8
BAB I
Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler
Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang
termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya
permukiman warga dan banyaknya permukiman yang menggunakan bahan
bangunan bekas sehingga kesan kumuh semakin terlihat jelas. Kumuh merupakan
kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan perilaku yang rendah dilihat
dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh
dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah
mapan kepada golongan bawah yang belum mapan (Kurniasih,2007). Beberapa
ciri-ciri daerah kumuh antara lain:
1. Dihuni oleh penduduk yang padat dan berjubel, baik karena pertumbuhan
penduduk akibat kelahiran mapun karena adanya urbanisasi.
2. Dihuni oleh warga yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap, atau
berproduksi subsisten yang hidup di bawah garis kemiskinan.
3. Rumah-rumah yang ada di daerah ini merupakan rumah darurat yang
terbuat dari bahan-bahan bekas dan tidak layak.
4. Kondisi kesehatan dan sanitasi yang rendah, biasanya ditandai oleh
lingkungan fisik yang jorok dan mudahnya tersebar penyakit menular.
5. Langkanya pelayanan kota seperti air bersih, fasilitas MCK, listrik, dsb.
6. Pertumbuhannya yang tidak terencana sehingga penampilan fisiknya pun
9 Kampung Hamdan memiliki semua ciri di atas sehingga dapat
disimpulkan bahwa kampung Hamdan merupakan kawasan kumuh di kota Medan
yang bersebelahan dengan sungai Deli. Menurut UU No. 4 pasal 22 tahun 1992
tentang perumahan dan permukiman, dimana permukiman kumuh adalah
permukiman yang tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang
tidak sesuai dengan peruntukkan atau tata ruang, kepadatan bangunan yang sangat
tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit
lingkungan, kualitas umum bangunan rendah, tidak terlayani prasarana
lingkungan yang memadai, membahayakan keberlangsungan kehidupan dan
penghuninya. Dengan melakukan revitalisasi kawasan pada kampung Hamdan
yaitu dengan menerapkan konsep penataan kembali permukiman kumuh yang ada
di kawasan kampung Hamdan maupun permukiman di sekitar bantaran sungai
Deli diharapkan dapat menyelesaikan masalah permukiman kumuh tersebut.
Dengan banyaknya penduduk di kampung Hamdan yaitu sekitar 200 - 300
jiwa / Ha yang terdiri dari 4 lingkungan, maka salah satu cara untuk mengatasi
jumlah penduduk yang cukup besar dengan kawasan yang bisa dikatakan tidak
terlalu luas adalah dengan merancang sebuah perumahan vertikal atau rumah
susun. Rumah susun pada kawasan ini akan dirancang sesuai dengan pendapatan
warga yaitu menengah kebawah sehingga desain akan menggunakan material
bangunan yang murah dan tahan lama. Selain itu, untuk menunjang pendapatan
warga maka kawasan ini akan diubah menjadi kawasan komersil dengan adanya
fasilitas untuk publik seperti pasar, tempat pemancingan, dan foodcourt dengan
10 muka atau wajah dari kota Medan dengan menjadikannya area muka suatu
kawasan dan menarik pengunjung yang datang ke kawasan untuk menikmati
fasilitas publik yang ada.
Hal pertama yang harus dilakukan untuk memulai proses revitalisasi
adalah survey lapangan yang meliputi beberapa aspek, antara lain: aspek fisik,
teknis, ekonomi, dan sosial. Selain itu, ketika melakukan analisa kawasan, ada 4
hal pokok yang harus diperhatikan yaitu faktor manusia, fungsi dan pengolahan
lahan, fungsi dan pengolahan bangunan serta faktor eksternal. Dengan persiapan
matang seperti melakukan dan memperhatikan hal – hal tersebut, maka desain
yang spektakuler dapat diraih oleh perancang.
1.1Kondisi Eksisting Kawasan
Berdasarkan dari data kondisi tapak, diketahui bahwa kawasan kampung
Hamdan merupakan kawasan berkontur yang setiap konturnya memiliki
perbedaan sekitar 1 meter. Pada bantaran sungai didapat ketinggiannya sekitar 23
meter dan semakin ke pinggiran kawasan yang bersebelahan dengan jalan
tingginya sekitar 26 meter.
11 Dengan kawasan yang berkontur seperti ini, seharusnya dapat
dimanfaatkan dengan mendesain suasana yang asri yaitu dengan memanfaatkan
level yang ada seperti pada kontur yang tinggi didesain area pertokoan kemudian
level kebawah berikutnya dijadikan area bercocok tanam dan level bawah
selanjutnya didesain area kuliner sehingga tercipta suatu suasana yang
berkesinambungan dan asri seperti dikampung dikarenakan adanya area bercocok
tanam yang ada di tengah kawasan tersebut.
Namun fakta dilapangan berbeda, kawasan yang berkontur tersebut tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh warga, hal ini dapat dilihat bahwa hampir tidak
adanya terdapat ruang terbuka hijau pada kawasan yang selain dapat dijadikan
sebagai area resapan air hujan dan sebagai area bermain anak dengan
pohon-pohon yang ditanam di sekitarnya, juga dapat dijadikan sebagai penghijauan
kawasan sehingga menjadi lebih sejuk dan asri. Hal ini yang mengakibatkan
walaupun kawasan ini memiliki kontur, namun pada kontur yang terendah yaitu
pada bantaran sungai sering tergenang oleh banjir dan terasa sangat panas di siang
hari.
12 Masalah lain pada kawasan ini adalah sampah, sampah yang ada pada
kawasan ini tidak hanya terdapat pada bantaran sungai saja yang mengakibatkan
terjadinya banjir apabila hujan lebat, selain itu juga terdapat di beberapa titik
kawasan sehingga menghasilkan bau yang kurang sedap dan pemandangan yang
tidak indah.
1.2Aspek Fisik dan Teknis
Bantaran sungai pada kawasan ini terlihat sangat kumuh, selain
dikarenakan sampah yang menumpuk juga banyaknya terdapat permukiman
kumuh yang tidak tertata dengan rapi. Kondisi fisik bangunan di kawasan
kampung Hamdan ini kebanyakan menggunakan batu bata, dinding papan, dan
menggunakan seng bekas, hal ini didasari oleh penghasilan warga yang menengah
kebawah. Pada bagian pinggir kawasan yang bersebelahan dengan jalan,
kebanyakan bangunan rumah warga menggunakan material dinding bata dan
pondasi batu kali sedangkan pada daerah bantaran sungai kebanyakan rumah
menggunakan material bekas seperti papan bekas dan seng bekas dengan desain
rumah panggung.
13 Kemudian, perancang juga membahas mengenai kegiatan yang dilakukan
oleh warga di sekitar sungai. Sungai dijadikan tempat berkumpul warga seperti
mencuci, mandi, memancing, buang air dan juga diambil airnya untuk masak.
Dengan adanya kegiatan tersebut membuat semakin eratnya terjalin hubungan
antar warga, namun kaegiatan tersebut sangat tidak layak dilakukan dikarenakan
kondisi air sungai yang sangat kotor yang dapat manimbulkan penyakit bagi
warga yang menggunakannya baik itu untuk mandi, mencuci ataupun memasak.
Hal ini bisa diakibatkan karena tidak adanya pasokan air yang didapat warga dan
juga penghasilan rendah warga yang membuat mereka tidak bisa membeli air
bersih untuk konsumsi sehari-hari.
Gambar 1.4. suasana perumahan di bantaran sungai Sumber. Penulis (2014)
1.3Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi
Setelah membahas aspek fisik dan teknis, selanjutnya perancang
membahas mengenai aspek sosial yang ada di kawasan kampung Hamdan. Pada
saat melakukan studi lapangan, terlihat bahwa walaupun tidak tersedianya area
khusus untuk bersosialisasi yang layak pada kawasan namun tetap terjalin
14 di sekitar permukiman seperti pada gang permukiman, warung-warung di
kawasan, juga terjadi interaksi di bantaran sungai yaitu para pemuda pemudi
berkumpul dan mandi di sungai bersama-sama. Warga kawasan kampung
Hamdan ini terdiri beberapa suku yaitu, jawa, padang, batak, melayu, india dan
Chinese, namun mayoritas sukunya adalah suku jawa dan padang. Kampung
Hamdan ini terdiri dari beberapa agama yaitu islam, Kristen, hindu dan konghucu
namun mayoritas agamanya adalah agama islam. Walaupun memiliki suku dan
agama yang berbeda-beda, warga kampung Hamdan hidup dengan tentram dan
saling menghargai.
Aspek perekonomian warga kampung Hamdan yang sebagian besar adalah
industri rumah tangga. Industri rumah tangga yang terdapat pada kawasan ini
berkaitan dengan kuliner seperti bakso yang sudah terkenal yaitu bakso Amat
yang terletak di jalan Juanda. Selain usaha bakso, ada beberapa usaha lain yang
dikerjakan warga seperti warung nasi, kedai sembako, bidan, bengkel, salon,
warung kopi, pengisian gallon air minum, penjualan air bersih, dan lain-lain.
15
1.4Faktor Manusia
Pada saat melakukan survey lapangan di kampung Hamdan, interaksi yang
muncul dan yang sangat mudah dilihat adalah interaksi dalam kegiatan ekonomi.
Banyak sekali kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh warga kampung Hamdan
seperti bengkel, depot air, warung nasi, kedai jajanan anak, kedai sembako, salon,
bakso, warung internet dan lain-lain. Warga kampung Hamdan ini merupakan
masyarakat golongan menengah kebawah yang penghasilannya rata-rata sekitar
1,2 juta – 1,5 juta rupiah perkepala rumah tangga.
Gambar 1.6. Kegiatan ekonomi kampung Hamdan Sumber. Penulis (2014)
Kawasan kampung Hamdan merupakan kawasan yang cukup aman
dikarenakan kawasan ini sangat padat, setiap rumah saling berdempetan dan tidak
terdapat pagar yang memisahkan antar rumah membuat warga saling mengenal
satu dengan yang lainnya. Dengan demikian warga kampung ini dapat langsung
mengetahui apabila ada orang dari luar yang memasuki kampungnya, seperti
ketika penulis melakukan survey ke kawasan ini, warga tahu bahwa kami
merupakan orang luar dan mereka bisa menerima kedatangan kami untuk survey.
16 jarang warga melakukan beberapa aktivitas di sungai seperti memancing,
mencuci, dan mandi.
Gambar 1.7. Suasana interaksi sosial warga Sumber. Penulis (2014)
1.5 Fungsi dan Pengolahan Lahan
Pada kawasan kampung Hamdan ini, bangunan perumahan warga tidak
beraturan dan tidak mengikuti peraturan undang-undang yang ada seperti
berlakunya KDB, KLB, dan GSS. Seharusnya pada bantaran sungai memiliki
garis sempadan yaitu 15 meter yang merupakan jarak antara sungai dengan
rumah warga. Rumah warga bersebelahan langsung ke sungai sehingga garis
sempadan sungai yang harusnya dijadikan area resapan sungai dijadikan
perumahan warga sehingga sering terjadi banjir. Selain itu warga yang rumahnya
bersebelahan dengan sungai kerap membuang sampah rumah tangga langsung ke
17 Gambar 1.8. kondisi rumah warga yang bersebelahan dengan sungai
Sumber. Penulis (2014)
Sirkulasi pada kawasan kampung Hamdan berupa jalan kecil dengan lebar
sekitar 2-3 meter. Jalan yang bisa dikatakan cukup sempit ini dilalui oleh pejalan
kaki, motor dan becak secara bersama-sama. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
jumlah penduduk sehingga tidak tersedianya jalan dengan lebar standar untuk
dilalui oleh pejalan kaki dan kendaraan bermotor karena dimakan oleh bangunan
perumahan warga. Jalan primer pada kawasan ini terletak di jalan Juanda, jalan
Multatuli, dan jalan Samanhudi. Selain jalan yang sempit, permasalahan lain yang
terdapat dikawasan ini adalah tidak adanya fasilitas yang tersedia untuk para
lansia dan warga dengan kebutuhan khusus. Masalah parkir juga menjadi
perhatian pada kawasan ini, dengan tidak tersedianya area parkir membuat
timbulnya kemacetan dibeberapa titik seperti pada jalan Samanhudi yang jalannya
18 Gambar 1.9. Peta sirkulasi kampung Hamdan
Sumber. Penulis (2014)
Gambar 1.10. Akses sirkulasi warga kampung Hamdan Sumber. Penulis (2014)
Selain masalah sirkulasi, juga terdapat masalah ruang terbuka hijau pada
kawasan ini. Tidak terdapat ruang terbuka hijau yang bisa dimanfaatkan warga
sebagai tempat bermain anak atau berkumpul warga dan sebagai area yang
memang dibuat khusus untuk penghijauan di kawasan ini mengakibatkan kawasan
ini terasa panas dan kurang nyaman pada siang hari. Dengan seringnya terjadi
banjir dikawasan ini, seharusnya warga sadar bahwa sebenarnya ruang terbuka
hijau itu sangat penting untuk mencegah banjir dengan menyediakan area di
beberapa titik dengan menanam tumbuhan dan pohon yang rindang untuk
19 dijadikan sebagai tempat menumpuknya barang-barang yang sudak tidak dipakai
atau sampah yang menimbulkan bau tidak sedap pada kawasan ini.
Banyaknya terdapat titik-titik area yang dijadikan sebagai tempat
menumpuknya barang rongsokan dan sampah dikarenakan tidak tersedianya
Tempat Pembuangan Sampah (TPS) pada kawasan ini. Selain itu, drainase juga
menjadi hal yang harus diperhatikan karena setiap saluran yang terdapat pada
kawasan ini baik itu yang berukuran besar maupun kecil dipenuhi oleh sampah
warga. Hal ini menunjukkan bahwa sampah merupakan masalah besar dikawasan
ini, bahkan pinggiran sungai pun dijadikan sebagai area pembuangan sampah.
Warga kurang peduli dengan kebersihan lingkungan dan kesehatan warga, dengan
membuang sampah sembarangan di jalan, selokan maupun sungai akan
berdampak buruk bagi warga yang sebagian besar bergantung kepada air sungai
untuk konsumsi sehari-hari seperti mandi, mencuci, buang air, dan lain-lain.
20 Gambar 1.12. Kondisi bantaran sungai Deli
Sumber. Penulis (2014)
1.6 Fungsi dan Pengolahan Bangunan
Area permukiman warga pada kawasan ini terbagi menjadi dua yaitu
permukiman yang terletak di tengah dan pinggir jalan besar, serta permukiman
yang terletak di bantaran sungai. Dua area permukiman ini memiliki struktur
bangunan yang berbeda yaitu pada permukiman yang terletak di tengah dan
pinggir jalan besar kebanyakan menggunakan bahan bangunan yang cukup baik
seperti pondasi batu kali, dinding bata dan atap seng sedangkan pada permukiman
di area bantaran sungai menggunakan bahan yang sederhana seperti kayu dan seng
dan model permukimannya merupakan rumah panggung dikarenakan seringnya
banjir dan warga yang berada di bantaran sungai bisa dikatakan berpenghasilan
lebih rendah dibandingkan dengan warga yang permukimannya berada di tengah
dan pinggir jalan.
Untuk permukiman warga yang berada di bantaran sungai yang
merupakan rumah panggung dengan material papan dan seng akan terasa sangat
tidak nyaman di siang hari akan terasa sangat panas dan malam hari akan terasa
21 mengalami pelapukan dan bukan tidak mungking sewaktu-waktu rumah tersebut
bisa rubuh. Selain kondisi rumah yang kurang nyaman, ukuran rumah warga juga
tidak sesuai dengan jumlah penghuni didalamnya sehingga untuk kepala keluarga
yang memiliki banyak anak dengan rumah yang kecil akan sangat tidak nyaman.
Jarak antar rumah di kawasan ini juga kurang diperhatikan, rata-rata jarak antar
rumah hanya sekitar 60-90 cm saja dan tidak bisa dijadikan pencahayaan maupun
sirkulasi udara yang baik.
Gambar 1.13. Kondisi permukiman warga kampung Hamdan Sumber. Penulis (2014)
Dari semua data dan penjelasan di atas, menunjukkan bahwa warga di
sekitar kelurahan kampung Hamdan tidak mematuhi dan menaati peraturan dan
undang – undang yang ada, seperti garis sempadan sungai yang diabaikan
sehingga rumah di sekitar bantaran sungai terlihat tidak beraturan dan sering
terkena banjir karena perumahan warga melewati batas area yang seharusnya
menjadi area hijau sebagai resapan air. Hal ini diperparah dengan kebiasaan warga
membuang dan menumpuk sampah di daerah bantaran sungai yang membuat