Prototipe Sistem Remote Monitoring dan Pengukuran Besaran
Listrik Menggunakan PLC Berbasis GPRS
Sofian Yahya1, Sarjono Wahyu Jadmiko2, Dedi Nono Suharno3
1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bandung, Bandung
Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung 40012, Kotak Pos 1234
(1sofianyahya@polban.ac.id, 2sarjnpdml@yahoo.com, 3dedinsp3d@yahoo.co.id)
ABSTRAK
Microgrid diusulkan menjadi sebuah konsep baru dalam sistem kelistrikan skala kecil yang memanfaatkan sumber-sumber energi listrik baru dan terbarukan, terutama pada kawasan yang belum terjangkau sumber listrik dari jaringan utama. Perangkat antar muka elektronik yang biasa digunakan untuk monitoring dan pengendalian pada sistem microgrid adalah SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition). SCADA pada umumnya
terdiri dari Master Terminal Unit (MTU), MTU mengendalikan Remote Terminal Unit (RTU) secara otomatis. Data yang ada di MTU kemudian direpresentasikan dengan Human Machine Interfaces (HMI). Tujuan dari
tulisan ini menyajikan perancangan prototipe sistem remote monitoring dan pengukuran besaran listrik
menggunakan PLC berbasis GPRS (General Packet Radio Service), sebagai representasi dari sistem SCADA.
Prototipe MTU diharapkan mampu memonitor dan mengukur tegangan, arus, daya, frekuensi, dan faktor daya dari energi listrik yang terukur pada RTU. Prototipe terdiri dari Power Meter SPM-8, Serial Communication Unit
(SCU), PLC Omron tipe CJ1M, Modem, dan perangkat lunak LabVIEW. Akuisisi data dari Power Meter di RTU dilakukan melalui SCU yang di program oleh perangkat lunak CX-Protocol (Protocol Modbus). Berdasarkan
hasil pengujian dengan komunikasi langsung antara RTU dengan MTU menggunakan kabel RS232, rata-rata
error hasil pengukuran di LabVIEW lebih tinggi 1,24% dibandingkan nilai terukur oleh power meter.
Kata kunci: Besaran Listrik, Power Meter, Programmable Logic Controller, Protocol Modbus, LabVIEW
1. PENDAHULUAN
Generator atau sumber pembangkit yang terin-tegrasi dalam suatu microgrid dengan tujuan men-suplai daya ke jaringan distribusi harus dilengkapi dengan power electronic interfaces (PEIs) dan
sis-tem kendali yang dibutuhkan untuk menjaga fleksi-bilitas sistem dan menjaga kualitas daya dan output dari energi. Fleksibilitas kendali memungkinkan microgrid dapat menjaga pasokan daya sesuai kebu-tuhan energi pada suatu kawasan [1].
Perangkat antar muka elektronik (power
elec-tronic interfaces) yang biasa digunakan untuk
moni-toring dan pengendalian pada sistem microgrid ada-lah SCADA (Supervisory Control and Data Acquisi-tion). SCADA adalah sistem yang berfungsi untuk
pengawasan dan pengendalian, dengan cara melaku-kan pengumpulan dan analisa data secara real time
[2].
SCADA terdiri dari perangkat keras input/output (I/O), pengendali, jaringan, komunikasi, database dan perangkat lunak. SCADA pada umumnya terdiri dari Master Terminal Unit (MTU) yang memonitor
dan mengendalikan dari jarak jauh. MTU mengendalikan Remote Terminal Unit (RTU) secara
otomatis, pada umumnya RTU berupa
Programmable Logic Controllers (PLCs) [1,3].
Data yang ada di MTU kemudian direpresen-tasikan dengan Human Machine Interfaces (HMI).
HMI merupakan reprensentasi secara grafis dari sis-tem yang terdiri dari konfigurasi sissis-tem, alarms,
pe-ngumpulan data, dan trend logging capabilities.
Perangkat lunak HMI yang di install pada komputer
pada lokasi MTU selain dapat memonitor, juga mampu mengendalikan proses pada plant secara remote [4,5].
Tujuan dari tulisan ini menyajikan perancangan prototipe sistem remote monitoring dan pengukuran besaran listrik menggunakan PLC berbasis GPRS
(General Packet Radio Service), sebagai
representasi dari sistem SCADA. Prototipe MTU diharapkan mampu memonitor dan mengukur tegangan, arus, daya, frekuensi, dan faktor daya dari energi listrik yang terukur pada RTU. Prototipe terdiri dari Power Meter SPM-8, Serial Commu-nication Unit (SCU) 41-V1, PLC Omron tipe CJ1M,
Modem, dan perangkat lunak LabVIEW. Akuisisi
data dari Power Meter di RTU dilakukan melalui SCU yang di program oleh perangkat lunak
CX-Protocol (CX-Protocol Modbus), sedangkan eksekusi
sequence read/write data dari power meter
dilaku-kan oleh instruksi PMCR yang di program dengan perangkat lunak CX-Programmer, dan hasilnya
diki-rim melalui modem ke MTU untuk ditampilkan pada HMI.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1SCADA Microgrid
kawasan kecil, seperti kawasan perumahan, kawasan publik atau akademik, area komersial, kawasan in-dustri, dan lainnya. Generator atau sumber pem-bangkit yang tergabung dalam suatu microgrid bisa dari sumber energi terbarukan atau konvensional, yang secara terintegrasi untuk mensuplai daya ke jaringan distribusi. Dalam microgrid sumber-sumber energi yang terintegrasi harus dilengkapi dengan
po-wer electronic interfaces (PEIs) dan kendali yang
dibutuhkan untuk menjaga fleksibilitas sistem dan menjaga kualitas daya dan output dari energi. Micro-grid memberikan beberapa keuntungan, seperti memperbaiki efisiensi energi, meminimalisir kon-sumsi energi secara keseluruhan, mengurangi dam-pak terhadap lingkungan, meningkatkan realibilitas dan ketahanan, dan lebih menghemat penggantian infrastruktur listrik [3,6].
Sistem SCADA (Supervisory Control dan Data
Acquisition) digunakan untuk pengawasan pada
microgrids. Sistem SCADA merupakan kombinasi
antara telemetri dan akuisisi data. Telemetri merupa-kan suatu teknik yang digunamerupa-kan dalam pengiriman dan penerimaan informasi atau data melalui suatu medium, sedangkan akuisisi data merupakan proses pengumpulan data. Data yang dikirimkan tersebut dapat berupa data analog dan atau digital yang ber-asal dari berbagai sensor. Akuisisi data dimulai dari RTU atau PLC, kemudian sinyal hasil pembacaan meter dan peralatan dikirimkan sesuai kebutuhan. Data-data ini kemudian dikompilasi dan diolah untuk dimanfaatkan operator di ruang kendali melalui HMI. Terakhir Operator menggunakan data untuk membuat keputusan berdasarkan hasil pengawasan, dan melakukan penyesuaian bila diperlukan baik terhadap RTU dan/atau kendali PLC [1,6].
2.2Programmable Logic Controller (PLC)
Programmable Logic Controller (PLC) pada
da-sarnya adalah sebuah komputer yang khusus diran-cang untuk mengontrol suatu proses atau mesin. Pro-ses yang dikendalikan ini dapat berupa regulasi va-riabel secara kontinyu seperti pada sistem-sistem servo atau hanya melibatkan kendali dua keadaan (On/Off) saja tapi dilakukan secara berulang-ulang seperti umum kita jumpai pada mesin pengeboran, sistem konveyor, dan lain sebagainya [8].
Untuk mengoperasikan perangkat keras PLC, maka diperlukan perangkat lunak. Khusus untuk PLC Omron perangkat lunaknya diintegrasikan dalam software CX-One. Software CX-One adalah paket perangkat lunak komprehensif yang mengintegrasikan PLC Programming Software
dengan Support Software untuk mendirikan
Jaringan, Programmable Terminal, Servo Systems,
Inverter, dan Temperature Controller.
2.3CX-Programmer
CX-Programmer adalah alat pemograman PLC OMRON yang berfungsi untuk membuat, pengujian dan pemeliharaan program-program. CX-Program-mer menyediakan fasilitas untuk mendukung perangkat PLC dan alamat informasi untuk komunikasi dengan PLC OMRON dan mendukung jenis jaringan. Salah satu instruksi yang berhubungan dengan Instruksi Protocol Macro adalah PMCR. PMCR(260) merupakan instruksi untuk memanggil dan mengeksekusi Sequence
Registered pada Serial Communication Board(SCB)
atau Serial Communication Unit (SCU). Sebelum
mengeksekusi instruksi PMCR dengan PLC CS/CJ series, mode komunikasi untuk port komunikasi yang akan digunakan harus di set ke protocol macro.
2.4CX-Protocol
Protocol untuk pertukan data untuk unit Omron
(Temperature Controllers, Panel Meters, etc) telah
di instal ke dalam PMSU (Protocol Macro System Unit). Dengan cara menset receive/send data dan
eksekusi pada instruksi PMCR. Protocol terdiri dari urutan komunikasi (sequence), yang tidak
tergantung pada proses untuk perangkat eksternal. Setiap sequence terdiri dari beberapa steps, setiap
steps terdiri dari perintah Send, Receive, atau Send &
Receive, send/receive messages, menunjukan
cabang atau hasil akhir dari proses [8,9].
Sebagai contoh, sequence untuk membaca nilai
proses dari pengendali temperature yang dikirimkan ke pengendali, message yang dikirimkan ( string
untuk perintah baca berisi header, address, check
code, dan terminator), dan message yang diterima
(string untuk response berisi header, address, check
code, dan terminator).
Protocol Macro Support Unit
Send message (Contoh: Perintah baca nilai terukur)
Received message (Contoh: Response) Send
(send)
Receive (receive)
2.5Protocol Komunikasi
Protokol komunikasi dapat diibaratkan sebagai sebuah bahasa/aturan yang digunakan pada sebuah sistem sehingga sistem tersebut dapat melakukan komunikasi satu dengan yang lainnya. Pada sistem otomasi industri terdapat bermacam-macam protokol komunikasi [10].
Modbus adalah protokol komunikasi serial yang diterbitkan oleh Modicon pada tahun 1979 untuk di-aplikasikan pada Programmable Logic Controller
(PLC). Kemudian protokol ini telah menjadi standar protokol komunikasi di industri, dan sekarang Modbus merupakan protokol komunikasi dua arah yang paling umum digunakan sebagai media penghubung dengan perangkat industri atau media elektronik lainnya dengan komputer.
Komunikasi dengan menggunakan protokol Modbus dapat menggunakan port serial atau
ethernet. Kebanyakan perangkat Modbus
berkomunikasi melalui serial RS-485. Untuk dapat berkomunikasi melalui protokol modbus maka master harus mengirimkan permintaan terhadap
slave dengan format frame sebagai berikut:
Gambar 4 Format request dari master
Keterangan:
1) Address, merupakan alamat slave dari 1 – 247.
Jika alamat slave yang di minta masuk ke slave
yang sesuai, maka slave tersebut akan
meresponnya dengan memberikan pesan balasan.
2) Function Code, berfungsi untuk memberi
perintah kepada slave. Berikut ini adalah jenis-jenis function code yang biasa digunakan dalam industri.
01 Read Coil Status; 02 Read Input Status; 03
Read Holding Registers; 04 Read Input
Registers; 05 Force Single Coil;06 Preset Single Register;15 Force Multiple Coils;16 Preset Multiple Registers
3) Register, merupakan register yang ingin diambil
nilainya. Register ini menggunakan 2 byte data, maka dari itu nilai register bisa sampai 256 namun dibatasi dengan jumlah register yang tersedia.
4) Length, merupakan jumlah register yang ingin di
request. ini juga menggunaka 2 byte data seperti register.
5) CRC, Cyclic Redundancy Check (CRC)
meru-pakan metode yang digunakan untuk pengecekkan error.
Pesan respon dari slave ke master memiliki sedikit
perbedaan dengan permintaan. untuk pesan Modbus dari slave memiliki frame yang menyesuaikan jumlah data yang dikirimkan dimana setiap 1 data menggunakan 2 byte data. Berikut ini adalah format frame respon dari slave.
Gambar 5 Formatrespondari slave
Contoh permintaan dari master ke slave dengan add-ress 01, untuk mengambil holding register dalam re-gister 40001 – 40004.
Gambar 6 Contoh request dari master
Penjelasan:
Setelah permintaan dikirimkan, maka slave akan
membalasnya, misalkan register 40001 bernilai 7, 40002 bernilai 6, 40003 bernilai 5, dan 40004 bernilai 4. maka respon slave adalah:
Gambar 7 Contoh respon dari slave
2.6Human Man Interface
HMI merupakan perangkat lunak antar muka be-rupa Graphical User Interface berbasis komputer
yang menjadi penghubung antara operator dengan mesin atau peralatan yang dikendalikan serta bertindak pada level supervisory. Secara umum HMI memiliki fungsi-fungsi seperti berikut: Setting, Monitoring, Take action, Data Logging & Storage,
Alarm history, Summary, dan Trending.
Salah satu perangkat lunak HMI yang banyak di-manfaatkan adalah LabVIEW. LabVIEW adalah akronim dari Laboratory Virtual Instrumentation
Engineering Workbench, merupakan perangkat
lunak untuk pengembangan grafis yang sangat fleksibel dan digunakan untuk mengendalikan, menguji aplikasi secara cepat dengan biaya yang relatif murah. Dengan LabVIEW, insinyur dan ilmuwan dapat berinteraksi dengan dunia riil, menganalisis data untuk memperoleh informasi, dan menampilkan hasilnya dalam bentuk laporan ataupun di web [4].
2.7Komunikasi GPRS
Bermacam-macam teknonologi kendali digunakan untuk monitoring dan kendali dari suatu sistem, dimana komunikasi antara suatu sistem dan pengguna (user) umumnya direalisasikan secara online melalui teknik komunikasi wireless seperti
RF, ZigBee, Bluetooth, dan GPRS dalam remote
monitoring [11]-[13].
GPRS (General Packet Radio Service)
adalah sebagai langkah migrasi menuju jaringan generasi ketiga (3G). Ini mengizinkan operator tele-komunikasi untuk mengimplementasikan arsitektur berbasis IP untuk aplikasi data yang akan diteruskan digunakan dan diperluas untuk layanan 3G yang mengintegrasikan suara dan aplikasi data. GPRS umumnya digunakan pada lokasi dimana tidak ada akses internet, GPRS digunakan melalui SIM card
dari jaringan selular digital GSM yang mampu memonitor dan mengendalikan secara remote suatu plant atau sistem.
Untuk merealisasikan aplikasi tersebut harus di-gunakan modem, modem bekerja dengan cara mengubah informasi digital dari komputer pengirim ke dalam bentuk sinyal analog yang ditransmisikan melalui line telepon, selanjutnya modem pada komputer penerima akan mengubah ulang sinyal analog ke sinyal digital.
Sebuah PLC Omron CJ1M+Serial Communication Unit(SCU), CJ1W-SCU41-V1 yang dihubungkan dengan Hayes Modem melaui kabel RS-232C dan program Hayes Modem AT Command Protocol dapat digunakan kendali remote [9].
3. PERANCANGAN
Gambar 8, memperlihatkan skema rancangan prototipe perangkat monitoring dan pengukuran besaran listrik menggunakan PLC berbasis PLC.
GPRS
PLC = Programmable Logic Controller SCU = Serial Communication Unit PM = Power Meter
PC = Personal Komputer RTU = Remote Terminal Unit
MTU = Master Terminal Unit
Gambar 8 Skema Monitoring dan Pengukuran Besaran Listrik Menggunakan PLC Berbasis GPRS
Sistem yang dirancang pada penelitian ini terdiri dari satu buah RTU dan satu buah MTU yang ber-fungsi untuk melakukan monitoring dan pengukuran besaran listrik. Untuk merealisasikan prototipe ini maka perancangan dibagi pada beberapa sub sistem sebagai berikut:
3.1Perancangan RTU
Sub sistem yang dirancang adalah perangkat keras dan perangkat lunak untuk Remote Terminal Unit (RTU) berbasis PLC Omron CJ2M. RTU akan memonitor dan mengukur besaran listrik dari sebuah
plant dan data hasil pengukuran tersebut akan dikirimkan ke Master Terminal Unit (MTU) dengan menggunakan komunikasi GPRS.
3.1.1 Perancangan Program CX-Protocol
Langkah pertama untuk komunikasi data dirancang interface Master dan Slaves untuk PLC CJ2M-SCU41-V1 dengan merancang protocol macro Modbus SPM 8, untuk membaca (Read) data
dari Power Meter dan menuliskannya (Write) ke
memory dari PLC.
Eksekusi dari sequence ini akan dilakukan
melalui operand C2 yang ada pada instruksi PMCR yang akan dibuat dengan program CX-Programmer.
Send Messages list dirancang seperti diperlihatkan
pada gambar 10.
Gambar 9 Interface Master dan Slaves
Gambar 10 Send Messages List Protocol
Sedangkan untuk Receive Messages list dirancang
seperti diperlihatkan pada gambar 11.
Gambar 11. Receive Messages list
Berdasarkan rancangan program yang dibuat dengan menggunakan perangkat lunak CX-protocol, selanjutnya PLC CJ2M dengan SCU41-V1 dihubungkan dengan Power Meter seperti diperlihatkan pada gambar 12.
Serial Communication Board
3.1.2 Perancangan Program CX-Programmer Untuk bisa mengeksekusi Read/Write sesuai
se-quence yang telah dibuat dengan perangkat lunak CX-Protocol, maka perlu Instruksi PMCR yang dirancang dengan menggunakan perangkat lunak CX-Programmer. Program pembacaan parameter listrik yang akan diprogram dan dibaca dengan CX-Programmer dibagi atas empat kelompok dengan mengacu pada Tabel Modbus Register Power Meter SPM-8 Shihlin.
Kelompok 1 : Holding Register, untuk pembacaan Realtime Data Voltage, Curent, Frequency (Float)
Kelompok 2 : Holding Register, untuk pembacaan Realtime Data Power Result (Float)
Kelompok 3 : Holding Register, untuk pembacaan Realtime Data Power Factor
Kelompok 4 : Holding Register, untuk pembacaan Realtime Data Energy (Float)
Untuk memudahkan dalam pemograman masing-masing kelompok diberi awalan yang berbeda baik untuk address data maupun contact yang digunakan: Kelompok 1 : P1_R1_TAF = Tegangan, Arus, dan Frekuensi
Kelompok 2 : P1_R2_PWR = Power (Daya) Kelompok 3 : P1_R3_PFA= Power Factor (Faktor Daya) & Data Energi
Berdasarkan pengelompokan pengambilan data seperti dijelaskan diatas, maka dialokasikan memori data yang diperlukan berdasarkan jumlah data yang akan diambil dengan mengacu pada tabel datasheet meter. Tabel 1 memperlihatkan contoh tabel memori data untuk pembacaan faktor daya. Selanjutnya dilakukan pemograman PMCR dengan ladder
diagram seperti diperlihatkan pada gambar 13.
Tabel 1 Contoh Memori Data Pembacaan Faktor Daya
Gambar 13 Ladder Diagram Instruksi PMCR untuk Membaca Faktor Daya Power Meter SPM-8
3.2Perancangan MTU
Data hasil pengukuran besaran listrik yang diperoleh dari RTU dikomunikasikan ke MTU melalui modem GPRS. Data yang diterima di MTU diakses dari modem ke PLC menggunakan komunikasi RS232 yang kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak CX-Programmer. Kemudian data hasil akusisi ditampilkan pada LabVIEW yang diakses dari memori data PLC Omron CJ2M melalui CX-OPC OMRON Server.
3.2.1 Perancangan Program OPC Server Omron Data yang terbaca oleh PLC kemudian disimpan pada Memori OPC Server. Pengisian data input dan output pada OPC Server Omron harus sesuai data MOV dari PLC Omron, dan device list harus sesuai dengan peralatan PLC yang digunakan.
3.2.2Perancangan Program Pengkondisian Sinyal pada HMI LabVIEW
Untuk merancang program pengkondisi sinyal yang akan ditampilkan di LabVIEW, maka terlebih dahulu harus dilakukan pemograman LabVIEW ber-dasarkan persamaan interpolasi yang diperoleh dari pengujian awal besaran listrik pada plant, sehingga nilai yang ditampilkan pada LabVIEW sama seperti yang terukur di power meter SPM-8.
3.2.3Perancangan Sistem Komunikasi GPRS Besaran listrik seperti tegangan, arus, frekuensi, daya, faktor daya, dan energi akan di monitor dengan HMI yang ada di MTU. Diagram alir untuk remote monitoring besaran listrik diperlihatkan pada gambar 14, komunikasi antara RTU dan MTU melalui GPRS/ GSM.
Mulai
Ukur Besaran Listrik dengan Power Meter
Baca data dengan PLC RTU
Hubungkan Modem ke Server
Apakah Hubungan Siap
? Hubungkan PLC ke
Modem
Tidak
A Ya
A
Kirim data ke Modem MTU
Baca dari data Modem MTU dengan PLC
Setting Parameter & Accsess Name Connection pada OPC
Server
Tampilkan Data yang Terukur Menggunakan
LabVIEW
Selesai
4.1Pengujian RTU
4.1.1 Pengujian CX-Protocol
Untuk memastikan bahwa komunikasi dari PLC & SCU ke Power Meter telah bisa dilakukan, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan fasilitas
tracing yang ada pada perangkat lunak CX-Protocol.
Pengujian dilakukan dengan sequence = 1, step = 0, send messages = 01 02 00 01 00 01 E8 OA dan responnya atau receive messages = 01 02 01 00 A1 88. Gambar 15, memperlihatkan hasil tracing terserbut.
Gambar 15 Hasil tracing program CX-Protocol
4.1.2Pengujian Program PLC untuk Pembacaan Power Meter
Sebelum menampilkan hasil pengukuran besar-an-besaran listrik dari pembangkit/plant dengan pe-rangkat lunak LabVIEW, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian program PLC untuk pembacaan nilai yang terukur oleh SPM-8. Nilai yang ter-ukur/terbaca pada memori data PLC adalah nilai desimal, bukan nilai real seperti yang ditampilkan
pada display power meter SPM-8.
Tabel 2 memperlihatkan contoh hasil monitoring perubahan nilai arus pada memori data PLC dan nilai yang terukur pada power meter SPM-8, saat generator dibebani secara bertahap dengan menggunakan beban resistif.
Berdasarkan hasil pengukuran seperti contoh pada tabel 2, maka dibuat persamaan untuk meng-konversi hasil pengukuran dari nilai desimal yang terbaca di memori data kedalam bentuk nilai real
untuk ditampilkan di HMI/ LabVIEW sesuai dengan nilai yang terukur di power meter SPM-8. Persamaan untuk mengkonversi ditentukan berdasarkan grafik hasil data pengukuran (Gambar 16) dan dibuat untuk masing-masing besaran listrik yang akan diukur seperti diperlihatkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Contoh Hasil Pengukuran Arus Generator dengan PLC dan SPM-8
Ket :
GEN_KW_tot = Daya output total generator (W) GEN_I_a, GEN_I_b, dan GEN_I_c = Arus jala-jala
Gambar 16. Contoh Penentuan Persamaan untuk Konversi Arus Jala-jala Generator
4.2Pengujian MTU
Seperti dijelaskan pada perancangan, data hasil pengukuran besaran listrik yang diperoleh dari RTU dikomunikasikan ke MTU melalui modem GPRS dan hasilnya ditampilkan dengan HMI LabVIEW. Pada pengujian awal proses itu belum dilakukan, tapi diuji coba dengan cara menghubungkan PLC RTU dengan PLC MTU dengan menggunakan kabel serial RS232. Selanjutnya PLC MTU dihubungkan dengan PC untuk menampilkan hasil pengukuran pada HMI LabVIEW. Gambar 17 memperlihatkan tampilan hasil pengukuran di LabVIEW.
Gambar 17 Tampilan hasil pengukuran di LabVIEW
Tabel 3 Persamaan untuk Mengkonversi Nilai Desimal ke Nilai Real
Variabel y adalah nilai parameter dari tampilan Lab-VIEW dan X1 adalah nilai decimal dari PLC. Per-bandingan hasil pengukuran menggunakan Power Meter dengan LabVIEW diperlihatkan pada tabel 4.
Tabel 4 Contoh Hasil Pengukuran dengan PM dan LabVIEW
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perancangan “Protipe Sistem Remote Monitoring dan Pengukuran Besaran
Lis-trik Menggunakan PLC Berbasis GPRS”.
Pembacaan besaran listrik dengan komunikasi dengan menggunakan kabel RS232 telah bisa dilakukan, rata-rata error hasil pengukuran di
LabVIEW 1,24% lebih tinggi dibandingkan dengan yang terukur oleh power meter SPM-8.
Pada kajian selanjutnya akan difokuskan pada implementasi sistem remote monitoring dengan menggunakan media GPRS termasuk daerah cakupan jaringan GPRS untuk monitoring.
DAFTAR PUSTAKA
[1] S. Chowdhury, S.P. Chowdhury and P. Crossley, “Microgrids and Active Distribution
Networks”, The Institution of Engineering and Technology, Michael Faraday House, Six Hills Way, Stevenage, Herts, SG1 2AY, United Kingdom, 2009.
[2] Pandjaitan Bonar, “Teknologi Sistem
Pengendalian Tenaga Listrik Berbasis
SCADA”, Prenhallindo, Jakarta, 1999.
[3] Rikiya Abe, Hisao Taoka, and David McQuilkin, “Digital Grid: Communicative
Electrical Grids of the Future”, IEEE
Transactions on Smart Grid, Vol. 2, No . 2, 2011.
[4] Naregalkar Akshay, K. Uday Sravanth, Rahul Varanasi,and J. Ankitha Reddy, Real Time Automated Control of Industrial Processes with PLC–LABVIEW Communication,
“International Journal for Research in Science
& Advanced Technologies, Issue-1”,
Volume-1 ,035-038, 20Volume-12.
[5] Tadej Tasner, Darko Lovrec, Francisek Tasner, Jorg Edler, Comparasion of LabVIEW and MATLAB for Scientific Research,
“International Journal of Engineering”, Tome
X, Fascicule, ISSN 1584-2673, 2012
[6] E. Álvarez, A. M. Campos, R. García, S. Gon-zález and C. Díez, “Scalable and Usable Web Based Supervisory and Control System for
Microgrid Management”, International
Con-ference on Renewable Energies and Power Quality, Granada (Spain), 23rd to 25th March 2010.
[7] Omron, Instructions Reference Manual, Cat.
No. W340-E3-3, 2002.
[8] Omron, Protocol Macro Modbus for CS1/CJ1
series, 2002.
[9] Omron, Sysmac CX-Protocol Ver. 1.9
Oparation Manual, Cat. No. W344-E1-12,
2010.
[10] Imam K., Taufiqurrahman, Tjatur W., dan Tjatur R., “Perancangan Komunikasi Data
Terintegrasi pada Programmable Logic
Controller Via Controller Link Network Dan
Ethernet Device”, Industrial Electronic
Seminar, PENS-ITS, 2011.
[11] C. Ranhotigamage, S. C. Mukhopadhyay, Field Trials and Performance Monitoring of Distri-buted Solar Panels Using a Low-Cost Wireless Sensors Network for Domestic Applications,
“IEEE Sensors Journal”, vol. 11, no. 10, pp.
2583–2590, Oct. 2011.
[12] W. T. Cho, C. F. Lai, Y. M. Huang, W. T. Lee, S. W. Huang, Home Energy Management System for Interconnecting and Sensing of Electric Appliances, KSII Trans. “Internet and
Information Systems”, vol. 5, no. 1, pp. 1274–
1292, Jan. 2011.
[13] N. Li, X. Li, Z. Deng, P. Su, “Research for re -mote management and configuration protocol