama mempunyaiketrampilan
politik
yang
tinggi
se-hingga
mampu
m e ng en dalikan
kabinetnya.
Ketrampilan
mereka
ini
juga
tampak sewaktu mereka mampu melunakkan tuntutan fraksi kiri
dalam partai Buruh yang bersuara keras dalam masalahTimor
Timur.Namun
demikian
kemampuan
mereka
akan berkurang,
di ka Iakedudukan mereka terancam
oleh
oposisi, perepecahan partai, atau
saat-saat menjelang
pemilihan
umum
di-mana mereka sangat memerlukan
setiap dukungan kelompok-kelompok
politik
yang ada.PARTAI
POLITIK DAN
BASIS
DUKUNGAIINYA
A.
PARTAI
BURT'H
Partai Buruh merupakan partai
ter-tua
di
Australia.
Pembentukannya
dimulai pada tahun 1890 ketika terjadi perang
klas dan
pemogokan massal d:iri para buruh pemangkas bulu dombayang
sampai mengakibaikan depresiekonomi, meski pada akhirnya serikat
buruh
mengalami kekalahan. Serikat Buruh yang kalah mulai menyadariba-hwa mereka memerlukan
wakil-wakil
di
parlemenyang
bisa
menyuarakankepentingan mereka. Sejak
awal
kedatangan orang-orang
kulit
putih
di Australia
memang
telah
terjadi
pengelompokanpolitik
berdasar status sosial/klas. Basis dukungan PartaiBu-ruh ialah buBu-ruh, narapidana (dulu), dan
imigran
kulit
berwarna.Secara tradisional pendukung
par-tai
ini
umumnya
beragamaKatholik
atau mereka yang tidak mempedulikan agama (atheis).
Jadi berbeda dengan partai-partai
politik
lainnya, Partai Buruh
justru
dibentuk
oleh organisasidiluar
parle-men
untuk dijadikan
"sayappolitik"
nya.
Serikat
Buruh
merupakan basis anggota dan sumber finansial bagi Par-tai Buruh. Karena itulah Serikat Buruhselalu
mempunyai keterkaitan
yangsangat
tinggi
denganPartai
Buruh. Anngota SerikatBuruh
selalu merasabahwa pemerintahan
yang
dibentukoleh Partai
Buruh
adalah"miliknya"
yang harus patuh
terhadap
kehen-daknya.
Partai
Buruh
ialah
sebuah partai sosialis demokrat yang bertujuanmen-gadakan pembaharuan
sosial
melaluiproses
parlementer.
Mengadakan
sosialisasi terhadap sektor industri dan
produksi,
berusaha
menghapus
kemiskinan, diskriminasi dan
monopo-li.
Partai ini selalu menaruh perhatian besar terhadap masalah hak- hak asasi manusia. Mereka menganggap bahwa proses integrasi
Timor-Timur
dengan Indonesia maupun perlakuanpemerin-tah
Indonesia terhadaprakyat Timor
Timur
menyalahi
prinsip
pengakuan hak- hak asasi. Tentu saja penilaianini
dilakukan
sesuai dengan kriteri
a masyarakat Australia.B.
PARTAILIBERAL
Partai Liberal dibentuk
sebagai reaksi atas kelahiran Partai Buruh.Par-tai ini
berasal
dari
pengelompokansekelompok
borjuis
dalam
parlemen akhir abad I 9, yang merasa perlumem-bentuk partai
politik
untukmenghim-pun
dana
serta
dukungan. Basis
dukungannya berasal dari klas menen-gah ke atas (kaum pengusaha,
pemilik
tambang,
pemilik
tanah-tanahpeter-nakan),
beragamaKristen
Protestandengan
latar
belakang pendidikan
swasta.
Partai
Liberal
menekankankebe-basan
individual
dalam
berusaha.Mereka
menginginkan
penerapan
model ekonomi Keynes, dikuranginya
campur tangan pemerintah
dibidangpengelolaan ekonomi.
Meskipun partai
ini
mempunyaihubungan yang erat dengan kaum
pen-gusaha,
tetapi
ia
tidak
mempunyai hubunganyang institusional
dengan mereka seperti halnya hubungan PartaiBuruh dengan Serikat
Buruh.
Sampai saatini
partai
ini
masihgigih
dalammempertahankan
sikap
anti
imigrasiyang terutama ditujukan pada para
imi-gran
kulit
berwarna (Asia).C.
PENGARUH AKADEMISI
KIRI
Selain kelompok
kiri
dalam partaiburuh, masih ada beberapa kelompok
lain yang mempengaruhi kebijakan
pe-merintah Australia dalam masalah
Ti-mor Timur.
Mereka
ini
adalah kaumakademisi
kiri,
para pelarian
politik
asal
Timor Timur di
Australia, media massa, serta sikap masyarakatAustra-lia
itu
sendiri yang
cenderung"me-musuhi" pemerintahnya.
Pengaruh akademisi
Kiri
(sosialisrevolusioner)
terhadap
pengambilan kebijakandi
Australia cukup kuat.Hal
ini
memang
tidak
mengherankan
mengingat
budaya
politik
Australia
sangat
mirip
denganbudaya
politik
Eropa..Di negara-negara Eropa seperti
Inggris,
Perancis, Jerman, atau Italia,yang menjadi induk Australia dan
seba-gai sumber kelahiran berbagai macam
ideologi
dunia, memang selalu terjadi pertentangan yang sengit dari berbagaiideologi.
Budaya
ini
kemudian berlanjut diAustralia.
Selama berpuluh-puluhta-hun kaum akademisi
kiri
melancarkan pengaruhnya, terutama melaluiartikel-artikel
Jang
dilemparkannyadi
surat kabar.(r rJika dihitung
prosentasenya,jumlah
mereka
ini
tidak
sampai
25 persen.Tetapi,
seperti halnyakelom-pok-kelompok
kiri
lainnya,
suaramereka
ini
cukup
vokal.
Bahkan
mereka bukan hanya mengkritik
peris-tiwa-peristiwa
politik
di
Indonesia, tetapijuga
menjadi
pengkritik
ulung bagi pemerintah Australia sendiri.Banyak
diantara
mereka merasamenjadi
seorang concerned scholarsyaitu
sarjana-sarjana yang prihatin
melihat
tidak
adanyal
belum
dilak-sanakannya keadilan
di
banyak negaraDunia
Itr.(4)
Pemikiran mereka ban-yak dipengaruhi oleh pemikiranMarxis
atau
Neo
Marxis
(Hebert
Marcuse)yang
mempunyai
sikap
apriori
ter-hadap banyak pemerintahan
di
DuniatrI.
Mereka merasa mempunyaikewa-jiban
untuk melakukan aksi solidaritasterhadap
rakyat
di
Dunia
Itr,
melaluiaksi-aksi
politik
di
negaranyamasing-masing.
Dalam skala
internasional,mereka
ini
mempunyaijurnal The NewLeft
Review(London)
danJournal
of
Contemporary Asia.\51Pada umumnya mereka memang
mempunyai rasa
apriori
terhadappe-merintahan
Orde
Baru
Indonesia.Di
benak mereka terbayang
gambaranyang buruk
mengenai Indonesia.
Masyarakat Indonesia
terdiri
dari suatukelompok
kecil elite yang
menindasrakyat
dantidak
pernahmemperhati-kan
kepentinganrakyat
banyak. Klasmenengahnya selalu menanggung dosa dengan hidup sebagai parasit di tengah
rakyat
yang
melarat.
hampir
semuaorang
yang kaya
di
Indonesia
ialah karena melakukan korupsi. Pembangu-nan prasaranafisik
di kota- kota hanyafacade,
sementzra dibelakangnyape-nuh
kemelaratan.Rakyat
Indonesiapada umumnya
primitif
dan
hanya orang Barat(Australia) yang
mampu memajukan mereka.(oiSituasi
ini
diperuncing
dengan banyaknya pelarianpolitik
asalTimor
timur
di Australia (terutamadi
Sydney dan Canberra). Sampai saatini
merekaterus
menerus melakukan protester-hadap Kedutaan Besar Republik
Indo-nesia
(KBRI)
di
Canberra,
denganmendirikan
Kedutaan
tandingan
(Kedutaan
Timor Timur)
di
depan gedud'gKBRI.
Pendapat
mereka
ini
bagaikangayung bersambut dengan sikap media massa Australia yrng mempunyai gaya
pemberitaan
yang vulgar
dan
seringberselisih
paham dengan pemerintahIndonesia yang
dianggapnya banyakmelakukan
pelanggara terhadap hak kebebasan pers. Anggapanini
semakin mengental dengan sikap pemerintahIn-donesia yang sering "mempersulit"
ke-bebasan
wartawan
Austral
ia
di
Indonesia. Beberapa wartawan
Austra-lia
bahkan
dinyatakan "hilang"
se-waktu meliput berita di
Timor
Timur. Selainitu
sikap masyarakatAus-tralia
pada umumnya
memang tidakmendukung kebijakan
yang "positif'
pemerintah
Australia
dalam
masalahTimor Timur, Masyarakat Australia
le-bih
mudah percaya pada pemberitaanpers
daripada pemerintah.
Sikap
mereka pada pemerintahnya
sangat khas dan sangat bertolak belakangden-gan sikap
masyarakat
di
Indonesia yang terasa sangat patuh, tunduk dan hormat pada pemerintahnya.Masyarakat luas pada umumgrya
ti-dak menghormati pemerintah. (' )
Ba-hkan
ada kecenderungan masyarakatuntuk
meragukan, bersikapsinis
atau menolak apa saja yang datang daripe-merintah
Mereka cenderung bersikapkritis
atau oposisi. Dalam konteks yanglebih
luashal ini
mencerminkankon-flik
antara elite dan massa.Dalam situasi seperti
ini
maka amat relevanjika
kelompokkiri
PartaiBuruh,
para akademisi
kiri,
parapelarian
politik
TimorTimuryang
ting-galdi
Australia (terutama Sydney dan Canberra) beseria media massaAustra-lia
mampu menciptakanoponi publik
yang bernada permusuhan dengan pe-merintah Indonesia. Masyarakat awam pada umumnya tidak tahu secara persis
duduk
perkarapolitik
Timor
Timur. Mereka cenderung untuk terbawa arussol
idaritas
yang tampak
sangat
manusiawi. Dan memang sudah
men-jadi
kelazimanjika
opini publik tidak
didasarkan pada pertimbangan rasio,
tetapi
didasarkan pada pertimbangan emosi.Dalam sistem
politik
DemokrasiParlementer
seperti
di
Austral
ia,
keterkaitan
politik
luar
negeri denganpolitik
dalam negerijelas
amattinggi,
karena masyarakat sudah
ter b iasamenilai kebrjakan- kebijakan
yangdikeluarkan
oleh
pemerintah(baca
:Perdana
Menteri).
Dengan kata
lain,arus dukungan
masyarakat terhadappemerintah
akan
sangat
tergantung pada kebrjakan-kebijakanyang
dike-luarkannya.
Dinamika
politik
dalam
negeriAustralia
serta pengaruhnya terhadap pembuatan keputusan luar negeriAus-tralia
dalam
masalahTimor
Timur,
akan kami bahas dalam Bab
III.
Catatan
Kaki
:l.
D. Woodward,A.
parkin dan John Summers (ed), Government,2.
ics, and Power in Australia,
Long-man
Cheshire,Melbourne,
198 5,hal. 45.
Ibid,
hal. 48.Setelah kejatuhan dosialisme di
Uni
Soviet, pamor para akademisikiri
di Australia juga ikutmenurun,Sebaliknya, kaum
akad emisi
kanan
mulai
semakin
laku
di
pasaran. Dengan
kekuatan
uangnya, kelompok kanan ([iberal)
telah
berhasil
memasukkan paraakadem
isi
kanan
di
berbagai
"think
tank"
yang berpengaruh di Australia. Namun demikian meski para akademisikiri
ini
mulaikehi-langan pamor,
pengaruh merekatetap
kuat. Karenaideologi
tidakmudah
dihapus
dari
benak
manusia yang sudah meyakininya.
3.
Subagio Sastrowardoyo,"Pengka-jian
Indonesiadi
Australia
:
KubuAnti
Indonesia",
Kompas,20
luli
1984.4.
Burhan Magenda, "PusatPengka-j
ian
Indonesia
:
Duduk
Perkaranya", Kompas,
l
1 Septem-ber 1984.5.
rbid
6.
7.
Subagio Sastrowardoyo, /og. cit.
Richard Harvey Chauvel,
"Politics
Down Under
: KehidupanPolitik
Dalam
Negeri
Australia",
dalamJurnal llmu
Politilr
No. 6, AsosiasiIlmu Politik
Indonesia(AIPI),
PT. Gramedia, Jakarta,hal.7l
3.
BAB
:III
PENGARUH
POLITIK
DALAM NEGERI
AUSTRALIATERIIADAP KEBIJAKAN AUSTRALIA
DAIAM
MASALAH TIMOR
TIMI]R
Kebijakan Australia
dalam
masalahTimor Timur tidak bisa dipisahkan dari
kebijakan Australia terhadap Indones ia secara keseluruhan
yang terjadi
padamasa-masa sebelumnya.
Untuk
itu
akan
kami
berikan
gambaran secararingkas kebijakan Australia
terhadapIndonesia sejak kemerdekaan Indone-sia tahun 1945.
Seperti
kita
ketahui selama masakolonial
Hindia Belanda,
Australia
yang merupakan sekutu negara-negara
Barat
berpihak pada Belanda.Ketika
Indonesia memproklamirkan
kemer-dekaannya pada tahun 1945 Australiatidak
segeramengakui
kemerdekaanIndonesia. Australia masih meragukan
kemampuan
golongan
nasi onal isdalam mengatasi ancaman komunis.
Namun meski ada sikap keraguan
semacam
itu,
ideologi
Partai
Buruh yang pada dasarnya bersifat antikolo-nialisme,
semakin
simpati
terhadap perjuangan Indonesia. Perdana MenteriChifley dari
Partai
Buruh
semakinyakin
akan kemampuan kaumnasion-alis
dan
cepat atau lambat
Belanda harus angkatkaki
dari Indonesia. JikaAustralia tetap
mempertahankan
dukungannya terhadap Belanda justru
akan merugikan kepentingan
nasional-nya.
Itulah
sebabnyaIndonesia
ke-mudian memilih
Justice
Kirby
dariAustralia urituk mewakilinya dalam
pe-rundingan
KTN
(Komisi
Tiga Negara) tahun 1947 .Pada
tahun
1949 Partai Liberal
berhasil
memenangkanpemilu
Aus-tralia.
Australiakembali
diliputi
kera-guan terhadap kemampuan Indonesia mengatasi ancaman
komunis,
apalagidi
Indonesia
baru
saja
terjadi
pem-berontakan
PKI Madiun tahun
1948.Dukungan
terhadapkaum
nasionalisIndonesia
juga
akan
menyinggung
perasaan Inggris yang masih menjajah Malaysia dan Singapura, serta Perancis
di
Indochinayang
merupakan sekutu Australia.Namun demikian hasil Komisi
Meja Bundar pada tanggal 27
Desem-ber 1949 telah membksa Belanda untuk
segera angkat kaki, sehingga memaksa pemerintah Australia untuk bisa mem-pertahankan hubungan yang baik den-gan pemerintah baru Indonesia.
Masalah baru
muncul
keti ka
Soekarno
menuntut
pengembalian
Irian
Baratyang
masihdiduduki
Be-landa. Australia bersikap untuk
memi-hak Belanda.
Bagi
Australia, Irian
mempunyai
arti
strategisyang
amat penting bagi pertahanannya.Irian
ter-masuk dalam lingkarankonsep defence
in
depthyaitu
suatu konsep strategisyang menentang dikuasainya wilayah
di
sekeliling Australiaolelr.pihak-
pi-hak yang tidak bersahabat. (r ' Australia
pada saat
itu
kembali
meragukanmampuan Indonesia dalam
mencip-takan stabilitas
politik
dalam
neger-inya. Selama tahun 5Oan pemerintahanIndonesia selalu
jatuh
bangun.Pen-garuh Partai Komunis
terh a d apSoekarno semakin nampak,
sertahubungan Soekarno dengan
Uni
Soviet dan China semakin mudah dibaca.Usaha
Australia
untuk membantu Belanda dalam masalah Irian Baratini
ditandai dengan usahanya untuk
meli-batkan
ANZUS
kedalam kancahkon-flik
Irian
Barat.
UsahaAustralia ini
mengalami kegagalan karena Amerika
Serikat -demi kepentingan strategi glo-balnya-
tidak ingin
melihat Indonesiajatuh
lebih erat ke pelukanUni
Soviet.Amerika
Serikat kemudian
me-maksa Australia (faith accomply)untuk
ikut
menyetujui pengalihan kekuasaanIrian Barat kepada pemerintah
Indone-sia dalam Persetujuan New York tahun
1962. Perdana
Menteri
Menzies yang berkuasa saat itu mendapatkritik
tajamdi
dalam
negeri,tetapiia tidak
dapat melawan Amerika dalam penyelesaianIrian Barat.
Masalah
kedua
muncul
setelah Soekamo melangsungkanpolitik
kon-frontasi dengan Malaya (Malaysia danSingapura).
Dalam hal
ini
Australiamendukung Malaya dan Tengku Abdul Rachman
yang
menginginkanberdir-inya F€derasi Malaysia. Ada beberapa alasan yang melandasi sikap Australia
ini.
Pertama, Federasi Malaysia jugadianggap
Australia
sebagaipilar
yangmendukung strategi defense
in
depth. Kedua, Australia terikat dalamBristish
Commonwealth dan
Five
PowerDe-fense
yang
mengharuslcanAustalia
m e nd u kun
g
pertahanan
ke empat
negara lainnya. Untu n gnya
konfronta-si
ini
tidak berkelanjutan sehubungan dengan pergantian rezim di Indonesia.A.
KEBIJAKAN PM.
GOUGH
WHITLAM
(1973-t97s)
Setelah
dilantik
sebagai Perdana Menteri, Whitlam berusaha untukmen-ciptakan
politik
luar negeri
Australiayang
independent.
Hal
ini
tampak
dalam pidato pengukuhannya :
"The
changeof
govemment pro-vides a new opportunityfor
us toreassess the whole range
ofAustra-lia foreign policies and attitudes.
I
shall be reassessing these policies with the general intention
ofdevel-oping more constructive,
flexible
and
progressive approach
to
anumber
of
issues. Ourthinking
istoward a more
independentAus-tralian
stancein
intemational
af-farr".Q)
Dalam masalah
Timor
Timur,
Whitlam
telah menduga bahwa suatusaat Indonesia pasti akan mengisi "vac-uum
power"
di
Timor,
jika
Portugis melepaskan kekuasaannya atas Timor.Australia terlalu
menanggung resikojika
harus menentang Indonesia dalammasalah
Timor.
Secara
resmi
ia
rnenyetujui dekolonisasi
Timor
Por-tugis dengan cara-crra damai.
Pernyataan sikap Australia
ini
ke-mudian ditegaskan lagi dalam
kunjun-gan
tidak
resminya ke Indonesia pada tahun 1973. Pembicaraan denganden
Suharto diadakandi
Wonosobo, yang kemudian dibalas dengankunjun-gan
presiden
Suharto
ke
Towns-ville.(r )w h
it
lam
juga
meragukan
kemampuan
Timor timur
jika
harusberdiri
sebagai negara
berdaulat,
mengingat berbagai keterbatasan yang
harus dihadapi
Timor
Timur,
sepertiketerbatasan
ekonomi,
sumber
daya manusia, kemampuan pertahanan dan keamanan.Sikap
Whitlam
ini
menimbulkanprotes
di
Australia.
Sekjen FederasiPartai
Buruh
Sedney memerintahkanuntuk
mengadakanboikot
dan
tidakmelayani
kapal-kapal -lndonesia yangberlabuh
di
Sydney.(a)Timbul
pula perdebatanyang
sengit
di
parlemen. Kalanganmiliter
Australiamenghawa-tirkan
bahwa"invasi militer
Indonesiake
Timor"
tersebut akan segeradilan-jutkan
dengan invasimiliter
ke PapuaNugini
,bekasjajahan
Australia yangmempunyai arti strategis bagi
pertaha-nan Australia
Mereka
berusaha me-nekan bantuanmiliter
Amerika Serikat yang diperuntukkan Indonesia melalui Australia, sehubungan dengan rencanaAmerika untuk
memberikan bantuan pesawat pancargas Sabre yang akan di-rakitdi
Australia.Masa
pemerintahan Whitlam
merupakan masa
bulan
madu hubun-gan Australia-Indonesia. Tetapi halini
tidak
berlangsung lama karena secaratiba-tiba
Whitlam
dipecat oleh Guber-nur Jenderal Sir John Kerr yangmeru-pakan
wakil
Ratu
Elizabeth
II
dariInggris Kerr
memecatWhitlam
den-gan alasan
Whitlam
secara konstitusitidak
dapat
mengusahakanberlang-sungnya
keuangan negara. RencanaAnggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Negara
(RAPBN)
197511976 yangdia'
jukan Whitlam ditolak
parlemen, se-dang Rencana Unse-dang-unse-dang(RUU)
mengenai
pemilu ditolak oleh
Senatyang didominasi
oleh partai
Liberal
dan
Country,
sehingga sidang-sidangparlrmrn
dan Senat mengalamidead-lock.
lnflasi
mencapai 12 persen, se-dang pengangguran mencapai 5 persen. PemecalanWhitlam ini
menimbulkanberbagai kontroversi karena peristiwa semacam
itu
memangbelum
pernahterjadi sebelumnya
B.
KEBIJAKAN
PM.
MALCOLM
FRASER
(1e7s-19E3)Whitlam digantikan oleh
Malcolm
Fraser yang pada saat itu masih berusia 45 tahun dan berasaI dari Partai Liberal. Masyarakat mengehal Fraser sebagai
tokoh konservatif yang ekstrim kanan. Pada
tahun
1965ia
pernah menjabatsebagi
Menteri
Pertahanan
-dalam Kabinet John Gorton.Peristiwa integrasi
Timor
Timur
ke pangkuan Indonesia
terjadi
semasa pemerintahan Fraser. Sehari setelah Ti-mor Timur berintegrasi denganIndone-sia
(Juli
1976),Menteri
Luar
NegeriAustralia,
Peacock
mengeluarkan
pernyataan bahwa "Australia tidak bisa menganggap bahwa persygLratan dek-olonisasi telah terpenuhi".())
Masalah
Timor Timur
menjadi
sangat hangat dan menjadi perdebatan
umum
dalam media massa Australia.Terlebih
karena beberapawaktu
belumnya, Nopember 1975, lima orang
wartawan
Australia
"hilang"
(ter-bunuh)
di Timor
Timur. Kepala Bakin Leqend. Yoga Sugama telahmemberi-tahukan secara resmi pada duta besar Australia Richard Woolcot bahwa lima
orang wartawan Australia -seorang
di-antaranya
warga
negara
Inggris
-drduga telah terbunuh dalam serangan gabungan tentaraUDT,
Apodeti, Kotake Balibo
pada pertengahan Oktobert975.
Laporan Yoga Sugama tersebut
ti-dak bisa memuaskan Australia karena
tidak
disertai
bukti-bukti
yang jelas. Pada saatitu
ditemukan 4 mayat orangkulit
putih yang telah terbakar dansulit
dikenali, serta ditemukan
beberapadokumen
yang
diduga
mi_lik
para wartawan Australia tersebut. (6)Setelah
peristiwa
tersebut, sikapmedia massa
Australia
semakin kerasterhadap
isu
Timor.
Bagaimanapunjuga
tumbuh rasa solidaritas dari parawartawan
Australia yang
tidak
bisa menerima begitu saja kematian rekan-rekannyadi Timor
Timur.Pada bulan Februari 1976, Kepala
Bagian
Penelitian
Hubungan Luar
Negeri Parlemen Australia,
JamesS.Dunn, menulis
sebuah laporan
mengenai
Timor Timur
yang berjudulCivil
War to Invasion
by
Indonesia yang pada prinsipnya memuat"keke-jaman Indonesia"
di
Timor
Timur.
Laporan
tersebut memuat
kesaksianpasukan
pro Indonesia yang
mem-bunuh (termem-bunuh
?)
hampir
100.000 penduduk Timor Ttmur, atau sekitar 1 5persen
dari
seluruh
pendudukTimor
Timur
yang hanya berjumlah 650.000 orang.Laporan tersebut
disampaikan
Dunn pada parlemen Australia Menteri
Luar Negeri Andrew Peacock
danKomisi
Internasional
K ongg res Amerika Serikat (24Maret
1977).Ke-betulan, Konggres AS pada saat itu
me-mang sedang
menyelidiki
maslah
pelanggaran hak-hak asasi manusia di
negara-negara penerima bantuan AS. Sementara Indonesia rencananya akan memperoleh bantuan US 54
juta
dolar, termasuk US 40juta
dolar kreditFor-eign
Military
Sales untuk membeli per-lengkapanmiliter
seperti, fregat, kapal selam, kapalpatroli
dan pesawat tem-pur.Dari
tulisannyaitu
tampak bahwa James S.Dunn
memang seorangsim-patisan
Fretilin-
Ia
adalah
seorang bekas diplomat yang ahli dalam bahasaIndonesia dan telah
berkali-kali
men-gunjungi Timor- Timur.
Pada tahun1962-1964
ia
menjadi staf
konsulat Australia diDili.
Konsulat tersebut ke-mudian ditutup oleh Australia sebagai protes terhadap kolonialisme Portugal, khususnya karena desakan PartaiBu-ruh pada saat itu.
Pada
bulan
Oktober
1975
Dunnberkunjung
ke Timor
Portugis
danlangsung
dari
para pengungsiTimor
mengadakan
wawancara
dengan
yang
bermukim
di
Portugis, yangse-
gubernurTimor
padawaktu
itu,
Kol.
bagian
besar merupakanpendukung
Lemon Pires, serta pemimpinFretilin
UDT,
tentang sepak terjang
para
yang pada waktu itu telah berhasilgambil
alih
kekuasaan. Selanjutnyapada bulan Januari 1977 ia
dikirim
kePortugal untuk
mewawancarai
parapengungsi
Timor
di
Portugal.
Dunnberhasil menemui 200 dari 2.500 pen-gungsi Timor disana. Pengiriman Dunn tersebut
dibiayai
oleh GerejaKatholik
Austral
ia
dan
ACFOA
(AustralianCouncil
for
OverseasAid).
Pengiriman
Dunn
membuktikanbahwa dukungan masyarakat Australia
terhadap gerakan kemerdekaan
Timor
Timur (Fretilin)
cukup besar.Dukun-gan tersebut antara lain datang dari para veteran Perang
Dunia
II
yang merasamempunyai
ikatan
emosionai karenaberhutang
budi
pada
rakyat Timor
Timur,
Dalam Perang Duniatr
Timor
Timur
menjadi
salah satu
medan perang Sekutu lawan Jepang. TentaraAustralia
yang berperang dipihak
Sekutu banyak dibantu oleh penduduk
TimorTimur yang menjadi
pemikulbarang/peralatan perang mereka.
Di
Sydney juga terdapat pemancarrelai CIET
(Campaignfor
an
Inde-pendentEast
Timor)
yangberhubun-gan
dengan markas
Fretilin
di
Mozambique
(Afrika
Timur)_.danmarkas besar PBB di New
York.(/)
Kebijakan
luar negeri Fraserlain-nya
juga
menimbulkan kecemasanIn-donesia.
Fraser
melihat
adanya
ancaman
Uni
Soviet di SamuderaHin-dia
semakin meningkat karena kapal-kapalUni
Soviet semakin banyak yangberlalu-lalang
di
perairan
SamuderaHindia.
Ancar4an Soviet tersebut
ditang-gapi
Fraser dengan cara menjalin
hubungan yang
lebih
erat denganRe-publik
Rakyat China. Lawatan Fraseryang
pertama setelah menjabat
PM
ialah ke RRC yang menunjukkan be-tapa pentingnya nilai RRC bagi
Austra-lia.
Kedekatan hubungan
Australia-RRC
ini
tidak
menyenangkanIndone-sia
yang pada saat
itu
masih
menganggap
RRC
dengan
ideologi
komunisnya sebagai ancaman.
C.
KEBIJAKAN
PEMERINTA-HANPM.
BOBHAWKE
(1983-leer)
Pada bulan Februari
Bob
Hawke terpilih sebagai pemimpin Partai Buruhyang baru, menggantikan
Bill
Hayden.Pada masa
akhir
kepemimpinanBill
HaydenParlai
Buruh
terpecah-pecah dalam fraksiKiri,
Tengah dan Kanan. FraksiKiri
yang berhaluan ekstremter-hadap hak-hak asasi manusia,
se-benarnya jumlahnya hanya kecil, tetapisuara mereka cukup vokal di parlemen.
Partai
Buruh
mempunyai
keteri-katan yang sangat
tinggi
terhadappe-merintahnya.
Jika Partai
Buruh
berkuasa para anggotanya merasa
ba-hwa
pemerintah benar-benar
milik
mereka sehingga mereka
mengin-ginkan agar program partai
benar-benar dilaksanakan oleh pemerintah.Program Partai Buruh tersebut
ter-tulis
dalam sebuahbuku yang
sering disebut The Boo,k (Sang Buku). DalamPasal 80
Buku
Program Partai Buruhtahun 1982 tertulis secarajelas resolusi
partai yang
menyangkut masalahTi-mor Timur.
Disebutkan bahwa PartaiBuruh
tidak
dapat menerima
cara penyelesaian yang diberikan Indonesia dalam mengintegrasikan Timor Timur. Dan selama masalahitu
belumdisele-saikan dengan
baik,
Australia diharapmembekukan bantuan
militer
yangsedianya akan diberikan kepada
Indo-nesia. Partai
Buruh
menuntut adanyapengutukan
sefta
pencabutan penga-kuan atas penggabunganTimor Timur
ke dalam wilayah Republik Indonesia.
Resolusi tersebut jelas menjadi
ti-tik
kritis
dalam hubunganAustralia-In-donesia.
Dalam
kunjungannya
ke Jakarta baikPM
Bob Wawke maupunMenteri Luar Negeri
BillHayden
men-yatakan penyesalan pemerintahnya ter-hadap carayang
ditempuh Indonesia dalam menyatukagTimor
Tirnrr.(8)Resolusi tersebut
dibuat
sewaktuPartai
Buruh masih menjadi
partaioposisi
Karena itulah resolusi tersebut bemada keras. Oposisi Australiamem-punyai kecenderungan untuk bersuara keras dan
berfikir
bahwa "segala hal" hal bisa saja dilaksanakan oleh pemer-intah, asalkan ada kemauanpolitik
dan keputusanpolitik.
Tetapi dalam
kunjungan tersebutjuga
tercapai
beberapa kesepakatan,antara
lain
:
persetujuan reunifikasiorang-orang
Timor
dengan
keluar-ganyadi
luar
negeri. kunjungan misiparlemen gabungan
dari
Australia keTimor Timur, dan penempatan kembali
wartawan Australia
di
Jakarta.
Ke-sepakatan
ini
merupakan langkahposi-tif
yang sangat dihargai Australia
karena menunjukkan kemauan baik
pe-merintah Indonesia terhadap
pemerin-tah
Australia,
termasukyang
meny-angkut masalah
Timor
Timur.Baik
Australia maupun Indonesiamempunyai beberapa
persamaan
kepentingan sehubungan
dengan
masalah
Timor Timur,
antara
lain:
keamanan wilayah dan kepentingan
ek-onomi
(eksplorasidan
penambanganminyak di Laut Timor).
Sejak tahun 1984 orientasi
politik
Bob
Hakwe
mulai
bergeser.Jika
se-mula paham sosialisnya amat kentara,
kini
rnulai tampak melunak.Atau
bisadiistilahkan Hakwe
mulai
bergeser darikiri
ke tengah.Hal ini
tampak daribanyaknya dukungan
dari
kalanganpengusaha,
yang
semula mendukung Partai Liberal, kini justeru mendr.rkung Partai Buruh. Hakwe mulairnemperha-tikan golongan
-"n"nguh.(9)
Menurut pandangan Hawke Partai
Buruh
hanyaakan berhasil
melaksa-nakan program-programnyadi
bidangpembaharuan
sosial
dan keadilan
sosial,
jika
terdapat sektor swasta yangkuat
Tampak bahwaBob Hakwe
se-makin jauh meningga lkanprinsip-prin-sip sosialisme.
Pergeseran orientasi
ini juga
tam-pak dalamkebijakln
Hakwe yang lainDi
bidang
pendidikan,
Bob
Hakwe
menghapuskan
sistem
sekolah gratis sampai universitas yang telahdirintis
sejak pemerintahan
Gough Whitlam
Program
ini
semula Cimaksudkanun-tuk
menolong anak paraburuh
yangmiskinagar
bisa bersekolah sampai di universitas.Kini
mereka
diharuskan untuk membayar 250 dollar pertahun.Dalam masalah
Timor
Timur juga tampak mulai ada pergeseran orientasiini.
meskipun masih
sangat
tipis.
Dalam Konferensi Nasional yang ke 37
ini
untuk pertama kalinya Partai Buruhmengakui secara eie fakto bahwa
Timor
Timur
merupakan bagian integral dariRepublik
Indonesia.
Resolusi Partai Buruh tahun 1984 tentang TimorTimur
dimulai
dengan kata-kata :"PartaiBu-ruh
menyatakan
keprihatinan
yangmendalam terhadap berita-berita
ten-tang dimulainya
lagi
pertempuran diTimor Timur
dan keberatan atasinte-grasi
bekaskoloni
Portugis tersebut, tanpa terlebih dahulu memberi kesem-patan pada rakyatTimor Timur
untuk menyatakan kehendak mereka melaluihak
penentuan nasib sendiri
yangdiawasi oleh badan internasional.(10)
"
Resolusi 1984 tersebut merupakan
hasil kompromi (jalan
tengah) antarafraksi
kiri
denganfraksi
kanan dalamPartai
Buruh. Fraksi
kiri
sebenamyatetap
menghendaki agar dicantumkantuntutan penentuan nasib sendiri bagi
rakyat
Timor Timur
dan meminta agarpemerintah
Australia melalui
Sekre-tariat
Jenderal
PBB
mengeluarkanpernyataan gencatan senjata
di
Timor
Timur
serta mengumpulkanpartai-par-tai politik
yang salingbertikai,
untuk menyelesaikan persoalan melalui meja perundingan.Sebaliknya fraksi kanan Partai
Bu-ruh
berpendapat bahwa sikap resolusi yang termuat dalam program partaita-hun
l9E2
tersebut sudah tidak relevanlagi
dengan perkembangan
zaman.Perkembangan internasional maupun
yang
terjadi
Timor Timur
sudah ban-yak berbeda. Maka, sikap Partai Buruhdalam
masalah
Timor Timur
harusdirubah dan
disesuaikan
dengan
kepentingan Australia dalam membina
hubungan baik dengan Indonesia.
Perbedaan pendapat antara fraksi
kiri
dan
kanan dalam
Partai
Buruh
tersebut
pada mulanya
sulit
diperte-mukan karenamasing- masing
inginagar rumusannyalah
yang
dimuat
dalam buku program partai.
Kompromi
tersebut
akhirnya dicapai
s etelah
kelompok kanan memenangkan suara
dengan
tipis, yakni 55
:
43
untuk
kelompok yang ingin mempertahankan hubungan baik dengan Indonesia.
PERISTIWA
DILI
Beberapa saat. setelah "peristiwa
Dili"
l2
Nopember 1991, pemerintahAustralia dan
masyarakatnya
j ugamemberikan
reaksi yang keras
ter-hadap Indonesia. Penjelasan masalah
ini
sebenarnyajuga bisa dikaitkan den-gan situasipolitik
dalam negeriAustra-lia.
Suara kerasitu
muncul karena adatuntutan dari
fraksi
Kiri
dalam PartaiBuruh,
sementaraBob Hakwe
sendiriyang
popularitasnya
amat
menurun amat memerlukan dukungan mereka.Menjelang kejatuhan
Bob
Hakwe
perekonomian
Australia
berada padakondisi yang buruk.
Inflasi
meningkathingga mendekati
l0
persen, sementarapengangguran
juga
mencapai
10 persen. Pemimpin oposisi Hewsonmu-lai
berkampanye dan berjanjibaiki
perekonomian Australia melaluipajak barang konsumsi.
Selain itu Bob Hawke masih
diron-grong
dari
dalam. Situasi
pereko-nomianyang buruk
ini
dimanfaatkanoleh Paul Keating,
pemimpin
fraksiKanan dalam Partai Buruh,
untuk
menarik
dukungannya pada Bob
Hawke. Dalam
upaya
memperta-hankan kedudukan
itu
Bob
Hakweamat memerlukan
dukungan
Brian
Howe.
Fraksi
Kiri
pimpinan Brian Howeini
mempunyai sikap yang
militan.
Agenda utama
fraksi
ini
adalah hak-hak asasi manusia yang mencakup pulasistem kesejahteraan bagi para buruh.
Karena
itu
mereka merasa perlu
menaruh
perhatian
besar
(concern)dalam
masalahTimor Timur.
Dalamrapat anggota
inti
Partai Buruh diPar-lemen (Causus) tanggal 26 Nopember 1991, fraksi
Kiri
meminta agarpemer-intah Australia
mengenakan sanksidiplomatik
terhadap Indonesia, serta mengancam akanmenarik
dukungan-nya
terhadapHakwe
bila
pemerintahAustralia tidak
bisa memberikan jaw-aban yang mem uaskannya. Permintaanini
ditolak
Hakwe
dan Gareth Evansyang
tidak
mau
mengorbankanker-jasama perekonomian
yang
baru sajaterjalin,
terutama dalam mengeksploi-tasi minyak di CelahTimor.
Sebagai gantinya Evans berjanji akan meminta penjelasan lebih lanjut terhadappemer-intah
Indonesia
sehubungan denganperistiwaDili.
Dan janj i tersebutbenar-benar
dipenuhi oleh
Gareth
Evans dalam kunj ungannya kelndonesia padaakhir
Desember 1991. Tetapi
ber-samaandengan kedatangan
Gareth Evanske
Jakarta,Bob
Hakwe
sudahtidak bisa
mempertahankan
kedudukannya lagi dan terpaksa
meny-erahkan pemerintahan pada Paul
Keat-ing.
Selain
itu
fraksiKiri
juga
dikenalsebagai pelopor
politik
proteksionismeAustralia.
Proteksionisme diharapkan akan mampu melindungi buruhAustra-lia
dari
ancaman pengangguran.
Karena mereka pada dasarnya memang tidak percaya pada sistem
perekonomi-on puru,
t"ibui"
yang liberalistik. (ll)
Sudah lama
fraksi
kiri ini
kalah terus menerus dalam parlemen.Misal-nya pada
waktu
pemerintah Australiaakan menghapus sistem pelayanan ke-sehatan umum yang gratis (medicare),
fraksi
Brian Howe
menentang keras,tetapi pemerintah
Australia
tetap saja mencabut sistem medicare. Kemudiansewaktu Perang
Teluk,
fraksi
ini
me-nentang pengiriman tentara Australia dalam pasukanmulti
nasional, tetapipemerintah
tidak
menghiraukannyasama sekali.
Karena itu sewaktu muncul isu
Ti-mor Timur, fraksi
ini
merasamene-mukan
motor lagi
untuk melancarkantuntutannya,
dan
bertekatuntuk
me-rr"enangkan posisinya di parlemenden-gan
menggerakkan
emosi
serta
pendapat umum masyarakat Australia.
Catatan
kaki
:L
Hilman Adil,"Beberapa SegiPoli-tik
Bertetangga
Baik
antara
2
Indonesia dan Australia", Pns