• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN - Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Penyakit Kardiovaskular dalam Melaksanakan Latihan Aktivitas Fisik Rehabilitasi Jantung Fase I di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN - Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Penyakit Kardiovaskular dalam Melaksanakan Latihan Aktivitas Fisik Rehabilitasi Jantung Fase I di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Penyakit kardiovaskular merupakan gangguan pada jantung dan pembuluh

darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

miokardium, penyakit vaskular periferal dan penyakit jantung lainnya (Price &

Wilson, 2005). World Health Organization (2014) menyebutkan bahwa penyakit

kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian di dunia dan 3 dari 10

kematian di dunia disebabkan oleh penyakit ini. Pada tahun 2012 sebanyak 17,5

juta orang meninggal dan diperkirakan pada tahun 2030 lebih dari 23,3 juta orang

meninggal akibat penyakit kardiovaskular.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2013), prevalensi penyakit jantung

koroner di Indonesia sebesar 1,5%. Di Sumatera Utara, prevalensi penyakit

jantung koroner yang pernah didiagnosis sebesar 0,5% dan yang terdiagnosis atau

gejala sebesar 1,1%. Prevalensi penyakit jantung koroner meningkat seiring

dengan pertambahan umur dan prevalensi tertinggi terjadi pada kelompok umur

65-74 tahun. Sedangkan prevalensi gagal jantung di Indonesia sebesar 0,13%. Di

Sumatera Utara, prevalensi gagal jantung yang pernah didiagnosis sebesar 0,13%

dan yang terdiagnosis atau gejala sebesar 0,3%.

Berdasarkan data rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2013

pasien penyakit kardiovaskular yang dirawat inap terdiri dari penyakit jantung

koroner sebanyak 725 pasien dan gagal jantung kongestif sebanyak 831 pasien.

Sedangkan pasien yang dirawat inap dengan kasus angina pektoris sebanyak 160

(2)

miocardial infarction of anterior wall sebanyak 75 pasien dan acute transmural

miocardial infarction of inferior wall sebanyak 240 pasien.

Penatalaksanaan medis terhadap pasien penyakit kardiovaskular setelah

kondisi akut teratasi dan status hemodinamik stabil dianjurkan mengikuti program

pemulihan melalui program rehabilitasi jantung. Program rehabilitasi pada

penderita gangguan jantung merupakan program multifase yang dirancang untuk

memulihkan gangguan jantung terutama gangguan pembuluh darah koroner

jantung. Program ini meliputi latihan aktivitas fisik, konseling psikologis, dan

terapi perilaku menuju gaya hidup sehat (Tedjasukmana, 2010). Program ini

bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi jantung, menghilangkan masalah

psikologis, dan meningkatkan kualitas hidup pasien (Arovah, 2012).

Hoeman (2002) menjelaskan program rehabilitasi jantung terdiri dari empat

fase, yaitu fase I selama pasien dirawat di rumah sakit yang difokuskan pada

ambulasi dini dan pendidikan kesehatan. Fase II segera setelah pasien keluar

rumah sakit yang dilakukan dalam pengawasan tim rehabilitasi. Fase III segera

setelah fase II masih dalam pengawasan dan fase IV merupakan fase pemeliharaan

jangka panjang. Rujukan untuk program rehabilitasi jantung diindikasikan kelas I

(berguna dan efektif) pada sebagian besar pedoman tata laksana klinis penyakit

jantung seperti pada pasien pasca sindroma koroner akut, angina pektoris kronis

stabil, pasca operasi bedah pintas koroner (Coronary Artery Bypass Graft/

CABG), pasca intervensi koroner perkutan (PCI), pasca PTCA (Percutaneus

Transluminal Coronary Angioplasty), gagal jantung, penyakit jantung katup, dan

(3)

Tujuan program rehabilitasi jantung akan tercapai bila terdapat tiga komponen

penting dalam perencanaan dan implementasi program. Komponen tersebut yaitu

penerapan konsep rehabilitasi dini, pendidikan kesehatan bagi pasien beserta

keluarganya, dan kesiapan staf pelaksana dalam penanganan pasien (Rokhaeni, et

al., 2001 dalam Mertha, 2010). Program rehabilitasi dini dilakukan sejak pasien

masih dirawat di rumah sakit yang termasuk dalam program rehabilitasi fase I

(inpatient).

Tujuan dari rehabilitasi pada fase I adalah mempercepat proses pemulihan dan

meminimalisasi risiko dari istirahat berkepanjangan dan imobilisasi, seperti deep

vein thrombosis dan pelemahan otot (Lubis, 2009). Yusuf (2007) menyebutkan

bahwa penerapan rehabilitasi dini terbukti aman dan tidak ditemukan peningkatan

angka reinfark ataupun mortalitas. Rehabilitasi dini mampu memulihkan berbagai

gangguan akibat tirah baring yang lama (penurunan kapasitas fungsi, penurunan

kekuatan otot, ansietas, dan hipotensi ortostatik). Dede (1998 dalam Yusuf, 2007)

menjelaskan bahwa pasien yang melaksanakan program rehabilitasi dini merasa

lebih segar, serta mampu mengerjakan aktivitas sehari-hari dan berolahraga.

Menurut Rokhaeni, et al. (2001 dalam Mertha, 2010) manfaat dari program

rehabilitasi jantung fase I yaitu menurunkan angka morbiditas maupun mortalitas,

menurunkan depresi dan kecemasan pasien, serta waktu perawatan pasien lebih

singkat. Melalui program ini pasien pasca CABG atau pasca angioplasti balon

hanya memerlukan perawatan selama 10 hari (Dede, 1998 dalam Yusuf, 2007).

Pada program rehabilitasi jantung fase I (inpatient) dilakukan edukasi terhadap

(4)

aktivitas fisik yang dapat dilakukan 48 jam setelah gangguan jantung sepanjang

tidak terdapat kontraindikasi (Arovah, 2012). Latihan aktivitas fisik pada

rehabilitasi jantung terbukti menurunkan angka mortalitas sebesar 27% pada pria

dan wanita yang menderita penyakit infark miokard, revaskularisasi dan angina

(Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2002). Evaluasi program latihan

aktivitas fisik dilakukan pada akhir fase I, yang mencakup perubahan aspek fisik

meliputi keluhan angina berkurang, adanya perbaikan kapasitas fungsional;

perubahan aspek mental seperti pasien tampak tenang; dan perubahan aspek

pengetahuan berupa kepatuhan menjalani program latihan (Smeltzer & Bare, 2002

dalam Mertha, 2010).

Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan berperan

penting dalam meningkatkan derajat kesehatan pasien penyakit kardiovaskular.

Masalah keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien yaitu risiko intoleransi

aktivitas, ansietas, dan defisit pengetahuan (Gordon, 2000 dalam Hoeman, 2002).

Pengetahuan pasien merupakan komponen dasar pada perawatan pasien

kardiovaskular di rumah sakit. Pasien membutuhkan informasi yang terstruktur

dan mudah dipahami mengenai penyakit mereka dan program rehabilitasi yang

akan dilaksanakan. Pasien penyakit kardiovaskular perlu mengetahui tahapan

latihan aktivitas fisik pada setiap fase program rehabilitasi jantung karena selain

memiliki manfaat yang vital, latihan fisik dapat pula mencetuskan serangan ulang

(Arovah, 2012).

Intervensi keperawatan (Nursing Intervention Classification) pada pasien

(5)

jantung fase I yaitu cardiac care: rehabilitation dan teaching: activity/ exercise

(Bulechek, et al., 2008). Peningkatan pengetahuan pasien dapat meningkatkan

perawatan kesehatan secara mandiri dan meningkatkan motivasi pasien mengikuti

program rehabilitasi jantung. Pengetahuan yang baik juga berpengaruh terhadap

perbaikan koping, sosial, dan emosional pasien setelah fase akut penyakit jantung

terjadi (Mahler, et al., 1991; Hanisch, et al., 1993 dalam Goble, et al., 1999).

Diperkirakan 1 dari 6 pasien penyakit kardiovaskular memiliki pengetahuan yang

rendah mengenai pelaksanaan program rehabilitasi jantung (Dunlay, 2009).

Meskipun pasien telah diberikan edukasi mengenai program latihan aktivitas fisik,

banyak pasien yang lupa dan tidak patuh melaksanakannya (Derstine, et al.,

2000).

Kepatuhan pasien dalam melaksanakan program rehabilitasi jantung masih

tergolong rendah (Craciun, 2009). Diperkirakan sebanyak 24-50% pasien menarik

diri dari program rehabilitasi jantung (Scane, 2012 dalam Adawi, 2013) dan hanya

39% pasien yang patuh terhadap latihan aktivitas fisik yang telah

direkomendasikan (Van der Wal, 2006). Padahal kepatuhan merupakan salah satu

faktor penting dalam keberhasilan treatment penyakit. Pasien yang tidak patuh

pada program terapi merupakan masalah serius yang tidak hanya berdampak pada

pasien tapi juga sistem pelayanan kesehatan itu sendiri. Ketidakpatuhan pasien

dapat berakibat buruk pada penyakit, kematian, dan meningkatkan biaya

pengobatan (Jimmy & Jose, 2011). Lee (2013) mengidentifikasi beberapa alasan

utama pasien tidak melaksanakan program rehabilitasi jantung yaitu hambatan

(6)

jantung, dan biaya rehabilitasi yang tinggi), hambatan personal (malu

berpartisipasi, rendahnya pengetahuan mengenai tujuan program) dan kurangnya

rekomendasi dari tim kesehatan.

Dunlay (2009) juga mengidentifikasi bahwa hambatan partisipasi pasien dalam

melaksanakan program rehabilitasi jantung yaitu kurangnya rekomendasi dari tim

kesehatan, kurangnya jaminan kesehatan, dan pengetahuan yang rendah. Wartini

(2011) dalam penelitiannya mengenai kepatuhan pasien dalam melaksanakan

program rehabilitasi jantung di RS Sanglah Bali menjelaskan bahwa

ketidakpatuhan pasien relatif tinggi yaitu 58%. Hal ini disebabkan karena pasien

belum memahami tentang tahapan aktivitas yang seharusnya dilakukan serta

tujuan dilakukannya aktivitas tersebut. Jadi perlu dilakukan penelitian terkait

rehabilitasi jantung untuk meyakinkan pentingnya program rehabilitasi jantung.

Berdasarkan pengetahuan peneliti, penelitian tentang hubungan pengetahuan

dengan tingkat kepatuhan pasien penyakit kardiovaskular dalam melaksanakan

latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I belum dilaksanakan dan

dikembangkan di RSUP H. Adam Malik Medan sehingga peneliti tertarik untuk

melaksanakan penelitian ini. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah

sakit kelas A dan rumah sakit rujukan di wilayah barat Indonesia. RSUP H. Adam

Malik Medan memiliki Cardiac Center yang memungkinkan banyak pasien

penyakit kardiovaskular yang ditangani. Berdasarkan survei awal yang dilakukan

peneliti, pada unit Cardiac Center telah terdapat ruang rehabilitasi jantung

(7)

jantung fase I (inpatient) difokuskan di ruangan rawat inap (RIK/ Rawat Inap

Kardiovaskular).

2. Perumusan masalah

Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan

pasien penyakit kardiovaskular dalam melaksanakan latihan aktivitas fisik

rehabilitasi jantung fase I di RSUP H. Adam Malik Medan?

3. Pertanyaan penelitian

3.1. Bagaimana karakteristik demografi pasien penyakit kardiovaskular yang

melaksanakan latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I di RSUP H.

Adam Malik Medan?.

3.2. Bagaimana pengetahuan pasien penyakit kardiovaskular mengenai latihan

aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I?.

3.3. Bagaimana tingkat kepatuhan pasien penyakit kardiovaskular dalam

melaksanakan latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I?.

3.4. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan

pasien penyakit kardiovaskular dalam melaksanakan latihan aktivitas fisik

rehabilitasi jantung fase I?.

4. Tujuan penelitian

4.1. Tujuan umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien penyakit kardiovaskular

dalam melaksanakan latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I di RSUP

(8)

4.2. Tujuan khusus

4.2.1. Mengidentifikasi karakteristik demografi pasien penyakit

kardiovaskular meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan,

pekerjaan, status pernikahan, dan diagnosis medis penyakit

kardiovaskular.

4.2.2. Mengidentifikasi pengetahuan pasien penyakit kardiovaskular

mengenai latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I.

4.2.3. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan pasien penyakit kardiovaskular

dalam melaksanakan latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase

I.

4.2.4. Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dengan tingkat

kepatuhan pasien penyakit kardiovaskular dalam melaksanakan

latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I.

5. Manfaat penelitian

5.1.Pendidikan keperawatan

5.1.1. Memperkaya ilmu keperawatan tentang pentingnya aspek

pengetahuan dan kepatuhan pasien penyakit kardiovaskular dalam

melaksanakan latihan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I.

5.1.2. Memberikan dukungan teoritis mengenai gambaran pengetahuan

dan kepatuhan pasien penyakit kardiovaskular dalam melaksanakan

(9)

5.2.Pelayanan keperawatan

5.2.1. Memberikan manfaat kepada RSUP H. Adam Malik Medan

khususnya ruangan CVCU dan RIK tentang pentingnya

pelaksanaan program rehabilitasi jantung fase 1 untuk

mengoptimalkan fungsi jantung, menghilangkan masalah

psikologis, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

5.2.2. Memberikan manfaat kepada tenaga kesehatan di pelayanan

rehabilitasi jantung mengenai pentingnya aspek pengetahuan dan

kepatuhan pasien kardiovaskular dalam melaksanakan latihan

aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase I.

5.3.Penelitian keperawatan

5.3.1. Hasil penelitian ini akan memberikan masukan sebagai data awal

untuk pengembangan penelitian mengenai program rehabilitasi

jantung.

5.3.2. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan rujukan untuk

penelitian sejenis yang terkait dengan aspek peningkatan

pengetahuan melalui pendidikan kesehatan pasien penyakit

kardiovaskular pada pelaksanaan latihan aktivitas fisik rehabilitasi

Referensi

Dokumen terkait

Proses terakhir dari satu siklus partikel filter adalah proses estimasi posisi wajah yang dilacak yang dilakukan dengan merata-ratakan posisi tiap partikel

Hasil ini mengidentifikasikan bahwa di Indonesia peningkatan satisfaction akan meningkatkan sikap dan kebiasaan loyal pelanggan, sedangkan faktor relational equity

Sesuai dengan ketentuan perpajakan UU KUP No.28 tahun 2007 pasal 17A yaitu Direktorat Jendral pajak, setelah melakukan, menerbitkan surat ketetapan nihil apabila jumlah kredit pajak

Media pembelajaran menggunakan media yang dimanfaatkan (by utilization) dibuat dengan analisis kebutuhan secara global, bukan secara khusus dirancang untuk

Sementara untuk basis data digunakan Microsoft Access dan software – software pendukung lainnya.Hasil penelitian ini adalah, pertama , dalam tumpukan data kunjungan

Hasil penelitian yang telah dilakukan di desa Caturharjo Sleman menunjukkan bahwa besar status gizi bayi dalam kategori baik untuk pemberian ASI Eksklusif diketahui yang

Adapun fungsi dari objek ini adalah sebagai tempat yang menyediakan informasi dan pengetahuan, tempat menyimpan cadangan buku, tempat rekreatif dan edukatif seperti, study