18 BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sosial Ekonomi
Kata sosial berasal dari kata ‘’socious’’ yang artinya kawan (teman). Dalam
hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman sekelas, teman
sekampung dan sebagaianya.Yang dimaksud kawan disini adalah mereka
(orang-orang) yang ada di sekitar kita, yakini yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu
dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi (Wahyuni,1986 :60).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala seuatu yang
berkenaan dengan masyarakat (KBBI,2002 : 1454). Sedangkan kata sosial menurut
Departemen Sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam
berinterkasi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komuniti, sebagai acuan
berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan
pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan
yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat.
Sehingga dengan demikian,sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu
yang terkait pada satu kesatuan interaksi,karena lebih dari seorang individu yang
saling berfungsi satu dengan lainnya (http:www.depsos.go.id/).
Sedangkan istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani “oikos” yang artinya
rumah tangga dan “nomos” yang artinya mengatur. Jadi secara harfiah ekonomi
berarti cara mengatur rumah tangga. Namun seiring dengan perkembangan dan
perubahan masyarakat, maka pengetian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi
19 Jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan
hidup manusia sehari-hari (http://id.wikipedia.org/Ilmu_ekonomi).
Menurut istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti
segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang
serta kekayaan (seperti perdagangan,hal keuangan, dan perindustrian) (KBBI,2002 :
379).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi
diartikan sebagai suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan
menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat sebagai
segala segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat,
antara lain dalam sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan
lain-lain.Kehidupan sosial ekonomi harus di pandang sebagai sistem (sistem sosial), yaitu
keseluruhan bagian bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam satu
kesatuan.
2.2. Keluarga dan Sosial Ekonomi Keluarga 2.2.1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap
proses sosialisasi manusia. Hal ini dimungkinkan karena berbagai kondisi yang
dimiliki oleh keluarga. Pertama, keluarga merupakan kelompok primer yang selalu
tatap muka di antara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan
anggota-anggotanya. Kedua, orang tua mempunya kondisi yang tinggi untuk
mendidik anak-anaknya, sehingga meimbulkan hubungan emosional di mana
20 sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua mempunyai peranan yang
penting terhadap proses sosialisasi anak (Sunarto, 2004 : 92).
Pada hakikatnya, keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun
tambahan yang di atur melalui kehidupan perkawinan bersama searah dengan
keturunannya yang merupakan satuan khusus. Keluarga pada dasarnya merupakan
suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap
(Su’adah,2005:22).
Bugges dan Locke juga mengemukakan terdapatnya 4 karakteristik keluarga
yang terdapat pada semua keluarga,yaitu:
1. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan
perkawinan, darah,atau adopsi.Pertalian antara suami dan isteri adalah
perkawinan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah
darah,dan kadangkala adopsi.
2. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama di bawah satu atap
dan merupakan susunan satu rumah tangga atau jika mereka bertempat
tinggal,rumah tangga tersebut menjadi rumah mereka.
3. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan
berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan
isteri,ayah dan ibu,putra-putri,saudara laki-laki dan saudara
perempuan.Peranan-peranan tersebut dibatasi oleh masyarakat,tetapi
masing-masing keluarga diperkuat oleh kekuatan melalui sentimen-sentimen,yang
sebahagian merupakan tradisi dan sebahagian lagi emosional,yang
menghasilkan pengalaman.
4. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama,yang diperoleh pada
21 kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang berlainan
dengan keluarga lainnya (Bugges dan Locke, dalam Suhendi, 2001 : 32)
2.2.2. Sosial Ekonomi Keluarga
Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai yaitu satu keseluruhan
bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam suatu
kesatuan.Interaksi ini pertama sekali pada keluarga dimana ada terjadi hubungan
ayah,ibu dan anak. Dengan adanya interaksi antara anggota keluarga maka akan
muncul hubungan dengan msayarakat luas. Terdapat perbedaan interaksi pada
masyarakat yang bertempat tinggal di desa dan di kota, tentu saja ini dipengaruhi
oleh lingkungan sekitar. Hal inilah yang mempengaruhi gaya hidup seseorang.
Untuk melihat kedudukan dalam sosial ekonomi keluarga, dapat dilihat dari
pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan.
a. Pekerjaan
Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja
segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai
nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan
mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi
kebutuhan hidupnya.
Dalam kaitan ini Sukanto (2003) memberikan difinisi mengenai
pekerjaan sebagai berikut: Pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan
barang dan jasa bagi diri sendiri atau orang lain, baik orang melakukan
dengan dibayar atau tidak. Selanjutnya Sumardi (2004) menjelaskan
mengenai pekerjaan sebagai berikut: Dengan bekerja orang akan memperoleh
22 mengkonsumsi barang dan jasa hasil pembangunan dengan demikian menjadi
lebih jelas, barang siapa yang mempunyai produktif, maka ia telah nyata
berpartisipasi secara nyata dan aktif dalam pembangunan
b. Pendapatan
Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama
akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang
menghargai status sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Christopher
dalam Sumardi (2004) mendefinisikan pendapatan berdasarkan kamus
ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah
sewa, bunga, laba dan lain sebagainya.
Keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi dapat mengumpulkan
kekayaan dan tidak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok (tersier)
tetapi pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier sambil dapat
mengkonsumsi dan menikmati kemewahan. Sedangkan keluarga dengan
pendapatan yang rendah hanya bisa memenuhi kebutuhan pokoknya (tersier),
bahkan mereka terkandang meminjam uang dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya.
c. Pendidikan
Pendidikan sangatlah penting peranannya dalam kehidupan
bermasyarakat. Dengan memiliki pendidikan yang cukup maka seseorang
akan mengetahui mana yang baik dan mana yang dapat menjadikan seseorang
menjadi berguna baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain yang
membutuhkannya.
Adapun pengertian pendidikan yang lebih jelas, dapat dilihat dalam
23 pendidikan sebagai berikut. Pendidikan menurut Soekanto (2003):
“Pendidikan merupakan suatu alat yang akan membina dan mendorong
seseorang untuk berfikir secara rasional maupun logis, dapat meningkatkan
kesadaran untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya (seefektif dan seefisien
mungkin) dengan menyerap banyak pengalaman mengenai keahlian dan
keterampilan sehingga menjadi cepat tanggap terhadap gejala-gejala sosial
yang terjadi”. Sedangkan menurut Kartono dalam Sardiman (2002)
“Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan
intensional dibantu oleh metode dan teknik ilmiah diarahkan pada pencapaian
tujuan pendidikan tertentu”
Berdasarkan dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, maka masyarakat
dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi.
1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah
Golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu masyarakat yang
menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat
hidup yang minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal, mereka
perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain. Karena tuntutan kehidupan
yang keras, kehidupan remajanya menjadi agresif. Sementara itu, orangtua
yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tidak
sempat memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan terhadap
perilaku putra-putrinya,sehingga remaja cenderung dibiarkan menemukan
dan belajar sendiri serta mencari pengalaman sendiri.
24 Golongan masyarakat bepenghasilan sedang yaitu pendapatan yang hanya
cukup untuk memenuhhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.
3. Golongan masyarakat bepenghasilan tinggi
Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi yaitu selain dapat memenuhi
kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatannya itu dapat ditabungkan
dan digunakan untuk kebutuhan yang lain. Remaja dalam golongan ini sering
berada dalam kemewahan yang berlebihan. Remaja dengan mudahnya
mendapatkan segala sesuatu, membuatnya kuarang menghargai dan
menganggap sepele, yang dapat menciptkan kehidupan berfoya-foya,
sehingga anak dapat terjerumus dalam lingkungan anti-sosial (Tan dalam
Koentjaraningrat, 1981 : 35).
Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan masyarakat
menjadi 4 golongan yaitu :
1) Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih
dari Rp. 3.500.000,00 per bulan
2) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp.
2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan
3) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawh antara
Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan
4) Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.
1.500.000,00 per bulan (www.bps.go.id/penggolongan_ pendapatan rata-rata.
25 2.2.3. Peranan dan Fungsi Keluarga
Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yaitu fungsi yang
sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain. Sedangkan fungsi-fungsi lain atau
fungsi-fungsi sosial, relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan.
Fungsi-fungsi pokok tersebut antara lain:
1. Fungsi biologik
Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologik orang tuan
ialah melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup
masyarakat. Namun fungsi ini pun juga mengalami perubahan, karena
keluarga sekarang cenderung kepada jumlah anak yang sedikit.
Kecenderungan kepada jumlah anak yang lebih sedikit ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor:
a. Perubahan tempat tinggal keluarga dari desa ke kota
b. Makin sulitnya fasilitas perumahan
c. Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai sukses
material keluarga
d. Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk tercapainya
kemesraan keluarga
e. Meningkatnya taraf pendidikan wanita berakibat berkurangnya
fertilitanya
f. Berubahnya dorongan dari agama agar keluarga mempunyai banyak anak
g. Makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja di luar rumah
26 2. Fungsi afeksi
Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan
afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang
menjadi dasar perkawinan. Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan
persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, perasaan pandangan dan
nilai-nilai. Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini merupakan faktor
penting bagi perkembangan anak. Dalam masyarakat yang semakin
impersonal, sekuler,dan asing , pribadi sangat membutuhkan hubungan afeksi
seperti yang terdapat dalam keluarga, suasana afeksi itu tidak dalam institusi
sosial yang lain.
3. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk
kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak
mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan
nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka pekembangan kepribadiannya
(Khairuddin,1970 : 48).
Sementara itu, Horton dan Hunt,(dalam Sunarto, 2004 : 66) mengemukakan
fungsi dari keluarga yaitu :
1. Keluarga berfungsi untuk mengatur penyaluran dorongan seks. Tidak ada
masyarakat yang memperbolehkan hubungan seks sebebas-bebasnya anatara
siapa saja dalam masyarakat.
2. Reproduksi dalam pengembangan keturunan pun selalu dibatasi dengan
aturan yang menempatkan kegiatan ini dalam keluarga.
3. Keluarga berfungsi untuk menyosialisasikan anggota baru masyarakat
27 4. Keluarga mempunyai fungsi afeksi, dimana keluarga memberikan cinta kasih
pada seorang anak. Berbagai studi telah memperlihatkan bahwa seorang anak
yang tidak menerima cinta kasih dapat berkembang menjadi
penyimpang,menderita gangguan kesehatan dan dapat meninggal.
5. Keluarga memberikan status pada seorang anak, bukan hanya status yang
diperoleh seperti status yang terikat dengan jenis kelamin, urutan kelahiran
dan hubungan kekerabatan tetapi juga di dalamnya termasuk status status
yang diperoleh orang tua yaitu status dalam suatu kelas ekonomi tertentu.
6. Keluarga memberikan perlindungan pada anggotanya, baik perlindungan fisik
maupun perlindungan yang bersifat kejiwaan.
Dari beberapa penyajian tentang fungsi keluarga, dapat disimpulkan bahwa
fungsi keluarga erat kaitannya dengan perilaku remaja, dimana seorang anak yang
mendapat perhatian dan kasih sayang dari keluarga akan memiliki pola perilaku yang
lebih baik. Sebaliknya, anak yang tidak menerima cinta dan kasih sayang orang tua
dapat berkembang menjadi anak yang memilki pola perilaku menyimpang. Anak
akan merasa kesepian, menjadi pendiam, bingung, cemas, gelisah dan sulit dalam
proses pembentukan perilaku anak. Akibatnya sikap perilaku anak lebih cenderung
anarkis dan mengarah ke tindakan juvenile deliquency dalam segala hal, terutama
dalam pergaulan, bersosialisasi dengan masyarakat dan bahkan menjalin hubungan
dengan keluarga.
Dalam keluarga terjadi proses sosialisasi yang akan menentukan pedoman
bagi anak untuk dapat bermasyarakat dengan baik. Apabila proses sosialisasi itu
berlangsung dengan baik, maka seorang anak akan tumbuh dengan perilaku yang
baik pula di masyarakat, dan sebaliknya jika sosialisasi dalam keluarga tidak
28 yang tidak sempurna tersebut akan menjadi salah satu faktor penyebab kenakalan
remaja.
Peranan keluarga dalam memberikan pendidikan seks pada anak sangatlah
penting untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk
mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang
tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan perasaan
berdosa.Keluarga menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian
seseorang setelah dewasa. Jadi gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan
seorang remaja, banyak ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan
terjadi sebelumnya.
2.3. Remaja
2.3.1. Pengertian Remaja
Istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas yang mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik . Remaja adalah suatu usia di mana
individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak
tidak merasa bahwa dirinya berada di tingkat orang yang lebih tua melainkan
merasakan hal sama, atau paling tidak sejajar (Hurlock, dalam Ali, 2004 : 22).
Remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara
masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
29 Mappiare (1982), juga menjelaskan bahwa masa remaja berlangsung antara
umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian,yaitu usia
12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja
akhir (Mappiare, dalam Ali, 2004 : 18)
Sedangkan menurut Anna Freud (1990), berpendapat bahwa pada masa
remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang
berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam
hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita
merupakan proses pembentukan orientasi masa depan ( Freud, dalam Jahja, 2011 :
220)
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah tahap
kehidupan ketika seseorang berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak
dapat disebut suda
adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang berjalan antara
umur 11 tahun sampai 21 tahun.
2.3.2. Ciri-ciri Masa Remaja
Menurut Gunarsa (2003 : 67), Seorang remaja berada pada batas peralihan
kehidupan-kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya kelihatan sudah “dewasa”, akan
tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa ia gagal menunjukkan kedewasaanya.
Pengalamannya mengenai alam dewasa masih belum banyak karena itu sering
30 1. Kegelisahan : kedaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja. Mereka
mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu dapat dipenuhi. Di
satu pihak ingin mencari pengalaman, karena diperlukan untuk menambah
pengetahuan dan keluwesan dalam tingkah laku. Di pihak lain mereka merasa
diri belum mampu melakukan berbagai hal.
2. Pertentangan : pertentangan-pertentangan yang terjadi di dalam diri mereka
juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka sendiri maupun orang
lain.
3. Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum di ketahuinya. Mereka
ingin mengetahui macam-macam hal melalui usaha-usaha yang dilakukan
dalam berbagai bidang.
4. Keinginan mencoba seringpula diarahkan pada diri sendiri maupun terhadap
orang lain. Keinginan mencoba ini tidak hanya dalam bidang obat-obatan
akan tetapi meliputi juga segala hal yang berhubungan dengan fungsi-fungsi
kebutuhannya.
5. Keinginan menjelajah ke alam sekitar pada remaja lebih luas. Bukan hanya
lingkungan dekatnya saja yang ingin diselidiki,bahkan lingkungan yang lebih
luas lagi.
6. Mengkhayal dan berfantasi
Khayalan dan fantasi dapat bersifat positif, sebagai suatu penghematan untuk
daya kreatifiktasnya yang tidak memerlukan biaya. Sebagaian besar
kreatifitas dan eksperimen dilakukan dalam alam fantasinya, tanpa biaya,
hanya perlu adanya perlengkapan daya kreatifitas yang positif.
7. Aktifits berkelompok : antara keinginan yang satu dengan keinginan yang
31 kenyataannya belum mampu hidup terlepas dari keluarga,maupun dari
keinginan menjelajah alam, menggali misteri yang ada dalam lingkungan
alam tetapi terbatasnya biaya, materi serta kesanggupan remaja. Keadaan ini
menyebabkan para remaja merasa diri tak berdaya dalam suasana dan situasi
yang justru dikuasai segalan keinginan untuk bertindak, berbuat dan
bereksplorasi.
Sedangkan menurut Jahja (2011 : 235), pada masa remaja terjadi perubahan yang
cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Adapun ciri-ciri masa remaja sebagai
berikut:
1. Pengingkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal
yang dikenal sebagai masa stromdan stress. Peningkatan emosional ini
merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada
masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan
tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa
sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada
remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak bertingkah laku seperti
anak-anak, mereka harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi
tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang
32 dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih
matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar
pada masa remaja, maka diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan
mereka pada hal-hal yang penting.
4. Perubahan nilai, di mana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang
terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain
mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini, serta
meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab ini.
Berdasarkan penjelesan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perubahan Perkembangan fisik. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat,
baik perubahan internal maupun perubahan eksternal.
2. Peningkatan emosional. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari
perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja.
3. Remaja sebagai usia bermasalah, pada periode ini masalah yang sering
muncul disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang
normal.
33 2.3.3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja
Semua tugas perkembangan pada masa remaja diputuskan pada
penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan
persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Tugas perkembangan pada masa remaja
menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku. Akibatnya, hanya sedikit
remaja yang diharapkan mampu menguasai tugas-tugas tersebut pada masa awal
remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan remaja memberikan
kesan kepada masyarakat, bahwa mereka sudah hampir dewasa. Mereka mulai
berpakaian dan bertingkah laku seperti orang dewasa, ada juga yang mulai merokok ,
minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang dan terlibat dalam
perilaku seks bebas. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra
yang mereka inginkan (Hurlock, dalam Ali 2004 : 22).
Masa remaja merupakan suatu masa belajar yang luas meliputi bidang
intellegentif, sosial maupun lain-lain yang berhubungan dengan kepribadiaanya.
Tugas-tugas perkembangan remaja, menurut Havighurst (dalam Dariyo 2004 : 78),
ada beberapa, yaitu sebagai berikut:
a. Menyesuaikan diri dengan fisiologis-psikologis
Diketahui bahwa perubahan fisiologis yang dialami oleh
individu,mempengaruhi pola perilakunya. Di satu sisi, ia harus dapat
memenuhi kebutuhan dorongan bilogis (seksual), namun bila dipengaruhi hal
itu pasti akan melanggar norma-norma sosial, padahal dari sisi penampilan
fisik,remaja sudah seperti orang dewasa.
b. Belajar bersosialisasi sebagai laki-laki maupun wanita
Dalam hal ini, seorang remaja diharapkan dapat bergaul dan menjalin dengan
34 menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lainnya, tanpa
menimbulkan efek samping yang negatif.
c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa
lain.
Ketika sudah menginjak remaja, individu memiliki hubungan pergaulan yang
lebih luas dibandingkan dengan masa anak-anak sebelumnya yaitu selain dari
teman-teman tetangga, teman sekolah, tetapi juga dari orang dewasa lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa individu remaja tidak lagi bergantung pada
orang tua.
d. Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab
Untuk dapat mewujudkan tugas ini, umumnya remaja berusaha
mempersiapkan diri dengan menempuh pendidikan formal maupun
non-formal agar memiliki taraf ilmu pengetahuan, keterampilan/keahlian yang
profesional.
e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis
Tujuan utama individu melakukan persiapan diri dengan mengusai ilmu dan
keahlian tersebut, ialah untuk dapat bekerja sesuai dengan bidang keahlian
dan memperoleh penghasilan yang layak sehingga dapat menghidupi diri
sendiri maupun keluarganya nanti.
Sedangkan menurut Hurlock (dalam Ali 2004 : 22) tugas-tugas perkembangan
remaja yaitu :
1. Mampu menerima keadaan fisiknya;
2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berasarkan
35 4. Mencapai kemandirian emosional;
5. Mencapai kemandirian ekonomi;
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan
untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;
7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa;
9. Mempersipakan diri untuk memasuki perkawinan;
10.Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga
Dari beberapa penjelasan di atas mengenai tugas-tugas perkembangan masa
remaja, maka dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas perkembangan masa remaja
sebagai berikut:
1. Mencari kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
2. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul
dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun
kelompok.
3. Pemantapan minat-minat heteroseksual, dalam hal ini remaja harus bisa
menerima identitas seksualnya sebagai pria atau wanita.
4. Identifikasi diri, dalam hal ini remaja harus mampu meninggalkan reaksi dan
36 2.4. Kenakalan Remaja
2.4.1. Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja atau sering disebut dengan istilah juvenile berasal dari
bahasa latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri kharakteristik pada
masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari
bahasa latin “dlinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian
diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan,
pembuat ribut, pengacau peneror, drujana dan lain sebagainya (Kartono, 1992 :3).
Menurut Drs.Bimo Walgito merumuskan arti juvenile delinquency yaitu : tiap
perbuatan,jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu
merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan yang melawan hukum, yang
dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja (Walgito, dalam Sudarsono, 2004 : 11).
Dalam bukunya Kartini Kartono, mengatakan remaja yang nakal itu disebut
pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh
pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat, anatara lain dikarenakan tingkat
sosial ekonomi keluarga mereka rendah, remaja tersebut mendapat perlakuan
diskriminasi dari lingkungan. Maka ia mencoba untuk melakukan perlawanan
dengan cara mereka sendiri yang terkadang salah, sehingga perilaku mereka dinilai
masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan” (Kartono, 1992 : 93).
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja
adalah suatu perbuatan yang melanggar
masyarakat yang dilakukan pada usi
pidana yang dilakukan oleh remaja dan perilaku tersebut akan merugikan dirinya
37 2.4.2. Wujud Perilaku Kenakalan Remaja
Jensen (dalam Sarwono, 1997 : 200) mengemukakan bahwa bentuk
kenakalan remaja dibagi menjadi empat kelompok yaitu:
1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti,
perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, seperti perusakan, pencurian,
pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain seperti,
pelacuran, penyalahgunaan obat.
4. Kenakalan yang melawan status,misalnya mengingkari status anak sebagai
pelajar dengan cara membolos,mengingkari status orang tua atau membantah
perintah orang tua dan sebagainya.
Sementara itu (Gunarsa, 2003 : 20) membagi kenakalan remaja menjadi dua
kelompok yaitu :
1. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak teratur dalam
undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran hukukm,
yaitu:
a. Membohong, memutar-balikkan kenyataan dengan tujuan menipu
orang atau menutup kesalahan.
b. Membolos,pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak
sekolah.
c. Kabur, meninggalkan rumah tanpa ijin orangtua atau menentang
keinginan orang tua.
d. Keluyuran,pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan,dan
38 e. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain,
sehingga mudah terangsang untuk mempergunakannya.Misalnya
pisau, pistol, krakeling, pisau silet dan lain sebagainya.
f. Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, sehingga
mudah timbul tindakan-tindakan yang kurang bertanggung jawab
(a-moral dan a-sosial).
g. Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan mempergunakan bahasa
yang tidak sopan, tidak senonoh seolah-olah menggambarkan kurang
perhatian dan pendidikan dari orang dewasa.
h. Secara berkelompok makan di rumah makan, tanpa membayar atau
naik bis tanpa membeli karcis.
i. Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri baik dengan tujuan
kesulitan ekonomis maupun tujuan lainnya.
j. Berpakaian tindak pantas dan minum-minuman keras atau mengisap
ganja sehingga merusak dirinya maupun orang lain.
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai
dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan
melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa yaitu :
a. Perjudian dan segala macam bentuk perjudian yang mempergunakan
uang
b. Pencurian dengan kekerasan maupun tanpa kekerasan : pencopetan,
perampasan, penjambretan.
c. Penggelapan barang
39 e. Pelangaran tata susila, menjual gambar-gambar porno dan film porno,
serta pemerkosaan
f. Pemalsuan uang dan pemalsuan surat-surat kertas resmi
g. Tindakan-tindakan anti sosial : perbuatan yang merugikan milik orang
lain
h. Percobaan pembunuhan
i. Menyebabkan kematian orang,turut tersangkut dalam pembunuhan
j. Pembunuhan
k. Pengguguran kandungan
l. Penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian seseorang.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa wujud perilaku remaja
antara lain sebagai berikut:
1. Berbohong
2. Membolos sekolah
3. Melihat, membaca, dan menonton film porno
4. Seks bebas
5. Minum-minuman keras
6. Penyalahgunaan narkoba
7. Mencuri
8. Membunuh
40 2.4.3. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja
Menurut Graham (dalam Sarwono, 1997 : 199) faktor-faktor penyebab
kenakalan remaja dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Faktor lingkungan:
a. Malnutrasi (kekurangan gizi)
b. Kemiskinan di kota-kota besar
c. Gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu-lintas, bencana alam,
dan lain-lain)
d. Migrasi (urbanisasi,pengungsian karena pengaruh)
e. Faktor sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum, dan lain-lain)
f. Keluarga yang tercerai berai (perceraian, perpisahan yang terlalu
lama, dan lain-lain)
g. Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga ( kematian orang tua,
orang tua sakit berat atau cacat,hubungan antar anggota keluarga tidak
harmonis,orang tua sakit jiwa,kesulitan dalam pengasuhan karena
pengangguran, kesulitan keuangan dan tempat tinggal tidak
memenuhi syarat,dan lain-lain).
2. Faktor pribadi :
a. Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi
pemarah,hiperaktif, dan lain-lain)
b. Cacat tubuh
41 Sedangkan menurut Turner dan Helms (dalam Dariyo, 2004 : 89), Faktor-faktor
kenakalan remaja antara lain sebagai berikut:
1. Kondisi Keluarga yang Berantakan (Broken Home)
Kondisi keluarga yang berantakan merupakan cerminan adanya
ketidakharmonisan antar individu (suami-istri,atau orang tua-anak) dalam
lembaga rumah tangga. Hubungan suami istri yang tidak sejalan yakni
ditandai dengan pertengkaran, percekcokan maupun konflik terus-menerus
sehinga menyebabkan ketidakbahagiaan perkawinan.
Selama terjadi pertengkaran, anak-anak akan melihat, mengamati, dan
memahami tidak adanya kedamaian, ketentraman,kerukunan hubungan
antara kedua orang tua mereka. Kondisi ini membuat anak tidak merasakan
perhatian,kehangatan kasih sayang, ketentraman, maupun kenyamanan dan
lingkungan keluarganya. Akibatnya mereka melarikan diri untuk mencari
kasih-sayang dan perhatian dari pihak lain,dengan cara melakukan
kenakalan-kenakalan di luar rumah.
2. Kurangya Perhatian dan Kasih-Sayang dari Orang Tua
Kebutuhan hidup seorang anak tidak hanya bersifat materi saja,tetapi lebih
dari itu.Ia juga memerlukan kebutuhan psikologis untuk pertumbuhan dan
perkembangan kepribadiannya. Dalam memasuki zaman industrialisasi
ini,ditandai dengan banyaknya keluarga modern yang suami-istri bekerja di
luar rumah. Mereka bekerja tanpa kenal lelah demi untuk mengejar
kehidupan materi yang berkecukupan agar ekonomi keluarga tidak
berkekurangan. Umumnya, mereka cenderung tidak bertanggung jawab
terhadap perkembangan pribadi anak asuhannya, karena mereka merasa
42 kalau hubungan suami-istri tersebut, sebagai orang tua, selalu bertengkar dan
tidak menemukan kedamaian rumah tangga, maka anak-anak cenderung tidak
betah tinggal dirumah. Akibatnya, mereka pun dapat melarikan diri dengan
cara melakukan pergaulan bebas.Tentu hal ini cenderung memiliki dampak
buru bagi perkembangan pribadi dan perilaku anak.
3. Status Sosial Ekonomi Orang Tua Rendah
Kehidupan ekonomi yang terbatas atau kurang,menyebabkan orang tua tidak
mampu memberikan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan makanan yang
bergizi,kesehatan, pendidikan, dan sarana penunjangnya, dan bahkan orang
tuan pun kurang optimal dalam memberikan perhatian kasih sayang pada
anak. Hal ini dapat terjadi karena seluruh waktu dan perhatiannya, cenderung
tercurah untuk bekerja agar dapat meningkatkan taraf hidup
keluarganya.Dengan tidak tersedianya kebutuhan ekonomi yang cukup,
anak-anak tidak mampu menyelesaikan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Rendahnya pendidikan ini, menyebabkan ia harus menerima nasib dengan
bekerja ala kadarnya.Bahkan tidak menutup kemungkinan, sebagian dari
mereka ada yang tidak mampu menyelesaikan sekolahnya. Dengan demikian
mereka menjadi pengangguran.Tiadanya pekerjaan yang baik, akan
menyebabkan mereka dapat membentuk kelompok pengangguran dan
mungkin mereka menyalurkan energinya untuk melakukan hal-hal yang
melanggar norma masyarakat.
4. Penerapan Disiplin Keluarga yang Tidak Tepat
Di sini, orang tua berperan seccara sentral dalam menentukan kriteria
kedisiplinan. Ketika anak sering memperoleh perlakuan kasar dan keras dari
43 tetapi, sifat kepatuhan itu semu dan sementara. Mereka cenderung akan
melakukan tindakan-tindakan yang negatif, sebagai pelarian maupun protes
terhadap orang tuanya.Misalnya dengan melakukan tindakan anarkhis,
melawan hukum, terlibat kenakalan, antisosial dan sebagainya.
2.4.4. Kenakalan Remaja Sebagai Masalah Sosial
Juvenile delinkquency (kenakalan remaja) bukan hanya merupakan perbuatan
anak yang melawan hukum semata akan tetapi juga termasuk di dalamnya perbuatan
yang melanggar norma masyarakat. Dewasa ini sering terjadi seorang anak
digolongkan sebagai delinkuen jika pada anak tersebut nampak adanya
kecenderungan-kecenderungan anti sosial yang sangat memuncak sehingga
perbuatan-perbuatan tersebut menimbulkan gangguan-gangguan terhadap keamanan,
ketenteraman dan ketertiban masyarakat, misalnya pencurian, pembunuhan,
penganiayaan, pemerasan, penipuan,penggelapan dan gelandangan serta
perbuatan-perbuatan lain yang dilakukan oleh anak remaja yang meresahkan masyarakat
(Sudarsono, 2004 : 112).
Dikatakan oleh (Eitzen, 1986:10) bahwa seorang dapat menjadiburuk/jelek
oleh karena hidup dalam lingkungan masyarakat yang buruk. Hal ini dapatdijelaskan
bahwa pada umumnya pada masyarakat yang mengalami gejaladisorganisasi sosial,
norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat.Dengan demikian
kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinyaberbagai bentuk
penyimpangan perilaku. Di dalam masyarakat yang disorganisasisosial, seringkali
44 sosial, tetapi lebih dari itu, perilaku menyimpang karena tidakmemperoleh sanksi
sosial kemudian dianggap sebagai yang biasa dan wajar.
Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang “Kenakalan
Remaja” bisamelalui pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam
pendekatan individualmelalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan
sosialisasi, perilaku akandiidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia tidak
berhasil dalam melewati belajarsosial (sosialisasi). Tentang perilaku disorder di
kalangan anak dan remaja perilaku menyimpang juga dapat dilihat
sebagaiperwujudan dari konteks sosial. Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara
sederhanasebagai tindakan yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat
sebagai hasilinteraksi dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan
lingkungan sosialnya.Ketidak berhasilan belajar sosial atau “kesalahan” dalam
berinteraksi dari transaksisosial tersebut dapat termanifestasikan dalam beberapa hal
(Kauffman, 1989 :6).
Pada garis besarnya masalah-masalah sosial yang timbul karena
perbuatan-perbuatan anak remaja dirasakan sangat mengganggu kehidupan masyarakat baik di
kota maupun di plosok desa. Akibatnya sangat memilukan, kehidupan masyarakat
menjadi resah, perasaan tidak aman bahkan sebagian anggota-anggotanya menjadi
terasa terancam hidupnya. Problema tadi pada hakikatnya menjadi tanggung jawab
bersama di dalam kelompok. Hal ini bukan berarti masyarakat harus membenci anak
delinkuen atau mengucilkannya akan tetapi justru sebaliknya. Masyarakat dituntut
secara moral agar mampu mengubah anak-anak delinkuen menjadi saleh, paling
45 Keresahan dan perasaan terancam tersebut pasti terjadi sebab
kenakalan-kenakalan yang dilakukan anak remaja pada umumnya:
1. Berupa ancaman terhadap hak milik orang lain yang berupa benda, seperti
pencurian, penipuan dan penggelapan
2. Berupa ancaman terhadap keselamatan jiwa orang lain, seperti pembunuhan
dan penganiayaan yang menimbulkan matinya orang lain
3. Perbuatan-perbuatan ringan lainnya, seperti pertengkaran sesama anak,
minuman-minuman keras, bergadang/keliaran sampai larut malam
(Sudarsono, 2004 : 114).
Problema sosial tersebut secara esensial bukan sekedar merupakan tanggung
jawab orangtua / wali atau pengasuh di rumah, pemuka-pemuka masyarakat, dan
pemerintah semata, akan tetapi masalah-masalah tersebut menjadi tanggung jawab
para anak remaja sendiri untuk ditanggulangi,jadi dihindari demi kelangsungan hidup
masa depan mereka. Dalam beberapa hal akan timbul kesulitan yang asasi untuk
menumbuhkan rasa tanggung jawab, akan tetapi secara sosiologis rasa ikut
bertanggung jawab untuk mengatasi problema sosial akan timbul dengan sendirinya
karena adanya unsur solidaritas (sense of solidarity) yang kuat dari mereka terhadap
masyarakat (Sudarsono, 2004 : 114).
2.4.5. Hubungan Sosial Ekonomi Keluarga dengan Kenakalan Remaja
Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa
dimana pada fase ini remaja sangatlah rentan mengalami masalah psikososial yang
merupakan pemicu terjadinya kenakalan remaja (Juvenile deliquency). Kenakalan
remaja dapat dikaitkan dari kemungkinan pengaruh sosial ekonomi keluarga.
46 antara kondisi sosial ekonomi dengan munculnya tindak kenakalan oleh remaja.
Menurut Santrock kenakalan remaja lebih banyak terjadi pada golongan sosial
ekonomi rendah sedangkan menurut Hurwitz remaja dari golongan sosial ekonomi
tinggi juga berpeluang melakukan tindak kenakalan.
Bagi kalangan remaja yang berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi
rendah, mereka melakukan kenakalan disebabkan karena kesusahan dan kepedihan
hati mereka karena tidak mampu bersaing dengan remaja kelas atas disebabkan oleh
kurangnya privilage (hak-hak istimewa) dan fasilitas materil. Akibat tekanan
ekonomi yang begitu berat membuat orang tua dari golongan sosial ekonomi rendah
cenderung tidak konsisten dan melakukan kekerasan terhadap anaknya. Maka untuk
menjalankan fungsi sosial tertentu dan untuk memberikan arti bagi eksistensi
hidupnya, juga untuk mengangkat martabat dirinya serta meningkatkan fungsi
egonya secara bersama-sama remaja lalu melakukan perbuatan kejahatan (Kartono,
1992 : 12).
Menurut Santrock (2007 : 283) kenakalan remaja lebih banyak terjadi pada
golongan sosial ekonomi yang lebih rendah. Tuntutan kehidupan yang keras
menjadikan remaja-remaja kelas sosial ekonomi rendah menjadi agresif. Sementara
itu, orangtua yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tidak
sempat memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan terhadap perilaku
putra-putrinya, sehingga remaja cenderung dibiarkan menemukan dan belajar sendiri serta
mencari pengalaman sendiri.
Namun menurut Hurwitz (dalam Dariyo 2004 : 92) penting memperhatikan
remaja yang berasal dari kondisi sosial ekonomi kelas atas. Dalam kondisi sosial
ekonomi rumah tangga yang sangat tinggi, dimana remaja sudah terbiasa hidup
47 kurang menghargai dan menganggap mudah segala sesuatunya, yang dapat
menciptakan kehidupan berfoya-foya, sehingga anak dapat terjerumus dalam
lingkungan antisosial. Kemewahan membuat anak menjadi terlalu manja, lemah
secara mental, tidak mampu memanfaatkan waktu luang dengan hal-hal yang
bermanfaat. Situasi demikian menyebabkan remaja menjadi agresif dan
memberontak, lalu berusaha mencari kompensasi atas dirinya dengan melakukan
perbuatan yang bersifat melanggar.
Anak-anak dengan latar belakang sosial ekonomi keluarga yang rendah
berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental. Masalah seperti depresi,
kepercayaan diri yang rendah, konflik sebaya, dan kenakalan remaja lebih banyak
terjadi di antara kalangan anak-anak yang hidup di keluarga sosial ekonomi rendah
dibanding anak-anak yang lebih beruntung secara ekonomi ( Gibbs dan Huang dalam
Santrock 2007 : 283).
2.5. Kerangka Pemikiran
Remaja adalah wakt
manusia tidak dapat disebut suda
Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang
berjalan antara umur 11 tahun sampai 21 tahun. Remaja memiliki ciri-ciri
diantaranya, perubahan perkembangan fisik. Peningkatan emosional, peningkatan
dan perkembangan seksual, perubahan nilai, berkeinginan besar untuk mencoba
segala sesuatu yang baru, dan masa mencari identitas diri.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja menuntut perubahan besar dalam
sikap dan pola perilaku. Tugas-tugas perkembangan remaja diantaranya yaitu,
48 otoritas, mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul
dengan teman sebaya ataupun orang lain, pemantapan minat-minat heteroseksual,
memiliki filsafat hidup, dan identifikasi diri.
Masalah sosial yang berwujud kenakalan remaja tentu timbul dan dialami
oleh sebagian besar kelompok sosial, dan fenomena tadi akan menjadi pusat
perhatian sebagian besar anggota masyarakat untuk mendapatkan jalan yang paling
efektif di dalam mengatasi baik secara preventif maupun repressif. Kenakalan remaja
merupakan bagian dari problema-problema sosial yang dialami masyarakat.
Pada garis besarnya masalah-masalah sosial yang timbul karena
perbuatan-perbuatan anak remaja dirasakan sangat mengganggu kehidupan masyarakat baik di
kota maupun di plosok desa. Bentuk kenakalan remaja tersebut antara lain, tawuran
antar pelajar, geng motor, seks bebas, mencuri, membunuh, penyalahgunaan narkoba
minum-minuman keras dan sebagainya. Akibatnya sangat memilukan, kehidupan
masyarakat menjadi resah, perasaan tidak aman bahkan sebagian
anggota-anggotanya menjadi terasa terancam hidupnya.
Tingkat sosial ekonomi keluarga sangat mempengaruhi perilaku remaja.
Remaja yang berasal dari keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah,masalah
yang mereka hadapi adalah tidak mampu bersaing dengan remaja di kalangan atas
disebabkan karena hak-hak mendapatkan keistimewaan dan fasilitas materil.
Kedudukan dalam sosial ekonomi keluarga, dapat dilihat dari pekerjaan, pendapatan,
dan pendidikan. Pekerjaan merupakan kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa
bagi diri sendiri atau orang lain, baik orang melakukan dengan dibayar atau tidak.
Pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang
49 segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan intensional dibantu oleh metode
dan teknik ilmiah diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan kedudukan sosial ekonomi, masyarakat dapat digolongkan
dalam masyarakat berpenghasilan rendah, sedang, dan tinggi. Golongan masyarakat
berpenghasilan rendah yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah
dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minim, jika pendapatan rata-rata
Rp. 1.500.000,00 per bulan. Golongan masyarakat bepenghasilan sedang yaitu
pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhhi kebutuhanpokok dan tidak dapat
menabung, jika pendapatan rata-rata dibawah antara Rp. 1.500.000 s/d Rp.
2.500.000,00 per bulan.Golongan masyarakat bepenghasilan tinggi yaitu selain dapat
memenuhi kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatannya itu dapat
ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan yang lain, jika pendapatan rata-rata
lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan
Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, peneliti membuat bagan yang
50 Bagan Alir Pemikiran
Keluarga Sosial Ekonomi Rendah - Tingkat pendidikan yang rendah - Tingkat penghasilan yang rendah - Lapangan pekerjaan yang belum
maksimal
- Orang tua tidak sempat membimbing dan mengawasi putra-putrinya
- Orang tua cenderung melakukan kekerasan terhadap anaknya - Kepercayaan diri yang rendah - Tuntutan kehidupan yang keras
Kenakalan Remaja - Berbohong
- Membolos sekolah - Tawuran pelajar
- Melihat,membaca,dan menonton film porno
- Seks bebas
- Penyalahgunaan narkoba - Mencuri
- Kebut-kebutan di jalan - Membunuh
51 2.6. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang menegaskan hubungan antara dua
individu atau lebih dalam variabel dimana pernyataan tersebut merupakan jawaban
yang bersifat sementara atas masalah penelitian.Selain itu,hipotesis adalah arahan
sementara untuk menjelaskan fenomena yang diteliti ( Siagian,2011 : 49).
Berdasarkan acuan kerangka pemikiran dalam penelitian ini,peneliti
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha : Ada pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap kenakalan remaja di Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun
Ho : Tidak ada pengaruh sosial ekonom keluarga terhadap kenakalan remaja di Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun
2.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1. Defenisi Konsep
Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan
berbagai peristiwa,objek,kondisi,situasi dan hal lain yang sejenis.Konsep diciptakan
dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai
ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian
yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan
diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian
(Silalahi,2009 : 112).
Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang
dijadikan objek penelitian,maka seseorang peneliti harus menegaskan dan membatasi
52 makna konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi konsep.Secara konsep
defenisi disini diartikan sebagai batasan arti.Defenisi konsep adalah pengertian yang
terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian,2011 : 138).
Adapun batasan konsep dalam penelitian ini adalah:
a. Pengaruh adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau
kondisi
b. Sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kondisi dimana msyarakat sendiri
yang menjadi penentu dan peran yang dimilikinya dalam kehidupan bersama.
c.Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
d. Kenakalan Remaja adalah perbuatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh
anak remaja yang berusia 10 sampai dengan 19 tahun dan bersifat melawan
hukum,anti sosial,anti susila,dan menyalahi norma-norma masyarakat.
e. Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun
2.7.2. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi
yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan
memiliki rujukan-rujukan empiris.Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam
melaksanakan penelitian di lapangan.Maka perlu operasionalisasi dari
konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi,2009 : 120).
Perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan
defenisi konsep.Defenisi operasional sering disebut sebagai proses operasionalisasi
53 statis menjadi dinamis.Defenisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu
variabel dapat diukur (Siagian,2011 : 141).
Dalam hal ini harus ditentukan lebih dahulu varibael-varibel yang ada dalam
penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah
variabel atau sekelompok atribut yang mempengaruhi atau memberikan akibat
terhadap variabel atau sekelompok atribut yang lain.Ada kalanya variabel bebas
diebut variabel pengaruh sehingga diberikan simbol “x”. Sedangkan variabel terikat
adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain.Maka variabel terikat sering juga
disebut variabel terpengaruh sehingga diberikan simbol “y”.
Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Bebas (x) yaitu kondisi sosial ekonomi keluarga,yang diukur dengan
indikator berupa:
1. Pendidikan orang tua
2. Pekerjaan orang tua
3. Pendapatan orang tua dengan pendapatan sebagai berikut:
a. Menengah
b. Rendah
c. Sangat Rendah
Variabel terikat (y) yaitu kenakalan remaja yang diukur dengan indikator
berupa:
1. Berbohong
2. Membolos sekolah
3. Berkelahi dengan teman,berkelahi antar sekolah
4. Melihat,membaca ,dan menonton film porno
54 6. Minum-minuman keras
7. Penyalahgunaan narkoba
8. Mencuri
9. Membunuh
10.Perjudian