Bab II
Biografi Amien Rais
Dalam bab ini, secara ringkas akan dipaparkan sepak terjang Amien Rais pada
pasca reformasi, riwayat hidup Amien Rais, keadilan sosial politik Negara Indonesia
disaat Amien Rais belum menjabat sebagai ketua MPR dan karir politik Amien Rais
di Indonesia. Maksudnya adalah untuk memberikan gambaran siapa Amien Rais
tersebut. Dengan begitu dapat memudahkan para pembaca dikemudian hari.
Sifat – sifat jujur, istiqamah, dan berani melakukan amar ma’ruf nahi munkar
yang dimilikinya ini, tidak lepas dari bimbingan Ibundanya Ny.Hj.Sudalmiyah,
seorang aktivis Aisyiyah Surakarta serta guru agama di SGKP (Sekolah Guru
Kepandaian Putri) Negeri dan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) Aisyiyah Surakarta.
Ibunya sangat menekankan disiplin dan rasional, baik dalam hal adat maupun agama,
dan terkadang terkesan galak di mata anak – anaknya.
Lewat Ibunya itulah Amien mulai menyadari konsekuensi dan resiko
melakukan amar ma’ruh nahi munkar sejak kecil. “Saya dulu dididik oleh ibu untuk
beramar ma’ruf. Menurut beliau, untuk melakukan amar ma’ruf itu tidak ada
resikonya. Orang yang tidak setuju pun tidak marah. Akan tetapi, kalau nahi munkar ,
banyak resikonya,” kata Amien. Amien Rais dilahirkan di Solo, 26 April 1944.
anak kedua dari enam bersaudara. Urutan saudaranya adalah Fatimah Rais, Amien
Rais, Abdul Rozaq Rais, Siti Aisyah Rais, Achmad Dahlan Rais, dan Siti Aisyah
Rais. Keluarga Amien Rais berasal dari kalangan santri modernis. Ayahnya lulusan
Mualimin Muhammadiyah dan bekerja sebagai pegawai kantor Departemen
Agama.12
Amien dinobatkan majalah Ummat sebagai tokoh 1997 dan kemudian ia juga
mendapat penghargaan berupa UII Awards dari Universitas Islam Indonesia,
Ibunya pernah menjabat ketua Aisyiyah (Anak Oraganisasi
Muhammadiyah di bidang perempuan) Muhammadiyah Surakarta, Ibunya juga
mengajar di SGKP (Sekolah Guru Kepandaian Putri) Negeri dan sekolah Bidan
Aisyiyah Surakarta. Kakeknya bernama Wiryosoedarmo adalah pendiri
Muhammadiyah Gombong Jateng.
Intelektual dan kritis wacan politik di Indonesia. Banyak orang yang berkata
dan berpendapat bahwa Amien pakar suksesi dan penyuara keadilan sosial yang
berani mengkritik berbagai wajah kesenjangan dan ketidakadilan sosial yang dinilai
merupakan bagian dari bencana nasional yang kronis. Karena itu, dihadapan berbagai
bentuk syirik politik ia menganjurkan untuk bangsa Indonesia untuk melakukan tobat
nasional. Baginya, sikap kritis itu bukan sesuatu yang luar biasa karena aturan Islam
menyuruhnya kritis. “Qulil-haqqa walau kaana murra” nyatakanlah kebenaran meski
terasa getir, begitulah hadist yang sering dikutipnya.
Yogyakarta atas komitmennya menempuh perjuangan dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar.13
Jenjang pendidikan Amien Rais sejak taman kanak-kanak (TK) sampai
Sekolah Menengah Atas (SMA) berada di Sekolahan Muhammadiyah. Ia mengawali
Sekolah pada tahun 1956 di Sekolah Dasar Hukum Muhammadiyah dilanjutkan di
Sekolah Menengah Pertama tahun 1959 dan Sekolah Menengah Atas tahun 1962. Ia
juga mengikuti pendidikan agama di Mambaul Ulum dekat Masjid Agung Surakarta
yang kemudian pindah ke Madrasah Al-Islam di kota yang sama, pada masa itu
sistem pengajaran Sekolah swasta masih berinduk pada Sekolah pemerintah
(Negeri)
Sebagai intelktual Islam dan sekaligus ilmuwan politik, ia merupakan
kolumnis yang tergolong produktif dalam menuangkan gagasan – gagasannya.
Amien telah banyak menghasilkan sejumlah hasil karya – karyanya seperti
Cakrawala Islam, Keajaiban Kekuasaan, Moralitas Muhammadiyah, Visi dan Misi
Muhammadiyah, dan lain – lain. Pakar politik dari Universitas Gajah Mada tersebut,
kini juga menjadi intelektual pertama yang duduk di pucuk pimpinan
Muhammadiyah, Organisasi keagamaan modernis tersebar di Indonesia.
2.1. Pendidikan dan Pengalaman Politik Amien Rais
14
13
Ibid., hal.23.
14
Firdaus Syam, Amien Rais Politisi yang Merakyat dan Intelektual yang Shaleh (Jakarta: Al-Kautsar,2003), hal.260-261. Lihat juga dalam Idris Taha, Demokrasi Religius, hal.110
. Orang tuanya sangat moderat dalam mendidik anak-anaknya. Prestasi
sempat bingung untuk menentukan pilihan mau melanjutkan studinya. Ibunya minta
agar melanjutkan studi ke al-Azhar, sementara Ayahnya menginginkan di UGM.
Waktu itu ia diterima di Fakultas ISIPOL, karena Amien berhasrat menjadi diplomat.
Sebagai anak yang baik Amien tidak ingin mengecewakan Ibunya kemudian
mendaftarkan ke Fakultas Tarbiyah di IAIN dan diterima hanya sampai sarjana muda
karena ada larangan dari pemerintah waktu itu untuk studi ganda dengan sangat
terpaksa akhirnya ia meninggalkan IAIN Sunan Kalijaga tahun 1967. Namun harapan
Ibunya terkabul karena Amien selama satu tahun (1978-1979) menjadi Mahasiswa
luar biasa di Fakultas Bahasa Universitas al-Azhar di Kairo Mesir. Amien
melaksanakan sarjananya tahun 1968 dengan predikat terbaik di angkatannya, dengan
nilai skripsinya mendapat nilai A dengan judul “Mengapa Politik Luar Negeri Israel
Berorentasi Pro Barat”, sehingga menghantarkannya studi di Amerika untuk
mengikuti program master di University of Notre Dame dan selesai tahun 1974
dengan tesisnya berjudul “Politik Luar Negeri Mesir di Bawah Anwar Sadat dengan
Moscow”, dari Universitas itulah ia memperoleh sertifikat studi tentang Soviet dan
Negara Eropa Timur15
Sejak kecil hingga dewasa Amien selalu bergaul dengan tradisi dan budaya
modern Barat. Hal itu dapat dilihat dari latar belakang kehidupan ketika kecil dan
perjalanan pendidikannya yang sedikit banyak berpengaruh terhadap corak pemikiran .
ke depan. Keluarga terutama sang Ibu terlahir dan dibesarkan dalam pendidikan Barat
model Belanda. Sang Ibupun menekankan pola ataupun sistem yang menjadi ciri dari
kebudayaan Barat yaitu kedisiplinan, kejujuran, transparansi, berani tampil di muka
dan lain-lain16. Pola dan sistem kehidupan modern terus melekat pada diri Amien
ketika dia dibesarkan di Muhammadiyah yang dikenal sebagai organisasi modern.
Sebagai organisasi modern prinsip rasioanalitas sangat kental dan dominan17. Di
Muhammadiyah nilai-nilai budaya dan tata kehidupan sosial dikembangkan
berdasarkan prinsip ibadah dan rasionalitas. pola hidup sehat, tertur, bersih, integrasi,
dan dedikasi yang tinggi serta kedisiplinan setidaknya menjadi ciri dari modernitas
yang ada pada tubuh Muhammadiyah. Pengaruh dan hubungan dengan budaya Barat
pun terus berkembang ketika ia melanjutkan studi ke Amerika. Di sinilah Amien
mengenal budaya Amerika lebih dalam khusunya tentang nalar dan demokrasi yang
bersumber dari buku-buku teks dimeja koleksinya. Pengalam kehidupan organisasi,
di Amerika Amien pernah bertemu Syafii Ma’arif dan Nurcholis Majid yang menjadi
teman diskusi dan bertukar pikiran tentang banyak hal terutama yang menyangkut
tentang Indonesia, kemiskinan, dan demokrasi18
Di Amerika potensi intelektualitas Amien lebih berkembang karena fasilitas
dan akses serta partner lebih mendukung. Di Amerika banyak tersedia koleksi
perpustakaan yang lengkap dan lebih banyak, serta juga banyak berkembang tokoh-.
16
Ibid,.hal.18-19
17
Zaim Uchrowi, Muhammad Amien Rais, hal.137.
tokoh intelektual dan kawan diskusi yang beragam. Orang-orang intelektual yang
dulu pernah belajar disana sewaktu menjadi kuliah, kemudian kembali ke daerah
asalnya ternyata lebih tajam. Amien bersama kawan-kawan semasanya pernah
mendirikan wadah intelektual di Yogyakarta dengan nama Limeted groupdengan
Profesor Mukti Ali sebagai mentornya. Dahulu limited groupini adalah wadah
intelektual yang disegani karena di dalamnya berkumpul tokoh-tokoh akademis dan
para aktivis zamannya, Ahmad Wahidpun pernah berkecimpung didalamnya19
Selain sebagai akademis ia juga sebagai seorang cendikiawan atau
intelektual
.
Sebelum berangkat ke amerika Amien adalah dosen tetap di fakultas ISIPOL
UGM tahun 1970. Sepulang dari Amerika Amien langsung kembali mengajar dan
pernah menjadi Ketua Jurusan Hubungan Internasional. Selain mengajar di UGM ia
juga pernah menjabat Rektor 1 di bidang Akademik dan kepala LP3M di salah satu
Universitas di Yogyakarta. Semenjak ia memimpin Partai PAN (Partai Amanat
Nasional) ia mengundurkan diri dari staf pengajarnya dan sebagai Rektor 1 di UMY.
20
19
Ibid,hal.138.
20 Zaim Uchrowi, Muhammad Amien Rais, hal.137.
. Oleh karena itu ia juga pernah menjabat sebagai pimpinan umum dari
redaksi majalah Proaktif, majalah Media Inovasi, majalah Suara Muhammadiyah,
dan ikut membidani majalah Replubikakemudian ia menjadi dewan redaksi dan
pernah menjadi penulis tetap di kolom Resonansi. Dari semangamat intelektualnya
nama PPSK (Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan). Selain itu juga Amien dan
kawan-kawan mendirikan Yayasan Sholahudin UGM dan menjadi ketua Yayasan
tersebut, di dalam Yayasan tersebut berdiri pondok Pesantren yang diberi nama Budi
Mulia. Budi Mulia adalah tempat bagi mereka yang mau belajar Ilmu Umum dan
Agama. Amien juga mempelopori lahirnya ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim
Indonesia) dan ikut sebagai dewan pakar21
Amien merupakan anak didik dari Muhammadiyah, diapun langsung
bergabung dan aktif dipersyarikatan ini. Karena kepintaran, kecerdasannya Amien
langsung menduduki pos-pos penting di Muhammadiyah. Pada tahun 1985 tepatnya
Muktamar yang ke-41 di Surakarta, Amien menjadi ketua majelis tabligh pimpinan
pusat periode 1990-1995. Pada tahun 1994 Ahmad Basyir menjabat sebagai ketua
umum PP.Muhammadiyah meninggal dunia, Amien menjabat sebagai pejabat
sementara (pjs) sebagai ketua umum Muhammadiyah sampai tahun 1995. Ketika
muktamar yang ke-43 yang digelar di Banda Aceh berhasil menghantarkan Amien
Rais menjadi ketua umum PP.muhammadiyah untuk periode 1999-2000
. Itu masih ditambah dengan jabatan
sebagai Direktur Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan (PPSK)
2.2. Aksi, Pemikiran, dan karya-karyanya
22
21
Ibid,hal.137
22
Ahmad Bahar, Amien Rais: Gagasan dan Pemikiran Menggapai Masa Depan Indonesia Baru (Yogyakarta: Pena Cendikia,1998),hal.14.
. Amien
masuk dalam jajaran elite intelektual Indonesia yang didengar, diperhitungkan, dan
pemikirannya. Ia tidak bosan mengungkapkan berbagai bentuk anomali sosial dan
politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara23
Sebelum memutuskan untuk berani terjun ke Dunia politik amien telah
melakukan ijtihad politik terlbih dahulu
.
Dengan keberanian dan kritisnya Amien membuat pemikiran-pemikiran segar
dengan mengkritik penyalahgunaan kekuasaan dan hutang, KKN (korupsi, kolusi,
nepotisme) dan praktek menyengsarakan rakyat yang dipratekkan pada masa Orde
Baru yang termanifes dalam sosok Soeharto. Reformasi yang ia gulirkan telah
merubah kehidupannya dari akademisi dan intelektual menjadi seorang politisi yang
harus terjun kedalam politik praktis. Reformasi 1998 telah meluncurkan kebimbangan
pada dirinya untuk menentukan dan mengarahkan proses reformasi yang sedang
berjalan atau kembali menjadi akademis dan intelektual. Kondisi seperti menuntut
Amien untuk tidak meninggalkan gelanggang pertarungan untuk terjun ke Dunia
politik.
24
23
Umaruddin Masdar, Membaca Pemikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang Demokrasi (Yogyakarta: Penerbit Pustaka, 1999),hal.83
24Isitlah yang digunakan Amien ketika harus memilih terjun ke politik
. Ijtihad tersebut lantaran dia berada pada
posisi yang amat sulit dan dipengaruhi beberapa pertimbangan. Pertimbangan yang
menjadikannya untuk melekukan ijtihad politik adalah ketika dia berkeinginan
desakan dari luar yang menginginkan Amien untuk bergabung dalam partai PBB
(partai bulan bintang) dan PPP (partai persatuan pembangunan) dan ada pula
mendesak Amien untuk mendirikan partai baru. Setalah melalui
pertimbangan-pertimbangan yang sangat sulit akhirnya Amien memutuskan untuk terjun ke dunia
politik praktis untuk meneruskan dan mengawal reformasi. Amien berijtihad untuk
mengundurkan diri sementara waktu dari kampus dan Muhammadiyah serta tidak
memilih untuk bergabung dengan partai PBB dan PPP . bersama dengan
teman-temannya Amien mendirikan PAN sebagai partai inklusif. PAN didirikan pada
tanggal 23 agustus tahun 1998 di Istana Negara.PAN memasukan nama-nama tokoh,
lintas Agama, lintas ras, lintas etnis dalam komposisi kepengurusannya25
PAN tidak hanya bisa diisi oleh kalangan Muhammadiyah melainkan pula
mereka yang berlatar belakang sosialisme, Kristen, Katholik dan sebagainya. PAN
dilahirkan dengan misi dan cita-cita yang berakar pada moral agama, kemanusiaan
dan penghargaan yang tulus kepada kemajukan sebagai ciri utama bangsa Indonesia.
Dan kemajukan itu diperlukan guna membangun kerjasama lintas etnik, agama, dan
golongan guna mencapai cita-cita bangsa. PAN percaya bahwa diskriminasi dan
partikularisme yang dilembagakan dalam kehidupan kepartaian justru akan
membebani usaha mencapai cita-cita bersama, maka yang dibutuhkan suatu parpol
adalah melembagakan kemajukan. Dengan kata lain, PAN berprinsip non-sektarian .
25
dan non-diskriminatif. Dan keputusan mendirikan PAN dapat dilihat sebagai
kemampuan Amien dalam meluaskan pergaulan lintas sosial.
Amien juga diangkat sebagai ketua umum partai inklusif ini, sebuah partai
yang menjajikan akan kedaulatan rakyat, demokrasi, kemajuan dan keadilan sosial.
Semenjak Amien menjadi tokoh politik terkemuka di Indonesia pasca reformasi
1998, Amien juga menduduki sebagai ketua MPR (Majelis Permusyawaratan
Rakyat), lembaga tertinggi Negara, wadah kedaulatan rakyat kala itu. Terpilihnya
Amien sebagai ketua MPR merupakan surprise, jarang yang menduga bahwa Amien
akan tampil sebagai ketua MPR. Tidak adanya dugaan itu karena partai Amien tidak
memperoleh suara terbanyak, dengan strategi poros tengahnya dia berhasil
menduduki jabatan sebagai ketua MPR pada sidang umum MPR tahun1999 untuk
periode tahun 1999-200426
Amien juga sebagai publik figur yang tidak lepas dari sorotan media massa
dan menjadi perbincangan para intelektual Indonesia, sebagaimana yang diungkapkan
oleh Kuntowijoyo: “Indonesia beruntung mempunyai publik figur seperti Amien
Rais, karena pertama pada zaman global dan cepat berubah ini masyarakat Indonesia
masih memiliki figur pemimpin yang dapat dijadikan panutan keteladanan dan
bersikap istiqomah dan simbol perjuangan dalam kegigihannya menuntut tegaknya .
keadilan.27” kedua, perhatinnya pada masyarakat bawah atas satu keadilan ekonomi
dan politik, begitu kuat memancarkan sosok sebagai pemimpin. Amien tidak malu
untuk berkeliling sampai tingkat ranting hanya untuk sekedar bertatap muka dengan
masyarakat bawah dan berdialog langsung dengan masyarakat untuk membicarakan
masalah ada pada masyarakat kalangan bawah. Ketiga, memiliki visi jauh ke depan,
visi ini penting bagi tokoh yang hidup ditengah-tengah masyarakat plural dan
terutama dalam menghadapi tantangan global yang kian lama semakin komplek. Visi
ini pula yang mendorong Amien untuk menghargai pendapat, bersifat terbuka,
menghargai perbedaan pendapat, serta memiliki tujuan terarah dan jelas dalam
membawa masyarakat menuju masyarakat adil dan beradap.28
Salah tokoh muslim nasional yan sering menjadi idola dilingkungan Muslim
modernis adalah Muhammad Natsir
2.3. Dari Seorang Pengagum, Hingga Dijuluki “Natsir Muda”
29
27
Dikutip oleh Harnawi: dalam pengantar Tauhid Sosial: Formula Menggempur Kesenjangan Sosial (Bandung: Mizan,1998).hal.12
28
Ibid,hal.12.
29
Sebagai seorang tokoh Muslim modernis kenamaan, pemikiran dan perjuangan Muhammad Natsir pernah diseminarkan dengan tema, pemikiran dan perjuangan Muhammad Natsir, di Jakarta,16-17 Juli 1994.
. Semasa hidupnya, Muhammad Natsir yang
juga pernah menjabat sebagai orang nomor satu Masyumi, dikenal sebagai orang
yang selalu terbuka terhadap siapa saja, termasuk orang yang berbeda Agama dan
aliran. Hanya dengan orang komunis saja yang tidak mau kompromi. Kekerasan
yang ditawarkan Presiden Soekarno, yaitu Nasionalisme, Agama, dan kominis, yang
kemudian terkenal dengan sebutan Nasakom. Karakteristiknya lainnya, Muhammad
Natsir termasuk figur yang kritis, berbicaranya lugas dan tegas. Selain itu,
sebagaimana kebanyakan muslim modernis, pemikiran Muhammad Natsir juga
tampak formal-legalistik.
Muhammad Natsir juga termasuk tokoh yang cenderung manafsirkan doktrin
sosial politik Islam kontemporer, sering dikategorikan sebagai kecenderungan kearah
“modernisme”.30
30
Yusril Ihza Mahendra,”Muhammad Natsir dan Sayyid Abul Aila al-Maududi: Tela’ah tentang Dinamika Islam dan Transformasinya ke dalam Ideologi Sosial dan Politik”, dalam Anwar Hardjono,dkk., Pemikiran dan Perjuangan Mohammad Natsir, (Jakarta: Pustaka Firdaus,1994), hal.79.
Sebagai figur yang menjadi idola, tentu saja banyak orang, terlebih
dari cendikiawan muslim modernis, yang berusaha untuk meniru jalan pemikiran,
perjuangan, dan juga sikap politik Muhammad Natsir. Atau paling tidak mencoba
mencari, siapa saja yang sekiranya pantas untuk dapat mewarisi pemikiran,
perjuangan, dan sikap politik dari Muhammad Natsir. Sosok M.Natsir merupakan
salah satu figur rujukannya disamping Amien juga sangat apresiatif kepada Sayyid
Qutb, Maududi, Ali Shari’ati yang kurang lebih banyak mempengaruhi
pemikirannya.pada awal kedatangannya dari Amerika Serikat, Amien Rais tampak
menunjukan dengan sangat transparan kebencian terhadap Kapitalisme-liberalisme,
sekularisme. Amien juga sering memperlajari ajaran Marxisme-Sosialisme. Bukan
hanya itu, Amien Rais dalam beberapa hal ssering menunjukan kemarahannya
(munafik) dalam menjalankan politik luar Negerinya, terlebih terhadap Negara-negara Islam atau Negara berpenduduk mayoritas Islam.
Sikap kritisnya terhadap Barat agaknya bisa dipahami, mengingat rembesan
-rembesan ideologi Barat sangat prenetatif terhadap kaum Muslim selama ini,31dan ini
akan semakin memperkuat tesis Samuel Huntington tentang Clash of Civilization,
bentrok antar peradaban, yaitu peradaban Islam dan Barat. Sikap kerasnya terhadap
Barat itu sebenarnya tak begitu mengherankan, apalagi figur umat Islam Indonesia
yang amat dikagumi Amien adalah Natsir. Tentang hal ini, Cak Nun pun sempat
berkomentar: “Dia itu sangat Natsiris.”32
M.Amien Rais sangat banyak mewarisi ilmu, semangat dan nafas perjuangan
M.Natsir. semula Nurcholis Madjid sempat disebut sebagai “Natsir Muda”. Namun,
ketika ia mulai lancarkan ide “sekularisme” yang menghebohkan itu, cap “Natsir
Muda” untuk Cak Nur mulai tanggal. Sebab gagasan sekularisme itu sendiri dianggap
bertentangan dengan nafas dan semangat perjuangan M.Natsir yang sangat intens
sekali memperhatikan Islam. Hubungan yang akrab antara Amien dengan Natsir itu Pada diri Natsir tampak sosok seorang
aktivis Islam yang amat tajam kritik-kritiknya terhadap pemikiran Barat alias para
orientalis atau pun yang kini dikenal sebagai “Islamisis” itu. Dan, Amien muda begitu
mengagumi sosok Natsir yang kritis terhadap Barat.
31
Dedi jamaluddin Malik, Idi Subandy Ibrahim, Zaman Baru Islam Indonesia: Pemikiran dan Aksi Politik Abdurrahman Wahid,M.Amien Rais, Nurcholis Madjid, Jalaluddin Rakhmat, (Bandung: Zaman,1998), hal.111-112.
sudah diketahui umum. Kalangan keluarga Bulan Bintang pun tidak ada yang
menyanggah bahwa Amien adalah tokoh yang seolah-olah sudah menjadi “anak” dari
M.Natsir.
Secara intelektual maupun dari nafas perjuangan, gerak langkah Amien adalah
sangat dekat Natsir . Amien Rais pun tanpa ragu-ragu mengatakan bahwa dia
berdarah masyumi, “saya memang Natsirin dan keturunan Masyumi asli”. Dia
mengakui, M.Natsir adalah guru saya, ayah dan juga seorang panutan yang sangat
dihormatinya.33
1. Ahmad Hanafi
BIODATA
Nama : Prof. Dr. H.M.Amien Rais
Tempat/tgl.lahir : Solo, 26 April 1944
Istri : Kusnariyati Sri Rahayu
Anak :
2. Hanum Salsabiela
3. Ahmad Mumtaz
4. Tasnim Fauzia
5. Ahmad Baihaqy
Pendidikan:
- SD Muhammadiyah, Solo, 1956
- SMP Muhammadiyah, Solo, 1959
- SMA Muhammadiyah, Solo, 1962
- Fakultas Tarbiyah, IAIN Sunan Kalijaga, Yogykarta, 1968
- Sarjana Jurusan Hubungan Internasional, Fisipol UGM, Yogyakarta, 1969
- M.A. dari University of Norte Dame, USA, 1974
- Mahaisiwa luar biasa, Departemen Bahasa, Universitas Al-Azhar , Mesir 1979
- Ph.D. dari University of Chicago, USA, 1981
- Post Doctoral, George Whasington Unversity dan UCLA, USA, 1988-1989
Pengalaman Kerja:
- Dosen Fisipol UGM, Yogyakarta, 1969-1999
- Direktur Pusat Pengakjian dan Studi Kebijakan Politik, 1988
- Ketua Dewan Direktur PPSK Yogyakarta, sejak 1989
- Ilmuwan Senior BPPT, 1991
- Senior Scientist Menristek/BPPT, 1991-1995
- Dewan Redaksi Harian Umum Republika, 1992
- Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, 1999-2004\
Pengalaman Organisasi
- Ketua Penelitian dan pengembangan AIPI, 1985
- Staf Ahli Majalah Luar Negeri Deparlu, 1985
- Pengurus Muhammadiyah Yogyakarta, 1985
- Wakil Ketua Muhammadiyah, 1991
- Asisten I ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia, 1991-1995
- Pejabat Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 8 Juli 1994
- Anggota Dewan Riset Nasional Kelompok V, 1994-1999
- Ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (HMI), 1995-1997
- Ketua Dewan Pakar ICMI, 1995-1997
- Ketua Umum PP.Muhammadiyah. 1995-1998
- Pendiri Majelis Amanat Rakyat, 14 Mei 1998
- Pendiri/Ketua Umum PAN, 23 Agustu 1998
Penghargaan:
- Bintang Mahaputera Utama dari Presidan BJ Habibie, 14 Agustus 1998
- Gelar Kanjeng Pangeran dari Keraton Kesultanan Yogyakarta, 28 September
2003
- Prospek Perdamaian Timur Tengah 1980-an (Litbang Deplu RI)
- Perubahan Politik Eropa Timur (Litbang Deplu RI)
- Kepentingan Nasional Indonesia dan Perkembangan Timur Tengah 1990-an
(Litbang Deplu RI)
- Zionisme: Arti dan Fungsi (Fisipol, UGM)
Karya Buku-buku, diantaranya:
- Orientalisme dan Humanisme Sekuler, Salahuddin Press, Yogyakarta, 1983.
- Politik dan Pemerintahan Timur Tengah, PAU,UGM
- Tugas Cendikiawan Muslim (terjemahan Ali Syariati), Salahuddin Press,
Yogyakarta, 1985.
- Cakrawala Islam, Antara Cita dan Fakta Mizan, Bandung, 1987.
- Timur Tengah dan Krisis Teluk, Amarpress, Surabaya, 1990.
- Keajaiban Kekuasaan: Bentang Budaya, PPSK, Yogyakarta, 1994.
- Moralitas Politik Muhammadiyah, Pena, Yogyakarta, 1994.
- Tangan Kecil, UM Jakarta Press, Jakarta, 1995.
- Demi kepentingan Bangsa, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996.
- Refleksi Amien Rais, dari Persoalan Semut Sampai Gajah, Gema Insani Perss,
Jakarta, 1997.
- Suksesi dan keajaiban Kekuasaan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,1998.
- Membangun Kekuatan di atas Keberagaman, Pustaka SM, Yogyakarta, 1998.
- Tauhid Sosial, Formula Menggempur Kesenjangan, Mizan, Bandung, 1998.
- Membangun Politik AdiLuhung: Membumikan Tauhid Sosial, Menegakkan Amar
Ma’ruh Nahi Munkar, Zaman Wacana Mulia, Bandung, 1998
- Suara Amien Rais, Suara Rakyat: Gema Insani Press, Jakarta, 1998.