• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Examples Non Examples Ber

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Examples Non Examples Ber"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan yang benar, yaitu bersifat rasional dan obyektif. Pengetahuan alam adalah pengetahuan yang berisi tentang alam semesta dan segala isinya. Jadi, menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1992: 3) IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dan segala isinya.IPA biasanya disebut dengan kata “sains” yang berasal dari kata “natural science”. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Penggunaan kata “sains” sebagai IPA berbeda dengan pengertian sosial science, educational science, political science, dan penggunaan kata science yang lainnya. Patta Bundu (2006: menjelaskan secara tegas bahwa yang dimaksud kata sains dalam kurikulum pendidikan di Indonesia adalah IPA itu sendiri. Ruang lingkup sains tersebut adalah sains (tingkat SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat sekolah menengah).IPA memiliki arti yang sempit jika diidentifikasi hanya dari segi istilah saja, seperti halnya pengertian IPA yang telah diuraikan di atas. Dari segi istilah, IPA hanya diartikan sebagai kumpulan pengetahuan tentang alam saja. Padahal menurut beberapa pendapat dari tokoh IPA (Sains), pengertian IPA jauh lebih besar dari sekedar kumpulan pengetahuan. Menurut Nash ( dalam Hendro Darmodjo) dan Jenny R. E. Kaligis (1992: 3) IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara atau metode tersebut harus bersifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara fenomena dengan fenomena yang lain. Metode tersebut dapat membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya itu. Metode tersebut adalah metode berpikir ilmiah.Vessel dalam Patta Bundu (2006: 9) mengartikan IPA sebagai suatu hal atau apa yang dikerjakan para ahli sains (Scientis). Vessel dalam Patta Bundu (2006: 9) mengemukakan “science is

(2)

an intellectual search involving inquiry, rational through, and generalization”. Hal yang dikerjakan oleh saintis disebut sebagai proses sains, sedangkan hasilnya yang berupa fakta-fakta dan prinsip-prinsip disebut dengan produk sains.Menurut Abruscato, Joseph dan Derosa, Donald A (2010: 6), Sains adalah:“Science is the name we give to group of process through which we can sistematically gather information about the natural world.

(3)

memperdalam gambaran dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibawah ini dikemukakan beberapa batasan tentang IPA oleh para ahli dibidang IPA. Menurut wahyono (1996: 293), IPA adalah merupakan suatu kumpulan pengetahuan, tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umun sebatas pada gejala alam. Disimpulkan IPA adalah merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan atau gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah.

2.1.1.2 Tujuan IPA

Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menurut Trianto (2012:142) antara lain:

a. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap.

b. Menanamkan sikap hidup ilmiah.

c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.

d. Mendidik siswa untuk menangani, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya.

e. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan.

(4)

2.1.1.3 Karakteristik IPA

Karakteristik IPA menurut Jacobson dan Bergman dalam (Ahmad Susanto, 2013:170) yaitu:

a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.

b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya.

c. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam.

d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja.

e. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.

Berdasarkan karakteristik IPA di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA berdasarkan pada prinsip-prinsip dan proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut maka siswa dalam pembelajarn IPA akan mendapat pengalaman melalui pengamatan langsung, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa dengan cara merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berfikir kritis melalui pembelajaran IPA.

2.1.1.4 Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup IPA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) secara garis besar terdiri dari aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

(5)

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Berdasarkan aspek-aspek tersebut dapat digambarkan secara spiral, yang artinya setiap bahan ajar disemua tingkat kelas disajikan ke dalam materi yang berbeda, semakin tinggi tingkat kelasnya semakin dalam pula tingkat bahasa dan materi yang diajarkan. Dalam standar isi telah disebutkan beberapa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa dalam proses belajar. Dengan adanya SK dan KD yang telah ditetapkan dalam standar isi , maka guru harus menyajikan bahan ajar yang sesuai dengan SK dan KD yang telah ditetapkan tersebut. Setelah guru memahami SK dan KD guru kemudian menjabarkannya kedalam indikator dan tujuan pembelajaran yang pada akhirnya akan dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

2.1.2.Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan cara/ teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa model-model pembelajaran, yakni ceramah, diskusi, demonstarasi, studi kasus , bermain peran ( role play) dan sebagainya. Tentu saja, masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Model atau metode sangat penting peranannya dalam pembelajaran, karena pemilihan model/metode yang tepat dapat mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran efektif. Selain itu, model pembelajaran dapat diartikan sebagi cara, contoh,maupun pola yang mempunyai tujuan untuk menyajikan pesan kepada siswa yang harus diketahui, dimengerti, dan dipahami, yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para pendidik/guru sesuai dengan materi yang diberikan dan kondisi dalam kelas. Suatu model akan mempunyai ciri-ciri tertentu dilihat dari factor-faktor yang melengkapinya. Pada tahun 1950, di Amerika, Marc Belt menemukan ciri-ciri dari beberapa model pembelajaran antara lain:

(6)

Model pembelajaran kelompok yang disusun oleh Hebert Thelen yang dirancang untuk melatih partisipasi dan kerjasama dalam kelompok didasarkan pada teori Jhon Dewey.

b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.

c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas. d. Memiliki perangkat bagian model yang terdiri dari:

 Urutan langkah pembelajaran, yaitu tahap-tahap yang harus dilakukan

oleh guru bila akan menggunakan model pembelajaran tertentu.

 Prinsip reaksi, yaitu pola prilaku guru dalam memberikan reaksi

terhadap perilaku siswa dalam belajar.

 Sistem sosial, yaitu pola hubungan guru dengan siswa pada saat

mempelajari materi pelajaran. Ada tiga pola dalam sistem sosial, yaitu tinggi, menengah, dan rendah. Pola hubungan disebut tinggi apabila guru menjadi pemegang kendali dalam pembelajaran. Pola hubungan disebut menengah apabila guru berperan sederajat denga siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pola hubungan disebut rendah apabila guru memberikan kebebasan kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran.  Sistem pendukung, yaitu penunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan

pembelajaran dikelas, misalnya media dan alat peraga.

(7)

atau bersifat imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. Atas dasar pengertian tersebut, model dalam pembelajaran dapat dipahami sebagai model pembelajaran yang merupakan suatu rancangan yang telah deprogram melalui media peraga dalam membantu untuk memvisualisasikan pesan yang terkandung didalamnya dan mencapai tujuan belajar sebagai pegangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Joice dan Weil (2000) mengatakan bahwa terdapat empat kategori penting yang perlu diperhatikan dalam model mengajar, yaitu model informasi, model personal, model interaksi, dan model tingkahlaku. Model mengajar yang telah dikembangkan dan diuji keberlakuannya oleh para pakar pendidikan dengan mengklasifikasikan model pembelajaran dalam empat kelompok yaitu: 1. Model pemrosesan informasi ( Information processing model), yaitu

menjelaskan bagaimana cara individu memberi respons yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan nonverbal. Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan pemusatan perhatian pada pengembangankemampuan kreatif. Model pengelolaan informasi ini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia untuk mempelajari individu dan masyarakat. Karena itu, model ini potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan yang berdimensi personal dan sosial, disamping berdimensi intelektual. Adapun model-model pemrosesan menurut Tom (2001) Terdiri atas:

a. Model piker induktif. Tokohnya adalah Hilda Taba. Model ini bertujuan untuk mengembangkan proses mental induktif dan penalaran akademik atau pembentukan teori. Kemampuan-kemampuan ini berguna untuk tujuan-tujuan pribadi dan sosial. b. Model inkuiri ilmiah. Tokohnya adalah Joseph J. Schwab. Model ini

(8)

tetapi juga diharapkan mempunyai efek dalam kawasan-kawasan lain ( metode-metode sosial mungkin diajarkan dalam upaya meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah sosial). c. Model penemuan konsep. Tokohnya adalah Jerome Brunet. Model

ini bertujuan untuk mengembangkan penalaran induktif serta perkembangan dan analisis konsep.

d. Model pertumbuahan kognitif. Tokohnya adalah Jean Pieget, Irving Sigel, Edmund Sulivan, dan Laaerence Kohlberg. Model ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan intelektual, terutama penalaran logis, tetapi dapat pula diterapkan pada perkembangan sosial moral.

e. Model penata lanjutan. Tokohnya adalah david Ausebel. Model ini bertujuan untuk meningkatkan efesiensi kemampuan pemrosesan informasi guna menyerap dan mengaitkan bidang-bidang pengetahuan.

f. Model memori. Tokohnya adalah Harry Loryne dan Jerry Lucas. Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengingat. 2. Model personal (personal family) merupakan rumpun model

pembelajaran yang menekankan kepada proses pengembangan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memudahkan seseorang untuk memahami dirinya dengan baik, memikul tanggung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model ini memusatkan perhatian kepada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif. Dengan begitu, manusia diharapkan semakin menyadari dirinya dan bertanggung jawab atas tujuannya. Adapun tokoh-tokohnya adalah:

(9)

b. Model latihan kesadaran. Tokohnya adalah Fritz Peris William Schultz. Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk eksplorasi diri dan kesadaran diri. Banyak menekankan pada perkembangan kesadaran dan pemahaman antarpribadi.

c. Model sinetik. Tokohnya adalah William Gordon. Model ini bertujuan untuk mengembangkan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.

d. Model sistem-sistem konseptual. Tokohnya adalah David hunt. Model ini bertujuan untuk meningkatkan kekompleksan dan keluwesan pribadi.

e. Model pertemuan kelas. Tokohnya adalah William Glasser. Model ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri dan kelompok sosial.

(10)

4. Model sistem perilaku dalam pembelajaran (behavioral model of teaching) dibanun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku. Melalui teori ini, siswa dibimbing untuk memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku kedalam jumlah kecil dan berurutan. Berbagai pernyataan mengenai model pembelajaran diatas menunjukkan banyaknyacara untuk menerapkan pembelajaran efektif dan efisien. Dengan demikian, melalui pendekatan-pendekatan tersebut, guru diharapkan mampu memilih pendekatan mana yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam kondisi yang ada saat ini. Jadi, para guru harus menyesuaikan dengan situasi dalam kelas dan suasana hati siswa dalam proses pembelajaran. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh guru secara tepat dan kontinu, maka proses pembelajaran dikelas akan dirasa menyenangkan, baik oleh guru maupun siswa (Nur Hamiyah dan Muhamad Jauhar, 2014: 57-64).

2.1.3. Model Examples Non Examples 2.1.3.1. Pengertian Examples non examples

Model Examples Non Examples merupakan salah satu pendekatan Group investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model pembelajaran kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu (Muslimin Ibrahin, 2000 : 3).

Pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu contoh model pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Manfaat media ini adalah untuk guru membantu dalam proses mengajar, mendekati situasi dengan keadaan yang sesungguhnya. Dengan media diharapkan proses belajar dan mengajar lebih komunikatif dan menarik.

(11)

gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.

Salah satu proses belajar mengajar adalah gambar. Media gambar merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya. Dengan menerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar.

Menurut Rochyandi, Yadi (2004:11). model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples adalah tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga siswa dapat membuat konsep yang esensial.

2.1.3.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Examples non examples

Sintak pembelajaran examples non examples menurut Hamdani (2011: 94). dapat dilihat pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran berikut ini:

a. Guru mempersiapkan gambar – gambar sesui dengan tujuan pembelajaran b. Guru menempelkan ganbar dipapan atau ditayangkan melalui LCD Proyektor c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan atau menganalisis gambar

d. Melalui diskusi kelompok hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas

e. Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya

f. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai

(12)

2.1.3.3. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran examples non examples Kelebihan Metode ini adalah

a. Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar

b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar c. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya

Kekurangan Metode ini adalah

a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar b. Memakan waktu lama ( Hamdani. 2011: 94 )

Berdasarkan langkah- langkah pembelajaran examples non examples yang telah dikemukakan oleh ahli, maka penulis dapat menyusun langkah-langkah pembelajaran examples non examples dalam kegiatan pembelajaran IPA di kelas yang disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Sintak Pembelajaran Examples non examples

Langkah-langkah

Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

(13)
(14)
(15)
(16)

kelompok yang

2.Tes evaluasi Guru membagi soal tes evaluasi

(17)

2.1.4. Media audio visual 2.1.4.1. Pengertian Media

Din Wahyudin (2007: 45) mengemukakan media pembelajaran adalah tehnik pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Din Wahyudin (2007: 45) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat Miarso dan Din Wahyudin maka dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.

2.1.4.2. Pengertian Media Audio Visual

(18)

Oemar Hamalik mengemukakan media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media Audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide. Dari hasil penelitian media audiovisual sudah tidak diragukan lagi dapat membantu dalam pengajaran apabila dipilih secara bijaksana dan digunakan dengan baik. Beberapa manfaat alat bantu audiovisual adalah:

1. Membantu memberikan konsep pertama atau kesan yang benar. 2. Mendorong minat.

3. Meningkatkan pengertian yang lebih baik. 4. Melengkapi sumber belajar yang lain. 5. Menambah variasi metode mengajar. 6. Menghemat waktu.

7. Meningkatkan keingintahuan intelektual.

8. Cenderung mengurangi ucapan dan pengulangan kata yang tidak perlu. 9. Membuat ingatan terhadap pelajaran lebih lama.

10. Dapat memberikan konsep baru dari sesuatu diluar pengalaman biasa. 2.1.4.3. Jenis-jenis Media Audio Visual

1. Media Audio Visual Gerak

Media audio visual gerak adalah media intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) karena meliputi penglihatan, pendengaran dan gerakan, serta menampilkan unsur gambar yang bergerak. Jenis media yang termasuk dalam kelompok ini adalah televisi, video tape, dan film bergerak.

a). Film

(19)

dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap. Oemar Hamalik mengemukakan bahwa film yang baik mamiliki ciri-ciri sebagi berikut:

a. Dapat menarik minat anak. b. Benar dan autentik.

c. Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan. d. Sesuai dengan tingkatan kematangan audien.

e. Perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar. f. Kesatuan dan squence-nya cukup teratur.

g.Teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.

b. Video

Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan dapat bersifat fakta (kejadian/ peristiwa penting, berita), maupun fiktif (seperti misalnya cerita), bisa bersifat informatif, edukatif maupun intruksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video, namun tidak berarti bahwa video akan menggantikan kedudukan film. Masing-masing memiliki keterbatasan dan kelebihan sendiri. c. Televisi (TV)

(20)

1. Dituntun oleh instruktur, seorang instruktur atau guru menuntun siswa sekedar menghibur tetapi yang lebih penting adalah mendidik. melalui pengalaman-pengalaman visual.

2. Sistematis, siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan tujuan dan pengalaman belajar yang terencana.

3. Teratur dan berurutan, siaran disajikan dengan selang waktu yang berurutan secara berurutan dimana satu siaran dibangun atau mendasari siaran lainnya,

4. Terpadu, siaran berkaitan dengan pengalaman belajar lainnya, seperti latihan, membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis, dan pemecahan masalah.

Televisi sebenarnya sama dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat. Media ini berperan sebagai gambar hidup dan juga sebagai radio yang dapat dilihat dan didengar secara bersamaan.

Media komunikasi massa khususnya televisi berperan besar dalam hal interaksi budaya antar bangsa, karena dengan sistem penyiaran yang ada sekarang ini, wilayah jangkauan siarannya, tidak ada masalah lagi. Meskipun demikian, bagaimanapun juga televisi hanya berperan sebagi alat bukan merupakan tujuan kebijaksanaan komunikasi, karena itu televisi mempunyai fungsi:

a. Sebagai alat komunikasi massa

Daerah jangkauan televisi, dibelahan bumi manapun sudah tidak menjadi masalah bagi media massa. Hal ini karena ada revolusi dibidang satelit komunikasi massa yang terjadi pada akhir-akhir ini. Sebagi akibat adanya sistem komunikasi yang canggih itu, media massa televisi mampu membuka isolasi masyarakat tradisional yang sifatnya tertutup menjadi masyarakat yang terbuka.

b. Sebagi alat komunikasi pemerintahSebagi alat komunikasi pemerintah, televisi dalam pesan komunikasinya terhadap kondisi sosial budaya suatu bangsa, meliputi tiga sasaran pokok, yaitu:

(21)

 Kemampuan untuk mengubah norma-norma soaial budaya bangsa.

2. Media Audio Visual Diam

Media audio visual diam yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam, seperti:

 Film bingkai suara (sound slides)

Film bingkai adalah suatu film transparan (transparant) berukuran 35 mm, yang biasanya dibungkus bingkai berukuran 2x2 inci terbuat dari kraton atau plastik. Ada program yang selesai dalam satu menit, tapi ada pula yang hingga satu jam atau lebih. Namun yang lazim, satu program film bingkai suara (sound slide) lamanya berkisar antara 10-30 menit. Jumlah gambar (frame) dalam satu program pun bervariasi, ada yang hanya sepuluh buah, tetapi ada juga yang sampai 160 buah atau lebih.

 Film rangkai suara

Berbeda dengan film bingkai, gambar (frame) pada film rangkai berurutan merupakan satu kesatuan. Ukurannya sama dengan film bingkai, yaitu 35 mm. Jumlah gambar satu rol film rangkai antara 50-75 gambar dengan panjang kurang lebih 100 sampai dengan 130, tergantung pada isi film itu.

2.1.4.4. Karakteristik Media Audio Visual

Teknologi Audio visual cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi yaitu dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangakat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Karakteristik atau ciri-ciri utama teknologi media audio-visual adalah sebagai berikut:

1. Mereka biasanya bersifat linier.

2. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis.

3. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya.

(22)

6. Umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah.

2.1.4.5. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio visual

Media audio visual mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Ada dua jenis media audio visual disini yaitu audio visual gerak dan audio visual diam.

a).Kelebihan media audio visual gerak

1. Film dapat menggambarkan suatu proses, misalnya proses pembuatan suatu keterampilan tangan dan sebagainya.

2. Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu. 3. Penggambarannya bersifat 3 dimensional.

4. Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar dalam bentuk ekspresi murni.

5. Dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat penampilannya. 6. Kalau film dan video tersebut berwarna akan dapat menambah realita objek

yang diperagakan.

7. Dapat menggambarkan teori sain dan animasi. b).Kekurangan-kekurangan film sebagai berikut :

1. Film bersuara tidak dapat diselingi dengan keterangan-keterangan yang diucapkan sewaktu film diputar, penghentian pemutaran akan mengganggu konsentrasi audien.

2. Audien tidak akan dapat mengikuti dengan baik kalau film diputar terlalu cepat.

3. Apa yang telah lewat sulit untuk diulang kecuali memutar kembali secara keseluruhan.

4. Biaya pembuatan dan peralatannya cukup tinggi dan mahal.

2.1.4.6 Kelebihan dan kekurangan video sebagai media audio visual gerak a). Kelebihan video

(23)

2. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapt memperoleh informasi dari ahli-ahli/ spesialis.

3. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga dalam waktu mengajar guru dapat memusatkan perhatian dan penyajiannya. 4. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.

5. Keras lemah suara dapat diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar yang akan didengar.

6. Guru bisa mengatur dimana dia akan menghentikan gerakan gambar tersebut, artinya kontrol sepenuhnya ditangan guru.

7. Ruangan tidak perlu digelapkan waktu menyajikannya. b).Kekurangan video

1. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan. 2. Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan

pencarian bentuk umpan balik yang lain.

3. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna.

4. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.

2.1.4.7. Kelebihan dan kekurangan televisi sebagai media audio visual gerak a).Kelebihan televisi:

1. Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa yang sebenarnya.

2. Memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah atau berbagai negara. 3. Dapat menciptakan kembali peristiwa masa lampau.

4. Dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam. 5. Banyak mempergunakan sumber-sumber masyarakat.

6. Menarik minat anak.

7. Dapat melatih guru, baik dalam pre-service maupun dalam intervice training.

(24)

b).Kekurangan-Kekurangan Televisi:

1. Televisi hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah.

2. Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan untuk memahami pesan-pesan nya sesuai dengan kemampuan individual siswa.

3. Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi tayangan TV sebelum disiarkan.

4. Layar pesawat televisi tidak mampu menjangkau kelas besar sehingga sulit bagi semua siswa untuk melihat secara rinci gambar yang disiarkan.

5. Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan guru, dan siswa bisa jadi bersifat pasif selama penayangan.

2.1.4.8. Kelebihan dan kekurangan media audio visual diam a). Kelebihan film bingkai sebagai media pendidikan adalah:

1. Materi pelajaran yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara serentak.

2. Perhatian anak-anak dapat dipussatkan pada satu butir tertentu. 3. Fungsi berfikir penonton dirangsang dan dikembangkan secara bebas. 4. Film bingkai berada di bawah kontrol guru.

5. Dapat dilakukan secara klasikal maupun individu. 6. Penyimpanannya mudah (praktis).

7. Dapat mengatasi keterbatasan keterbatasan ruang, waktu dan indera. 8. Mudah direvisi/diperbaiki, baik visual maupun audionya.

9. Relatif sederhana dan murah dibandingkan dengan media TV atau film. 10. Program dibuat dalam waktu singkat.

b). Kekurangan film bingkai suara adalah:

1. Program film bingki yang terdiri dari gambar-gambar lepas mudah hilang atau tertukar apabila penyimpanannya kurang baik.

2. Hanya mampu menyajikan objek-objek secara diam (still).

(25)

4. Dibangdingkan dengan gambar, foto, bagan atau papan flanel pembuatan film bingkai jauh lebih mahal biayanya.

2.1.4.9. Kelebihan dan kekurangan film rangkai Kelebihan film rangkai yaitu:

1. Kecepatan penyajian film rangkai bisa diatur

2. Film rangkai dapat mempersatukan berbagai media pendidikan yang berbeda dalam satu rangkai

3. Ukuran gambar sudah pasti 4. Penyimpanannya mudah

5. Reproduksinya dalam jumlah besar relatif lebih mudah 6. Dapat untuk belajar kelompok maupun individual

Kelemahan yang pokok dibandingkan dengan film bingkai adalah bahwa film rangkai sulit diedit atau direvisi karena sudah merupakan satu rangkaian, sukar dibuat sendiri secara lokal dan memerlukan peralatan laboratorium yang dapat mengubah film bingkai ke film rangkai.

2.1.5 Hasil Belajar

(26)

sedangkan hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya. Menurut Nana Sudjana (2004:39) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni:

1. Faktor dari dalam diri siswa itu, seperti kemampuan, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

Lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran.Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:251) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi :

a. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar.

b. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada siswa yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas atau kegiatan belajar guna mencapai sebuah tujuan pendidikan. Hasil belajar dalam penelitian ini diukur dengan memberikan soal tes kepada siswa. Tes pada umunya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa,

terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

Menurut Sudjana (2014:35) tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaanpertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).

(27)

2.1.6 Tes Uraian

Tes uraian atau disebut juga dengan essay examination, merupakan alat penilaian hasil belajar yang sudah lama digunakan. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Tes uraian menuntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan. Hal itu merupakan kekuatan atau kelebihan tes esai dari alat penilaian lainnya. Menurut Sudjana (2014:35)

a). Kelebihan tes uraian antara lain adalah:

1. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi. 2. Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun

tulisan, dengan baik dan benar sesuai kaidah-kaidah bahasa.

3. Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir logis, analitis dan sistematis.

4. Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah (problem solving). 5. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga

tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa.

b).Adapun kelemahan dari tes uraian antara lain sebagai berikut:

1. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan.

2. Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya tentang hal-hal yang menarik baginya, dan jawabannya juga berdasarkan apa yang dikehendaki.

3. Tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar.

2.1.7 Tes Objektif

(28)

tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan. Beberapa bentuk tes objektif, yakni jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan dan pilihan ganda.

a. Kebaikan dari tes objektif yaitu:  Soal dapat disusun dengan mudah.

 Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat.

 Penilaian dapat dilakukan dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.

b. Kelemahan dari tes objektif yaitu:

 Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi.  Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.

Pada penelitian ini dalam mengukur hasil belajar siswa, guru memberikan soal tes yang berbentuk pilihan ganda yaitu dimana siswa mempunyai tugas untuk memilih satu jawaban yang benar atau paling tepat. Selain mengukur hasil belajar siswa dari ranah kognitif, hasil belajar siswa dapat diukur melalui ranah psikomotor dan afektifnya. Untuk mengukur hasil belajar ranah psikomotorik dapat diukur melalui tes tindakan (perbuatan). Ada beberapa bentuk cara pengukuran untuk menilai hasil belajar ranah psikomotorik. Bentuk-bentuk penilaian hasil belajar ranah psikomotorik antara lain: penilaian unjuk kerja, penilaian produk, penilaian proyek dan portofolio. Sedangkan hasil belajar ranah afektif (sikap) dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung dan laporan pribadi. Dalam penelitian ini peneliti mengukur hasil belajar siswa dalamranah kognitif dan ranah afektif yaitu dengan tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dan observasi.

2.1.8 Hubungan Example nonexample berbantu media audio visual terhadap hasil Belajar IPA

(29)

pembelajaran akan sangat menarik karena siswa berantusias untuk memperhatikan materi yang di tampilkan. Dengan melihat keunggulan model pembelajaran examples non examples berbantu audio visual, maka peneliti bermaksud untuk menerapkan model dan media tersebut dalam pembelajaran IPA yang bertujuan untuk membangkitkan kerja sama dan kefokusan siswa dalam menerima materi serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan sehingga hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA meningkat.

Pembelajaran IPA itu sendiri bertujuan untuk menanamkan sikap ilmiah, rasa ingin tahu dan memberikan ilmu pengetahuan tentang gejala – gejala alam pada siswa. Hal ini sesuai dengan materi yang akan diajarkan mengenai Peristiwa Alam dan Sumber Daya Alam. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model examples non examples berbantu media audio visual dimana guru akan menampilkan contoh-contoh dan animasi maupun film tentang kerangka tubuh manusia dan fungsinya,tentang peristiwa alam dan sumber daya alam dan diharapkan melalui model ini siswa akan lebih aktif , tidak bosan dan lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan. Diharapkan dengan model Examples non examples berbantu audio visual dapat lebih antusias dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran sehingga secara tidak langsung siswa dapat memahami materi melalui penglihatan atau pengamatan yang dilakukan dan berdampak positif bagi peningkatan hasil belajar siswa.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga menyampaikan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti diantaranya yaitu:

(30)

dan siswa dengan hasil belajar IPA ≥ KKM mencapai 84,85% dari jumlah keseluruhan siswa kelas IV.

b. Suratman (2012) dalam skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Pendekatan examples non examples pada Siswa Kelas 5 SDN Timbang 01 Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV. Terbukti pada hasil belaja siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa 70,59% dengan 12 siswa yang mengalami tuntas belajar dan 5 siswa atau 29,41% siswa yang belum tuntas. Pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 100% atau 17 siswa sudah tuntas.Astuti, Ria Yuni (2012) dalam skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkanhasil belajar IPA pada siswa kelas IV. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Pada saat kondisi awal terdapat 5 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 41,7% dan yang belum tuntas terdapat 7 siswa atau sebesar 58,3%. Pada siklus I terdapat 9 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 75%, dan yang belum tuntas terdapat 3 siswa atau sebesar 25%, sedangkan pada siklus II terdapat 12 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 100%, dan yang belum tuntas dalam belajar terdapat 0 siswa atau sebesar 0 %. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV.

(31)

meningkatkan hasil belajar, sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian karakteristik siswa dan model pembelajarannya terletak pada pengamatan siswa.Berdasarkan penelitian kedua, melalui penelitian tindakan kelas peneliti menerapkan model pembelajaran examples non examples berbantu audio visual dengan tujuan meningkatkan hasil belajar IPA melalui kegiatan mencari pasangan sehingga siswa dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan. . Dengan melihat kekurangan dari penelitian sebelumnya, maka

peneliti akan memberikan suatu variasi baru yang bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan dan pemahaman siswa terhadap suatu materi melalui permainan mencari pasangan atau examples non examples. Dengan melakukan mengkolaborasikan dengan media audio visual LCD proyektor

diharapkan siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran sehingga hasil belajar pada mata pelajaran tersebut dapat meningkat. Penelitian yang akan

dilakukan yaitu menggunakan model examples non examples berbantu media audio visual dimana pembelajarannyadengan sebuah gambar , animasi yang bertujuan untuk menarik antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, selain itu dapat menambah kejelasan siswa dalam memahami materi yang disajikan melalui examples non examples berbantu media audio visual.

Kelebihan pada penelitian ini yaitu dalam pembelajarannya peneliti akan menggunakan examples non examples berbantu media audio visual yang tidak hanya menggunakan gmbar mati saja melainkan akan divariasikan dengan animasi- animasi dari materi dan jawaban tersebut. Hal ini diharapkan dapat lebih memberikan ketertarikan siswa untuk lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, dengan menggunakan media audio visual yang divariasaikan dengan gambar maupun animasi diharapkan akan membuat siswa lebih jelas dalam memahami materi yang disajikan dalam examples non examples dalam bentuk animasi dan materi.

2.3 Kerangka Pikir

(32)

hasil belajar tersebut peneliti berupaya untuk meningkatkan hasil belajar dengan melakukan inovasi dengan menggunakan model-model yang variatif dalam proses pembelajaran yaitu salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples berbantu media audio visual.

Adapun langkah pembelajaraan menggunakan model examples non examples adalah sebagai berikut:

a. Pada kegiatan awal guru mempersiapkan gambar – gambar sesui dengan tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi

b. Guru menempelkan ganbar dipapan atau ditayangkan melalui LCD Proyektor

c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisis gambar

d. Melalui diskusi kelompok hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas

e. Setiap kelompok doberi kesempatan membacakan hasil diskusinya

f. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai

g. Kesimpulan

(33)

Adapun lebih jelasnya dapat dilihat dengan kerangka berfikir dibawah ini. Secara skematik, kerangka pikir PTK ini dapat dicermati dari Gambar berikut:

.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka, kajian hasil penelitian yang relevan dan kerangka berpikir maka dirumuskan suatu hipotesis bahwa penerapan model pembelajaran examples non examples berbantu media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 semester 1 SDN Ronggo 01 Kecamatan Jaken Kabupaten Pati tahun pelajaran 2016/2017.

Kondisi Awal/Perencana

an

Guru belum menerapkan model examples non examples berbantu media audio visual

hasil belajar siswa rendah ( berada di bawah KKM,nilai 75).

Tindakan (siklus 1 dan 2)

Guru menerapkan model examples non examples berbantu media audio visual selama 2 siklus.

Pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 , siswa aktif belajar .

Hasil akhir

Gambar

gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan
Sintak Pembelajaran Tabel 2.1 Examples non examples
dengan menayangkan dan gambar pada LCD
gambar yang di

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan kecepatan selanjutnya akan menyebabkan butiran- butiran terpisah lepas satu sama lain sehingga bisa bergerak dengan lebih mudah (unggun tersuspensi dalam aliran

Judul : Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Loyalitas dan Niat Berpindah serta Kepuasan Sebagai Variabel Mediasi Bagi Pengguna Handphone Merek Nokia Di

Y = ketersediaan bersih serealia pokok perkapita per hari, Z = konsumsi normatif perkapita (RKN). Namun karena kebanyakan hasil produksi yang di konsumsi adalah padi,

“ siiapa orang yang bersedekah sebesar biji kurma dari usahahnya yang baik, dan Allah tidak akan menerima kecuali kebaikan, maka sesungguhnya Allah akan menerimanya dengan

10. Hindarkan pemberian minuman pre- laktal Kebijakan yang diambil oleh pengelola BKIA ‘Aisyiyah Karangkajen mengikuti dari pemerintah khususnya dinas kesehatan. Semua

Musyarakah adalah akad kerjasama atau percampuran antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu yang halal dan produktif dengan kesepakatan

sealing apical opening of the root canal caused by External Root Resorption combined with custom cast post and core and lithium dis- ilicate aesthetic restoration for

Bertepatan dengan tajuk khutbah pada hari ini mengenai Budaya Infaq, di kesempatan ini mimbar ingin mengajak sidang Jumaat sekalian untuk bersama-sama berinfaq untuk saudara kita