• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2 Kondisi Awal - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Pembelajaran Tematik Siswa Kelas 4 SD Negeri Blot

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "4.2 Kondisi Awal - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Pembelajaran Tematik Siswa Kelas 4 SD Negeri Blot"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

44 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran Sekolah

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Blotongan 02 Salatiga pada semester II tahun ajaran 2018/2019. SD Negeri Blotongan 02 berada di Kecamatan Sidorejo atau lebih tepatnya berada di Jl. Fatmawati Blotongan RT 07 RW 03. Jarak tempuh ke SD Negeri Blotongan 02 Salatiga dari pusat Kecamatan ± 1 km. Lokasi SD Negeri Blotongan 02 Salatiga cukup strategis yaitu berada di dekat jalan raya Salatiga-Semarang. Suasana di sekitar SD Negeri Blotongan 02 Salatiga merupakan suasana pedesaan yang sangat asri sehingga memungkinkan bagi siswa untuk dapat belajar dengan kondusif.

SD Negeri Blotongan 02 Salatiga terdiri atas 200 siswa mulai dari kelas 1 sampai kelas 6, dengan tiga belas guru dan satu penjaga sekolah. Memiliki enam ruang kelas, satu ruang guru dan kepala sekolah, satu rung perpustakaan, satu ruang komputer, satu ruang pembeajaran agama, satu ruang UKSW, dan dua toilet untuk siswa serta dua toilet untuk guru. SD Negeri Blotongan 02 juga memiliki halaman yang cukup luas untuk melaksanakan kegiatan upacara bendera serta kegiatan olaharaga. Secara umum SD Negeri Blotongan 02 Salatiga memiliki ruang kelas dan lingkungan yang bersih serta nyaman untuk mendukung siswa dalam belajar.

4.2Kondisi Awal

(2)

Kebiasaan guru ini berakibat pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas menjadi didominasi pembeicaraan oleh guru, yang berakibat kegiatan pembelajaran hanya berjalan satu arah. Siswa jarang diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya baik itu secara individu maupun berkelompok. Sehingga kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa masih terbatas.

Salah satu pengembangan ketrampilan tinggi adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis akan menuntut siswa dalam memfokuskan suatu pertanyaan, menganalisis argumen, mengobservasi dan mempertimbangkan laporan hasil observasi serta siswa dituntut mampu dalam menuliskan kesimpulan. Ketika guru menjelaskan materi dari 34 siswa hanya sekitar 4 (12%) siswa yang berani bertanya tentang materi yang disampaikan, sedangkan siswa yang lain hanya diam memperhatikan guru. Dengan kondisi yang seperti ini guru harus mampu menemukan solusi yang tepat, salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Seharusnya dalam kegiatan pembelajaran guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk membimbing siswa dalam menemukan sendiri konsep pengetahuannya berdasarkan pengalaman atau berdasarkan kegiatan percobaan.

(3)

Tabel 4.1

Ketuntasan Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Pada Pra Siklus

Kriteria

Angka Ketuntasan Belajar Frekuensi Presentase

≥75 Tuntas 13 38%

<75 Tidak Tuntas 21 62%

Jumlah 34 100%

Rata-rata 71,11

Nilai Tertinggi 90

Nilai Terendah 26,7

Berdasarkan pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 34 siswa, siswa yang memenuhi KKM atau dinyatakan tuntas adalah 38% dari jumlah keseluruhan sedangkan yang dinyatakan tidak tuntas adalah 62%. Kemudian dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada Pra siklus yaitu 72.08 dengan nilai tertinggi 93,3 dan nilai terendah 26,7.

Berdasarkan data yang diperoleh perlu adanya upaya untuk memperbaiki kondisi dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Perlu diterapkan model pembelajaran yang mampu untuk membuat siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran serta mampu mengembangkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat secara maksimal. Peneliti akan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa agar hasil belajar siswa juga meningkat. Peneliti tidak hanya mengukur hasil belajar kognitif melainkan juga akan mengukur hasil belajar afektif dan psikomotor.

4.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

4.3.1 Perencanaan Tindakan Siklus 1

(4)

masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Satu pertemuan membutuhkan alokasi waktu 2x35 menit pada KD Bahasa Indonesia 3.7. Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks, dan 4.7. Menyampaikan pengetahuan baru dari teks non fiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri. Serta KD IPA 3.3. Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara lain: gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi dan gaya gesekan, dan 4.3. Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan. Adapun persiapan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai akan dijabarkan sebagai berikut:

1) Menyusun RPP sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. RPP disusun sesuai dengan KD yang sudah dipilih selain itu kegiatan dalam RPP juga sesuai dengan model pembelajaran yang dipilih, yaitu model Discovery Learning.

2) Menyusun lembar observasi untuk mengobservasi aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Lembar observasi guru dan siswa disusun sesuai dengan sintak dari model pembelajaran yang dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan model pembelajaran Discovery Learning. 3) Menyusun lembar observasi untuk mengukur kemampuan berpikir kritis

siswa. lembar observasi disusun sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kritis.

4) Menyusun lembar observasi untuk mengukur sikap dan psikomotor siswa. 5) Menyusun instrumen penilaian yang akan dijadikan sebagai alat untuk

mengukur hasil belajar siswa. Instrumen tersebut berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 20.

(5)

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari perencanaan yang telah dibuat. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, dalam setiap pertemuan waktu yang diperlukan adalah 2 x 35 menit. Secara rinci pelaksanaan pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut:

a. Pertemuan Pertama

(6)
(7)

b. Pertemuan ke-Dua

Pelaksanaan tindakan pada pertemuan ke duaini merupakan perbaikan dan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama. Pelaksanaan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat 16 Maret 2018 dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 08.10 WIB. Kegiatan yang dilakukan antara lain: 1) Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyiapkan siswa secara fisik dan psikis, dilanjutkan dengan berdoa, melakukan absensi, dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan, dan menyampaikan apersepsi; 2) Kegiatan inti dimulai dengan guru menunjukkan contoh gambar kegiatan yang membutuhkan gaya. Siswa mengamati gambar yang disajikan kemudian guru bersama dengan siswa melakukan tanya jawab berkaitan dengan gambar tersebut. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan kegiatan diskusi, dalam satu kelas ada 7 kelompok dengan anggota masing-masing kelompok lima sampai enam siswa. Anggota kelompok membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Kelompok menyimpulkan materi dari kegiatan diskusi yang sudah dilakukan. Guru memberikan penguatan materi kepada siswa; 3) Kegiatan akhir diawali dengan guru memberikan soal evaluasi kepada siswa, soal evaluasi berupa soal pilihan ganda dan isian singkat yang berjumlah 20 soal. Sesuai dengan perencanaan awal bahwa soal evaluasi ini akan digunakan sebagai bahan untuk mengukur hasil belajar siswa. Guru berkeliling untuk mengawasi sekaligus memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Setelah soal evaluasi selesai dikerjakan guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan, dilanjutkan dengan menarik kesimpulan dari seluruh materi yang sudah dipelajari, berdoa.

Observasi

(8)

pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning. Observer menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil dari observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I pertemuan 1 dan 2 tersaji dalam Tabel rekapitulasi berikut ini.

Tabel 4.2

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga dalam Pembelajaran Tematik dengan Model Pembelajaran Discovery Learning

Siklus I

No Aspek yang Diamati Pertemuan

1 2

3. Mempersiapkan siswa secara fisik dan psikis 3 4 4 Mengajak siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan

masing-masing. 4 4

5 Memeriksa kehadiran siswa 4 4

6. Memberikan apersepsi 3 3

7 Mengemukakan tujuan pembelajaran 4 3

Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Inti)

8 Memberikan stimulasi sebelum masuk ke materi pembelajaran dengan

meminta siswa mengamati gambar atau membaca buku 4 3 9 Memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan

kegiatan yang sebelumnya sudah dilakukan 3 4

10 Mendorong siswa menjawab sejumlah pertanyaan yang diberikan guru 3 3

11 Membagi siswa kedalam kelompok 4 4

12 Memberikan instruksi yang jelas mengenai tugas dari masing-masing

kelompok 3 3

13 Membimbing siswa melakukan praktik dan diskusi kelompok 3 4 14 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan

berkaitan dengan tugas kelompok 4 3

15 Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk

menyampaikan hasil diskusi 4 3

16 Memberikan penjelasan dari hasil temuan siswa dalam kegiatan praktik

dan diskusi kelompok 3 3

17 Membimbing siswa menyimpulkan temuan dari kegiatan praktik dan

diskusi kelompok 3 3

Tahap Pelaksanaan (Penutup)

18 Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran 3 4

19 Menyimpulkan materi pembelajaran 3 3

20 Menutup kegiatan pembelajaran 4 4

Jumlah 70 70

(9)

Tabel 4.3

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga dalam Pembelajaran Tematik dengan Model Pembelajaran Discovery Learning

Siklus I

No Aspek yang Diamati Pertemuan

1 2 Tahap Persiapan

1 Siswa duduk siap mengikuti pembelajaran 3 3

2 Siswa mempersiapkan sumber belajar seperti buku tematik 4 3 Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Pendahuluan)

3 Siswa siap secara fisik dan psikis untuk mengikuti pembelajaran 3 4 4 Berdoa sesuai agama dan keyakinan masing-masing 4 4

5 Mendengarkan absensi yang dilaukan guru 3 3

6 Mengikuti apersepsi dengan baik 3 3

7 Mendengarkan penyampaian tujuan pembelajaran 3 3 Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Inti)

8 Mengamati gambar yang diberikan guru 3 4

9 Aktif menjawab pertanyaan yang diajukan guru 3 3

10 Membentuk kelompok sesuai arahan guru 4 4

11 Memperhatikan instruksi yang diberikan guru mengenai kegiatan

dalam kelompok 3 3

12 Melakukan praktik dan diskusi kelompok 3 3

13 Menyelesaikan lembar kerja kelompok yang diberikan guru 4 4

14 Menyampaikan hasil diskusi kelompok 3 4

15. Mendengarkan penjelasan dari guru mengenai hasil temuan dalam

kegiatan praktik dan diskusi kelompok 3 3

16 Bersama guru menyimpulkan temuan dari kegiatan praktik dan

diskusi kelompok 4 3

Tahap Pelaksanaan (Penutup)

17 Bersama guru melakukan evaluasi terhadap pembelajaran 3 3 18 Bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran 3 3

19 Menutup kegiatan pembelajaran 4 3

Jumlah 63 63

Rata-rata (Skor/19) 3,3 3,3

4.3.3 Refleksi Siklus I

(10)

Setelah dilaksanakannya kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning pada kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga aktifitas guru dan siswa terhadap kegiatan pembelajaran juga cukup baik, guru menyampaikan materi pembelajaran dengan melibatkan siswa, sehingga siswa terlihat aktif dan mulai berani dalam menyampaikan argumennya baik kepada guru ataupun kepada siswa lainnya.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya,namun masih ada beberapa hal yang perlu untuk diperbaiki, diantaranya adalah: 1) guru harus memberikan instruksi yang jelas kepada siswa, terutama dalam kegiatan diskusi kelompok; 2) guru harus membimbing siswa dalam menyimpulkan materi agar tidak terjadi kesalahpahaman materi; 3) guru harus memberikan motivasi kepada siswa, agar lebih berani dalam menyampaikan pendapatnya saat kegiatan pembelajaran berlangsung; 4) masih ada beberapa siswa yang pada saat kegiatan diskusi kelompok justru hanya memperhatikan temannya bekerja, siswa yang bersangkutan tidak ikut berdiskusi; 5) siswa masih kurang berani untuk berpendapat, dan malu-malu jika diminta untuk maju ke depan kelas membacakan hasil dari pekerjaannya. Melalui hambatan-hambatan tersebut peneliti dapat menentukan cara untuk mengatasi hambatan yang timbul pada siklus I untuk diperbaiki pada siklus II.

4.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

4.4.1 Perencanaan Tindakan

Kegiatan siklus II ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan perbaikan dari siklus I yang sebelumnya sudah dilakukan. Kegiatan siklus II dilakukan karena pada siklus I hasil yang diharapkan belum maksimal.

(11)

Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks, dan 4.7. Menyampaikan pengetahuan baru dari teks non fiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri. Serta KD IPA 3.3. Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara lain: gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi dan gaya gesekan, dan 4.3. Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan. Adapun persiapan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai akan dijabarkan sebagai berikut:

1) Menyusun RPP yang dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. RPP disusun sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran Discovery Learning, sehingga langkah kegiatan dalam RPP sesuai dengan sintak dari model Discovery Learning. 2) Menyiapkan lembar observasi untuk mengobservasi aktivitas guru dan siswa

selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti tidak lagi menyusun dikarenakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang digunakan sudah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing pada perencanaan siklus I. Sehingga lembar observasi aktivitas guru dan siswa sama dengan lembar observasi yang digunakan dalam siklus I.

3) Menyiapkan lembar observasi untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Seperti halnya pada lembar observasi aktivitas guru dan siswa, lembar observasi kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam siklus II ini sama dengan lembar kemampuan berpiir kritis yang digunakan dalam siklus I, dan sebelumnya telah dikonsutasikan kepada dosen pembimbing.

4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengukur sikap dan psikomotor siswa. Lembar observasi yang digunakan sama dengan lembar observasi pada siklus I, dan sebelumnya telah dikonsultasikan oleh dosen pembimbing pada perencanaan siklus I.

(12)

6) Merencanakan hari dan tanggal pelaksanaan tindakan dengan berdiskusi bersama guru kolaborator yang nantinya juga akan bertindak sebagai observer.

4.4.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, dengan satu kali pertemuan alokasi waktu yang dibutuhkan adalah 2x35 menit. Secara rinci pelaksanaan siklu II dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dalam pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 19 Maret 2018 pada pukul 09.00 sampai 10.10 WIB, pada kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning. Kegiatan yang dilakukan antara lain: 1) Kegiatan pembelajaran dimulai dengan mempersiapkan siswa secara fisik dan psikis siswa dengan cara meminta siswa agar merapikan seragam dan tempat duduk masing-masing. Dilajutkan dengan meminta salah satu perwakilan untuk memimpin doa pembuka, setelah itu peneliti yang berperan sebagai guru melakukan absensi, dan 34 siswa semuanya hadir. Setelah selesai melakukan absensi guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru menyampaikan apersepsi. Kegiatan awal pembelajaran berjalan dengan cukup lamcar; 2) kegiatan selanjutnya merupakan kegiatan inti, yang pertama kali dilakukan dalam kegiatan inti adalah meminta siswa untuk membacar teks tentang “Keragaman Suku Bangsa di Daerah Setempat”, teks bacaan ditampilkan di PPT untuk kemudia

dibaca secara bersama-sama oleh siswa. Kemudian siswa diminta untuk mencari

dan menuliskan pokok pikiran dari teks bacaan yang sudah dibaca sebelumnya,

perwakilan dari siswa diminta untuk membacakan pokok pikiran dari teks bacaan

yang sudah ditulisnya. Guru memberikan pengantar sebelelum masuk ke materi

selanjutnya. Guru meminta siswa untuk memperhatikan gambar beberapa contoh

kegiatan yang membutuhkan gaya yang ditampilkan melalui PPT. Dari gambar

(13)

melakukan demonstrasi mengenai janis-jenis gaya, kegiatan demonstrasi

dilakukan dengan dibantu oleh siswa. Setelah kegiatan demonstrasi dilakukan

guru mempersilahkan siswa untuk bertanya jika masih merasa kesulitan, dari

kegiatan ini ada beberapa siswa yang mngajukan pertanyaan kepada guru. Guru

memberikan lembar kerja untuk kemudian dikerjakan siswa dengan berdiskusi

bersama dengan teman sebangkunya. Setelah kegiatan selesai guru memberikan

penguatan materi kepada siswa agar apa yang ingin disampaikan dapat diterima

siswa secara utuh. Guru meminta siswa menyimpulkan apa yang sudah

dipelajarinya, kegiatan ini dilakukan dengan bimbingan dari guru; 3) Kegiatan akhir diawali dengan memberikan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan, dilanjutkan dengan memberikan gambaran kegiatan pada pertemuan selanjutnya yaitu siswa akan kembali melakukan diskusi kelompok mengenai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari yang membutuhkan gaya otot. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh salah satu siswa.

b. Pertemuan ke-Dua

(14)

dengan gaya otot. Pada saat siswa melakukan kegiatan diskusi guru berkeliling ke setiap kelompok untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan berpikir kritis, sikap serta psikomotor siswa selain itu guru juga memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Hasil dari diskusi kelompok dibacakan ke depan kelas oleh semua anggota kelompok. Guru memberikan penguatan materi. Siswa dibantu dengan guru menarik kesimpulan dari materi yang dipalajari serta menyampaikan kesimpulan tersebut, hanya ada beberapa siswa yang mau menyampaikan kesimpulan yang sudah dibuatnya; 3) Kegiatan akhir diawali dengan guru memberikan soal evaluasi kepada siswa, soal evaluasi berupa soal pilihan ganda dan isian singkat yang berjumlah dua puluh soal. Guru berkeliling untuk mengawasi sekaligus memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh salah satu siswa.

Kegiatan pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 dan 2 berjalan dengan cukup lancar, sebagian besar siswa sudah terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Adanya kegiatan diskusi sangat membantu siswa dalam menyampaikan pendapat/argumen yang dimilikinya. Guru banyak memberikan motivasi agar seluruh siswa terlibat secara aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru juga selalu menuntun siswa untuk mengajukan serta menjawab pertanyaan baik itu pertanyaan dari guru maupun pertanyaan dari siswa lain. Belajar dari pengalaman sebelumnya dalam tindakan siklus II ini peneliti lebih memperjelas pemberian instruksi kepada siswa dalam melakukan diskusi kelompok, serta selalu membimbing siswa dalam menyimpulkan materi agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Observasi

(15)

model pembelajaran Discovery Learning. Dalam melakukan observasi observer menggunakan lembar observasi guru dan siswa yang telah disusun sebelumnya. Hasil dari observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus II pertemuan 1 dan 2 tersaji dalam Tabel rekapitulasi berikut ini.

Tabel 4.4

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga dalam Pembelajaran Tematik dengan Model Pembelajaran Discovery Learning

Siklus II

No Aspek yang Diamati Pertemuan

1 2

3 Mempersiapkan siswa secara fisik dan psikis 4 4

4 Mengajak siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan

masing-masing. 4 4

5 Memeriksa kehadiran siswa 4 4

6 Memberikan apersepsi 4 3

7 Mengemukakan tujuan pembelajaran 3 4

Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Inti)

8 Memberikan stimulasi sebelum masuk ke materi pembelajaran dengan

meminta siswa mengamati gambar atau membaca buku 4 4 9 Memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan kegiatan

yang sebelumnya sudah dilakukan 4 4

10 Mendorong siswa menjawab sejumlah pertanyaan yang diberikan guru 4 4

11 Membagi siswa kedalam kelompok 4 4

12 Memberikan instruksi yang jelas mengenai tugas dari masing-masing

kelompok 4 4

13 Membimbing siswa melakukan praktik dan diskusi kelompok 4 4 14 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan

berkaitan dengan tugas kelompok 3 4

15 Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk

menyampaikan hasil diskusi 4 3

16 Memberikan penjelasan dari hasil temuan siswa dalam kegiatan praktik

dan diskusi kelompok 4 3

17 Membimbing siswa menyimpulkan temuan dari kegiatan praktik dan

diskusi kelompok 3 4

Tahap Pelaksanaan (Penutup)

18 Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran 4 4

19 Menyimpulkan materi pembelajaran 3 4

20 Menutup kegiatan pembelajaran 4 4

Jumlah 76 77

(16)

Tabel 4.5

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga dalam Pembelajaran Tematik dengan Model Pembelajaran Discovery Learning

Siklus II

No Aspek yang Diamati Pertemuan

1 2

Tahap Persiapan

1. Siswa duduk siap mengikuti pembelajaran 4 4

2. Siswa mempersiapkan sumber belajar seperti buku tematik 4 4 Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Pendahuluan)

3. Siswa siap secara fisik dan psikis untuk mengikuti pembelajaran 4 4 4. Berdoa sesuai agama dan keyakinan masing-masing 4 4

5. Mendengarkan absensi yang dilaukan guru 4 4

6. Mengikuti apersepsi dengan baik 4 4

7. Mendengarkan penyampaian tujuan pembelajaran 4 4 Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Inti)

8. Mengamati gambar yang diberikan guru 3 4

9. Aktif menjawab pertanyaan yang diajukan guru 3 3

10. Membentuk kelompok sesuai arahan guru 4 4

11. Memperhatikan instruksi yang diberikan guru mengenai kegiatan

dalam kelompok 4 4

12. Melakukan praktik dan diskusi kelompok 3 3

13. Menyelesaikan lembar kerja kelompok yang diberikan guru 4 3

14. Menyampaikan hasil diskusi kelompok 3 4

15. Mendengarkan penjelasan dari guru mengenai hasil temuan

dalam kegiatan praktik dan diskusi kelompok 4 3 16. Bersama guru menyimpulkan temuan dari kegiatan praktik dan

diskusi kelompok 3 3

Tahap Pelaksanaan (Penutup)

17. Bersama guru melakukan evaluasi terhadap pembelajaran 4 4 18. Bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran 3 4

19. Menutup kegiatan pembelajaran 4 4

Jumlah 70 71

Rata-rata 3,7 3,7

4.4.3 Refleksi Siklus II

(17)

adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga hasil belajar dari siswa dapat meningkat pula.

Berdasarkan data hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran dalam siklus II menunjukkan bahwa guru dan siswa telah melakukan aktifitas kegiatan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah direncanakan dalam lembar observasi, hal ini merupakan bukti dari adanya perbaikan pembelajaran pada siklus I.

Setelah pelaksanaan siklus II ini, peneliti memutuskan untuk mengakhiri kegiatan penelitian. Karena dari data-data yang diperoleh menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Discovery Learning mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa yang sudah mencapai nilai KKM yaitu 75.

4.5Hasil Tindakan

4.5.1 Hasil Tindakan Siklus I

a. Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I

(18)

Tabel 4.6

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Memfokuskan Pertanyaan pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Siklus I

Kriteria

Tabel 4.6 merupakan hasil dari observasi kemampuan berpikir kritis siswa dengan indikator memfokuskan pertanyaan. Dari Tabel dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga terhadap indikator memfokuskan pertanyaan yang dilakukan dalam siklus I masih tergolong rendah. Dari 34 siswa sebanyak 4 siswa (12%) berada pada kategori berpikir kritis tinggi, 7 siswa (21%) berada pada kategori berpikir kritis sedang, 10 siswa (29%) berada pada kategori berpikir kritis rendah, dan sebanyak 13 siswa (38%) berada pada kategori berpikir kritis sangat rendah. Dengan skor rata-rata kelas 58,2.

Tabel 4.7

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Menganalisis Argumen pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Siklus I

(19)

Tabel 4.7 merupakan hasil dari observasi kemampuan berpikir kritis siswa dengan indikator menganalisis argumen. Dari Tabel dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga terhadap indikator menganalisis argumen yang dilakukan dalam siklus I belum sesuai dengan harapan. Terlihat dari 34 siswa hanya ada 2 siswa (6%) yang memiliki kategori kemampuan berpikir kritis tinggi, sedangkan 9 siswa (26%) berada pada kategori berpikir kritis sedang, 8 siswa (24%) berada pada kategori berpikir kritis rendah, dan sebanyak 15 siswa (44%) berada pada kategori berpikir kritis sanngat rendah. Skor rata-rata kelas yang diperoleh adalah 56,6.

Tabel 4.8

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Mengobservasi dan Mempertimbangkan Laporan Hasil Observasi pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan

02 Salatiga Siklus I

(20)

rendah, dan sebanyak 2 siswa (6%) berada pada kategori berpikir kritis sangat rendah, dengan rata-rata kelas memperoleh skor 67,6.

Tabel 4.9

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Menuliskan Kesimpulan pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Siklus I

Kriteria

Frekuensi Presentase Rentang skor Kualifikasi

91-100 Sangat tinggi 0 0%

80-90 Tinggi 3 9%

65-79 Sedang 22 65%

50-64 Rendah 7 20%

<50 Sangat Rendah 2 6%

Jumlah 34 100%

Rata-rata 66,7

Skor Tertinggi 89

Skor Terendah 44

Tabel 4.9 merupakan hasil dari observasi kemampuan berpikir kritis siswa dengan indikator menuliskan kesimpulan. Hasil dari observasi kemampuan berpikir kritis dengan indikator menuliskan kesimpulan yang dilakukan pada siklus I belummendapatkan hasil yang maksimal. Dari 34 siswa sebanyak 3 siswa (9%) berada pada kategori berpikir kritis tinggi, 22 siswa (65%) berada pada kategori berpikir kritis sedang, 7 siswa (22%) berada pada kategori berpikir kritis rendah, dan 2 siswa (6%) berada pada kategori berpikir kritis sangat rendah. Skor rata-rata kelas yang diperoleh adalah 66,7.

b. Hasil Belajar Siswa Siklus I

(21)

Tabel 4.10

Ketuntasan Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga Pada Siklus I

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa dalam menyelesaikan soal evaluasi siklus I, dari 34 siswa sejumlah 23 siswa dinyatakan tuntas dengan presentase 68%, dan 11 siswa dinyatakan tidak tuntas dengan presentase 32%. Nilai rata-rata kelas mencapai 74,26. Nilai rata-rata kelas pada siklus I mengalami peningkatan dari nilai rata-rata pra siklus, nilai rata-rata kelas pada pra siklus adalah 71,11. Rentang nilai tertinggi yang diperoleh pada siklus I adalah 85, sedangkan nilai terendah adalah 50. Hasil Observasi Sikap Siswa Siklus I

c. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I

Peneliti melakukan penilaian afektif siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Peneliti menggunakan lembar observasi untuk menilai afektif siswa. Adapun rekapitulasi hasil belajar afektif siswa siklus I dijabarkan dalam tabel 4.11.

Tabel 4.11

Penilaian Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga dalam Pembelajaran Tematik dengan Menerapkan Model Pembelajaran Discovery Learning Siklus

I

Penilaian Sikap

No Kriteria Skor Frekuensi Presentase

(22)

Berdasarkan Tabel 4.11 terlihat bahwa penilaian hasil belajar afektif siswa terhadap siswa lain maupuan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan belum sesuai dengan harapan. Skor tertinggi dalam penilaian sikap ini adalah 24 dengan keiteria A (sangat baik), namun pada kenyataannya sikap siswa belum memenuhi skor tersebut. Dari 34 siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga sebanyak 29 siswa (56%) memperoleh rentang skor 7-12 dengan kategori sikap C (cukup), dan sebanyak 15 siswa (44%) memperoleh rentang skor 13-18 dengan kategori sikap B (baik). Skor tertinggi yang diperoleh adalah 16 dan skor terendah 10, rata-rata kelas memperoleh skor 12,35 dengan kategori C (cukup).

d. Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus I

Selain menilai afektif siswa peneliti juga melakukan penilaian terhadap ketrampilan atau psikomotor siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti menggunakan lembar observasi untuk menilai ketrampilan atau psikomotor siswa. Adapun rekapitulasi hasil belajar psikomotor siswa pada pertemuan ke-1 siklus I tersaji dalam Tabel berikut ini:

Tabel 4.12

Penilaian Hasil Belajar Psikomotor Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga dalam Pembelajaran Tematik dengan Menerapkan Model Pembelajaran Discovery

Learning Siklus I

No Kriteria Skor Frekuensi Presentase 1. A (Sangat Baik) 10 – 12 0 0%

2. B (Baik) 7 – 9 12 35%

3. C (Cukup) 4 - 6 22 65%

4. D (Kurang Baik) < 3 0 0%

Skor Tertinggi 7

Skor Terendah 4

Skor Rata-Rata 4,94

Kategori Penilaian C (Cukup)

(23)

baik). Dari 34 siswa SD Negeri Blotongan 02 Salatiga, sebanyak 22 (65%) siswa memperoleh rentang skor 4-6 dengan kategori C (cukup) dan sebanyak 12 siswa (35%) memperoleh rentang skor 7-9 dengan kategori B (baik). Nilai tertinggiyang diperoleh adalah 7, sedangkan nilai terendah adalah 4 dengan skor rata-rata kelas 4,94 kategori C (cukup).

4.5.2 Hasil Tindakan Siklus II

Hasil dari tindakan selama kegiatan pembelajaran dalam siklus II diperoleh melalui observasi aktivitas guru dan siswa, observasi kemampuan berpikir kritis siswa, hasil belajar yang diperoleh melalui tes evaluasi, dan obsevasi terhadap sikap serta psikomotor siswa.

a. Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II

Pengukuran terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada siklua II ini sama dengan yang dilakukan pada siklus II, pengukuran kemampuan berpikir kritis dilakukan melalui kegiatan observasi terhadap empat indikator berpikir kritis. Hasil dari pengukuran kemampuan berpikir kritis siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga dapat disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.13

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Memfokuskan Pertanyaan pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Siklus II

Kriteria

(24)

terhadap indikator memfokuskan pertanyaan yang dilakukan dalam siklus II sudah lebih baik dari siklus I . Dari 34 siswa sebanyak 7 siswa (21%) berada pada kategori berpikir kritis tinggi, 21 siswa (62%) berada pada kategori berpikir kritis sedang, 6 siswa (18%) berada pada kategori berpikir kritis rendah. Dengan skor rata-rata kelas 74,58.

Tabel 4.14

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Menganalisis Argumen pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Siklus II

Kriteria

Frekuensi Presentase Rentang skor Kualifikasi

91-100 Sangat tinggi 1 3%

80-90 Tinggi 12 35%

65-79 Sedang 16 47%

50-64 Rendah 5 15%

<50 Sangat Rendah 0 0%

Jumlah 34 100%

Rata-rata 77,20

Skor Tertinggi 100

Skor Terendah 55

(25)

Tabel 4.15

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Mengobservasi dan Mempertimbangkan Laporan Hasil Observasi pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan

02 Salatiga Siklus II

Tabel 4.15 merupakan hasil dari observasi kemampuan berpikir kritis siswa dengan indikator mengobservasi dan mempertimbangkan laporan hasil observasi. Dari Tabel dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga terhadap indikator mengobservasi dan mempertimbangkan laporan hasil observasi yang dilakukan dalam siklus II hasil yang diperoleh sudah mengalami peningkatan. Dari 34 siswa sebanyak 2 siswa (6%) sudah berada pada kategori berpikir kritis sangat tinggi, 14 siswa (41%) berada pada kategori berpikir kritis tinggi, 18 siswa (53%) berada pada kategori berpikir kritis sedang, dengan rata-rata kelas memperoleh skor 82,22.

Tabel 4.16

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Menuliskan Kesimpulan pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Siklus II

(26)

Tabel 4.16 merupakan hasil dari observasi kemampuan berpikir kritis siswa dengan indikator menuliskan kesimpulan. Hasil dari observasi kemampuan berpikir kritis dengan indikator menuliskan kesimpulan yang dilakukan pada siklus II sudah lebih baik dibandingkan dengan tindakan pada siklus I. Dari 34 siswa sebanyak 2 siswa (6%) berada pada kategori berpikir kritis sangat tinggi, 13 siswa (38%) berada pada kategori berpikir kritis tinggi, 18 siswa (53%) berada pada kategori berpikir kritis sedang, dan 1 siswa (3%) berada pada kategori berpikir kritis rendah. Skor rata-rata kelas yang diperoleh adalah 81,2.

Hasil dari tindakan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis pada siklus II ini sudah memperoleh hasil yang cukup memuaskan, sebagian besar dari siswa sudah berada pada kategori berpikir kritis sedang, dan hanya ada satu atau dua siswa saja yang kemampuan berpikir kritisnya masih berada dalam kategori sangat rendah.

b. Hasil Belajar Siswa Siklus II

Hasil belajar siswa yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran siklus II dapat dijabarkan dalam Tabel 4.17.

Tabel 4.17

Ketuntasan Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Pada Siklus II

Kriteria

Frekuensi Presentase Angka Ketuntasan Belajar

≥75 Tuntas 29 85%

<75 Tidak Tuntas 5 15%

Jumlah 34 100%

Rata-rata 78

Nilai Tertinggi 90

Nilai Terendah 65

(27)

tidak tuntas. Rentang nilai terendah adalah 65 dan nilai tertinggi 90. Nilai rata-rata kelas adalah 78.

c. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II

Hasil belajar afektif siswa selama kegiatan pembelajaran dalam siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18

Penilaian Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga dalam Pembelajaran Tematik dengan Menerapkan Model Pembelajaran Discovery

Learning Siklus II

No Kriteria Skor Frekuensi Presentase 1. A (Sangat Baik) 19 – 24 15 44%

2. B (Baik) 13 – 18 19 56%

3. C (Cukup) 7 – 12 0 0%

4. D (Kurang Baik) < 6 0 0%

Skor Tertinggi 22

Skor Terendah 15

Skor Rata-Rata 17,88

Kategori Penilaian B (Baik)

Berdasarkan Tabel 4.18 terlihat bahwa hasil belajar afektif siswa terhadap siswa lain maupuan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam siklus II sudah sesuai dengan harapan peneliti. Dari 34 siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga sebanyak 19 siswa (56%) memperoleh rentang skor 13-18 dengan kategori sikap B (baik), dan sebanyak 15 siswa (44%) memperoleh rentang skor 19-24 dengan kategori sikap A (sangat baik). Skor tertinggi yang diperoleh adalah 22 dan skor terendah 15, rata-rata kelas memperoleh skor 17,88 dengan kategori B (baik).

d. Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus II

(28)

Tabel 4.19

Penilaian Hasil Belajar Psikomotor Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga dalam Pembelajaran Tematik dengan Menerapkan Model Pembelajaran Discovery

Learning Siklus II

No Kriteria Skor Frekuensi Presentase 1. A (Sangat Baik) 10 – 12 25 74%

2. B (Baik) 7 – 9 9 26%

3. C (Cukup) 4 - 6 0 0%

4. D (Kurang Baik) < 3 0 0%

Skor Tertinggi 12

Skor Terendah 8

Skor Rata-Rata 9,73

Kategori Penilaian A(sangat baik)

Berdasarkan Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa hasil belajar psikomotor siswa dalam siklus II ini sudah sangat baik. Dari 34 siswa SD Negeri Blotongan 02 Salatiga, sebanyak 9 siswa (26%) memperoleh rentang skor 7-9 dengan kategori B (baik) dan sebanyak 25 siswa (74%) memperoleh rentang skor 10-12 dengan kategori A (sangat baik). Skor tertinggi yang diperoleh adalah 12, sedangkan skor terendah adalah 8 dengan skor rata-rata kelas 9,73 kategori A (sangat baik).

4.6 Hasil Analisis Data

Data yang akan dianalisis yaitu data-data yang diperoleh mulai dari data perencanaan awal atau pra siklus, kemudian data pada siklus I, dan yang terakhir data yang diperoleh dari tindakan siklus II.

4.6.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

(29)

Tabel 4.20

Perbandingan Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga pada Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II

Kategori Frekuensi presentase Frekuensi Presentase

Sangat tinggi 0 0% 6 18%

Berdasarkan data pada Tabel 4.20 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil data diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor dalam indikator kemampuan berpikir kritis kemudian diperoleh data seperti pada Tabel 4.20. Dapat diketahui dengan menerapkan model Discovery Learning kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat dalam setiap sikusnya, hal ini dibuktikan dengan presentase dalam setiap kategori kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Presentase ketuntasan kemampuan berpikir kritis siswa dalam kategori sangat tinggi, tinggi dan sedang pada siklus I sebesar 30% kemudian meningkat disiklus II menjadi 82%. Skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I adalah 61,4 kemudian setelah dilakukan tindakan pada siklus II meningkat menjadi 78,7.

4.6.2 Ketuntasan Hasil Belajar

(30)

Tabel 4.21

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

1. Tuntas 13 38% 23 68% 29 85%

2. Tidak Tuntas 21 62% 11 32% 5 15%

Jumlah 34 100% 34 100% 34 100%

Skor tertinggi 90 85 90

Skor terendah 26,7 50 65

Rata-rata 71,11 74,26 78

Berdasarkan data pada Tabel 4.21 dapat diketahui bahwa penerapan model Discovery Learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Sebelum dilakukan adanya tindakan atau pra siklus rata-rata hasil belajar siswa adalah 71,11 dan ketuntasan belajar 38% atau ada 13 siswa yang tuntas dari jumlah keseluruhan siswa 34. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa pada pra siklus hasil belajar siswa masih jauh dari harapan peneliti, karena siswa yang memperoleh nilai sesuai dengan KKM yaitu ≥75 belum mencapai 80% dari jumlah seluruh siswa. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Rata-rata hasil belajar siswa menjadi 74,26 dengan presentase ketuntasan siswa 68%. Ketuntasan hasil belajar siswa kembali mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan pada siklus II, rata-rata yang diperoleh adalah 78 dengan presentase ketuntasan sebesar 85%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus II ini presentase ketuntasan hasil belajar siswa sudah sesuai dengan harapan peneliti yaitu sudah lebih dari 80% dari jumlah keseluruhan siswa memperoleh nilai diatas KKM.

4.6.3 Hasil Belajar Afektif

(31)

pada siklus I maupun pada Siklus II. Data dari hasil penilaian afektif siswa pada siklus I dan II tersaji dalam Tabel 4.22.

Tabel 4.22

Perbandingan Penilaian Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Terhadap Pembelajaran Tematik pada Siklus I dan Siklus II

Skor Siklus I Siklus II

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

< 6 0 0% 0 0%

7 – 12 19 56% 0 0%

13 – 18 15 44% 19 56%

19 – 24 0 0% 15 44%

Jumlah 34 100% 34 100%

Skor tertinggi 16 22

Skor terendah 10 15

Rata-rata 12,35 17,88

Berdasarkan data pada Tabel 4.22 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan hasil belajar afektif siswa dari siklus I ke siklus II setelah diterapkannya model Discovery Learning. Rata-rata skor yang diperoleh pada siklus I adalah 12,35 yang berada dalam kriteria cukup, kemudian setelah dilakukan tindakan pada siklus II rata-rata skor siswa menjadi 17,88 yang berada pada kriteria baik. Dari hasil data yang diperoleh dapat dibuktikan bahwa dengan diterapkannya model Discovery Learning sikap siswa juga dapat meningkat menjadi lebih baik.

4.6.4 Hasil Belajar Psikomotor

(32)

Tabel 4.23

Perbandingan Penilaian Hasil Belajar Psikomotor Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Terhadap Pembelajaran Tematik pada Siklus I dan Siklus II

Skor Siklus I Siklus II

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

< 3 0 0% 0 0%

Berdasarkan data pada tabel 4.23 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan hasil belajar psikomotor siswa dari siklus I ke siklus II setelah diterapkannya model Discovery Learning. Rata-rata skor yang diperoleh pada siklus I adalah 4,94 yang berada dalam kriteria cukup, kemudian setelah dilakukan tindakan pada siklus II rata-rata skor siswa menjadi 9,73 yang berada pada kriteria sangat baik. Dari hasil data yang diperoleh dapat dibuktikan bahwa dengan diterapkannya model Discovery Learning psikomotor siswa juga dapat meningkat menjadi lebih baik.

4.7Pembahasan

Kegiatan penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga pada pembelajaran tematik. Jumlah seluruh siswa dalam penelitian ini adalah 34 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Discovery Learning.

(33)

pembelajaran Discovery Learning terbukti mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, sintak tersebut meliputi: 1) Stimulation; 2) Problem Statement; 3) Data Collection; 4) Data Processing, 5) Verification; 6) Generalization. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya perolehan data dari hasil observasi dan tes pada siklus I ke Siklus II. Secara umum dapat dikatakan bahwa keterlaksanaan kegiatan pembelajaran tematik dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning pada siklus I dan II ini sudah sesuai dengan RPP serta pedoman observasi yang sebelumnya telah disusun oleh peneliti.

(34)

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yupita dan Tjipto S (2013, 1-9). Pada Penelitian ini lebih terfokus kepada peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Pada siklus pertama diperoleh hasil 63,89%, pada siklus kedua mengalami peningkatan menjadi 77,77% dan pada siklus ke-tiga kembali mengalami peningkatan menjadi 94.44%. dapat disimpulkan dari ke-tiga siklus yang dilakukan selama penelitian bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery Learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Utami (2017, 483-490). Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) perlu diterapkannya model pembelajaran Discovery Learning pada mata pelajaran IPA sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran; 2) Discovery Learning dapat meningkatkan ketrampilan berpikir kritis serta pemahaman konsep siswa mata pelajaran IPA; 3) strategi Discovery Learning mudah diterapkan dalam IPA karena sangat mirip dengan Saintifik metode dalam Kurikulum 2013.

Penelitian yang dilakukan oleh Destriyani, Darsono, dan Ambarita(2016). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran Discovery Learning mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Penelitian lain dilakukan oleh Rosarina, Sudin dan Sujana (2016, 371-380), dengan jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas kelas yang dilakukan terdiri dari 3 siklus dengan jumlah siswa keseluruhan 27 siswa. Peningkatan hasil belajar dapat terlihat dari persentase ketuntasan dalam setiap siklus. Dalam siklus I berdasarkan hasil tes siswa yang dinyatakan tuntas berjumlah 7 siswa (26,92%), siklus II menjadi 17 siswa (65,38%), dan siklus III siswa yang dinyatakan tuntas ada 23 siswa (88,46%).

(35)

dilakukan menunjukkan bahwa aktifitas guru selama kegiatan pembelajaran dilakukan mengalami peningkatan sesuai dengan lembar observasi aktivitas guru yang sudah dipersiapkan. Berdasarkan hasil observasi aktifitas siswa menunjukkan bahwa aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan. Siswa sudah lebih aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran, siswa juga sudah berani dalam menyampaikan pertanyaan, jawaban atau pendapatnya terhadap guru atau siswa lainnya.

Jawaban dari hipotesis tindakan setelah dilakukannya penelitian pada panelitian tindakan kelas ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya presentase kemampuan berpikir kritis siswa dalam setiap kategorinya dari siklus I ke siklus II, begitu pula yang terjadi pada hasil belajar siswa. Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan mulai dari pra siklus, siklus I, hingga siklus II. Dengan hasil yang diperoleh terbukti bahwa langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang ada pada model pembelajaran Discovery Learning mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga berdampak pada hasil belajar yang meningkat pula.

Berdasarkan pada uraian pembahasan yang telah dipaparkan dapat dijelaskan implikasi teoretis dan implikasi praktis sebagai berikut:

1) Implikasi Teoretis

Kegiatan dalam pembelajaran tematik dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

2) Implikasi Praktis

(36)

b. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa yang semula mempunyai kemampuan berpikir kritis pada kategori rendah secara bertahap mulai mengalami peningkatan ke kategori yang lebih baik, sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa lebih meningkat dari sebelumnya.

(37)

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sharp (1964), Litner (1965), Mossin (1966) memperkenalkan Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang merupakan salah satu model penilaian aset yang menggambarkan hubungan

Seed Vigor Testing Handbook.. Association of Seed Analysts,

a. Akar dikotil berbeda dengan akar monokotil dalam hal... Bagian akar yang mempunyai sifat meristematis adalah.... Jaringan berikut termasuk silinder pusat akar tumbuhan dikotil,

[r]

Pemberian hormon yang berasal dari luar tubuh seperti pada kontrasepsi hormonal baik berupa estrogen maupun progesteron menyebabkan peningkatan kadar kedua hormon

Tujuan umum penelitian yang dilakukan di Pedukuhan Cekel Desa Jetis Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta ini adalah diketahuinya hubungan antara tingkat

As suggested in the chart, some schools of methodology see the teacher as ideal language model and commander of classroom activity (e.g., Audio-Lingual Method, Natural

Evaluasi klien mengalami Cerebro Vaskuler Accident dengan masalah Defisit perawatan diri, Dari catatan perkembangan selama 3 hari pada 2 klien, menunjukkan bahwa klien 2