A.Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), merupakan negara kepulauan
yang terbesar di dunia. Secara geografis berada pada batas dua samudera, yaitu
samudera Hindia dan samudera Pasifik dan terletak di antara dua benua yaitu
benua Asia dan benua Australia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar yang
memegang predikat sebagai pulau terbanyak di dunia.1 Namun demikian belum
ada kepastian jumlah pulau yang dimiliki oleh Indonesia secara pasti sebagai
pedoman kesamaan tentang jumlah-jumlah pulau tersebut. Simpang siur pendapat
tentang data jumlah pulau yang dimiliki oleh NKRI masih terus menjadi
perdebatan, ada sumber yang berpendapat bahwa pulau yang dimiliki Indonesia
berjumlah antara 17.504 pulau, 17.480 pulau, 17.508 pulau dan bahkan ada yang
mengatakan lebih dari 17.000 pulau.2
Ketidakpastian ini menjadi polemik yang tidak berkesudahan dalam
menentukan jumlah pulau yang dimiliki dan masuk ke dalam kedaulatan NKRI.
Dewasa ini hubungan antara subyek-subyek hukum tidak lagi terbatas pada skala
nasional. Hubungan tersebut sudah berkembang dan meluas menjadi hubungan
diluar batas wilayah negara atau berkembang menjadi hubungan internasional. 3
1 Sekretariat Jendral Dewan Ketahanan Nasional, Jumlah Pulau di Indonesia,
http://www.dkn.go.id/site/index.php/ruang-opini/126-jumlah-pulau-di-Indonesia, di akses pada tanggal 25 april 2014, jam 15:43.
2 Ibid.
3 Eka, Hukum Internasional, http://statushukum.com/hukum-internasional-hukum.html, di akses
Berbagai lembaga pernah mempublikasikan tentang jumlah pulau yang
dimiliki Indonesia, tetapi sampai dengan saat ini belum ada pernyataan resmi
sebagai dokumen negara dan diakui secara internasional tentang penetapan jumlah
pulau yang ada di Indonesia. Adapun lembaga yang menetapkan jumlah pulau
yang dimiliki Indonesia, diantaranya adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) pada tahun 1972, mempubliksikan bahwa hanya 6.127 pulau
yang memiliki nama. Publikasi ini tanpa menyebutkan jumlah pulau secara
keseluruhan. Pusat survey dan pemetaaan ABRI (Pussurta) pada tahun 1987
menyatakan jumlah pulau Indonesia adalah 17.504 dan dari jumlah itu hanya
5.707 pulau yang memiliki nama.
Badan koordinasi survei data pemetaan nasional (bakosurtanal) pada tahun
1992 menerbitkan “nama-nama pulau dan kepulauan Indonesia”. Bakosurtanal
mencatat hanya 6.489 pulau yang telah memiliki nama, kemudian Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada tahun 2002 berdasarkan citra
satelit mengklaim jumlah pulau Indonesia adalah 18.306 buah. Kementrian riset
dan teknologi pada tahun 2003 berdasarkan citra satelit mentebutkan Indonesia
memiliki 18.110 pulau. Ketidaksamaan penetapan jumlah pulau tersebut ditindak
lanjuti oleh Departemen Dalam Negri Republik Indonesia pada tahun 2004 dan
merilis bahwa jumlah pulau di Indonesia adalah 17.504 pulau, dan dari jumlah
tersebut dipastikan sebanyak 7.870 pulau sudah memiliki nama, sedangkan
sisanya sebanyak 9.634 pulau belum diberi nama. laut Indonesia pada awalnya
hanya selebar 3 mil laut dari garis pantai untuk setiap pulau, namun ketetapan
serta keamanan Indonesia sehingga terlahir konsep Nusantara yang dituangkan
dalam deklarasi Juanda pada tahun 1957.4
Kemudian pada bulan Agustus tahun 2009, jumlah pulau yang sudah
ditetapkan oleh Departemen Dalam Negri Republik Indonesia mendapat koreksi
dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). Saat itu menteri KKP dijabat
oleh laksamana TNI (Purn) Freddy Numberi, dijelaskan bahwa jumlah pulau yang
dimiliki Indonesia sebanyak 17.480 buah, dan dari jumlah tersebut baru 4.891
pulau yang mempunyai nama dan didaftarkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dan pada bulan Agustus tahun 2010, Kementrian Kelautan dan Perikanan
melakukan revisi tentang jumlah pulau yang dimiliki oleh Indonesia dari 17.480
menjadi 13.000 pulau. Dengan adanya revisi tersebut, tentunya semakin
membingungkan pendapat publik tentang jumlah pulau yang dimiliki Indonesia.
Bagaimana bisa sebuah negara tidak mengetahui jumlah pulau yang menjadi
wilayah kedaulatan mereka? Hal ini menunjukan bahwa begitu banyak
pulau-pulau di Indonesia yang belum mendapatkan perhatian dari pemerintahan
Indonesia, karena itulah banyak pulau-pulau yang menjadi sengketa internasional.
Karena pada dasarnya Indonesia dikelilingi oleh berbagai negara sehingga
Indonesia berbatasan langsung dengan beberapa negara seperti India, Malaysia,
Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau, Australia, Timor Leste,
dan Papua Nugini (PNG). Wilayah Negara Indonesia mengacu pada Ordonansi
Hindia Belanda 1939 yaitu Teritoriale Zeen en Maritieme Kringen Ordonantie
4 Kabar bronis, Sejarah Hukum Laut Indonesia,
1939 (TZMKO 1939), pulau-pulau di wilayah ini dipisahkan oleh laut di
sekelilingnya 5
Garis pantai Indonesia juga sangat panjang. Bahkan tercatat terpanjang keempat di
dunia setelah Rusia, sementara urutan Pertama di duduki Amerika Serikat dan
urutan kedua diduduki Kanada. 6
Dengan luasnya garis pantai Indonesia yang memiliki 99.093 kilometer
garis pantai, pastilah Indonesia rawan memiliki sengketa dengan negara-negara
lain terkait pulau terluar.7 Indonesia telah meratifikasi konvensi PBB tentang
hukum laut 1982 ( united nations convention on law of the sea ) atau di kenal
dengan sebutan UNCLOS 1982. Kemudian diratifikasi di dalam negeri dengan
Undang-undang No.17 Tahun 1985 sehingga dengan demikian konvensi tersebut
berlaku di Indonesia. Setelah meratifikasi, Indonesia diterima dan ditetapkan
sebagai Negara kepulauan yang mempunyai laut pedalaman. Artinya, laut di
dalam negara kepulauan Indonesia adalah wilayah jurisdiksi negara. Sebenarnya
laut merupakan jalan raya yang menghubungkan transportasi ke seluruh pelosok
dunia. Melalui laut, masyarakat internasional dan subjek-subjek hukum
internasional lainnya yang memiliki kepentingan dapat melakukan
5 Nugroho Notosusanto, Norma-norma dalam Penelitian dan Penulisan , Jakarta : Dephankam,
1970, hal 23
6 Indonesia Hebat, Indonesia Memiliki Garis Pantai Terpanjang Keempat di Dunia,
http://www.indonesiahebat.org/news/2014/03/indonesia-memiliki-garis-pantai-terpanjang-keempat-di-dunia#.U8BJ8Y2SxCM, di akses pada tanggal 26 april 2014 jam 14;00
7 National geographic Indonesia, panjang garis pantai Indonesia capai 99.000 kilometer,
perbuatan hukum dalam hal pelayaran, perdagangan sampai penelitian ilmu
pengetahuan. 8
Pulau terluar Indonesia mencapai angka 92 pulau, termasuk pulau-pulau
kecil. Beberapa diantaranya bahkan sudah pernah menjadi sengketa dengan
negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia. Karena itulah sangat perlu
intervensi kebijakan dan penanganan khusus oleh pemerintah NKRI, agar
pulau-pulau terluar Indonesia kedepannya tidak ada lagi pulau-pulau-pulau-pulau Indonesia yang
menjadi sengketa dengan negara-negara lain yang berbatasan langsung dengan
Indonesia. 9
Salah satu pulau yang menjadi sengketa dengan negara lain adalah Pulau
Nipa. Pulau Nipa adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di perbatasan
Indonesia dengan Singapura, dan merupakan wilayah dari pemerintah kota Batam,
provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini berada di sebelah barat laut dari pelabuhan
Sekupang menuju pelabuhan Harbor Front di Singapura. Pulau ini pernah
menjadi masalah dengan Singapura karena letak pulau itu sendiri lebih dekat
kepada wilayah Singapura daripada wilayah Indonesia. Jarak antara pulau Nipa
dengan Singapura adalah berjarak hanya 4,8 mil.10 Karena itu sangat dibutuhkan
batas-batas yang jelas dan pasti antara penarikan garis pangkal dari pulau Nipa
terhadap Singapura.
8 M.Havez, Hukum Laut Internasional,http://hukumunila.blogsp ot.com/2012
/03/hukum-laut-internasional.html, di akses pada tanggal 25 april 2014 jam 15:59
9 Wikipedia, Daftar Pulau terluar Indonesia,http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pulau_terlu
ar_Indonesia , di akses pada tanggal 25 april 2014, jam 16:18.
10 Batam today, pulau Nipa dapat di kembangkan jadi kawasan pertahanan dan ekonomi,
Pulau Nipa adalah pulau hasil reklamasi yang mempunyai luas wilayah 63
Ha. Menurut perjanjian pada tanggal 25 Mei 1973 yang disepakati antara
Indonesia dengan Singapura, Indonesia mempunyai 6 titik koordinat, dengan
pengambilan jalan tengah.11 Namun seiring Singapura mereklamasi pantainya,
maka Indonesia bisa kehilangan bagian kedaulatannya. Pulau Nipa merupakan
pulau yang sosoknya sangat penting dan sangat diperlukan keberadaannya.
Karena pulau Nipa memiliki letak yang sangat strategis diantara sekat Philip dan
selat Utama yang berbatasan langsung dengan Singapura. Hal ini menjadikan
pulau Nipa pulau yang sangat strategis untuk Indonesia meskipun pulau nipa
hanyalah pulau kecil. Pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama
dengan 2000 (dua ribu) km2 beserta kesatuan ekosistem.12
Pulau Nipa bisa membantu Indonesia di dalam berbagai hal, bukan hanya
menguntungkan di dalam perluasan batas wilayah, tetapi juga menguntungkan di
dalam perekonomian NKRI. Karena itu pemerintah NKRI harus memperjuangkan
pulau Nipa.
Apabila pulau Nipa bukan menjadi yurisdiksi pemerintahan NKRI lagi
maka tidak sedikit kerugian yang akan dialami oleh Indonesia, apakah itu
mengenai penarikan garis pangkal pantai, ataupun di dalam perekonomian. Dan
pemerintahan Indonesia tampaknya sudah mulai memberi perhatian khusus
kepada pulau Nipa. Hal ini terlihat dari peningkatan keamanan yang terjadi di
11 Auzan, Perbatasan Wilayah Negara RI Menyangkut Perjanjian Dan Permasalahan Yang
Ada, http://auzan-metalx.blogspot.com/2013/05/perbatasan-wilayah-negara-ri-menyangkut.html, di akses pada tangal 11 juni 2014 jam 01:00
12Hukum property, Pengelolaan Pulau Kecil,
pulau Nipa. Langkah-langkah penyelamatan pulau Nipa dimulai pada tahun 2004.
Pada Februari 2004, Presiden Indonesia Megawati Soekarni Putri memulai
membangun ulang pulau Nipa, penerapan monumen telapak kaki kepala negara
mulai dilaksanakan.13
Mulai saat itu hingga saat ini pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, program penyelamatan pulau Nipa terus dilaksanakan. Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono menginginkan adanya cetak biru pulau Nipa agar
dapat segera memainkan posisi strategis di Selat Malaka. Keamanan di dalam
pulau pun sudah mulai ditingkatkan. Terdapat 90 anggota TNI (60 orang dari
unsur Marinir dan 30 orang dari Angkatan Darat ) yang menjaga perbatasan di
pulau Nipa selama 24 jam. Disamping melakukan patroli rutin juga dimaksudkan
untuk menunjukkan kesungguhan negara kita dalam mempertahankan setiap tetes
air dan jengkal tanah dari gangguan pihak asing (deterrence effect). Dalam
terminologi kekuatan laut kegiatan ini disebut sebagai “pameran bendera” atau
show of flag. 14 Semua hal ini dilakukan pemerintahan NKRI untuk
mempertahankan pulau Nipa agar yurisdiksi pulau ini tetap menjadi milik
Indonesia dan tidak jatuh ke dalam wilayah negara lain. 15 Karena penentuan
titik-titik koordinat pada batas laut wilayah Indonesia dan Singapura didasarkan pada
prinsip sama jarak (equidistance) antara dua pulau yang berdekatan.
13 Arief khumaedy, pulau Nipa bagaimana kabar mu
kini,http://www.setkab.go.id/artikel-4221-pulau-Nipa-bagaimana-kabarmu-kini.html, di akses pada 25 april 2014, jam 16:14.
14Bernard Kent Sondakh, “Peranan TNI AL dalam Pengamanan dan Pemberdayaan Pulau
Terluar RI”, Makalah dalam Diskusi Ilmiah “Kasus Sipadan-Ligitan : Masalah Pengisian Konsep
Negara Kepulauan” di Fakultas Hukum UI, 5 Februari 2003, hlm7
15 Indonesia Maritime Institute,konflik batas laut,:pertaruhan harga diri bangsa ,
Pengesahan titik-titik koordinat yang terletak di selat Singapura
didasarkan pada kesepakatan kedua negara. Isi pokok perjanjiannya adalah garis
batas laut wilayah Indonesia dan laut wilayah Singapura di selat Singapura yang
sempit (lebar lautannya kurang dari 15 mil laut). Namun di kedua sisi barat dan
timur batas laut wilayah Indonesia dan Singapura masih terdapat area yang belum
mempunyai perjanjian perbatasan. Di mana wilayah itu merupakan wilayah
perbatasan 3 negara, yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura. Pada sisi barat di
perairan sebelah utara pulau Karimun Besar, terdapat wilayah berbatasan dengan
Singapura yang jaraknya hanya 18 mil laut, sementara di wilayah lainnya, di sisi
timur perairan sebelah utara pulau Bintan, terdapat wilayah yang sama yang jarak
nya 28,8 mil laut. Kedua wilayah ini belum mempunyai perjanjian batas laut.
Permasalahan muncul setelah Singapura dengan gencar melakukan
reklamasi pantai di wilayahnya, sehingga terjadi perubahan garis pantai ke arah
laut (ke arah perairan Indonesia) yang cukup besar. Bahkan dengan reklamasi,
Singapura telah menggabungkan beberapa pulaunya menjadi daratan yang luas.
Untuk itu batas wilayah laut Indonesia-Singapura harus segera di selesaikan ,
karena dapat mengakibatkan masalah di masa mendatang. Singapura akan
mengklaim batas lautnya berdasarkan garis pangkal terbaru, dengan alasan garis
pangkal yang lama sudah tidak dapat diidentifikasi. Namun dengan perundingan
yang menguras energi kedua negara, akhirnya kedua belah pihak menyepakati
perjanjian batas laut kedua negara yang berlaku mulai 30 Agustus 2010. Batas laut
Perundingan ini telah berlangsung dari 2005, dan kedua tim negosiasi telah
berunding sebanyak delapan kali. Dengan demikian permasalahan perbatasan laut
Indonesia dan Singapura pada titik tersebut tidak lagi menjadi polemik yang dapat
menimbulkan konflik. Namun demikian, masih ada beberapa titik perbatasan yang
belum di sepakati dan masih terbuka peluang terjadinya konflik kedua negara.
Dari perkembangan permasalahan ini kita dapat melihat bahwa pulau Nipa
merupakan pulau yang amat strategis keberadaannya bagi wilayah NKRI (Negara
kedaulatan Republik Indonesia). Atas dasar itulah maka saya memiliki
ketertarikan untuk mengangkat judul skripsi yang berjudul :
“KEDUDUKAN PULAU NIPA SEBAGAI PULAU TERLUAR UNTUK
PENARIKAN GARIS PANGKAL LAUT TERLUAR INDONESIA YANG
BERBATASAN DENGAN SINGAPURA”
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diangkat berhubungan dengan judul skripsi ini
adalah :
1. Bagaimana pengaturan batas wilayah di perairan Indonesia menurut
hukum laut internasional?
2. Bagaimana cara penarikan garis pangkal pantai di Indonesia?
3. Perjanjian- perjanjian apa saja yang pernah di lakukan indonesia dengan
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui mengapa pulau Nipa menjadi milik Indonesia sedangkan
jarak pulau tersebut lebih dekat ke Singapura.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penarikan garis pangkal laut Indonesia
yang berbatasan dengan.
3. Untuk mengetahui perjanjian-perjanjian antara NKRI dan Singapura terkait
kedudukan pulau Nipa.
Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah :
1. Secara teoritis yaitu, untuk menambah pengetahuan penulis tentang
bagaimana bentuk penyelesaian sengketa diantara dua negara terkait dengan
batas wilayah negara dan bagaimana pelaksanaan perjanjian internasional
tentang penarikan garis pangkal pantai.
2. Secara praktis yaitu, untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang perjanjian internasional,
khususnya perjanjian batas wilayah negara mengenai penarikan garis pangkal
pantai.
D. Keaslian Penelitian
Dalam rangka menyusun karya ilmiah ini pada prinsipnya penulis
membuatnya dengan dasar yang sudah ada, baik melalui literatur yang penulis
media massa baik media cetak maupun media elektronik yang akhirnya penulis
tuangkan di dalam skripsi ini.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian hukum
normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian perpustakaan atau studi
dokumen disebabkan penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang
bersifat sekunder seperti buku-buku yang ada di perpustakaan,
perjanjian-perjanjian internasional seperti UNCLOS (United Nation Convention on the Law
Of the Sea), dan pengesahan perjanjian antara Republik Indonesia dan Republik
Singapura tentang penetapan garis batas laut wilayah kedua negara di bagian barat
Selat Singapura, 2009 (Treaty between the Republic of Indonesia and the
Republic of Singapore relating to the delimitation of the territorial seas of the two
countries in the western part of the strait of singapore, 2009).
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam melakukan penelitian
ini adalah menggunakan teknik library research (studi kepustakaan) yaitu
mempelajari dan menganalisa secara sistematika buku-buku, perjanjian-perjanjian
internasional, catatan kuliah dan sumber lainnya yang berhubungan dengan materi
3. Jenis Data
Materi dalam skripsi ini diambil dari data sekunder semata. Adapun data
sekunder yang dimaksud adalah:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat dan
disahkan oleh yang berwenang misalnya perjanjian internasional mengenai
laut yaitu UNCLOS (United Nation Convention on the Law Of the Sea),
undang undang nomor 7 tahun 1979 dan Undang Undang Nomor 4 tahun
2010.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menunjang bahan hukum
primer yang dalam hal ini seperti karya-karya ilmiah, hasil-hasil dari suatu
penelitian, makalah dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan
dengan persoalan diatas.
c. Bahan hukum tertier, misalnya kamus dan lain-lain.
F.Sistematika penelitian
Dalam pembahasan skripsi ini, penulis membuat pembagian bahasan atas
4 (empat) bab, yang satu dan yang lain nya saling berhubungan, sisematika
penulisan ini adalah:
Bab I Pendahuluan.
Dalam bab yang pertama ini, penulis akan memberikan uraian yang
yang dirangkum dengan permasalahan, tujuan penulisan, metode
pengumpulan data dan sistematika penulisan.
Bab II Status kepemilikan pulau Nipa menurut hukum laut internasional.
Dalam bab yang kedua ini akan dibahas tentang sejarah pulau Nipa
meliputi masalah yang terjadi antara Indonesia dengan Singapura terkait
sengketa mengenai pulau Nipa dan tinjauan hukum internasional
mengenai status kepemilikan pulau Nipa di mata hukum internasional.
Bab III Penarikan garis pangkal laut Indonesia yang berbatasan dengan
Singapura. Disini akan dijelaskan bagaimana cara penarikan garis
pangkal laut yang sudah diatur di dalam undang-undang dan hukum
internasional, bagaimana cara penarikan garis pangkal yang seharusnya
diimplementasikan dalam batas Indonesia dan Singapura dan
bagaimana perjanjian yang sudah disetujui antara Indonesia dengan
Singapura
Bab IV Perjanjian yang dilakukan antara NKRI dan Singapura.
Dalam bab ketiga ini akan diuraikan tentang bagaimana perjanjian yang
ada antara Indonesia dengan Singapura tentang pulau Nipa,
perjanjian-perjanjian yang dilakukan antara Singapura dengan Indonesia tentang
perbatasan kedua negara dan langkah-langkah strategis apa yang bisa
diambil oleh Indonesia terkait batas-batas kedaulatan Indonesia dengan
Bab V Kesimpulan dan Saran.
Pada bab terakhir ini, penulis akan memberikan kesimpulan dan
saran-saran yang penulis dapat dari awal penulisan skripsi sampai selesainya