• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Partisipasi Masyarakat dalam Proses Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Subulussalam Provinsi Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Partisipasi Masyarakat dalam Proses Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Subulussalam Provinsi Aceh"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Perencanaan pembangunan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan dalam proses pembangunan. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan pembangunan itu sendiri lebih besar daripada sumber daya yang tersedia. Melalui perencanaan dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien dan efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia serta mengembangkan potensi yang ada (Kartasasmita, 1997:49).

Dari sekian banyak produk perencanaan yang diperlukan dalam pembangunan wilayah dalam penyelenggaraan otonomi daerah sebagaimana dikemukakan diatas, salah satu penyusunan perencanaan yang penting menjadi perhatian pemerintah daerah adalah menyusun perencanaan penataan ruang wilayah.

(2)

Undang-undang Nomor 8 Tahun 2007 mengatur tetang pembentukan Kota Subulussalam diamanatkan dalam pasal 6 Ayat (1) dan Ayat (2) menyebutkan bahwa Pemerintah Kota Subulussalam berkewajiban menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah sesuai dengan peraturan perudangan-undangan. dan Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Subulussalam dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam serta memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota disekitarnya.

Kegiatan penyusunan rencana tata ruang wilayah Kota Subulussalam ini dimulai pada bulan Januari 2008. Draft laporan akhir penyusunan rencana tata ruang dan wilayah Kota Subulussalam selesai dikerjakan oleh PT. Hegar Daya Engineering & Management Consultant pada bulan Januari 2009. Proses berikutnya, setelah

penyelesaian draft akhir rencana tata ruang dan wilayah Kota Subulussalam maka terhadap draft tersebut dilakukan konsultasi publik oleh PT. Hegar Daya Engineering & Mana-gement Consultant pada bulan 15 Maret tahun 2009 di Gedung Dewan

Perwakilan Rakyat Kota Subulusssalam.

(3)

Draf yang terkandung dalam penataan ruang itu belum seluruhnhya ideal dan belum mengakomodir kepentingan masyarakat, kemudian validitas datanya banyak yang kurang akurat karena dalam draft tersebut banyak data-data yang sudah tidak up to date dan kurang valid digunakan sehingga analisa menjadi kurang baik, hal ini kiranya dapat dimaklumi karena dengan baru terbentuknya Kota Subulussalam data-data kewilayahan di Kota Subulussalam memang sangat sulit didapatkan dan harus melakukan pengolahan data dari Kabupaten Induk (Aceh Singkil). Disamping itu, dasar penyusunan RTRW ini juga masih menggunakan Undang-Undang yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 sedangkan saat konsultasi publik dilakukan telah berlaku Undang Penataan Ruang yang baru yaitu Undang-Undang 26 Tahun 2007 sehingga para pihak dalam konsultasi publik tersebut memandang Draft akhir RTRW ini perlu untuk disempurnakan kembali” (Has, 26 Juni 2010).

(4)

sementara penetapan kawasan hutan SM Rawa Singkil baru dilakukan pada tahun 1990-an. Oleh karena itu, alih fungsi kawasan ini mendesak perlu dituangkan dalam RTRW karena masyarakat di wilayah Rundeng sudah sangat lama terpenjara oleh penetapan sepihak pemerintah terhadap kawasan hutan tersebut” (ZB, 26 Juni 2010).

Pendapat senada juga dinyatakan oleh Ketua DPRK Subulussalam masa jabatan (2008-2009) yang mengatakan sebagai berikut: menurut pandangan saya, ada beberapa hal yang kurang sesuai dalam draft penataan ruang tersebut, Pertama, aturan penyusunan RTRW ini masih menggunakan aturan lama dimana skala peta dalam aturan lama belum ditentukan sedangkan dalam aturan baru skala peta untuk RTRW daerah Kota skala petanya harus 1:25.000 sehingga draft ini tidak sesuai dengan aturan. Kedua, dalam penataan kawasan perdagangan dan rencana pembuatan jalan lingkar (ring road) dimana lokasi rencana yang dibuat menurut saya kurang ekonomis, karena lokasinya sangat jauh dengan pusat kota sekarang. Saya khawatir nanti ketika rencana ini jadi diterima, kita sulit mengarahkan masyarakat kita kesana karena jauh dijangkau masyarakat. Disamping itu, saya melihat dalam draft perencanaan tata ruang itu, pemetaan jaringan jalan yang dibuat kurang mampu menjawab kelancaran pembuakaan-pembukaan wilayah baru, sehingga saya berpendapat beberapa konsep dan kebijakan dalam draft ini harus direvisi dan disempurnakan (AI, 15 Juni 2010)

(5)

tersebut belum mengakomodir tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Disamping itu, draft yang dihasilkan tersebut dalam penyusunannnya cenderung bersifat ‘Mechanistic Planning Model”.

Pendekatan ‘Mechanistic Planning Model’ cenderung lebih dekat dengan pendekatan top down dalam perencanaan program pembangunan dimana dalam penyusunan rencana pembangunan dilaksanakan berdasarkan instruksi dari atas tanpa melihat kondisi dan kebutuhan masyarakat, sebagaimana yang diungkapkan Ndraha (1997:97-98) bahwa pelaksanaan pembangunan dengan pola tersebut telah menimbulkan dampak yang buruk terhadap proses pembangunan di masa lalu yang mengakibatkan partisipasi masyarakat tidak dapat ditingkatkan secara nyata serta pendekatan yang dilakukan tidak dapat terlaksana secara efektif. Karena dengan pola top down yang diterapkan segala sesuatu yang ada pada masyarakat tampak

seolah-olah sama dan seragam, tidak dapat melihat perbedaan dan kebutuhan lokal, yang pada akhirnya mengakibatkan rakyat tidak mampu memperoleh dan memanfaatkan layanan yang ada sehingga hasil pembangunan menjadi sia-sia.

(6)

menyepakati untuk kembali melakukan penyempurnaan dan Revisi RTRW Kota Subulussalam.

Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan sebuah dokumen perencanaan yang masa berlakunya memiliki durasi waktu sangat panjang ± 20 tahun dan mengikat masyarakat luas. Penyusunan RTRW Kota Subulussalam harus dibuat berdasarkan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat cenderung sering diabaikan dalam penyusunan rencana tata ruang dan wilayah.

Minimnya partisipasi masyarakat akan berpotensi menimbulkan permasalahan, hal ini seperti yang dikemukakan (Darmono: 2004:24) yaitu penyusunan rencana tata ruang dan wilayah yang tidak melibatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan banyak menimbulkan konflik seperti di daerah Babakan Siliwangi, dan Mesuji (Lampung). Rencana tata ruang dan wilayah mengalami masalah merupakan suatu pembelajaran bagi masyarakat disana dan bagi masyarakat didaerah lain yang penyusunan rencana tata ruang dan wilayah tidak ikut melibatkan pertisipasi masyarakatnya.

(7)

bahwa tahapan-tahapan lainnya dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Subulussalam telah dilakukan pelibatan partisipasi masyarakat.

Proses penyusunan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Subulussalam berkaitan dengan hal diatas, maka perlu diteliti dan dikaji lebih mendalam dari seluruh tahapan-tahapan penyusunan tata ruang untuk menemukan bagaiamana partisipasi masyarakat yang sesungguhnya.

1.2 Perumusan Masalah

Partipasi masyarakat dalam proses penyusunan perencanaan tata ruang wilayah menjadi sangat penting. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat maka rencana tata ruang yang dihasilkan semakin berhasil dalam proses mencapai masyarakat yang sejahtera. Adapun permasalahan penelitian yang penting untuk diselesaikan adalah bagaimana bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan rencana tata ruang wilayah Kota Subulussalam.

1.3 Ruang lingkup dan Batasan Kajian

(8)

1.4 Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari fokus permasalahan yang ditetapkan tersebut, tujuan penelitian ini adalah menemukan bentuk partisipasi dan tingkat partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan rencana tata ruang dan wilayah Kota Subulussalam.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti secara akademis dan praktis, yaitu:

1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah cakrawala Ilmu Teknik Arsitektur, khususnya Jurusan Manajemen Pembangunan Kota berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan rencana tata ruang.

2. Secara praktis, bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Subulussalam dan Dewan Perwakilan Rakyat Kota Subulussalam berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan rencana tata ruang.

1.6 Sistematika Pembahasan

(9)

Bab I Pendahuluan memuat latar belakang masalah, rumusan masalah ruang lingkup dan batasan kajian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan pustaka memuat partisipasi masyarakat, Jenis dan Bentuk Partisipasi Masyarakat, Tingkat atau Jenjang Partisipasi Masyarakat, Rencana Tata Ruang dan Partisipasi Masyarakat, Model dan Skema analisis.

Bab III Metode penelitian memuat pendekatan penelitian, kerangka pikir penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data, teknik sampling dan metode analisis.

Bab IV Tinjauan Umum Lokasi Penelitian berisikan gambaran umum Kota Subulussalam, Dasar Acuan Penyusunan RTRW Kota Subulussalam, Kondisi awal RTRW Kota Subulussalam.

Bab V Analisis berisikan perencanaan Partisipatif dalam Penyusunan RTRW Kota Subulussalam, langkah-langkah dan proses dalam Penyusunan RTRW Kota Subulussalam, Partisipasi Masyarakat dalam Proses penyusunan RTRW Kota Subulussalam, Pembahasan Mengenai Partisipasi Masyarakat dalam proses Penyusunan Rencana Tata Ruang dan wilayah Kota Subulussalam.

Referensi

Dokumen terkait

Pelepah kelapa sawit termasuk bahan dengan kandungan selulosa yang cukup tinggi dan memiliki massa jenis lebih daripada kayu yaitu sebesar 1,16 g/cm 3 , dimana

Puji syukur Alhamdulillaahirabbil’aalamin penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan kasih sayang, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan tesis yang

Hasil penelitian yang dilakukan mengenai kesulitan mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UMS angkatan 2014 yang menyatakan sulit dan mendapatkan persentase tertinggi pada

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis akan mengkaji masalah tersebut dengan melakukan penelitian tindakan kelas melalui pembelajaran tematik dengan

Surat Izin Mengemudi B II Umum berlaku untuk mengemudikan Kendaraan penarik atau Kendaraan Bermotor dengan menarik kereta tempelan atau gandengan dengan berat yang

Meskipun Indonesia merupakan negara pengekspor biji kakao terbesar ketiga di dunia, biji kakao Indonesia kurang diminati karena biji kakao Indonesia memiliki Grade C

Berdasarkan pada hasil penelitian bahwa dengan adanya sistem pengelompokkan ini Dapat melakukan pengklasifikasian kematangan buah jeruk keprok dengan menggunakan

Hal lain yang memperkuat dugaan ini adalah berdasarkan nilai faktor kondisi (sub bab 4.7) ikan bada baik jantan maupun betina dengan alat tangkap lukah yang relatif lebih