• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kardiovaskular pada Proses Penuaan. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kardiovaskular pada Proses Penuaan. doc"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia mengalami daur dalam pertumbuhan serta perkembangan sejak ia di kandungan sampai lahir menjadi bayi hingga menjadi tua atau usia lanjut. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

Penurunan kemampuan tubuh merupakan sebuah proses yang lazim dialami manusia seiring bertambahnya usia yang biasa disebut proses penuaan atau aging process yang memberi dampak pada setiap sistem tubuh termasuk sistem kardiovaskuler. Usia merupakan faktor utama resiko untuk penyakit jantung. Penyakit jantung dan stroke meningkat tajam setelah usia 65, terhitung lebih dari 40 persen dari semua kematian antara orang usia 65-74 dan hampir 60 persen pada usia diatas 85 (National Institute on Aging, 2005). Untuk memahami mengapa penuaan begitu erat terkait dengan penyakit kardiovaskular, maka dibutuhkan pemahaman tentang apa yang terjadi di jantung beserta pembuluh darah yang normal selama penuaan-penuaan dengan tidak adanya penyakit.

(2)

1.2 Tujuan

Menjelaskan proses penuaan pada sistem cardiovaskular yang terjadi pada seseorang lanjut usia (lansia) beserta aktivitas fisik dan gizi yang tepat untuk lansia.

1.3 Manfaat

(3)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Penuaan

Proses penuaan seringkali dianggap sudah kodrat alam sehingga tidak perlu dirisaukan dan seyogianya diterima sesuai dengan kehendak Tuhan dan alam. Pemahaman ini seringkali dicampur baurkan dengan pendapat tokoh-tokoh agama yang mendukungnya. Distribusi kelompok penduduk di dunia mengalami perubahan yaitu makin meningkatnya jumlah penduduk kelompok usia lanjut (lansia). Mulai abad 21 jumlah penduduk lansia mendekati setengah miliar dan pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi satu setengah miliar (WHO, 1972).

Proses penuaan disbabkan oleh beberapa faktor antara lain : aktivitas berlebih (Wear and Tear Theory), hormonal (Neuroendocrinology Theory), genetik (The Genetic Control Theory), dan radical bebas (The Free Radical Theory) (Goldman and Klatz,2007). Proses penuaan mulai nampak pada umur 39 - 42 tahun dan sejak itu pula sudah mulai terjadi penurunan fungsi pada berbagai organ tubuh (Best, 2006).

(4)

Ada 4 teori penuaan sebagai berikut: 1. “Wear and Tear” Theory

Teori ini menyatakan bahwa organ akan mengalami kerusakan bila dipakai secara berlebihan dan makin sering dipakai berlebihan akan makin banyak yang rusak sehingga tubuh tidak mampu memperbaiki,

2. The Neuroendocrinology Theory

Ketidakmampuan produksi hormon untuk mengimbangi fungsinya yang berlebihan sehingga tubuh akan mengalami kekurangan hormon secara menyeluruh sehingga terjadila proses penuaan. Walaupum mekanisme umpan balik mulai dari hipotalamus, hipofise dan organ sasaran masih bekerja tetapi berhubung kerjanya berlebih sehingga poros hipotalamus-hipofise dan organ sasaran tetap tidak mampu mengimbanginya dan akhirnya proses penuaan akan terjadi.

3. The Genetic Control Theory

Kontrol genetic mengatur manusia sesuai dengan apa yang telah diatur di dalam DNA seseorang, namun sekarang berbagai kemajuan ilmu kedokteran khususnya dalam bidang kedokteran anti penuaan telah mulai dijajaki untuk memutus rantai dari DNA untuk mencegah kerusakan dan memperbaiki DNA.

4. The Free Radical Theory

(5)

2.2 Penuaan Sistem Kardiovaskular

Sistem kardiovaskular merupakan salah satu sitem dalam tubuh yang mengalami penuaan seiring dengan berkurangnya umur manusia. Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun fungsional. Pernurunan yang terjadi berangsur-angsur sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktvitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi. Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua (lansia) yang sehat tidak ada perubahan, namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat akan berkurang. Pada dewasa muda, kecepatan jantung di bawah tekanan yaitu, 180-200 x/menit. Kecepatan jantung pada usia 70-75 tahun mmenjadi 140-160x/menit.

Penuaan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler tentunya juga memiliki efek pada anatomis jantung sendiri, yakni berupa bertambahnya massa jantung, ventrikel kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin. Katub jantung mengalami fibrosis dan klasifikasi. SA node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat. Kemampuan arteri dalam menjalankan fungsinya berkurang sampai 50%. Pembuluh darah kapiler mengalami penurunan elastisitas dan permeabilitas. Terjadi perubahan fungsional berupa kenaikan tahanan vaskular sehingga menyebabkan peningkatan tekanan sistole dan penurunan perfusi jaringan. Penurunan sensitivitas baroreseptor menyebabkan terjadinya hipotensi postural.

Curah jantung (cardiac output) menurun akibat penurunan denyut jantung maksimal dan volume sekuncup. Respons vasokonstriksi untuk mencegah terjadinya pengumpulan darah (pooling of blood) menurun sehingga respons terhadap hipoksia menjadi lambat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal (VO2 maks) berkurang sehingga kapasitas vital paaru menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO2 maksimum, mengurangi tekanan darah, dan berat badan. Perubahan yang terjadi seiring dengan proses penuaan pada sistem kardiovaskular lebih jelasnya akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.

2.2.1 Anatomi Jantung pada Lansia

(6)

Kekakuan arteri terjadi seiring penuaan akibat penebalan tunika media, fibrosis intima, penurunan sel otot polos, peningkatan deposit kalsium, peningkatan kolagen, dan penurunan serat elastis. Perubahan pada arteri yang menjadi kaku dan menebal dapat menyebabkan ateriosklerosis (Lewis & Bottomley, 1994). Perubahan kekakuan pada arteri meningkatkan resistansi pembuluh darah perifer (hambatan aliran darah dalam perifer), yang meningkatkan beban kerja jantung dan menurunkan aliran darah ke berbagai organ, terutama ginjal. Aorta dan arteri yang mengalami dilatasi menerima lebih banyak volume darah sebagai mekanisme kompensasi (Gerber, 1990). Vena menjadi meregang dan mengalami dilatasi karena mengalami penebalan dan kekakuan seiring penuaan akibatnya katup-katup vena tidak dapat menutup secara sempurna. Pada lansia jumlah sel pacemaker semakin berkurang menyebabkan gangguan irama jantung (Rowe & Besdine, 1988). Irama jantung yang tidak sesuai dalam mengoordinasi aliran listrik yang mengendalikan siklus jantung menyebabkan disritmik seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu terjadi peningkatan lemak, kolagen, dan penebalan pada serat elastis terjadi pada daerah nodus sinoatrial (SA) (Morgan, 1993). Area jantung yang mengalami aliran darah dengan tekanan tinggi seperti pada katup aorta dan katup mitral mengalami penebalan (Blair, 1990). Penebalan pada katup aorta menyebabkan kekakuan pada bagian dasar pangkal aorta menghalangi pembukaan katup, menyebabkan obstruksi parsial terhadap aliran darah selama denyut sistole. Terjadi akumulasi lipofusin (aging pigment) pada sel miokardium yang menua (Lewis & Bottomley, 1994). Penebalan dan kekakuan miokardium dengan katup-katup yang kaku, peningkatan waktu pengisian diastolik dan peningkatan tekanan pengisian diastolik diperlukan untuk mempertahankan preload yang adekuat. Perubahan anatomi jantung pada lansia dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:

Tabel 1. Perubahan anatomi jantung pada lansia Perubahan Anatomi Jantung pada

Lansia Implikasi Klinis

Penebalan dinding ventrikel kiri Penurunan kekuatan kontraksi Penebalan katup jantung Gangguan aliran darah melalui katub Jumlah sel pacemaker menurun Terjadi disritmia

(7)

Gambar 1. Perbandingan jantung muda dan lansia

(8)

Gambar 3. Perbandingan jantung muda dan lansia saat istirahat Young heart :

Old

heart :

2.2.2 Sirkulasi Jantung pada Lansia

Perubahan usia mempengaruhi dua dari tiga lapisan pembuluh darah, dan konsekuensi fungsional bervariasi, tergantung pada lapisan yang terpengaruh. Perubahan pada lapisan pembuluh darah tersebut dapat dicontohkan dalam perubahan tunika intima (lapisan terdalam) memiliki akibat fungsional yang paling serius dalam perkembangan aterosklerosis, sedangkan perubahan di tunika media (lapisan tengah) berhubungan dengan hipertensi. Untuk lapisan terluar (tunika eksterna) tampaknya tidak akan terpengaruh oleh perubahan yang berkaitan dengan usia. Lapisan ini, terdiri dari adiposa dan jaringan ikat, mendukung serabut saraf dan vasorum vasa, suplai darah untuk tunika media.

Tunika intima terdiri dari satu lapisan sel endotel pada lapisan tipis jaringan ikat. Tunika intima berfungsi untuk mengontrol masuknya lipid dan zat lain dari darah ke dalam dinding arteri. Sel

at rest During vigorous exercise

(9)

endotel yang utuh memungkinkan darah mengalir dengan lancar. Semakin bertambahnya usia, tunika intima mengental karena fibrosis, proliferasi sel, dan lipid dan akumulasi kalsium. Ukuran dan bentuk sel-sel endotel menjadi tidak teratur. Perubahan pada intima tunika dan sel-sel endotel menyebabkan arteri melebar dan memanjang mengakibatkan dinding arteri lebih rentan terhadap aterosklerosis. Sel-sel otot polos yang terlibat dalam fungsi jaringan pembentuk memproduksi kolagen, proteogly cans, dan serat elastis. Karena memberikan dukungan struktural, lapisan ini mengendalikan ekspansi dan kontraksi arteri.

Perubahan usia mempengaruhi tunika media yaitu peningkatan kolagen, tunika media menipis dan mengerasnya serat elastin, sehingga pembuluh darah kaku. Perubahan pada tunika media terutama terjadi di dalam aorta, diameter lumen meningkat untuk mengkompensasi kakunya arteri yang berkaitan dengan usia. Vena menjadi lebih tebal, lebih melebar, dan kurang elastis dengan bertambahnya usia. Katup vena pada kaki mengalami pembesaran sehingga menjadi kurang efisien dalam mengembalikan darah ke jantung atau gangguan aliran balik vena (Gioiella & Bevil, 1985).

(10)

Gambar 5. Perbedaan arteri saat muda dan tua

Perubahan pada aliran darah mengakibatkan perubahan pada curah jantung. Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh jantung per menit, merupakan ukuran penting dari kinerja jantung karena mewakili kemampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Fungsi dan stabilitas seluruh jaringan tubuh tergantung pada suplai oksigen dan zat gizi lain yang adekuat dari darah sirkulasi. Suplai ini terutama ditentukan oleh curah jantung, sesuai dengan rumus berikut:

CO = Curah Jantung (Cardiac output)

HR = Frekuensi Jantung (Heart rate)

SV = isi sekuncup (Stroke volume)

CO = HR x SV

CO = HR x SV muda

tua

Adventitia

Media

Intima

(11)

Kemampuan otot jantung untuk menghasilkan tegangan dapat dipertahankan dengan baik meskipun terjadi penuaan, demikian juga fungsi ventrikel kiri saat istirahat, respon terhadap reseptor simpatetik beta pada jaringan jantung menurun drastis dan dimanifestasikan sebagai penurunan respons inotropik otot jantung terhadap stimulasi katekolamin, penurunan respons frekuensi jantung, dan penurunan vasodilatasi arteri. Frekuensi jantung saat istirahat tidak berubah drastis namun frekuensi jantung saat melakukan latihan fisik sedikit menurun seiring penuaan (Brocklehurst, Tallis, & Fillit, 1992). Penurunan ini dikaitkan dengan perkembangan jaringan ikat pada nodus SA, nodus atrioventrikular (AV), dan cabang berkas (Farrel, 1990; Gioiella & Bevil, 1985). Selama melakukan latihan fisik, lansia mengalami peningkatan penggunaan mekanisme Frank-Starling untuk mengompensasi peningkatan beban jantung dan status inotropik jantung yang lebih rendah (Alexander, 1998). Hukum Frank-Starling merupakan prinsip mekanisme yang digunakan oleh jantung yang mengalami penuaan untuk meningkatkan curah jantung adalah dengan meningkatkan volume akhir diastolik yang meningkatkan volume isi sekuncup (Fernandez, 1996; Gerber, 1990). Seiring penuaan terdapat bukti pemanjangan relaksasi dan kontraksi otot jantung yang mengakibatkan fase isovolumik diastole memanjang dan pengisian diastolik ventrikel kiri melambat.

Pada lansia, penyebab potensial penurunan curah jantung dapat dikaitkan dengan ketidak seimbangan cairan, disritmia, dan penurunan kontraktilitas akibat infark miokardium atau cedera miokardium (Harizi, Bianco, & Alpert, 1988; Wong, Gold, Fukuyama, & Blanchette, 1989). Perubahan terkait usia pada tingkat anatomik dan tingkat sel, dapat dihubungkan dengan penurunan fungsi sistolik dan diastolik. Perubahan pada pertautan silang jaringan ikat interseluler menyebabkan peningkatan kekakuan miokardium (Lakatta, 1990). Hipertrofi ventrikel kiri dan penyusutan ruang ventrikular kiri merupakan gambaran jantung yang menua, meskipun tidak ada penyakit kardiovaskular (Lakatta, 1990).

(12)

hipertensi disebut hipertensi esensial, yang terhitung sebanyak 90% sampai 95% dari kasus yang terjadi, dan hipertensi sekunder, akibat dari penyakit ginjal atau penyebab yang teridentifikasi lainnya. Hipertensi maligna merupakan bentuk hipertensi berat yang fulminan yang umumnya berasal dari hipertensi esensial dan sekunder.

Sejalan dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor-faktor risiko hipertensi lainnya meliputi diabetes, riwayat, keluarga, dan jenis kelamin. Faktor –faktor gaya hidup, seperti obesitas, asupan garam yang tinggi, asupan alkohol yang berlebihan, dan penggunaan kontrasepsi oral, juga membuat pasien beresiko tinggi mengalami hipertensi.

Riwayat keluarga, ras, obesitas, diet tinggi natrium atau lemak jenuh, penggunaan tembakau atau kontrasepsi oral, gaya hidup yang banyak duduk, dan penuaan semuanya telah diteliti untuk menentukan peran faktor-faktor tersebut dalam terjadinya hipertensi. Hipertensi sekunder dapat diakibatkan oleh penyakit renovaskuler, penyakit parenkim ginjal, feokrotoma, hiperaldosteronisme primer, sindrom cushing, diabetes mellitus, penyempitan aorta, penyakit neurologik, dan disfungsi kalenjar tiroid, hipofisis, atau paratiroid.

Tatalaksana gizi klinik pada hipertensi (menurut Pedoman Tatalaksana Gizi Klinik, Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia 2008). Tujuan penatalaksanaan gizi pada penyakit hipertensi adalah untuk mengendalikan tekanan darah, memperbaiki status gizi seperti menurunkan berat badan pada kegemukan, mengurangi keluhan dan gejala (pendekatan simptomatik), mencegah komplikasi seperti stroke, gagal jantung. Subjektif berdasarkan anamnesis tentang riwayat penyakit umum dan riwayat gizi termasuk riwayat keturunan atau genetik (hipertensi esensial), dan riwayat penyakit dahulu (hipertensi sekunder): obesitas (abdominal), penyakit ginjal, hipertiroidisme, eklamsia, feokromositoma, hipertensi kehamilan. Riwayat penggunaan obat: (kortikosteroid, obat KB), inhibitor MAO yang digunakan bersama konsumsi tiramin. Keluhan utama berupa sakit kepala tegang otot, iritabilitas. Gaya hidup ditanya pola makana khususnya makan makanan yang kaya garam dan lemak jenuh, kebiasaan merokok, minum alkohol, kurang kegiatan fisik (sedentary life), stres, defisiensi kalsium, magnesium serta kalium.

(13)

kardiomegali. Pemeriksaan antropometrik terdiri dari tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh, lingkar perut, lingkar panggul, lemak tubuh total, pemeriksaan Bio-electrical Impedance Analysis untuk mengetahui komposisi tubuh. Pemeriksaan laboratorium hitung darah lengkap, kadar asam urat, ureum dan kreatinin. Pemeriksaan fungsional dilakukan sesuai kondisi fiisik pasien. Analisis asupan mencangkup dietary assessment, dietary history, jumlah dan jenis, foof frequency questionnaire, pemeriksaan penunjang dengan EKG, foto roentgen toraks.

Diagnosis kerja, hipertensi esensial, sekunder, status gizi antropometrik apakah obesiatas/normal/malnutisi: ringan/sedang/berat. Status metabolik apakah hipometabolik, hipermetabolik. Komplikasi dapat stroke, serangan jantung koroner (angina pektrosis, infark), gagal ginjal.

Perencanaan penatalaksanaan terapi nutrisi pada hipertensi dengan komposisi nitrisi diet rendah garam. Memilih makan dengan kandungan garam rendah (<3 gr/hari). Asupan cairan yang cukup (1,5 – 2,0 lt/hari). Energi dihitung kebutuhan kalori dengan memerhatikan proporsi makronutrien dengan komposisi karbohidrat 60%, lemak 20%, protein 20%. Mikronutrien mengandung vitamin E, kalsium, kalium, magnesium.

Metode pemberian nutrisi pada hipertensi dengan cara pemberian nutrisi oral, dengan jadwal pemberian makanan pokok 3 kali perhari, makanan ringan 3 kali perhari, dengan interval tiap 3 jam. Bentuk nutrisi bentuk makanan (per oral) makanan padat. Monitoring dan evaluasi, monitoring sesuai dengan jalur pemberian nutrisi dan kondisi pasien. Disesuaikan dengan cara pemeberian nutrisi, monitoring pada jalur pemberian nutrisi enteral perlu penilaian residu cairan lambung dengan cara dinilai setiap 4 – 6 jam sampai tercapainya kecepatan pemberian yang diharapkan. Pemebrian dihentikan selama 1 jam bila residu cairanlambung >1 – 1,5 kali kecepatan tetesan per jam (feeding pump) atau residu >150 ml sebelum pemberian nutrisi enteral secara bolus atau intermiten. Monitoring pada jalur pemberian enteral termasuk tanda vital dan berat badan.

(14)

bilirubin, albumin, prealbumin, kalsium, fosfat hdan magnesium diperiksa pada saat dimulainya NPT dan 48 jam sesudahnya. Bila kadar parameter tersebut normal maka pemeriksaan ulang dapat dilakukan secara mingguan, kecuali elektrolit dan BUN diulang seminggu 3 kali. Pemeriksaan kadar glukosa darah setiap 6 jam dalam 48 jam pertama dan setiap pagi sesudahnya. Pengukuran kadar trigliserida di awal pemberian NPT pada 48 jam pertama, kemudian seminggu satu kali sesudahnya. Monitoring pemberian nutrisi parenteral berdasarkan fungsi metabolik adalah pengukuran berat badan untuk mengamati adanya kelebihan cairan. Untuk monitoring mengetahui terpenuhinya kalori dan protein dimonitor perubahan berat badan sedangkan untuk monitor perbaikan status protein diperiksa albumin darah, prealbumin, transferin, dan RBP (Retinol Binding Protein). Berat badan juga secara umum monitor keberhasilan NPT.

Evaluasi pemberian nutrisi pada hipertensii mulai dari penilaian keadaan umum dengan pemeriksaan tekanan darah. Analisis asupan zat gizi, pola makan dengan melakukan 24-hour food recalls serial dan pola aktivitas fisik. Selanjutnya penilaian status gizi dengan perubahan berat badan. Penilaian status metabolik beurdasarkan pemeriksaan laboratorium, seperti trigliserida, kolesterol LDL, kolesterol HDL, kolesterol total. dapat berupa latihan dan olahraga. Beda antara kegiatan fisik dan olahraga adalah gerakan volunter atau sadar yang dapat membakar energi. Kegiatan fisik merupakan gerakan tubuh seperti melakukan pekerjaan aktivitas rumah tangga sehari-hari.

Berikut adalah tabel hubungan antara konsumsi oksigen, denyut jantung, dan penggunaan energi untuk berbagai aktivitas fisik :

(15)

Sangat ringan :

Menghabiskan tenaga ≥ 180 ≥ 15,0

2.3.1 Faktor Penentu Kebutuhan Energi atau Penggunaannya

Faktor penentu penggunaan energi untuk metabolisme bebas (supaya mempertahankan tetap hidup) termasuk memelihara tubuh, jaringan, dan temperatur, fungsi respirasi, denyut jantung, fungsi ginjal, dan fungsi dasar lain. Determinan ini di pengaruhi oleh umur, jenis kelamin, penyakit/luka, temperatur, lingkungan, status hormon, stres, pada ibu hamil dan laktasi. Pemakaian energi pada aktivitas fisik dipengaruhi oleh tingkat penggunaan, temperatur lingkungan, umur, jenis kelamin dan berat badan.

Kebutuhan energi untuk spesific dynamic effect (heart increment) makanan mulai dari pencernaan, penyerapan, distribusi, modifikasi, penyimpanan zat makanan terkonsumsi tergantung dari jenis makanan. Pemakaian energi utnuk pertumbuhan atau respirasi dipengaruhi oleh perkembangan normal, pada kehamilan atua laktasi, adanya penyakit atau luka. Faktor yang menentukan efisiensi penggunaan energi tergantung dari diet, genetik, status hormon.

(16)

Menurut U.S. National Institute of Health. National Institute on Aging Exercise and Physical Activity : your every day guide from the National Intitute on Aging. Olah raga teratur dan kegiatan fisik untuk kesehatan fisik dan mental untuk semua orang termasuk usia lanjut. Aktif secara fisik tentu membantu melakukan sesuatu dengan senang hati dan tidak tergantung pada usia. Kegiatan fisik teratur untuk jangka panjang akan menghasilkan keuntungan kesehatan dalam jangka panjang pula. Para pakar kesehatan mengatakan bahwa usia lanjut harus aktif setiap hari untuk mempertahankan kesehatannya. Olahraga teratur dan kegiatan fisik dapat mengurangi risiko berkembangnya penyakit dan kecacatan dengan bertambahnya usia. Penelitian menunjukkan pada pasien dengan arthritis, penyakit jantung, atau diabetes mendapatkan keuntungan dengan olahraga teratur. Olahraga juga membantu pada tekanan darah tinggi, masalah gangguan keseimbangan berat badan maupun pada kesulitan berjalan.

Banyak cara kesehatan fisik menjadi aktif seperti banyak bergerak sepanjang hari, mengatur waktu untuk berolahraga dalam seminggu. Aktivitas fisik dapat dengan melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari, seperti berkebun, menimba air, menyapu halaman, mencuci pakaian, naik tangga. Lari atau jalan cepat sejauh 3 mil merupakan olahraga yang mudah dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh.

2.3.3 Olahraga Bagi Lansia

Olahraga yang baik dilakukan secara seimbang yakni dengan memperhatikan:

1. Intensitas olahraga

Intensitas latihan adalah jumlah kekerasan melakukan latihan. Intensitas latihan dapat diketahui dengan menghitung denyut nadi dengan meraba pergelangan tangan. Pada saat latihan olahraga, denyut nadi harus bisa melampaui 60% dari denyut nadi maksimal (DNM), namun jangan sampai melampaui 80% dari DNM. Denyut nadi maksimal yang dirumuskan dengan DNM = 60% x (220-usia) denyut nadi per menit.

2. Zona Latihan

(17)

melakukan olahraga sampai denyut nadi kita masuk dalam zona latihan, tidak kurang dan tidak lebih.

3. Lama Olahraga

Untuk olahraga yang bersifat aerobik (jalan, jogging, bersepeda, berenang, dll) sebaiknya kita berlatih selama 20-45 menit dalam zona latihan, ditambah 5-10 menit untuk pemanasan dan 5-10 menit untuk pendinginan. Alokasi waktu seperti ini bermanfaat untuk meningkatkan latihan otot-otot jantung dan rangka. Berolahraga melebihi waktu tersebut kurang bermanfaat lagi untuk meningkatkan kekuatan atau ketahanan otot-otot, bahakan dapat meningkatkan risiko cidera karenan kelelahan.

Lamanya waktu seseorang untuk berolahraga bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan daya tahan jantung serta peredaran darah. Sebaiknya berlatih sampai denyut nadi masuk dalam zona latihan dan biasanya paling sedikit 20-40 menit. Semakin lama dalam zona latihan akan semakin baik bagi kebugaran tubuh.

4. Frekuensi Olahraga

Jadwal olagraga yang baik adalah bergantian melatih otot-otot bagian atas tubuh dan pada latihan berikutnya melatih otot-otot-otot-otot bagian bawah tubuh, atau secara bergantian dilakukan untuk keduanya.hal yang perlu dilakukan adalah secara rutin merubah jenis latihan/olahraga yang dilakukan. Lansia sebaiknya mengurangi porsi latihan apabila melakukan hal-hal berikut:

a. Denyut nadi mendadak naik turun

b. Merasa pusing, kepala terasa ringan atau keluar keringat dingin c. Mual atau muntah

d. Sehari setelah latihan sepanjang hari masih merasa terlalu lelah e. Tidak dapat tidur

Jenis olahraga yang paling tepat untuk lansia adalah jalan kaki cepat, senam, berenang, latihan dengan beban ringan untuk mengutakan tulang dan otot-otot tubuh, serta lari-lari santai. Berikut ini tips untuk menjadikan latihan fisik/olaharaga bagi lansia menjadi efektif:

a. Frekuensi latihan setiap hari atau 3 kali seminggu

b. Memilih latihan fisik/olahraga yang sesuai dengan kemampuan tubuh/fisik.

(18)

2.3.4 Angka Kecukupan Gizi pada Lansia

Angka kecukupan gizi adalah banyaknya zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi yang adekuat. Adapun rincian anjuran kecukupan zat gizi bagi lansia yakni:

1. Kebutuhan energi akan mulai menurun pada usia 40-49 tahunsekitar 5% dan pada usia 50-69 tahun menurun 20% sehingga jumlah makanan yang dikonsumsi akan berkurang. Oleh karena itu, sebaiknya lansia mengkonsumsi jenis karbohidrat kompleks 60-65% karena banyak mengandung vitamin, mineral, dan serat.

2. Sebaiknya lansia mengkonsumsi lemak nabati daripada lemak hewani untuk mencegah penumpukan lemak tubuh.

3. Tingkatkan asupan makanan sumber vitamin A,D dan E untuk mencegah degeneratif serta B12, asam folat, vitamin B1, dan vitamin C untuk mencegah penyakit jantung.

4. Tingkatkan konsumsi makanan sumber besi (Fe), zinc (Zn), selenium (Se), dan kalsium (Ca) untuk mencegah anemia dan osteoporosis serta meningkatkan daya tahan tubuh.

5. Tingkatkan asupan zat gizi mikro: fosfor, kalium, natrium, magnesium untuk metabolisme dalam tubuh.

6. Perbanyak minum air putih minimal 8 gelas perhari untuk melancarkan proses metabolisme tubuh dan mengeluarkan sisa pembakaran energi dalam tubuh serta tingkatkan konsumsi serat agar buang air besar lancar, mencegah penyerapan kolesterol dan menghindari penumpukan kolesterol total dalam tubuh.

Untuk mengetahui perhitungan angka kecukupan gizi pada lansia berikut cara perhitungan yang dapat dilakukan:

1. Energi

Komposisi zat gizi yang dianjurkan bagi lansia adalah 60-65% karbohidrat, 15-25% protein dan 10-15% lemak. Kebutuhan kalori pada usia 50-60 tahun akan menurun kurang lebihnya 10%.

Perhitungan kebutuhan energi menggunakan rumus WHO yakni: Langkah 1:

Menimbang berat badan lansia, kemudian hitung BMR dengan rumus:

BMR Pria = (13,5 – berat badan) + 487 kalori BMR Wanita = (10,5 –berat baadan) +596 kalori

(19)

Menghitung AKG energi lansia dengan rumus:

BMR x faktor aktifitas individu (ringan, sedang, berat) pada umumnya yang digunakan adalah ringan karena aktivitas lansia adalah tingkat ringan.

Jenis kelamin Aktivitas Ringan

Aktivitas

Sedang Aktivitas Berat

Pria 1,56 x BMR 1,76 x BMR 2,10 x BMR

Wanita 1,55 x BMR 1,70 x BMR 2,00 x BMR

2. Protein

Kebutuhan protein lansia perhari dalam kondisi sehat adalah 0,8 gram atas 15-25% dari kebutuhan energi. Kelebihan protein dapat membebani beban kerja ginjal.

3. Lemak

(20)

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Fungsi utama dari sistem kardiovaskular adalah untuk mempertahankan homeostasis oleh sirkulasi sel darah yang mengandung oksigen dan nutrisi ke organ dan jaringan serta untuk mengangkut karbon dioksida dan produk limbah lainnya untuk dikeluarkan oleh sistem tubuh lainnya. Seperti sistem fisiologis lainnya, sistem kardiovaskular memiliki kapasitas adaptif yang luar biasa untuk mengimbangi perubahan yang berkaitan dengan usia. Dengan adanya faktor risiko, sistem kardiovaskular kurang efisien dalam mempertahankan hidup, dan konsekuensi fungsional negatif yang serius dapat terjadi.

Seperti banyak aspek lain dari fungsi fisiologis, sulit untuk menentukan apakah perubahan dalam fungsi kardiovaskular yang disebabkan penuaan normal atau proses patologis. Pengetahuan tentang perubahan usia atau penyakit yang berhubungan berbeda dalam fungsi kardiovaskular, sampai saat ini, tidak ada teknologi medis yang ada untuk mendeteksi proses patologis kardiovaskular tanpa gejala. Dengan demikian, studi awal memberikan informasi yang lebih lanjut tentang perubahan kardivaskular umum yang mempengaruhi orang-orang yang tua dan kurang informasi tentang perubahan yang berkaitan dengan usia.

3.2 Saran

Rahasia umur panjang pada orang yang berusia lanjut lebih dari 100 tahun, hidup teratur sepanjang hari, lebih cepat tidur di malam hari dan lebih cepat bangun di pagi hari, serta istirahat satu jam di siang hari. Makan lebih banyak buah dan sayur teratur tiga kali sehari, aktif dalam kegiatan rumah tangga, menghindari rokok, diet dengan makanan sederhana, kurangi makan daging, lebih banyak asupan makan jenis sayuran . aktif secara fisik setiap hari, hidup penuh ketenangan, rukun dan damai.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry dan Makhfudli.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika

Fatimah.2010.GiziUsia Lanjut.Jakarta:Erlangga

Maas,Meridean L,dkk.2011.Asuhan Keperawatan Geriatric Diagnosis NANDA, Kriteria Hasil NOC, Intervenci NIC.Jakarta:EGC

Miller,Carol A.2009.Nursing for Wellness in Older Adults fifth editions.China:Lippincont

National Institute on Aging.2005.Aging Heart and Arteries a Scientific Quest.National Istitute of Health Publication

Oenzilk,Fadil.2012.Gizi Meningkatkan Kualitas Manula.Jakarta:EGC Pangkahila, J. Alex.2013.Pengaturan Pola Hidup dan Aktivitas Fisik

Meningkatkan Umur Harapan Hidup.THESIS

Stanley&Patricia.2006.Buku Ajar Keperawatan Geriatrik Edisi 2.Jakarta:EGC

Stockslager,Jaime L.2008.Buku Saku Keperawatan Geriatrik Edisi 2.Jakarta:EGC

Gambar

Gambar 27
Gambar 3. Perbandingan jantung muda dan lansia saat istirahat
Gambar 4. Arteri dan vena normal
Gambar 5. Perbedaan arteri saat muda dan tua

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan panas didefinisikan sebagai kombinasi dari proses pemanasan dan pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam/paduan dalam keadaan

Sedangkan 189 sampel membentuk SRMC dan 156 sampel yang tidak membentuk SRMC, maka diambil kesimpulan sebagai berikut, Ukuran Dewan Komisaris yang diproksikan

akademik, yang terdiri dari audit sistem dan audit kepatuhan/kesadaran mutu. Tujuan.. umum AMI adalah membantu seluruh pengelola di lingkungan Unand

Tidak berlebihan kiranya, penulis memanjatkan puji syukur yang tidak terhingga kepada Tuhan, berkenaan dengan riset yang dapat diselesaikan dalam rangkaian tugas

(2).Status kepemilikan akan beralih kepada PEMBELI jika PENJUAL telah menerima lunas pembayarannya dan PENJUAL menyerahkan BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor) KENDARAAN

Assume that we have 4 bytes of hexadecimal data: 25H, 62H, 3FH, and 52H.(a) Find the checksum byte, (b) perform the checksum operation to ensure data integrity, and (c) if the

07.03 Onions, shallots, garlic, leeks and other alliaceous vegetables, fresh or chilled.. ),jelly fungi(Tremella spp... equina, Vicia

Hasil analisis atas jalur mediasi yang pertama menunjukkan terdapat pengaruh tidak langsung secara positif dan signifikan oleh intellectual capital