• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia - Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktifitas Kerja Karyawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia - Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktifitas Kerja Karyawan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA TEORI

2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

2.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajamen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam

mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi

secara produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan.Sumber daya manusia di

perusahaan perlu dikelola secara professional agar terwujud keseimbangan antara

kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan.

Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama perusahaan agar dapat

berkembang secara produktif dan wajar. Perkembangan usaha dan organisasi

perusahaan sangatlah bergantung pada produktivitas tenaga kerja yang ada

diperusahaan.

Menurut Hasibuan (2004:244) mengatakan bahwa sumber daya manusia

adalah kemampuan terpadu dari daya piker dan fisik yang dimiliki manusia untuk

didayagunakan dalam menjalankan suatu organisasi atau urusan sehingga

berdayaguna atau berhasil. Sedangkan menurut Almasdi (2006:17) sumber daya

manusia adalah kekuatan daya piker dan karya manusia yang masih tersimpan

didalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta dikembangkan untuk

(2)

Menurut Suma’mur (1986:8), Kecelakaan adalah kejadian tak terduga dan

tak diharapkan, tidak terduga karena didalamnya tidak terdapat unsur kesengajaan

serta tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan dapat menimbulkan kerugian

baik ringan maupun berat.

Pengertian kecelakaan kerja pada intinya kecelakaan kerja itu bersifat

tidak pasti, karena tidak dapat diprediksi kapan terjadinya, dimana tempatnya

serta besar atau kecilnya kerugian yang ditimbulkan. Sehingga orang sering

beranggapan bahwa kecelakaan itu berhubungan dengan nasib seseorang. Padahal

kecelakaan itu sebenarnya selalu didahului oleh gejala-gejala yang menandakan

akan adanya suatu kecelakaan tersebut.

Ada enam fungsi operatif manajemen sumber daya manusia

(Mangkunegara, 2000:2) yaitu sebagai berikut:

1. Pengadaan tenaga kerja terdiri dari:

a. Perencanaan sumber daya manusia

b. Analisis Jabatan

c. Penarikan Pegawai

d. Penempatan Kerja

e. Orientasi Kerja

2. Pengembangan tenaga kerja mencakup:

1. Pedidikan dan Pelatihan

2. Pengembangan

(3)

3. Pembelian balas jasa mencakup:

a. Balas jasa langsung terdiri dari:

1. Gaji/Upah

2. Insentif

b. Balas jasa tidak langsung terdiri dari:

a. Keuntungan

b. Pelayanan/Kesejahteraan

3. Integrasi mencakup:

1. Kebutuhan karyawan

2. Motivasi kerja

3. Kepuasan kerja

4. Disiplin kerja

5. Partisipasi kerja

4. Pemeliharaan tenaga kerja mencakup:

a. Pemberhentian karyawan

2.1.2. Pengertian Keselamatan Kerja

Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah satunya yaitu

perlindungan keselamatan, perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja

secara aman melakukan kerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan

produktivitas. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal

disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta

(4)

Pengertian keselamatan kerja menurut Suma’mur (1986:1) yaitu

keselamatan kerja yang berkaitan dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses

pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan

pekerjaan.

Anwar Prabu dan Mangkunegara (2004:61), keselamatan kerja didefinisi

sebagai berikut “Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat

dari penderitaan kerusakan atau kerugian di tempat kerja”.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa keselamatan kerja adalah

keadaan dimana tenaga kerja merasa aman dan nyaman, dengan perlakuan yang

didapat dari lingkungan dan pengaruh pada kualitas kerja,apakah dia nyaman

dengan peralatan keselamatan kerja,peralatan yang dipergunakan,tata letak ruang

kerja dan beban kerja yang didapat.

Menurut dasar hukum peraturanperundang-undangan yang diatur dalam

undang-undang tentang keselamatan kerja No.1 Tahun 1970 meliputi seluruh

aspek pekerja yang berbahaya, dari segala tempat kerja, baik di darat, di dalam

tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada di wilayah

kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Sesuai dengan pengertian keselamatan kerja yang dikemukakan Moenir

(1983:203) maka faktor-faktor dari keselamatan kerja adalah:

1. Lingkungan Kerja Secara Fisik

Secara fisik, hal-hal yang perlu dilakukan perusahaan untuk meningkatkan

(5)

a. Penempatan benda atau barang sedemikian rupa sehingga tidak

membahayakan atau mencelakakan orang-orang yang berada di tempat

kerja atau sekitarnya. Penempatan dapat pula dilakukan dengan diberi

tanda-tanda, batas-batas, dan peringatan yang cukup.

b. Perlindungan pada pegawai/pekerja pengguna alat-alat kerja yang

dapat menyebabkan kecelakaan, dengan cara memberikan alat

perlindungan yang sesuai dan baik. Perlengkapan perlindungan

misalnya: masker, sarung tangan, tutup kepala, pakaian, dan lain-lain.

c. Penyediaan perlengkapan yang mampu untuk digunakan sebagai alat

pencegah, pertolongan, dan perlindungan. Perlengkapan pencegahan

misalnya: alat pencegahan kebakaran, pintu darurat, alat P3K , dan lain

sebagainya.

2. Lingkungan Sosial Psikologis

Sedangkan jaminan kecelakaan kerja secara psikologis dapat dilihat pada

aturan organisasi mengenai berbagai jaminan organisasi atas

pegawai/pekerja yang meliputi:

a. Perlakuan yang adil terhadap semua pegawai/pekerja tanpa

membedakan agama, suku, turunan, dan lingkungan sosial. Aturan

mengenai ketertiban organisasi atau pekerjaan hendaknya diperlakukan

secara merata terhadap pegawai tanpa pengecuali. Masalah-masalah

seperti itulah yang sering menjadi sebab utama kegagalan pegawai

dalam bekerja.

b. Perawatan dan pemeliharaan asuransi terhadap seluruh karyawan.

(6)

karyawan. Adanya asuransi jelas memberi ketenangan pegawai dalam

bekerja.

c. Masa depan pegawai terutama dalam keadaan tidak mampu lagi

melakukan pekerjaan akibat kecelakaan kerja, baik fisik maupun

mental. Bentuk jaminan masa depan ini dapat diwujudakan seperti

tunjangan pensiun, tunjangan cacat atau yang lainnya. Sehingga dapat

dijadikan modal usaha untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.

d. Kepastian kedudukan dalam pekerjaan, hal ini merupakan salah satu

jaminan bahwa orang-orang dalam organisasi itu dilindungi

hak/kedudukannya oleh peraturan.

2.1.3. Syarat-syarat Keselamatan Kerja

Berdasarkan ruang lingkup yang telah ditetapka pada pasal 3

Undang-undang No 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, ditetapkan syarat-syarat

keselamatan kerja yang ditunjuk untuk:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran

c. Mencegah dan mengurangi peledakan.

d. Memberi kesempatan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran dan

kejadian kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan

f. Memberikan alat-alat perlindungan diri

g. Mencegah, mengendalikan dan menyebarnya luasnya suhu, kelembaban

(7)

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik

maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.

i. Memperoleh penerapan yang cukup dan sesuai

j. Memberikan penyegaran udara yang baik

k. Mengatur suhu dan kelembaban yang bak

l. Memelihara kesehatan dan ketertiban secara baik

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara

dan proses kerjanya

n. Mengamankan dan memelihara semua jenis bangunan

o. Mengamankan dan memperlancar bongkar muat, perlakuan dan

penyimpangan barang

p. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

q. Menyesuaikan penyempurnaan pengamanan pada pekerja yang bahaya

kecelakaan kerja menjadi lebih tinggi

Dari uraian tersebut dapat diketahui, bahwa sasaran dari syarat-syarat

keselamatan kerja yang harus dipenuhi perusahaan adalah keselamatan dan

kesehatan sumber daya manusia atau tenaga kerja yang merupakan suatu kegiatan

untuk mencegah kecelakaan, cacat, kematian dan kerugian sebagai akibat dari

kecelakaan kerja.

2.1.4. Tujuan Keselamatan Kerja

Tujuan keselamatan kerja menurut pendapat Suma’mur (1986:1-2)

adalahsebagai berikut:

1. Melindungi tenaga kerja atas keselamatannya dalam . pekerjaan untuk

(8)

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Dengan demikian, maka tujuan keselamatan kerja mengisyaratkan bahwa

kegiatan keselamatan kerja dengan usaha mengenal dan merumuskan kegiatan

pelaksanaan yang didukung dengan pengawasan agar di dapat hasil yang

memuaskan.

Dari uraian tersebut diatas, maka pada dasarnya usaha untuk memberikan

perlindungan keselamatan kerja pada karyawan dilakukan dua cara (Soeprihanto,

1996:48) yaitu:

1. Usaha preventif atau mencegah

Preventif atau mencegah berarti mengendalikan atau menghambat

sumber-sumber bahaya yang terdapatdi tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau

tidak menimbulkan bahaya bagi para karyawan.

Langkah-langkah pencegahan itu dapat dibedakan, yaitu:

a. Subsitusi (mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya).

b. Isolasi (member isolasi/alat pemisah terhadap sumber bahaya).

c. Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya.

d. Pemakaian alat pelindung perorangan.

e. Petunjuk dan peringatan ditempat kerja.

2. Usaha represif atau kuratif

Kegiatan yang bersifat kuratif berarti mengatasi kejadian atau kecelakaan

yang disebabkan oleh sumber-sumber bahaya yang terdapat ditempat kerja. Pada

saat terjadi kecelakaan atau kejadian lainnya sangat dirasakan arti pentingnya

(9)

team kerja sama dalam rangka mengatasi dan menghadapinya. Selain itu,

persiapan alat atau sarana lainnya yang secara langsung didukung oleh pimpinan

organisasi perusahaan.

2.1.5. Pengertian Kesehatan Kerja

Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu

diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan

yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan

akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan,

sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama.

Menurut Moenir (1983:207) yang dimaksud kesehatan kerja adalah

“suatuusaha dan keadaan yang memungkinkan seseorang mempertahankan

kondisi kesehatannya dalam pekerjaan”.

Menurut Mathis dan Jackson (2002:245) pengertian kesehatan kerja adalah

“Merupakan kondisi yang merujuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi

secara umum. Individu yang sehat adalah individu yang bebas dari penyakit,

cidera serta masalah mental dan emosi yang bias menggangu aktifitas manusia

normal secara umum”.

Program kesehatan fisik yang dibuat oleh perusahaan sebaiknya terdiri

dari salah satu atau keseluruhan elemen-elemen (Ranupandojo dan

Husnan,2002:263) berikut ini:

a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima

bekerja.

b. Pemeriksaan keseluruhan para karyawan kunci (key personal) secara

(10)

c. Pemeriksaan kesehatan secara sukarela untuk semua karyawan secara

periodik.

d. Tersedianya peralatan dan staff media yang cukup.

e. Pemberian perhatian yang sistematis yang preventif masalah ketegangan.

f. Pemeriksaan sistematik dan periodik terhadap persyaratan-persyaratan

sanitasi yang baik.

Selain melindungi karyawan dari kemungkinan terkena penyakit atau

keracunan, usaha menjaga kesehatan fisik juga perlu memperhatikan

kemungkinan-kemungkinan karyawan memperoleh ketegangan atau tekanan

selama mereka bekerja.

Dalam bekerja diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan

kerja, adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja (Mangkunegara,

2000:162) adalah sebagai berikut:

a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna

ruangan kerja, penerangan yang cukup, dan mencegah kebisingan.

b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.

c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.

2.1.6. Syarat-syarat Kesehatan Kerja

Perusahaan perlu memperhatikan kesehatan karyawan untuk memberikan

kondisi kerja yang lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas

kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagi organisasi-organisasi yang mempunyai

tingkat kecelakaan yang tingggi.

(11)

1. Keadaan dan Kondisi Karyawan

Keadaan dan kondisi karyawan adalah keadaan yang dialami oleh

karyawan pada saat bekerja yang mendukung aktivitas dalam bekerja.

2. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah lingkungan yang lebih luas dari tempat yang

mendukung aktivitas karyawan dalam bekerja.

3. Perlindungan Karyawan

Perlindungan karyawan merupakan fasilitas yang diberikan untuk

menunjang kesejahteraan karyawan.

Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER/MEN/1996, dalam

penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja wajib

melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan kesehatan, serta menjamin komitmen terhadap

penerapan sistem kesehatan kerja.

b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, sasaran, penerapan

kesehatan kerja.

c. Menerapkan kebijakan kesehatan kerja secara efektif dengan

mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan

untuk mencapai kebijakan tujuan dan sasaran keselamatan kerja.

d. Mengukur, memantau, mengevaluasi kinerja kesehatan kerja serta

melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen

kesehatan kerja secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan

(12)

Menurut Manullang (1990:87), adapun faktor-faktor dari kesehatan kerja

yang meliputi:

1. Lingkungan kerja secara medis

Dalam hal ini lingkungan kerja secara medis dapat dilihat dari sikap

perusahaan dalam menangani hal-hal sebagai berikut:

a. Kebersihan lingkungan kerja

b. Suhu udara dan ventilasi ditempat kerja

c. Sistem pembuangan sampah dan limbah industri

2. Sarana kesehatan tenaga kerja

Upaya-upaya dari perusahaan untuk meningkatkan kesehatan dari tenaga

kerjanya. Hal ini dapat dilihat dari:

a. Penyediaan air bersih

b. Sarana olah raga dan kesempatan rekreasi

c. Sarana kamar mandi dan wc

d. Pemeliharaan Kesehatan tenaga kerja

Upaya dari perusahaan untuk menjaga kesehatan dari tenaga kerja. Hal ini

dapat dilihat dari:

a. Pemberian makanan yang bergizi

b. Pelayanan kesehatan tenaga kerja

c. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja adalah suatu usaha dan

aturan-aturan untuk menjaga kondisi perburuhan dari kejadian atau keadaan yang

merugikan kesehatan dan kesusilaan, baik keadaan yang sempurna fisik, mental

(13)

2.1.7. Tujuan Kesehatan Kerja

Tujuan kesehatan kerja menurut Manullang (1990:87) adalah:

a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang

setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial.

b. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.

c. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan

tenaga kerja.

d. Meningkatkan produktifitas kerja.

2.1.8. Pengertian Produktifitas Kerja

Produktifitas kerja merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya

kaitan output dengan input yang dibutuhkan seorang tenaga kerja untuk

menghasilkan produk. Pengukuran Produktifitas dilakukan dengan melihat jumlah

output yang dihasilkan oleh setiap karyawan selama sebulan. Seorang karyawan

dapat dikatakan produktif apabila ia mampu menghasilkan jumlah produk yang

lebih banyak dibandingkan dengan karyawan lain dalam waktu yang sama.

Produktifitas mengandung pengertian filosofis, defenisi kerja dan

operasional. Menurut Arfida BR (2003:36), secara filosofis produktifitas

merupakan pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk

meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini harus lebih baik dari hari

kemarin dan kehidupan besok harus lebih baik dari hari ini. Pandangan hidup dan

sikap mental demikian akan mendorong manusia untuk tidak merasa puas, tetapi

terus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja. Faktor-faktor

(14)

1. Manusia

Faktor manusia mencakup beberapa aspek antara lain kuantitas, tingkat

keahlian, latar belakang kebudayaan dan pendidikan, kemampuan, sikap,

minat, struktur pekerjaan, umur, jenis kelamin.

2. Modal

Faktor modal meliputi aspek modal tetap, teknologi, dan bahan baku.

3. Metode (proses)

Faktor metode meliputi tata ruang tugas, penanganan bahan baku penolong

dan mesin, perencanaan dan pengawasan produksi, pemeliharaan melalui

pencegahan, teknologi yang memakai cara alternatif.

4. Faktor produksi

Meliputi kuantitas, kualitas, ruangan produksi, struktur campuran,

spesialisasi produksi.

5. Faktor lingkungan organisasi

Meliputi organisasi dan perencanaan, kebijaksanaan personalia, system

manajemen, gaya kepemimpinan, kondisi kerja, ukuran perusahaan, iklim

kerja, system intensif.

6. Faktor lingkungan Negara

Meliputi struktur sosial politik, struktur industri, pengesahan, tujuan

pengembangan jangka panjang dan lain-lain.

7. Faktor lingkungan internasional

Meliputi kondisi perdagangan dunia, masalah-masalah perdagangan

(15)

8. Umpan balik

Umpan balik menunjukkan bagaimana masyarakat menilai kuantitas dan

kualitas produksi berapa banyak uang yang harus dibayarkan untuk

masukan-masukan utamanya (tenaga kerja dan modal) dimana masyarakat

menawarkan pada perusahaan.

Secara definisi kerja, produktifitas merupakan perbandingan antara hasil

yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang

dipergunakan persatuan waktu. Menurut Sukamto Reksohadiprojo, (1997:14)

pengukuran produktifitas dapat dilakukan secara langsung, misalnya dengan jam /

orang, tiap ton hasil atau kilowatt listrik.

2.1.9. Syarat-syarat Produktifitas Kerja

Menurut John Soeprihanto (1996:6) hal-hal yang dapat mempengaruhi

tingkat produktifitas karyawan antara lain:

1. Hasil dari kinerja karyawan

Adalah perilaku karyawan yang mempengaruhi seberapa banyak mereka

memberikan kontribusi pada perusahaan.

2. Hasil produksi

Adalah sesuatu yaang dihasilkan oleh perusahaan baik berupa barang

ataupun jasa.

3. Target perusahaan

Merupakan sasaran yang harus dicapai perusahaan .

Produktifitas kerja pada hakekatnya adalah suatu sikap mental yang

(16)

kreatif mencari metode untuk meningkatkan taraf hidup diwaktu yang akan

datang.

Produktifitas kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang

dapat dicapai dengan peran tenaga kerja yang bersangkutan persatuan waktu.

Secara matematis, jika hasil kerja atau output = O. Secara matematis, jika hasil

kerja atau output = O. Secara matematis, jika hasil kerja atau output = O dan peran

tenaga kerja atau input = I, maka produktivitas kerja = (O/I) x 100%. Seorang

tenaga kerja dinilai produkivitas jika yang bersangkutan mampu menghasilkan

output lebih banyak dalam satuan waktu tertentu. Jika produktifitas kerja hanya

dikaitkan dengan waktu saja, maka jelas kiranya bahwa produktifitas kerja sangat

tergantung pada segi keterampilan dan keahlian tenaga kerja secara fisk.

Mangkunegara (2004:67) mendefinisikan produktifitas kerja sebagai hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Penilaian produktifitas kerja pada dasarnya merupakan salah satu faktor

untuk mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien. Perusahaan

yang telah melakukan penilaian produktifitas kerja, berarti suatu organisasi telah

memanfaatkan secara baik sumber daya manusia didalam perusahaan tersebut.

Untuk keperluan penilaian produktifitas kerja tersebut, diperlukan

(17)

2.1.10.Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja dan Usaha-Usaha Dalam Meningkatkan Kesehatan dan Keselamatan kerja

Sebelum menguraikan usaha-usaha dalam meningkatkan keselamatan dan

kesehatan kerja maka akan diuraikan mengenai penyebab terjadinya kecelakaan

kerja , yaitu sebagai berikut:

1. Keadaan tempat lingkungan kerja

a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang

diperhatikan keamanannya.

b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.

c. Pembuangan kotoran dan limbah yg tidak pada tempatnya.

2. Pengaturan udara

1. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang

kotor, berdebu dan tidak enak).

2. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

3. Pengaturan penerangan

1. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.

2. Ruang kerja kurang cahaya, remang-remang.

4. Pemakaian peralatan

1. Pengamanan peralatan kerja yang sudah using atau rusak.

2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik.

5. Kondisi fisik dan mental pegawai

1. Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang tidak stabil.

2. Emosi Pegawai tidak tidak stabil, kepribadian pegawai rapuh, cara

(18)

sikap pegawai ceroboh, kurang cermat dan kurang pengetahuan dalam

penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa

resiko bahaya.

Usaha-usaha yang diperlukan dalam meningkatkan kesehatan dan

keselamatan kerja menurut Dessler (1997:316) yaitu sebagai berikut:

a. Mengurangi kondisi yang tidak aman.

Mengurangi kondisi yang tidak aman merupakan lini pertama dalam

mengurangi kondisi fisik yang tidak aman.

b. Mengurangi tindakan yang tidak aman melalui seleksi dan

penempatanMengurangi tindakan-tindakan yang tidak aman melalui

pendekatan-pendekatan dasar kedua, yaitu dengan jalan melakukan

penyaringan orang yang mudah mendapat kecelakaan sebelum melakukan

pekerjaan.

c. Mengurangi tindakan tidak aman melalui propaganda

Propaganda seperti poster-poster seperti keselamatan kerja dapat

membantu mengurangi tindakan-tindakan yang tidak aman.

d. Mengurangi tindakan-tindakan tidak aman melalui pelatihan

Pelatihan dan keselamatan kerja dapat mengurangi kecelakaan. Pelatihan

tersebut kususnya cocok untuk para karyawan baru.

e. Mengurangi tindakan tidak aman melalui dorongan positif

Program keselamatan kerja yang didasarkan pada dorongan positif dapat

memperbaiki keselamatan ditempat kerja, hal tersebut akibat dari peran

serta perusahaan yang selalu berusaha atau tanggap terhadap keadaan atau

(19)

f. Mengurangi tindakan yang tidak aman melalui komitmen manajemen

puncak.

Salah satu temuan yang paling konsisten dalam literature adalah program

perusahaan yang berhasil menurut komitmen manajemen yang kuat

terhadap keamanan.

2.2. Kinerja Karyawan

2.2.1. Pengertian Kinerja Karyawan

Mangkunegara dan Anwar Prabu (2000:67) mengatakan kinerja adalah

“Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya”. Sedangkan menurut Dharma (1993:212) “Kinerja adalah sesuatu

yang dikerjakan atau produk atau jasa yang dihasilkan atau diberikan seseorang

atau kelompok orang”.

Dari kedua pendapat di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa kinerja

merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang

diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Kinerja dapat

digunakan sebagai ukuran hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang telah

dicapai oleh seorang karyawan atau pegawai dalam rangka melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya.

2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Robert L. Mathis dan Jhon H. Jackson (2006:113) menyatakan

bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi bagaimana individu yang ada

(20)

1. Kemampuan individual untuk melakukan pekerjaan tersebut

2. Tingkat usaha yang dicurahkan

3. Dukungan organisasi

Menurut model mitra-lawyer(dalam Moeheriono, 2009:61) kinerja

individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Harapan mengenai imbalan

2. Dorongan

3. Kemampuan

4. Kebutuhan dan sifat

5. Persepsi atas tugas

6. Imbalan eksternal dan internal

7. Persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja

Menurut Moeheriono (2009:94) keberhasilan suatu kinerja akan sangat

tergantung dan ditentukan oleh beberapa aspek dalam melaksanakan

pekerjaan, antara lain kejelasan peran (role clarity), tingkat kompetensi

(competencies), keadaan lingkungan (environment) dan faktor lainnya

seperti nilai (value), budaya (culture), kesukaan (preference), imbalan dan

pengakuan (rewards and recognition).

2.2.3. Pengukuran Kinerja

Menurut Dharma (1993:46) menyatakan bahwa criteria dalam pengukuran

kinerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Kuantitas

(21)

kegiatan. Hal ini berkaitan dengan jumlah yang dihasilkan, sehingga untuk

mengetahui tinggi rendahnya prestasi kerja karyawan tersebut

dibandingkan dengan standar kuantitas yang ditetapkan oleh perusahaan.

2. Kualitas

Berkaitan dengan mutu yang dihasilkan (baik atau buruknya). Ukuran

kualitas yang mencerminkan “tingkat kepuasan” yaitu seberapa baik

penyelesaian dari suatu perusahaan walaupun standar kualitas sulit diukur

atau ditentukan tapi hal ini penting sebagai acuan pencapaian sasaran

penyelesaian suatu pekerjaan.

3. Ketepatan waktu

Berkaitan dengan sesuai tidaknya dengan waktu yang telah direncanakan.

Merupakan ukuran kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu

penyelesaian suatu kegiatan. Dalam hal ini penetapan standar waktu

biasanya ditentukan berdasarkan pengalaman sebelumnya.

2.2.4. Penilaian Kinerja, Manfaat, Tujuan, dan Fungsinya

Kinerja karyawan merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam

perusahan atau organisasi untuk mencapai tujuannya, sehingga berbagai kegiatan

harus dilakukan perusahaan atau organisasi untuk meningkatkannya. Salah satu

diantaranya adalah melalui penilaian kinerja. Menurut Rivai (2005:18) “Penilaian

kinerja merupakan kajian sistematis tentang kondisi kerja karyawan yang

dilaksanakan secara formal yang dikaitkan dengan standar kerja yang telah

ditentukkan perusahaan. Dan Rivai (2005:19) menyimpulkan bahwa penilaian

(22)

a. Alat yang paling baik untuk menentukan apakah karyawan telah

memberikan hasil kerja yang sudah memadai dan melaksanakan aktifitas

kerja sesuai dengan standar kerja.

b. Salah satu cara untuk menentukan penilaian kerja dengan melakukan

penilaian mengenai kekuatan dan kelemahan karyawan.

c. Alat yang baik untuk menganalisa kinerja karyawan dan membuat

rekomendasi perbaikan.

Dari beberapa definisi diatas, maka penilaian kinerja merupakan kajian

sistematis tentang kondisi kerja karyawan yang dilaksanakan secara formal yang

dikaitkan dengan standar kerja yang telah ditentukan perusahaan.

Menurut Rivai dan Basri (2005:55) manfaat penilaian kerja yaitu:

1. Manfaat bagi karyawan yang dinilai

a. Meningkatkan motivasi

b. Meningkatkan kepuasan kerja

c. Adanya kejelasan standar hasil yang diharapkan mereka

d. Umpan balik dari kinerja lalu yang akurat dan konstruktif

e. Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan menjadi lebih besar

f. Pengembangan perencanaan untuk meningkatkan kinerja dengan

membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal

mungkin.

g. Adanya kesempatanuntuk berkomunikasi ke atas

h. Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi

i. Kesempatan untuk mendiskusikan permasalahan pekerjaan dan

(23)

j. Suatu pemahaman jelas dari apa yang diharapkan dan apa yang perlu

untuk dilaksanakan untuk mencapai harapan tersebut

k. Adanya pandangan yang lebih jelas tentang konteks pekerjaan

l. Kesempatan untuk mendiskusikan cita-cita dan bimbingan apapun,

dorongan atau pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi cita-cita

karyawan

m. Meningkatkan hubungan yang harmonis dan aktif dengan atasan

2. Manfaat bagi Penilai

a. Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecendrungan

kinerja karyawan untuk perbaikan manajemen selanjutnya.

b. Kesempatan untuk mengembangkan suatu pandangan umum tentang

pekerjaan individu dan departemen yang lengkap.

c. Memberikan peluang untuk mengembangkan sistem pengawasan baik

untuk pekeraan manajer sendiri, maupun pekerjaan dari bawahannya.

d. Identifikasi gagasan untuk peningkatan tentang nilai pribadi.

e. Peningkatan kepuasan kerja.

f. Pemahaman yang lebih terhadap karyawan, tentang rasa takut, rasa

grogi, harapan dan aspirasi mereka.

g. Kesempatan untuk menjelaskan tujuan dan prioritas penilaian dengan

memberikan pandangan yang lebih baik terhadap bagaimana mereka

dapat memberikan kontribusi yang lebih besar kepada perusahaan.

h. Meningkatkan rasa harga diri yang kuat diantara manajer dan juga para

karyawan, karena telah berhasil mendekatkan ide dari karyawan

(24)

i. Sebagai media untuk mengurangi kesenjangan antara sasaran individu

dengan sasaran kelompok atau sasaran departemen SDM atau sasaran

perusahaan.

j. Kesempatan bagi manajer untuk menjelaskan kepada karyawan apa

yang sebenarnya diinginkan perusahaan dari para karyawan sehingga

para karyawan dapat mengukur dirinya, menempatkan dirinya dan

Berjaya sesuai harapan dari manajer.

k. Sebagai media untuk meningkatkan interpersonal relationship atau

hubungan antar pribadi karyawan dengan manajer.

l. Dapat sebagai sarana meningkatkan motivasi bagi karyawan dengan

lebih memusatkan perhatian kepada mereka secara pribadi.

m. Merupakan kesempatan berharga bagi manajer agar dapat menilai

kembali apa yang telah dilakukan sehingga ada kemungkinan merevisi

target atau menyusun prioritas baru.

n. Bias mengidentifikasi kesempatan untuk rotasi atau perubahan tugas

karyawan.

3. Manfaat bagi Perusahaan

a. Perbaikan seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan karena:

1. Komunikasi menjadi lebih efektif mengenai tujuan perusahaan dan

nilai budaya perusahaan.

2. Peningkatan rasa kebersamaan dan loyalitas.

3. Peningkatan kemampuan dan kemauan manajer untuk

(25)

memotivasi karyawan dan mengembangkan kemauan dan

keterampilan karyaawan.

b. Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang

dilakukan oleh masing-masing karyawan.

c. Meningkatkan kualitas komunikasi

d. Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan

e. Meningkatkna keharmonisan hubungan dalam pencapaian tujuan

perusahaan.

f. Peningkatan segi pengawasan melekat dari setiap kegiatan yang

dilakukan oleh karyawan.

g. Harapan dan pandangan jangka panjang dapat dikembangkan.

h. Untuk mengenali lebih jelas pelatihan dan pengembangan yang

dibutuhkan.

i. Kemampuan mengenali setiap permasalahan.

j. Sebagai sarana penyampaian pesan bahwa karyawan itu dihargai oleh

perusahaan.

k. Kejelasan dan ketepatan dari pengetahuan, keterampilan dan sikap

yang diperlukan karyawan, sehingga perusahaan dapat tampil prima.

l. Budaya perusahaan menjadi mapan.

m. Karyawan yang potensial dan memungkinkan untuk menjadi pimpinan

perusahaan atau sedikitnya yang dapat dipromosikan menjadi lebih

mudah terlihat, mudah diidentifikasikan, mudah dikembangkan lebih

(26)

n. Penilaian kinerja akan menjadi salah satu sarana yang paling utama

dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

Tujuan dan fungsi manajemen kinerja menurut Moeheriono (2009:113)

adalah sebagai berikut:

1. Kinerja karyawan bias dikelola secara efektif agar kinerja karyawan selalu

meningkat.

2. Terjadi proses komunikasi timbal balik antara penilai dan yang dinilai

sehingga dapat mengeliminasi berbagai kemungkinan konflik yang akan

timbul.

3. Terjadi serangkaian proses perencanaan, pembibingan, pendokumentasian,

reviu kinerja terintegrasi.

4. Mendorong motivasi dan meningkatkan komitmen karyawan untuk lebih

maju.

5. Timbulnya inputdalam perencanaan pergantian jabatan.

6. Memberikan masukan kepada perusahaan perihal kinerja seluruh

karyawan sebagai dasar untuk menentukan strategi perusahaan.

2.3. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Produktifitas Karyawan

Program keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh

perusahaan diharapkan dapat mempertinggi derajat kesehatan dan keselamatan

karyawan. Apabila masalah keselamatan dan kesehatan ini tidak diperhatikan,

akan dapat menjadi masalah bagi perusahaan dan karyawan itu sendiri. Bagi

(27)

Semakin maju suatu masyarakat, semakin banyak problem-problem yang

dihadapi oleh anggota-anggota masyarakat tersebut. Perubahan sosial dan

ekonomi membawa pengaruh terhadap masyarakat. Dan karyawan sebagai

anggota masyarakat ikut pula terpengaruh terhadap perubahan ini. Dengan

demikian banyak problem yang harus dihadapi dan ini membawa pengaruh

terhadap kondisi mental serta kesehatan karyawan. Padahal kondisi mental yang

buruk akan ditunjukkan dari tingginya perputaran tenaga kerja, buruknya

hubungan antara bawahan atau dengan rekan-rekan kerja.

Setiap manajer harus menyadari bahwa untuk mencapai tujuan perusahaan

sangat tergantung pada pekerjanya, khususnya semangat kerja dari para

bawahannya. Produktifitas kerja kelompok memberi peluang kepada orang-orang

yang bekerja untuk mengambil bagian yang maksimal dalam perusahaan yang

bersangkutan.

Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja tidak terlepas dari

masalah-masalah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Maka untuk

mencapai tujuan perusahaan, setiap peusahaan harus memelihara karyawan adalah

melalui pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan adanya

program keselamatan dan kesehatan kerja, konflik-konflik antara karyawan

dengan perusahaan tentang jaminan keselamatan karyawan dapat diatasi, karena

karyawan beranggapan bahwa perusahaan akan memikirkan keselamatan mereka

saat bekerja.

Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap

produktifitas karyawan menjadi penting untuk dikaji, karena kedua factor tersebut

(28)

misi perusahaan. Mengingat hal itu, setiap perusahaan perlu menerapkan

keselamatan dan kesehatan kerja yang secara komprehensif mengupayakan

pencegahan dan penyakit kerja, sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan

kecelakaan serta penyakit kerja dan dapat meningkatkan produktifitas kerja

karyawan.

2.4. Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Hasil

1 Rina Verawaty

(2006)

Pengaruh Kesehatan dan

Keselamatan Kerja

Terhadap Produktifitas

Kerja Karyawan Bagian

Produksi pada PT. Albasi

Parahyangan di Banja

Ciamis.

Terdapat hubungan yang

signifikan pada tingkat

sedang antara kesehatan

dan keselamatan kerja

terhadap produktifitas

kerja karyawan sebesar

0,54. Dengan besarnya

pengaruh kesehatan dan

keselamatan kerja terhadap

produktifitas kerja

karyawan sebesar 29,16%.

2 Wahyu Ratna

Sulistyarini

(2006)

Pengaruh Program

Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Terhadap

Produktifitas Kerja

Terdapat hubungan yang

sedang antara program

keselamatan dan kesehatan

(29)

Karyawan Pada CV.

Sahabat di Klaten.

produktifitas kerja

karyawan sebesar 0,62.

Hal ini berarti koefisien

positif dengan signifikasi

sebesar 38,97%.

Sebagaimana proses yang

berkesinambungan

program keselamatan dan

kesehatan kerja harus

mengedepankan

kebutuhan dan keinginan

karyawan agar semakin

memperbaiki kualitas

kinerjanya.

3 Nia Indriasari

(2008)

Pengaruh Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Terhadap

Kinerja Karyawan (Studi

pada karyawan bagian

produksi PT. Surabaya

Agung Industri Pulp dan

Kertas

Diketahui bahwa secara

simultan dari kedua

variabel bebas dalam

keselamatan dan kesehatan

kerja mempunyai

pengaruh yang sangat

signifikan. Besar

kontribusi secara simultan

dari kedua variabel bebas

(30)

ini menunjukkan bahwa

kinerja karyawan

dipengaruhi oleh kedua

variabel bebas. Sedangkan

sisanya sebesar 63,7%

dipengaruhi oleh variabel

lain yang tidak dipakai

atau diteliti dalam

penelitian ini. Secara

parsial kedua variabel

bebas dalam keselamatan

dan kesehatan kerja

mempunyai pengaruh yang

sangat signifikan terhadap

variabel terikat yaitu

kinerja karyawan.

Kesehatan Kerja Terhadap

Kinerja Karyawan (Studi

pada PT. Bentoel Prima

Malang)

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

terhadap hubungan yang

signifikan antara program

keselamatan dan kesehatan

kerja karyawan terhadap

kinerja karyawan sebesar

(31)

lainnya dijelaskan oleh

faaktor-faktor lain diluar

variabel yang digunakan

dalam penelitian ini.

5 Suherlis

Setiawati

(2011)

Pengaruh Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Terhadap

Produktifitas Kerja

Karyawan (Studi pada

karyawan bagian pabrik

PT. PG. Kebon Agung

Malang

Variabel program

keselamatan dan kesehatan

kerja berpengaruh secara

bersama-sama terhadap

variabel dependen. Hal

tersebut dibuktikan dengan

hasil perhitungan yang

menyatakan nilai F hitung

7,485 yaitu lebih besar

dari nilai F tabel 4,17

maka Ho ditolak berarti

ada pengaruh yang

signifikan dari engaruh

keselamatan dan kesehatan

kerja secara bersama-sama

terhadap produktifitas

(32)

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan saat ini

adalah: Objek penelitian yang diambil berbeda. Penelitian saat ini di PT. Sampali

Plasindo Industri Jalan pasar II Dusun III N0.97 Desa Tanjung Selamat Percut Sei

Tuan.

2.5. Kerangka Konseptual

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (X)

Sebuah perusahaan yang sehat dan baik adalah perusahaan yang selalu

memperhatikan kondisi karyawan, baik itu kesehatan dan keselamatan kerja

karyawan sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja karyawan dalam

perusahaan. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas bahwa kesehatan dan

keselamatan kerja berpengaruh terhadap produktifitas kerja karyawan.

Pada kerangka pemikiran tersebut dapat dijabarkan bahwa kesehatan dan

keselamatan kerja (X) berpengaruh terhadap produktifitas kerja karyawan (Y).

2.6. Hipotesis

Menurut Azuar Juliandi (2013:122) hipotesis merupakan dugaan,

kesimpulan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah

dirumuskan didalam rumusan masalah sebelumnya. Adapun jenis hipotesis yang

dikemukakan penulis adalah hipotesis asosiatif. Hipotesis asosiatif adalah

rumusan sementara yang berusaha menjawab permasalahan penelitian yang Keselamatan dan

Keselamatan Kerja (X)

(33)

bersifat menghubungkan variabel yang satu dengan yang lain (Supriyanto,

2009:91). Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan keselamatan dan

kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan PT. Sampali Plasindo

Industri.

Ha : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara keselamatan dan

kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan PT. Sampali Plasindo

Industri.

2.7. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:37). Untuk memberikan batasan yang

jelas tentang penelitian yang akan dilakukan, maka penulis mendefinisikan

konsep-konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Pengembangan sumber daya manusia adalah proses untuk

meningkatkan berbagai kemampuan, baik kemampuan teoritis dan

umum, maupun teknis dan operasional karyawan PT. Sampali Plasindo

Industri melalui pelatihan untuk mempersiapkan suatu tanggung jawab

dalam pelaksanaan tugas untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Kinerja karyawan adalah hasil kerja, prestasi yang dapat dicapai

seorang atau sekelompok orang dalam jangka waktu tertentu pada PT.

Sampali Plasindo Industri dalam hal efektifitas, efisiensi, kualitas,

(34)

wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai

tujuan organisasi.

3. Pengaruh pengembangan sumber daya manusia terhadap kinerja

karyawan adalah untuk memperbaiki, meningkatkan pengetahuan

pegawai dari segi kemampuan teoritis dan kemampuan teknis melalui

pendidikan dan pelatihan, sehingga akan meningkatkan hasil kerja

karyawan dalam hal kualitas, kuantitas, ketepatan waktu, dan

kehadiran.

2.8. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur-unsur yang memberitahukan bagaimana

mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui

indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari variabel-variabel

tersebut (Singarimbun, 1995:46).

Penelitian ini menguji dua variable yaitu variable keselamatan dan

kesehatan kerja sebagai variabel bebas dan variabel produktifitas sebagai variabel

terikat. Kedua variabel tersebut dioperasionalisasikan kedalam bentuk konsep

yang dapat diukur sebagai berikut:

1. Keselamatan dan kesehatan kerja mengacu pada kondisi psikologis fisik

dan psikologis pekerja yang merupakan hasil dari lingkungan yang

diberikan oleh perusahaan. Jika suatu perusahaan melakukan pengukuran

keamanan dan kesehatan yang efektif, maka semakin sedikit pegawai yang

akan mengalami dampak penyakit jangka pendek atau jangka panjang

(35)

meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif dapat dilihat

dari 5 dimensi (Jackson, Schuler & Werner, 2011:289):

a. Mengukur dan mengawasi. Dalam rangka upaya meningkatkan

keselamatan dan kesehatan kerja, maka suatu pencegahan kecelakaan

serta penyakit akibat kerja harus dimulai dari mengukur,

mengidentifikasi bahaya atau resiko yang dapat muncul dalam

lingkungan kerja.

b. Pencegahan kecelakaan. Merancang lingkungan kerja dengan baik

merupakan salah satu upaya terbaik untuk mencegah dan

meningkatkan keselamatan kerja.

c. Pencegahan penyakit. Penyakit kerja dapat lebih merugikan dan

berbahaya dari pada kecelakaan kerja. Karena penyakit sering kali

membutuhkan waktu lama untuk berkembang, kondisi kerja yang

berbahaya bisa tidak terdeteksi selama beberapa tahun.

d. Manajemen tekanan. Program manajemen dalam memberikan program

yang dirancang untuk membantu pegawai dalam menghadapi tekanan

terkait dengan pekerjaan merupakan strategi untuk meningkatkan

keselamatan dan kesehatan kerja.

e. Program kesehatan. Perusahaan-perusahaan semakin berfokus untuk

menjaga pegawainya tetap sehat.

2. Produktifitas kerja merupakan pengukuran output yang berupa barang atau

jasa dalam hubungannya dengan input yang berupa karyawan, modal,

materi atau bahan baku dan peralatan. Alat ukur produktifitas yang

(36)

(2009:5). Faktor-faktor yanag digunakan dalam pengukuran produktifitas

dapat dilihat dari 3 (tiga) dimensi:

a. Kuantitas kerja adalah suatu hasil yang dapat dicapai oleh karyawan

dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar yang ada atau

ditetapkan oleh perusahaan.

b. Kualitas kerja adalah suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu

dari suatu produk yang dihasilkan karyawan. Dalam hal ini merupakan

suatu kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya

secara teknis dengan perbandingan standar yang ditetapkan oleh

perusahaan.

c. Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada

awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil

output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktifitas lain.

Dimensi-dimensi yang digunakan dalam operasional konsep ini diambil

dari teori-teori yang sudah ada sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk

mengetahui penilaian obyektif karyawan bagian produksi terhadap program

keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Sampali Plasindo Industri, sehingga

Referensi

Dokumen terkait

Melalui penjelasan guru dan diskusi kelompok, siswa dapat memahami sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia meliputi tumbuhan, hewan, dan bahan

“ Kami beberapa kali, pernah menjalin hubungan baik dengan teman-teman dari Etnis Sumba, dalam kegiatan Pentas Seni Budaya Indonesia (PSBI) dan komunikasi yang terjalin

untuk mengatur hanya user tertentu saja yang dapat mengakses data sesuai dengan yang dibutuhkan.  Level Sistem

Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Profesi dan Kode Etik Pustakawan.. Arsip Korespondensi : Penciptaan dan

Gambar 1.2 Penomoran definitif pada pembungks arsip.. Universitas

 Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan promosi kesehatan di wilayah kerja puskesmas.  Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan promosi

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan diperoleh data mengenai citra merek dari dari 30 orang responden terdapat 25 orang (83,33%) yang memberikan penilaian

Salah satu faktor penyebabnya adalah rendahnya efisiensi dan produktivitas dalam kinerja perekonomian Indonesia yang ditunjukkan oleh Total Factor Productivity (TFP). Masalah