• Tidak ada hasil yang ditemukan

Luh Ayu Tirtayani Wisjnu Martani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Luh Ayu Tirtayani Wisjnu Martani"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Program 'Kereta Anak Tertib' Di Taman Kanak-Kanak

Luh Ayu Tirtayani

Wisjnu Martani

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Abstrak

Perilaku disruptif berdampak negatif terhadap keterlibatan anak dalam kegiatan belajar dan interaksi sosial. Dampak negatif ini dikhawatirkan akan semakin besar jika perilaku disruptif di masa kanak-kanak tidak mendapatkan penanganan secara tepat. Teknik keperilakuan terbukti efektif pada kasus perilaku disruptif. Oleh sebab itu diterapkan dalam penelitian ini sebagai bentuk tritmen yang disebut program 'Kereta Anak Tertib', mengkombinasikan ketepatan penyampaian perintah dan ekonomi token terhadap anak. Penelitian eksperimen kasus tunggal ini menggunakan penerapan dan penarikan program dari kegiatan kelas (ABAB). Data kuantitatif dianalisis secara visual (visual inspection) dan mengggunakan uji Friedman, sedangkan data kualitatif dipaparkan secara deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa program 'Kereta Anak Tertib' dapat menurunkan perilaku disruptif anak Taman Kanak-kanak.

Kata kunci: perilaku disruptif anak, tritmenkeperilakuan, rancangan eksperimen kasus tunggal

Abstract

Disruptive behaviours negatively impact the involvement of children in classroom learning activities and social interaction. This negative impact is even greater if a child does not get receive prompt and appropriate treatment. Behavioral treatment has been proven effective, therefor this study involved behavioral treatment called the 'Kereta Anak Tertib ' programme, is a strategy combining a correct approach to giving instructions to children as known as 'precision request' and 'token economy'. This single case experimental study applied repeated measurements (ABAB) in classroom. Quantitative data were analyzed visually (visual inspection) and with a Friedman test, also the qualitative data were presented in narrative form. The results showed that the 'Kereta Anak Tertib' programme could reduce children's disruptive behaviour.

Key Words: child disruptive behaviour, behavioral treatment, and single case experimental design

Pendahuluan dilakukan guru tidak menunjukkan dampak

positif.

Iklim belajar kelas yang kondusif tidak Berdasarkan DSM IV-TR (American dapat terwujud jika anak berperilaku disruptif. Psychiatric Association, 2000), perilaku Kasus perilaku disruptif merupakan satu d isruptif adalah perilaku bermasalah yang dari sepuluh permasalahan anak yang digolongkan menjadi tiga yakni:

attention-berdampak besar terhadap keberlangsungan deficit/hyperactivity disorder (ADHD), proses belajar-mengajar di dalam kelas dan oppositional defiant disorders (ODD), dan kehidupan anak selanjutnya (Nicholas dalam conduct disorders (CD). Perilaku disruptif Bowen, Jenson, & Clark, 2004). Perilaku berdampak pada pelemahan fungsi individu bermasalah ini juga terjadi di jenjang minimal di dua tempat berbeda, misalnya pendidikan prasekolah (Stage & Quiroz, terjadi di rumah dan sekolah. Perilaku 1997; Wilson & Lipzey, 2007). Di Daerah disruptif dapat menghambat interaksi yang Istimewa Yogyakarta (Achmanto, 2009; positif, sehingga diperlukan suatu penangan-Ningsih, 2008; Tirtayani, 2009; Wulansari, an secara segera.

(2)

menjadikan kasus perilaku disruptif di masa & Pear, 2003), yaitu: (1) penentuan dan kanak-kanak tidak dapat ditangani secara deskripsi perilaku target (perilaku yang akan tepat, dan ini berdampak buruk terhadap dikurangi atau ditingkatkan kemunculannya), kondisi anak (Herbert & Wookey, 2004). Dari (2) pengukuran baseline perilaku, (3) 15% anak usia 2–6 tahun yang didiagnosa menentukan bentuk penguat (hadiah) dan beperilaku disruptif, dengan gejala oppo- tipe token yang akan digunakan, serta (4)

sitional defiant, hanya 3% yang tidak lagi menyusun prosedur dalam pemberian token

digolongkan sebagai kelompok siswa secara tepat. Umumnya penanganan beresiko di Sekolah Dasar (SD). Dalam perilaku disruptif di seting kelas menyertakan pemeriksaan lanjutan, 6% diantaranya lebih dari satu teknik, sebagai upaya adalah ODD dan CD dalam kategori berat. mengatasi keterbatasan kontrol di seting Penanganan secara dini perlu belajar anak (Kehle, Bray, Theodore, Jenson, diterapkan pada kasus-kasus perilaku & Clark, 2000).

disruptif, yakni dengan pemberian tritmen Berdasarkan karakteristik kasus yang secara segera, yaitu ketika perilaku disruptif ditangani, dirancang satu program yang dideteksi di masa prasekolah atau Sekolah disebut 'Kereta Anak Tertib' guna diterapkan Dasar (Dadds & Fraser dalam Essau, 2003; di seting Taman Kanak-kanak. Program ini Neary & Eyberg, 2002; Ruma, Burke, & memungkinkan: (1) pemberian stimulasi Thompson, 1996). Hasil dari meta analisa aturan belajar di kelas, yang menjelaskan pada berbagai penelitian (Stage dan Quiroz, mengenai bentuk-bentuk perilaku yang dinilai 1997), teknik keperilakuan merupakan tepat bagi anak untuk dimunculkan saat bentuk penanganan yang dinilai efektif proses pembelajaran di dalam kelas terhadap kasus perilaku disruptif. Pada sebagaimana tujuan pendidikan Taman penanganan kasus perilaku diruptif di kelas Kanak-kanak; (2) upaya monitoring dan (Bowen, dkk., 2004), manipulasi diarahkan pemberian umpan balik saat kegiatan belajar, sedemikian rupa sehingga memungkinkan yang dilakukan secara tepat terhadap anak; guru untuk: menyertakan suatu aturan belajar (3)kesempatan yang memadai bagi anak di kelas, menjelaskan pada siswa mengenai dalam memahami aturan maupun suatu aturan tersebut, melakukan monitoring atas perintah, dan selanjutnya mampu merespon perilaku anak ketika mengikuti kegiatan sebagaimana pesan yang disampaikan belajar di kelas, dan memberi umpan balik tersebut; dan (4) memberi penghargaan atas atas kemunculan perilaku tidak sesuai keberhasilan anak mematuhi aturan atau dengan aturan yang diberlakukan tersebut. merespon perintah secara tepat, sehingga Upaya manipulasi ini harus dilakukan secara pembiasaan perilaku berlangsung dalam tepat dan dengan ketelitian, atau disebut seting menyenangkan. Tujuan penelitian ini

precision request (Rhode, Jenson, & Reavis adalah untuk mengetahui pengaruh program

dalam Bowen, dkk., 2004; Wicks-Nelson & 'Kereta Anak Tertib' terhadap perilaku

Israel, 2006). disruptif anak Taman Kanak-kanak. Hipotesis

Demi keberhasilan penerapan teknik penelitian adalah program 'Kereta Anak keperilakuan dalam penelitian ini, ada Tertib' dapat menurunkan perilaku disruptif beberapa hal yang harus diperhatikan (Martin anak Taman Kanak-kanak.

Program 'Kereta Anak Tertib'

Tritmen keperilakuandi kelas

(ketepatan penyampaian perintah dan ekonomi token)

Perilaku Disruptif

1. Anak TK usia 4-6 tahun

2. Menunjukkan perilaku disruptif menurut DSM IV-TR (American Psychiatric Association, 2000)

3. Perilaku muncul di kelas dengan dampak: menghambat partisipasi anak dalam aktivitas pembelajaran, menjauhkan dari teman sebaya, membahayakan diri anak maupun teman secara fisik, menghambat keberlangsungan proses belajar dan fungsi individu lain, serta memerlukan penanganan lebih besar dari staf sekolah.

Perilaku disruptif menurun

Keterangan: : Pemberian perlakuan : Hasil perlakuan

(3)

Metode sebut. Kegiatan belajar di kelas diseleng-monitoring serta pemberian umpan balik

Variabel Independen (Manipulasi) terhadap perilaku disruptif partisipan. Umpan

Pada seting kelas diterapkan balik diawali dengan mengupayakan kontak manipulasi berupa penyertaan suatu aturan mata, misalnya dengan mendekat dan belajar bagi siswa. Aturan ini disebut 'aturan memanggil nama partisipan. Ketika upaya permainan kereta anak tertib', memiliki k on ta k b e rh as il dilakukan, selanjutnya 5 fokus perilaku yang harus dipatuhi anak, fasilitator menyampaikan perintah. Perintah sebagaimana bentuk-bentuk perilaku pertama menyertakan kata “sebaiknya” dan disruptif partisipan di dalam kelas. Fasilitator kalimat kedua dengan kata “harus”, yang menjelaskan peluang untuk mendapatkan keduanya disertai kesempatan respon 15 poin, berupa 'penumpang kereta', jika siswa detik.

mampu mengikuti aturan yang diterapkan ter-

Apabila anak mampu merespon TR (American Psychiatric Association, 2000), sebagaimana diperintahkan (contoh, perilaku terdiri dari: (1) keluar kelas; (2) menolak masuk ke dalam kelas) dalam kurun waktu penugasan guru (paper-pencil, karya, dan 15 detik, maka fasilitator memberi pene- pembiasaan kemandirian); (3) melanggar guhan keberhasilan ini dengan tambahan antrian, (4) merebut/merusak milik teman, (5) dua poin. Tapi jika dalam kurun waktu agresi fisik terhadap teman (menendang/ tersebut anak tidak mampu memunculkan memukul/mendorong/melempar).

perilaku sebagaimana diperintahkan oleh

fasilitator, maka prosedur dilanjutkan dengan Partisipan

menyam-paikan perintah ke-2 menggunakan Partisipan penelitian adalah: (a) anak

kata “harus”. Contohnya, '...(nama anak), Taman Kanak-kanak berusia 5–6 tahun; harus masuk ke dalam kelas, sekarang. (b) menunjukkan gejala oppositional defiant

Apabila anak mampu memunculkan perilaku menurut DSM IV-TR pada kategori sedang

sebagaimana diperintahkan (misal, perilaku (American Psychiatric Association, 2000); masuk ke dalam kelas) dalam kurun waktu (c) berperilaku disruptif dengan frekuensi

15 detik, maka fasilitator memberikan pene- minimal 2 kali dalam rentang 5 menit guhan dengan tambahan satu poin. Tapi jika dan muncul selama interval 10 menit

dalam kurun waktu ini anak tidak mampu me- kegiatan belajar di kelas; (d) perilaku disruptif munculkan perilaku sebagaimana diperin- muncul di lebih dari 50% kegiatan belajar

tahkan oleh fasilitator,maka dilanjutkan yang dilangsungkan di dalam kelas; dan dengan prosedur jeda pengulangan. (e) kemunculan perilaku disruptif telah terjadi

di seting kelas selama lebih dari 6 bulan dan

Variabel Dependen di rumah sejak usia sekitar 3 tahun. Partisipan

Target manipulasi dalam penelitian ini penelitian ini adalah dua anak laki-laki adalah kemunculan perilaku disruptif dengan dalam satu kelas, di Kelompok A TK.

gejala oppositional defiant menurut DSM IV- satuan kegiatan harian (SKH), dan seiring dalam dengan ini fasilitator melakukan garakan sebagaimana telah direncanakan

Patuh Tiap 10 menit = 10 poin

Aturan Tidak Perintah 15 Tidak Perintah 15 Tidak Jeda

Kelas Patuh “sebaiknya” detik Patuh “harus” detik patuh Pengulangan Waktu: 2 menit

Patuh Patuh

2 Poin 1 Poin 0 Poin

(4)

Instrumen dan Seting dalam kelas. Pencatatan kemunculan Penelitian dilakukan di (delete kata perilaku disruptif dilakukan secara tally pada 'seting') kelas partisipan. Instrumen yang lembar observasi dengan checklist perilaku. dipergunakan selama proses penelitian Observasi juga dilakukan untuk mengetahui berlangsung, adalah: (1) panduan asesmen kesiapan dan keterlibatan partisipan dalam dan diagnosa perilaku disruptif mengacu kegiatan belajar dan interaksi sosial sehari-pada DSM IV-TR (American Psychiatric hari di dalam kelas. Pada setiap pengukuran Association, 2000) dan literatur-literatur dilibatkan dua observer yang tidak terlibat pendukung (Bowen, dkk., 2004; Essau, 2003; dalam kegiatan kelas (Irwin & Bushnell, Matthys & Lochman, 2010; Sattler, 2002), (2) 1980).

modul 'Kereta Anak Tertib', berisikan

Prosedur Penelitian dan Reliabilitas

panduan dalam menerapkan program di

Pelaksanaan penelitian, meliputi: (1) dalam kelas, (3) lembar pengukuran yang

baseline pada 9 April 2011 – 16 April 2011; (2) digunakan dalam observasi di kelas, terdiri

treatment, dalam rentang 18 April 2011 - 4 Mei atas: lembar pencatatan perilaku disruptif

2011; (3) withdrawl, pada 7 Mei 2011 - 18 Mei anak, lembar pencatatan keterlibatan anak di

2011; (4) reinstatement, pada 19 Mei 2011 - dalam kelas, dan lembar penerapan prosedur

11 Juni 2011; dan (5) follow-up pada 14 Juli program oleh fasilitator, (4) panduan

2011-20 Juli 2011, tanpa disertai penerapan

eksperimen kasus tunggal (Kazdin, 2001;

Data dianalisis secara visual dan Miller, 1997; Sunanto, dkk., 2005), dengan

kualitatif (Barlow & Hersen, 1984; Miller, rancangan ABAB (Barlow & Hersen, 1984;

1997; Baron & Perone dalam Lattal & Perone, Cooper, Heron, & Heward, 1987;

Martini-modus (Miller, 1998; Myers & Hansen, 2002), dengan simpangan 15% dari rerata (Baron & disruptif anak dilakukan dengan observasi

pengukuran masing-masing partisipan. setiap perilaku tunggal sebagai 1 perilaku,

diobservasi selama 60 menit kegiatan inti di

(5)

Pada gambar 3, terjadi penurunan perilaku disruptif 1-4, jadi masih dalam frekuensi perilaku disruptif P1 dari baseline rentang saat menerima program.

hingga reinstatement. Hasil analisis kondisi Hasil P2 juga menunjukkan adanya pengukuran menunjukkan: penurunan frekuensi perilaku disruptif, a. Perilaku disruptif pada fase baseline sebagaimana pada gambar 4. Hasil analisis

(A1) memiliki rerata 40,50 dengan kondisi pengukuran menunjukkan:

indikasi memburuk 1 poin. Perilaku a. Perilaku disruptif pada baseline (A1) disruptif muncul dalam rentang 38-43. memiliki rerata 41,14 dan ada b. Perilaku disruptif menurun saat indikasi memburuk 14 poin. Perilaku

penerapan program yang pertama disruptif dalam rentang 30-44.

(B1), pada rerata 8,60. Perilaku b. Perilaku disruptif menurun dalam 11 partisipan menunjukkan indikasi hari penerapan program (B1), membaik sebesar 6 poin dalam 10 dengan rerata 7,55. Ada indikasi hari penerapan program. membaik 7 poin dengan penurunan c. Perilaku disruptif meningkat saat 32 poin di hari pertama program, dan

program dihentikan (A2) dengan muncul dalam rentang 5-12.

rerata 12,30 dan ada dalam rentang c. Perilaku disruptif meningkat saat 11,5-14. Walaupun demikian, pening- program dihentikan (A2) sebesar 4 katan ini masih dalam rentang poin dan rerata 9,30. Perilaku frekuensi perilaku disruptif pada B1 disruptif muncul antara frekuensi 9-dan tidak disertai indikasi yang 10 sehingga perubahan cenderung

memburuk. mendatar, namun tidak ada indikasi

d. Perilaku disruptif menurun ketika memburuk.

program diterapkan kembali (B2), d. Frekuensi perilaku disruptif kembali dengan rerata 2,32 dan mampu menunjukkan penurunan ketika mengikuti kegiatan tanpa berperilaku program diterapkan untuk yang disruptif (observasi ke-38). Perilaku kedua kalinya (B2). Rerata perilaku disruptif muncul pada rentang 1-7. disruptif dalam 17 hari penerapan e. Perilaku disruptif muncul dengan program adalah 1,00 dengan indikasi rerata 2,50 saat follow-up (FU). membaik 7 poin. Kemunculan Walaupun ada peningkatan 0,18 poin perilaku disruptif dalam rentang 1-3. dari B2, namun masih tergolong satu Perilaku disruptif cenderung bertahan perilaku. Frekuensi kemunculan pada saat follow-up (FU) dengan kemunculan

1-2 dan rerata 1,00.

(6)

Hasil uji Friedman (Tabel 1), penerapan progam dan seiring dengan itu menunjukkan Asymp.Sig untuk P1 dan P2 terjadi peningkatan perilaku menolong. adalah 0,003. Hasil tersebut meng- Perkembangan positif juga terjadi dalam indikasikan adanya perbedaan yang interaksi partisipan dengan teman sebaya di signifikan (p < 0,01) pada frekuensi perilaku seting rumah. Kepatuhan dominan ditujukan disruptif menurut fase-fase pengukuran, terhadap figur otoritas yang sebelumnya sehingga selanjutnya dapat dilakukan menerapkan aturan dengan konsisten.

perbandingan bagi kedua partisipan.

Peringkat pertama menunjukkan frekuensi Pembahasan perilaku disruptif terendah. Secara

berturut-turut, peringkat pertama hingga peringkat Hasil pengukuran menunjukkan ada kelima adalah: reinstatement, follow-up, perbedaan yang signifikan, jadi tritmen

treatment, withdrawl, dan baseline. keperilakuan dengan kombinasi ketepatan

Analisis kualitatif terhadap hasil penyampaian perintah dan ekonomi token observasi serta wawancara guru dan yang diterapkan di kelas dapat menurunkan

orangtua menunjukkan adanya peningkatan perilaku disruptif anak TK. Perilaku keterlibatan partisipan dalam kegiatan disruptif anak berkaitan erat dengan

pembelajaran di kelas. Penilaian tidak ketidakkonsistenan penerapan disiplin didasarkan kualitas hasil karya, tapi oleh lingkungan (Bush & Peterson, 2008; kemampuan mengikuti kegiatan yang Keenan & Evans, 2009). Anak cenderung

diselenggarakan pihak sekolah dan melak- mendapatkan peneguhan atas kemunculan sanakan instruksi sebagaimana disampaikan perilaku disruptif dari salah seorang orangtua. guru. Penolakan keterlibatan dapat meng- Peneguhan ini merupakan suatu bentuk hambat anak memperoleh manfaat positif pembiasaan respon sehingga kemunculan dari pembelajaran di kelas (Slavin, 2000). perilaku disruptif tetap terjadi. Pada seting Seiring diterapkan program, partisipan pendidikan, adanya peneguhan-peneguhan menunjukkan antusiasme dan mampu yang secara tidak langsung diperoleh anak terlibat dalam kegiatan belajar. Adanya minat (baik dari lingkungan fisik, teman, maupun mendasari anak untuk memberikan perhatian guru) dapat menguatkan kemunculan lebih (Hetherington & Parke, 1998). perilaku disruptif di dalam kelas (Bowen, dkk., Partisipan mampu untuk memperhatikan dan 2004; Miles & Stipek, 2006; Sebanc, 2003). menjawab pertanyaan guru dengan baik. Penerapan program 'Kereta Anak Pengalaman keberhasilan menjadi bentuk Tertib' di dalam kelas dapat diterima oleh guru

penghargaan pribadi (Bentham, 2002) yang dengan beberapa alasan, antara lain: menjadikan anak semakin antusias pada (1) karena progam ini dapat diterapkan

kesempatan selanjutnya. seiring proses pembelajaran; (2) keleng-Di samping keterlibatan, terjadi pula kapan program tidak membutuhkan biaya interaksi yang positif dengan teman sebaya di besar; (3) monitoring dan pemberian umpan kelas. Kedua partisipan berupaya melibatkan balik dilakukan dengan cara yang menye-diri dalam kelompok sejak hari pertama nangkan dan menarik bagi siswa. Beberapa penerapan progam. Perilaku agresif kelemahan dalam penelitian ini, adalah: partisipan dalam permainan menurun selama

Tabel 1 : Hasil Uji Friedman terhadap Frekuensi Perilaku Disruptif P1 dan P2

Kategorisasi

Klasifikasi

Frekuensi Persentase (%)

Sangat Rendah X < 77 28 18,06 Rendah

Sedang 77 X < 117 105 67,74 Tinggi 115 X 22 14,19 Sangat Tinggi

(7)

(1) berakhirnya masa pembelajaran dalam design and analysis. Dalam K.A. kelas untuk semester genap pada tahun Lattal dan M. Perone (Editor). ajaran 2010/2011, menjadikan fase Handbook of research methods in

reinstatement harus dihentikan dan belum human operant behavior. New York:

tercapai kestabilan data pada P1; (2) kondisi Plenum Press.

gaduh di luar kelas ketika fase reinstatement Bentham, S. (2002). Psychology and

tidak mampu dikendalikan dalam penelitian; education. New York: Routledge. (3) kehadiran dua orang fasilitator di kelas Bowen, J., Jenson, W.R. & Clark, E. (2004). tidak dapat dilakukan secara konsisten; School-based interventions for

(4) fasilitator tidak konsisten menerapkan students with behavior problems. New program sesuai prosedur; dan (5) follow-up Y o r k : K l u w e r A c a d e m i c / dilaksanakan di Kelompok B Taman Kanak- PlenumPublishers.

kanak dengan guru kelas yang berbeda dari Bush, K. R., & Peterson, G.W. (2008). Family

Kelompok A. influences on child development.

Dalam T.P. Gullotta dan G.M. Blau

Penutup (Editor). Handbook of childhood

behavioral issues: Evidence-based

Berdasarkan hasil analisis dan approaches to prevention and

diskusi, disimpulkan bahwa program 'Kereta treatment. New York: Routledge. Anak Tertib' dapat menurunkan perilaku C o n o v e r , W . J . ( 1 9 8 0 ) . P r a c t i c a l

nd

disruptif anak Taman Kanak-kanak. Program nonparametric statistics. (2 ed.).

'Kereta Anak tertib' dapat digunakan pada New York: John Wiley & Sons.

kasus anak dengan oppositional defiant Cooper, J.O., Heron, T.E., & Heward, W.L.

disorder kategori sedang dan diterapkan (1987). Applied Behavior Analysis.

seiring penyelenggaraan kegiatan belajar di Ohio: Merrill Publishing Company kelas. Pada penelitian selanjutnya disaran- Departemen Pendidikan Nasional Direktorat kan: (1) menerapkan program ini pada kasus- Jenderal Pendidikan Dasar dan kasus perilaku disruptif dengan karakteristik Menengah Direktorat Pendidikan TK serupa; (2) menerapkan kriteria stabilitas dan SD, (2004). Kurikulum TK dan RA

data secara konsisten di setiap fase standar kompetensi. Jakarta: Tim penelitian; (3) menerapkan rancangan Penyusun.

multiple baseline accross subject, untuk Duda, M.A., Dunlop, G., Fox, L., Lentini, R., & partisipan lebih dari satu orang; (4) menjaga Clarke, S. (2004). An experimental konsistensi fasilitator dalam menerapkan evaluation of positive behavior prosedur program; dan (5) melengkapi modul support in a community preschool dengan gambar-gambar pendukung yang program. Topics in Early Childhood

menerangkan cara tepat fasilitator menerap- Special Education. 24(3), 143-155. kan program di dalam kelas. Essau, C.A. (2003). Conduct and oppositional

defiant disorders: epidemiology, risk,

Daftar Pustaka factors, and treatment. New Jersey:

Lawrence Erlbaum.

Achmanto. (2009). Laporan praktik kerja Godfrey, S.A., Grisham-Brown, J., Schuster,

psikologi bidang psikologi pendidikan J.W., & Hemmeter, M.L. (2003). The

di TKN 1 Sleman, Yogyakarta. effests of three techniques on student (Tidak diterbitkan). Magister Profesi participation with preschool children P s i k o l o g i F a k u l t a s P s i k o l o g i with attending problems. Education

U n i v e r s i t a s G a d j a h M a d a , and Treatment of Children, 26(3),

255-Yogyakarta. 272.

American Psychiatric Assosiation. (2000). Herbert, M. & Wookey, J. (2004). Managing

Diagnostic and statistical manual of childrens disruptive behaviour: A

t h

mental disorder.(4 ed.). Text guide for practitioners working with

revision. Washington, DC: Author. parents and foster parents. West

(8)

Upper Saddle River: Prentice-Hall, Inc. anak usia prasekolah. (Tesis tidak Hetherington, E.M., Parke, R.D., & Locke, diterbitkan). Program Magister V.O. (1998). Child psychology: A Profesi Psikologi Fakultas Psikologi

th

Kazdin, A.E. (2001). Behavior modification in Sebanc, A.M. (2003). The friendship features

applied settings. New Haven: of preschool children: links with

Wadsworth Thompson Learning. prosocial behavior and aggression. Keenan, T. & Evans, S. (2009). An Social Development, 12(2), 249-268. designed to reduce disruptive disruptive classroom behavior in classroom behavior. Psychology in public education. School Psychology

the School, 37(5), 475-481. Review, 26(3), 333-396

Martin, G. & Pear, J. (2003). Behavior Sunanto, J., Takeuchi, K., & Nakata, H.

modification: What it is and how to do (2005). Pengantar penelitian dengan

it. New York: Pearson Prentice Hall subjek tunggal. Tsukuba: CRICED.

Martini–Scully, D., Bray, M.A., and Kehle, T.J. Tirtayani, L.A. (2009). Laporan praktik

(2000). A packaged intervention to kerja psikologi bidang psikologi

reduce disruptive behaviors in pendidikan di TK negeri 1 Sleman, associations between social behavior (2003). The effects of school-based and literacy achievement in a sample interventions programs on aggressive of low-income elementary school and disruptive behavior: a meta-children. Child Development, 77(1), analysis. Journal of Consulting and

103–117. Clinical Psychology, 71(1), 136-149

Miller, L.K. (1997). Principles of everyday Wilson, S.J. & Lipsey, M.W. (2007).

School-rd

behavior analysis. (3 ed.). California: based interventions for aggressive

Brooks/Cole Publishings Company and disruptive behavior: update of a Musser, E. H., Bray, M. A., Kehle, T. J., meta-analysis. American Journal of

Jenson, W. R. (2001). Reducing Prevention and Medication, 33(2), disruptive behaviors in students with 130-143.

serious emotional disturbance. Wulansari, R. (2009). Laporan praktik kerja

School Psychology Review, 30(2), profesi bidang psikologi pendidikan di

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 2. Prosedur Monitoring dan Penerimaan Poin
Gambar  3. Grafik Frekuensi  Perilaku Disruptif P1
Gambar 4. Grafik Frekuensi Perilaku Disruptif P

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap awal Panitia melakukan koreksi aritmatika terhadap semua penawaran yang masuk dan melakukan evaluasi setelah koreksi aritmatika Evaluasi penawaran

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Aplikasi ini terdiri dari beberapa bagian antara lain entry data yaitu form untuk memasukkan data-data aktivitas pekerjaan ke dalam database, tabel aktivitas pekerjaan yaitu

Oleh karena itu penulis membuat aplikasi pelayanan pengobatan dan rawat inap agar dalam pengelolaan administrasi dapat berjalan dengan lebih baik dan data yang ada dapat disimpan

Pekerja di PT Bengkalis Kuda Laut memiliki keterbatasan pengetahuan dalam melaporkan kejadian yang telah mereka alami, sehingga ini menjadi hambatan merek dalam

Asam fitat yang terlarut bergantung pada pH pelarut, konsentrasi asam asetat yang tinggi akan selaras dengan penurunan pH larutan dan menghasilkan asam fitat yang terlarut

Mata Pelajaran Nilai Rata-rata Rapor.. Nilai Ujian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran guru pembimbing khusus, dan untuk menguraikan kendala yang dihadapi oleh guru pembimbing khusus dan