• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sampah dihasilkan dari berbagai aktivitas yang sudah tidak dibutuhkan oleh manusia, peningkatan jumlah buangan sampah yang semakin hari semakin bertambah banyak sangat erat hubungannya dengan peningkatan jumlah penduduk (Chandra, 2007). UU RI tahun 2008 menjelaskan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alami.

(2)

Pengangkut sampah merupakan tenaga kerja yang harus dilindungi agar terhindar dari kecelakaan dan kesakitan akibat dari pekerjaan. Tenaga kerja harus dilindungi dari berbagai masalah di sekitarnya, karena dapat mengganggu dirinya dan pelaksanaan pekerjaanya. Perlindungan tenaga kerja mempunyai aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan agama. Perlindungan bertujuan agar tenaga kerja aman melakukan pekerjaan sehari-hari, untuk meningkatkan produksi dan produktivitas nasional (Dainur, 1995).

Setjen Depkes RI menyatakan bahwa di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

(3)

daerahnya tidak dilewati oleh truk pengangkut sampah. Sehingga masyarakat membuang sampah ke lahan kosong di sekitar permukiman mereka ataupun mereka akan mengolah sendiri sampah tersebut baik dengan cara membakar atau menimbun sampah, namun pengolahan yang tidak benar akan mencemari lingkungan.

Penyakit akibat kerja sebagian besar disebabkan oleh pajanan zat kimia, fisik, dan biologi. Diagnosis penyakit akibat kerja umumnya sangat sulit. Hal ini dikarenakan pekerja dapat terpajan oleh lebih dari satu zat di lingkungan dan penyakit akibat kerja memiliki masa laten yang panjang. Tambahan lagi, faktor lain seperti faktor keturunan, perilaku, faktor psikososial, dan adanya penyakit umum yang menyertai turut mempersulit diagnosis penyakit akibat kerja (Harrianto, 2010).

Sampah selain dapat mengganggu estetika atau keindahan, sampah juga dapat menyebabkan terjadinya banjir dan gangguan kesehatan atau penyakit bagi manusia. Sampah dapat menjadi tempat tinggal seperti serangga, tikus, cacing, jamur, virus, bakteri, parasit yang dapat menimbulkan penyakit (Mukono, 2011).

(4)

Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang sangat sering ditemukan, biasanya disebabkan oleh zat kimia mengakibatkan iritasi, alergi, atau luka bakar pada kulit, mekanik akibat gesekan atau tekanan pada kulit, fisik akibat lingkungan kerja yang terlalu panas, dan biologi disebabkan oleh virus, jamur, bakteri dan lain-lain (Harrianto, 2010).

Berdasarkan penelitian WHO (1999) pada pekerja tentang penyakit kerja di 5 (lima) benua, memperlihatkan bahwa penyakit gangguan otot rangka (musculo

skeletal disease) pada urutan pertama 48%, kemudian gangguan jiwa 10-30%,

penyakit paru obstruksi kronis 11%, penyakit kulit (dermatosis) akibat kerja 10%, gangguan pendengaran 9%, keracunan pestisida 3%, cedera dan lain-lain (Harrianto, 2010). Kemudian hasil survei yang dilakukan oleh HSE (Health And Safety Excutive) di Inggris telah melaporkan kenaikan prevalensi penyakit kulit akibat kerja antara tahun 1990 dan 1995 dari 54.000 ke 66.000 kasus (HSE, 2000).

(5)

penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat serta penyakit lain pada saluran pernafasan atas (Kemenkes, 2011).

Hasil penelitian dari Nicholson (2002) tentang occupational health in the

european union menyatakan harus ada kerja sama pemerintah dengan stakeholder,

dengan membuat sistem manajemen yang dilaksanakan guna memperkecil bahaya dari pekerjaan. Kemudian hasil training oleh ethiopia public health (2002) menjelaskan alat pelindung diri merupakan salah satu tindakan pengendalian bahaya di tempat kerja. Sedangkan Richard dalam occupational contact dermatitis

pemakaian alat pelindung diri (APD) merupakan hal yang penting untuk tenaga kerja untuk menghindari kontak langsung. Kemudian Ibler (2012) dalam Richard menyatakan bahwa pemilihan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan pekerjaan merupakan salah satu cara untuk menghindari terjadi kontak langsung dengan tubuh. Seperti pemilihan sarung tangan yang sesuai dengan pekerjaan untuk melindungi tangan dari bahan organik atau zat kimia.

(6)

Dinas Kebersihan Kota Padangsidimpuan mempunyai tugas pokok yaitu penyelenggaraan pelayanan kebersihan, pengangkutan sampah, pemeliharaan kendaraan operasional sampah dan tempat pembuangan sementara (TPS), serta penarikan retribusi. Bidang pengangkut sampah mempunyai standard operating dan

procedure (SOP) yang menjadi standar bagi pekerja dalam melaksanakan aktivitas

sehari-hari. Saat melakukan aktivitas di tempat kerja, tenaga kerja atau petugas pengangkut sampah harus memperhatikan kesehatan dan kebersihan kulit. Seperti penjelasan suma’mur (2009) bahwa kesehatan kerja atau occuptional health bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan dengan usaha preventif salah satunya pemakaian alat pelindung diri (APD) dan kuratif.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada petugas pengangkut sampah di Kota Padangsidimpuan, diketahui bahwa terdapat beberapa petugas pengangkut sampah yang mengalami keluhan gatal pada tangan, panas, dan terdapat bercak warna merah yang mulai mengering. Hasil wawancara juga menunjukkan jika personal

hygiene seperti tidak langsung mandi setelah selesai bekerja dengan alasan masih ada

pekerjaan berikutnya sehingga mandi setelah semua pekerjaan selesai, memiliki kuku panjang dan hitam, ada juga petugas memakai pakaian yang sudah dipakai bekerja tanpa dicuci kembali dan rata-rata petugas tidak memakai alat pelindung diri seperti sarung tangan, sepatu dan topi.

(7)

karakteristik, personal hygiene, dan alat pelindung diri (APD) gangguan kelainan kulit pada petugas pengangkut sampah Kota Padangsidimpuan.

1.2. Perumusan Masalah

Kejadian kelainan kulit akibat kerja menduduki porsi tertinggi sekitar 50-60%. Selain prevalensi yang tinggi, penyakit kulit (dermatosis) biasanya terdapat pada lengan, tangan, jari, kaki sehingga mengganggu penderita saat melakukan pekerjaan (Suma’mur, 2009). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan kepada petugas pengangkut sampah di Kota Padangsidimpuan diketahui bahwa petugas kurang menyadari pentingnya personal hygiene, begitu juga pemakaian alat pelindung diri (APD) yang belum menjadi prioritas untuk dipakai dalam proses kerja sehingga petugas memiliki potensi mengalami gangguan kelainan kulit.

Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian untuk menganalisis “Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Pengangkut Sampah Kota Padangsidimpuan Tahun 2016”.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis “Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene, dan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Padangsidimpuan Tahun 2016”.

(8)

Adapun hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis komparatif, karena terdiri dari skala kategorik bila variabel yang dicari asosiasinya adalah variabel kategorik dengan variabel kategorik.

1. Ada pengaruh karakteristik dengan gangguan kelainan kulit pada petugas pengangkut sampah.

2. Ada pengaruh personal hygiene dengan gangguan kelainan kulit pada petugas pengangkut sampah.

3. Ada pengaruh alat pelindung diri (APD) dengan gangguan kelainan kulit pada petugas pengangkut sampah.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pencegahan, dan Kebakaran Kota Padangsidimpuan.

Sebagai masukan kepada Dinas Kebersihan di Kota Padangsidimpuan bahwa pentingnya menerapkan kebersihan personal hygiene dan pemakaian alat pelindung diri (APD) terhadap pekerja khususnya pengangkut sampah.

2. Responden (pekerja)

(9)

3. Ilmu Pengetahuan

Referensi

Dokumen terkait

Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 12-59 BULAN DI.. PUSKESMAS PEGANDON

Universitas Sumatera Utara... Universitas

Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah memiliki semangat yang kuat untuk menghapus citra pemerintahan yang buruk, khusunya menyangkut praktik korupsi,

'Typically these are conflicts over the religious or secular character of a state but may also include challenges to the state's identificatiori with a particular

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang distribusi sedimen dasar di Perairan Pelabuhan Cirebon dapat disimpulkan bahwa jenis sedimen dasar yang terdapat

Dengan adanya beberapa teori dari keperawatan keluarga dapat memudahkan kita untuk mengkaji satu persatu masalah yang ada pada keluarga, sehingga dengan mudah kita berikan

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa spesies pohon penopang untuk tanaman anggrek yaitu pada jenis pohon penopang pohon akasia ( Acacia auriculiformis ), cemara bundel ( Cupressus