BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Lemang
Lemang merupakan suatu olahan pangan yang dibuat dari beras ketan yang
dimasak dalam seruas bambu, setelah sebelumnya digulung dengan selembar daun pisang. Gulungan daun pisang di dalam bambu yang berisi beras ketan kemudian
dicampur dengan santan kelapa yang lalu dimasak dengan cara dibakar hingga matang. Lemang lebih enak disajikan dalam keadaan hangat-hangat. Cara mengonsumsi lemang berbeda-beda dari daerah ke daerah. Ada yang senang
menikmatinya dengan cara manis bersama selai, kinca, serikaya. Ada juga yang
senang menikmatinya dengan cara asin bersama rendang, telur dan lauk pauk lainnya (Sahaja, 2013).
Menurut Sahaja (2013) cara membuat lemang adalah sebagai berikut:
a. Mula-mula cuci beras ketan terlebih dahulu kemudian tiriskan.
Selanjutnya tambahkan santan kelapa bersama garam kedalam beras ketan yang telah dicuci tadi.
b. Setelah itu, siapkan bambu lalu lapisi bagian pinggiran dalam bambu
dengan daun pisang kemudian tuangkan beras ketan yang telah diberi
c. Terakhir, siapkan api lalu bakar bambu yang sudah berisi beras ketan
hingga matang. Setelah lemang matang, keluarkan lemang dari bambu
kemudian potong-potong lalu sajikan. 2.1.1.1. Beras Ketan
Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam
(Jawa merang) secara anatomi disebut palea (bagian yang ditutupi) dan lemma (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi,
gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut dengan beras. Salah satu jenis beras adalah
ketan/beras ketan. Ketan berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh patinya merupakan amilopektin. Ketan hitam, merupakan versi ketan dari beras hitam (Kuswardani, 2013).
Beras ketan putih (oryza sativa glutinosa) merupakan salah satu varietas padi yang termasuk dalam famili Graminae. Butir beras sebagian besar terdiri dari zat
pati (sekitar 80-85%) yang terdapat dalam endosperma yang tersusun oleh granula-granula pati yang berukuran 3-10 milimikron. Beras ketan juga mengandung vitamin, mineral dan air. Komposisi kimiawi dari beras ketan putih
terdiri dari Karbohidrat 79,4%, Protein 6,7%, Lemak 0,7%, Ca 0,012% dan Air
12% (Anonimous, 2012).
Beras ketan merupakan bahan baku dalam pembuatan lemang yang paling penting, karena lemang sendiri merupakan makanan hasil olahan dari beras ketan
2.1.1.2. Santan Kelapa
Sebagai tanaman tropis, kelapa telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia untuk minyak goreng atau dibuat santan sebagai bahan campuran berbagai masakan/produk pangan. Santan murni secara alami mengandung sekitar 54% air, 35% lemak dan 11% padatan tanpa lemak (karbohidrat ± 6%, protein ±
4% dan padatan lain) yang dikategorikan sebagai emulsi minyak dalam air. Selain itu, santan juga mengandung vitamin C, B-6, thiamin, niasin, folat dan sejumlah
mineral seperti kalsium, seng, magnesium, besi dan fosfor (Kulinologi, 2013). Santan kelapa merupakan cairan putih kental hasil ekstrasi dari kelapa yang dihasilkan dari kelapa yang diparut dan kemudian diperas bersama air. Santan
mempunyai rasa lemak dan digunakan sebagai perasa yang menyebabkan masakan menjadi gurih. Dahulu, untuk memperoleh santan dilakukan dengan cara diperas dengan tangan dari kelapa yang diparut dan menambahkan air panas
sehingga santan yang dihasilkan lebih baik. Akan tetapi, saat ini sudah terdapat mesin pemeras santan yang dalam penggunaannya kelapa yang diparut tidak perlu
dicampurkan dengan air dan pati santan yang dihasilkan murni 100% (Anonimous, 2010).
2.1.2. Pendapatan Wanita/Istri
Wanita merupakan kelompok pekerja cadangan potensial yang bisa dimanipulasi
oleh pemilik, karena wanita secara nyata melakukan pekerjaan untuk upah yang lebih rendah dari laki-laki, mereka dapat diambil sebagai buruh murah yang fleksibel bila dibutuhkan. Kemampuan wanita tergantung pada
menghasilkan upah yang cukup karena tidak setuju melakukan pekerjaan non
upahan dan pekerjaan berupah rendah (Ollenburger, 1996).
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pendapatan
Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau
materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia (Samuelson dan Nordhaus, 1995).
Menurut Hadisapoetro (1973) di dalam Suratiyah (2009), pengertian dari pendapatan adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan kotor atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang
diperoleh dari suatu usaha selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali.
Pendapatan kotor = Jumlah produksi (Y) x Harga per satuan (Py).
b. Pendapatan bersih adalah selisih dari pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan (Rp).
c. Pendapatan petani adalah meliputi upah tenaga keluarga sendiri, upah petani sebagai manajer, bunga modal sendiri, dan keuntungan. Atau pendapatan kotor dikurangi biaya alat-alat luar dan bunga modal luar (Rp).
d. Pendapatan tenaga keluarga merupakan selisih dari pendapatan pekerja
dikurangi dengan bunga modal sendiri (Rp/jam kerja).
2.2.2. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga adalah pendapatan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha
ditambah dengan pendapatan rumah tangga yang berasal dari luar usaha tersebut. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki. Pendapatan yang besar mencerminkan tersedianya dana
yang cukup dalam berusaha. Rendahnya pendapatan menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal (Soekartawi, 1993).
Menurut Badan Pusat Statistik sesuai dengan konsep dan definisi, pengertian pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan dan penerimaan yang diterima oleh seluruh Anggota Rumah Tangga Ekonomi (ARTE), pendapatan adalah
jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan keluarga adalah seluruh
bentuk penghasilan yang diterima nyata dari seluruh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Menurut Tinker dalam Hutajulu (1987), untuk melihat kedudukan wanita dalam perekonomian rumah tangga para ahli lebih menitikberatkan perhatiannya pada rumah tangga sebagai satu kesatuan yang menentukan atau mengambil keputusan
dalam berbagai aspek kehidupan anggota-anggotanya. Suatu ciri dari rumah
tangga pada masyarakat agraris adalah sebagai kesatuan dasar dalam kegiatan produksi, konsumsi, dan reproduksi. Tujuan utama dari rumah tangga adalah untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan anggota. Maka setiap pria, wanita, tua
2.2.3 Kontribusi Pendapatan Wanita/Istri
Kontribusi pendapatan dari satu jenis kegiatan terhadap total pendapatan rumah
tangga tergantung pada produktivitas faktor produksi yang digunakan dari jenis kegiatan yang bersangkutan. Stabilitas pendapatan rumah tangga cenderung dipengaruhi dominasi sumber-sumber pendapatan. Jenis-jenis pendapatan yang
berasal dari luar sektor pertanian umumnya tidak terkait dengan musim dan dapat dilakukan setiap saat sepanjung tahun (Nurmanaf, 2006).
Wanita disamping sebagai ibu rumah tangga ia juga berperan dalam peningkatan pendapatan keluarga, besarnya kemampuan dalam memberi kontribusi terhadap pendapatan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi yang dalam penelitian
ini dibatasi pada faktor upah dan jumlah pendapatan suami (Moenandar, 1985).
2.2.4 Pendapatan Pria/Suami
Partisipasi laki-laki dalam golongan kajian wanita justru perlu mengingat bahwa
pembahasan perempuan hanya bermakna bila dilakukan dalam konteks lingkungannya, termasuk bahwa dalam setiap lingkungan dimana ia berada selalu
ada pula laki-laki. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu program kajian wanita diperkaya dengan adanya partisipasi kaum laki-laki, karena yang dituju bukan suatu masyarakat tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini juga
dapat dilihat pada dominasi pendapatan rumah tangga tidak melulu didominasi
oleh pendapatan kaum laki-laki saja tetapi juga ada kaum perempuan yang turut andil didalamnya (Ihromi, 1995).
2.2.5 Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pendapatan Wanita
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin
berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun
pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2009). 2. Tingkat Pendidikan Formal
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Arti penting pendidikan
semakin terasa, terutama dalam menghadapi era globalisasi dan perkembangan teknologi yang cepat. Pendidikan merupakan syarat utama guna masuk ke pasar kerja dan menciptakan SDM yang handal, oleh karena itu pendidikan masyarakat
harus ditingkatkan sehingga kualitas penduduk dapat meningkat (Amnesi, 2013). Banyaknya atau lamanya sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan berpengaruh terhadap kecakapan dalam pekerjaan tertentu. Sudah tentu kecakapan
tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan pendapatan dalam rumah tangga. Tingkat pendidikan formal yang dimiliki akan
memajukan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk menerapkan apa yang diperoleh untuk peningkatan usahanya. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia
(Anonimous, 2013).
3. Pengalaman Bekerja
Pengalaman seseorang dalam bekerja berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Lamanya bekerja untuk setiap orang berbeda-beda, oleh karena itu lamanya
sama sehingga dapat dilakukan hal yang baik untuk waktu berikutnya
(Anonimous, 2013).
Lama waktu bekerja seseorang dipengaruhi oleh seseorang tersebut. Seseorang yang tidak dalam keadaan cacat atau sakit secara normal mempunyai kemampuan untuk bekerja. Waktu maksimal sesorang bekerja selama 7 jam per hari
(Suratiyah, 2009).
Pengalaman bekerja biasanya dihubungkan dengan lamanya seseorang bekerja
dalam bidang tertentu (misalnya lamanya seseorang bekerja sebagai petani) hal ini disebabkan karena semakin lama orang tersenut bekerja, berarti pengalaman bekerjanya tinggi sehingga secara langsung akan mempengaruhi pendapatan
(Suwita, 2011).
4. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan
dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong kepala keluarga untuk melakukan
banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya (Hasyim, 2006).
Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga berarti beban ekonomi yang
2.3 Penelitian Terdahulu
Ririn Marissa (2013) meneliti dengan judul “Peranan Tenaga Kerja Wanita Dalam
Industri Sapu Ijuk dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang”. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa secara serempak seluruh variabel bebas (umur,
tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan) berpengaruh nyata secara serempak terhadap variabel terikat (pendapatan tenaga kerja wanita) dan
hanya pengalaman bekerjalah yang secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan tenaga kerja wanita. Pendapatan tenaga kerja wanita (istri) per bulan adalah sekitar Rp. 725.733,33 per bulan dan Rp.8.708.800 per tahun sedangkan
pendapatan suami per bulan sekitar Rp.1.219.433,33 per bulan dan Rp.14.633.200 per tahun. Persentase kontribusi tenaga kerja wanita terhadap total pendapatan keluarga adalah ≤40% yaitu sebesar 37,3% itu berarti kontribusi tenaga kerja
wanita terhadap total pendapatan keluarga masih kecil.
Yoangga Praditya (2014) meneliti dengan judul “Peranan Tenaga Kerja Wanita
Pada Pemasaran Dodol Serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga Di Desa Bengkel, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai”. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa kontribusi pendapatan tenaga kerja wanita pada
pemasaran dodol terhadap total pendapatan keluarga yakni sebesar 25,06%,
karena memang upah yang diterima masih sangat jauh dari UMK Medan dan berarti kontribusi mereka rendah yaitu <40%.
Dance Amnesi (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor
menyimpulkan bahwa kontribusi rata-rata pendapatan perempuan terhadap
pendapatan total keluarga miskin di Kelurahan Kapal adalah sebesar 49,074%.
Umur, tingkat pendidikan, jam kerja, sifat pekerjaan dan jumlah tanggungan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pendapatan perempuan pada
keluarga miskin di Kelurahan Kapal.
2.4 Kerangka Pemikiran
Agroindustri adalah suatu kegiatan mengolah bahan-bahan yang dihasilkan dari kegiatan pertanian baik berupa hasil pangan maupun non pangan, perikanan
ataupun peternakan. Usaha agroindustri dapat digolongkan menjadi beberapa
skala berdasarkan besar kecilnya skala tersebut, antara lain industri skala rumah tangga, skala industri kecil, skala industri menengah dan skala industri besar. Adapun skala industri lemang di daerah penelitian yaitu skala industri rumah
tangga hingga skala kecil.
Usaha lemang dipengaruhi oleh faktor sosial dan faktor ekonomi. Faktor sosial terdiri dari umur, tingkat pendidikan formal dan pengalaman bekerja. Sedangkan
faktor ekonomi terdiri dari jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan di luar usaha lemang. Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha lemang sebagian besar
merupakan tenaga kerja wanita baik dalam proses pengolahan dan pemasarannya. Dari usaha lemang diperoleh produksi lemang dengan biaya produksi seminimal mungkin dan memperoleh hasil yang maksimal sehingga mendapat penerimaan
yang besar. Penerimaan yang diperoleh juga dipengaruhi oleh harga jual lemang, semakin tinggi harga lemang maka penerimaan yang diperoleh juga semakin
Dari hasil pengurangan antara penerimaan dengan biaya produksi diperoleh
pendapatan tenaga kerja wanita pada usaha lemang. Penjumlahan antara
pendapatan pria/suami dengan pendapatan wanita/istri maka akan diperoleh pendapatan keluarga.
Untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor sosial dan ekonomi terhadap
pendapatan wanita pada usaha lemang serta kontribusinya terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian maka perlu dilakukan penelitian ilmiah. Adapun
Agroindustri
Usaha Lemang
FAKTOR SOSIAL EKONOMI: - Umur
- Tingkat Pendidikan Formal
- Pengalaman Bekerja - Jumlah Tanggungan
Tenaga Kerja Wanita
Penerimaan Tenaga Kerja Wanita
Pendapatan Tenaga Kerja Wanita
Pendapatan Keluarga Pendapatan
Pria/ Suami
Pendapatan Wanita/ Istri
Keterangan:
: Menyatakan Pengaruh
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di
atas maka dapat disusun hipotesis yang perlu diuji kebenarannya yaitu:
1. Umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman bekerja dan jumlah
tanggungan keluarga berpengaruh terhadap pendapatan wanita pada usaha lemang di daerah penelitian.