• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Determinan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi Tahun 2013 (Juju Juhaeriah, S.Kp., M.Kes) ABSTRAK - View of Faktor Determinan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Umum Cibaba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Faktor Determinan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi Tahun 2013 (Juju Juhaeriah, S.Kp., M.Kes) ABSTRAK - View of Faktor Determinan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Umum Cibaba"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

Faktor Determinan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea

Di Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi Tahun 2013

(Juju Juhaeriah, S.Kp., M.Kes)

ABSTRAK

Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Wiknjosastro, 2005). Tindakan pembedahan merupakan pengalaman yang sulit dan bisa menimbulkan kecemasan bagi hampir semua pasien dan keluarganya. Survei pendahuluan di RSU Cibabat didapatkan data, sekitar 15% pasien pre operasi seksio sesarea mengalami kecemasan yang gelisah, perasaan tidak enak, sulit tidur, sering terbangun tengah malam dan takut menghadapi operasi. Tujuan Penelitian diketahuinya factor-faktor yang berkorelasi dengan kecemasan pada pasien pre operasi seksio sesarea di RSU Cibabat. Jenis penelitian ini cross sectional. Teknik sampel yang digunakan adalah quota sampling sebanyak 72 orang. Analisis data yang digunakan dalam bentuk univariat, bivariat, dan multivariate.Hasil penelitian menjelaskan variabel independen yang berkorelasi dengan kecemasan yaitu riwayat operasi dan pengetahuan, dengan R Square 0,120 artinya bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 12% variasi terjadinya kecemasan. P value = 0,012, berarti pada alpha 5% dapat diartikan ke-2 variabel tersebut secara bersama-sama dapat memprediksi variabel kecemasan. Disarankan RSU Cibabat lebih meningkatkan kembali dalam memberikan asuhan keperawatan serta promosi kesehatan kepada pasien pre operasi seksio sesarea terutama pada persiapan psikologis, membantu pasien mengarahkan mekanisme koping yang adaptif, dan membantu keluarga untuk menjalankan fungsinya dalam memberikan dukungan agar tingkat kecemasan pasien menjadi berkurang

Kata Kunci : Kecemasan, pre operasi seksio sesarea, RSU cibabat cimahi tahun 2013

(2)

2

Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Wiknjosastro, 2005). Lebih dari 85% indikasi seksio sesarea dilakukan karena riwayat seksio sesarea, distosia persalinan, gawat janin dan letak sungsang. Seksio sesarea umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan, karena berisiko komplikasi medis lainnya. Oleh karena itu, pasien lebih disarankan untuk melakukan tindakan seksio sesarea ketika proses kelahiran melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan risiko kepada ibu atau bayi (Cunningham, 2006).

Tindakan operasi atau pembedahan walaupun minor/mayor merupakan pengalaman yang sulit dan bisa menimbulkan kecemasan bagi hampir semua pasien dan keluarganya. Menurut Carpenito (2001), 90% pasien pre operasi berpotensi mengalami kecemasan. Kecemasan yang dialami pasien dan keluarga biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Prosedur pembedahan akan memberikan suatu reaksi seperti ketakutan, marah, dan gelisah serta kecemasan bagi pasien.

Kecemasan merupakan suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis, yang dirasakan oleh pasien pre operatif (David, 2003). Reaksi fisiologis terhadap kecemasan merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf otonom, meliputi peningkatan frekuensi nadi, respirasi, peningkatan tekanan darah dan suhu, relaksasi pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab. Manifestasi yang khas pada pasien pre operatif tergantung pada setiap individu dan dapat meliputi menarik diri, membisu, mengumpat, mengeluh dan menangis. Dalam situasi cemas kemampuan seseorang dalam mempersepsikan stimulus yang berasal dari individu akan mengalami penyempitan bahkan terjadi penyimpangan pada tingkat kecemasan panik. Hal ini dapat mengakibatkan terhambatnya rencana proses persalinan ataupun proses pemulihan pasca operasi persalinan (Sundeen,1995).

(3)

3

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Cibabat, Data pada bulan Juli - Desember 2012 terdapat 434 pasien melahirkan dengan seksio sesarea. Hampir 35% setiap bulannya dilakukan tindakan persalinan seksio sesarea. Berdasarkan survei pendahuluan didapatkan data, sekitar 15% pasien pre operasi seksio sesarea mengalami kecemasan yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah, gelisah, perasaan tidak enak, sulit tidur, sering terbangun tengah malam dan takut menghadapi operasi.

Banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien, menurut Hawari (2006) mekanisme terjadinya cemas yaitu imunologi atau psiko-neuro-endokrinologi. Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan mengalami gangguan cemas hal ini tergantung pada struktur perkembangan kepribadian diri seseorang tersebut yaitu umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dukungan sosial dari keluarga, teman dan masyarakat.

Hasil penelitin yang dilakukan oleh Riska Nila Supiati pada tahun 2011 diperoleh data sebagian besar 70,4% dari 29 sampel pasien pre operasi seksio sesarea mendapatkan dukungan keluarga baik. Tingkat kecemasan responden sebagian besar (51,9%) sedang. Hasil uji statistic didapatkan ρ < α, yaitu 0,013 <0,05 yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi seksio sesarea.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Dewi Kuraesin pada tahun 2009, menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan p (0,043) pada taraf 0,05. Tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan terdapat hubungan pada taraf 0,05 dengan nilai p (0,044). Pengalaman dengan tingkat kecemasan terdapat hubungan pada taraf 0,05 sedangkan tidak terdapat hubungan antara usia dan dukungan dengan nilai p>0,05.

Berdasarkan uraian-uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang”Faktor Determinan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi Tahun 2013”.

(4)

4

B. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional.

Adapun kerangka konsep pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang akan menjalani operasi seksio sesarea yang dirawat di Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang akan menjalani operasi seksio sesarea. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah quota sampling. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 18 Juni – 18 Juli 2013 didapatkan sampel sebanyak 72 responden. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis analisis yaitu analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariate.

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1) Terdapat korelasi antara pengetahuan dengan kecemasan pada pasien pre operasi seksio sesarea.

2) Terdapat korelasi antara umur dengan kecemasan pada pasien pre operasi seksio sesarea.

3) Terdapat korelasi antara pendidikan dengan kecemasan pada pasien pre operasi seksio sesarea.

4) Terdapat korelasi antara paritas dengan kecemasan pada pasien pre operasi seksio sesarea

5) Terdapat korelasi antara pekerjaan dengan kecemasan pada pasien pre operasi seksio sesarea

Karaketristik :

-

Umur

-

Pendidikan

-

Pekerjaan

-

Penghasilan

-

Pengetahuan

-

Paritas

-

Riwayat

Operasi

Kecemasan pasien Pre

Operasi Seksio Sesarea

(5)

5

6) Terdapat korelasi antara penghasilan dengan kecemasan pada pasien pre

operasi seksio sesarea

7) Terdapat korelasi antara riwayat seksio sesarea sebelumnya dengan kecemasan pada pasien pre operasi seksio sesarea

8) Terdapat korelasi antara dukungan keluarga dengan kecemasan pada pasien pre operasi seksio sesarea.

C. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a) Gambaran Variabel Dependen (Kecemasan)

Hasil penelitian distribusi frekuensi kecemasan dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1

Hasil Analisis Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea

Di RSU Cibabat Cimahi tahun 2013

Variabel Total

Responden

Minimum –

maxsimum

Mean Standar

deviasi

95%CI

Kecemasan (skor)

72 5 – 29 16,38 4,508

15,32-17,43

Hasil analisis didapatkan rata-rata nilai kecemasan pada responden sebesar 16,38 (95%CI: 15,32-17,43), dengan standar deviasi 4,508. Kecemasan terendah 5 dan tertinggi 29. Dari hasil estimasi interval didapatkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata kecemasan diantara 15,32 sampai dengan 17,43. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pasien pre operasi seksio sesarea mengalami kecemasan ringan, yaitu cenas ringan sebanyak 50,3%, cemas sedang 15,3%, cemas berat 12,8% dan ada pasien yang tidak mengalami cemas sebanyak 23,6%.

b) Gambaran Variabel Independen

(6)

6

Tabel 5.2

Hasil Analisis Univariat (Umur, Pendidikan, Penghasilan, Paritas, Riwayat Operasi, Pengetahuan, Pekerjaan, dan Dukungan) pada Pasien Pre Operasi

Seksio Sesarea Di RSU Cibabat Cimahi tahun 2013

Variabel Total

Analisis bivariat menggunakan uji korelasi dan uji regresi linier sederhana. Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3

Hasil Analisis Korelasi Dan Regresi Umur, Pendidikan, Penghasilan, Paritas, Riwayat Operasi, Pengetahuan, Pekerjaan Dan Dukungan Dengan Kecemasan

Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea Di RSU Cibabat Cimahi tahun 2013

Variabel r R2 Persamaan garis P value

Umur 0,009 0,000 Cemas=16,580-0,007 umur

(7)

7

Seleksi uji bivariat menggunakan bivariat uji korelasi dan bivariat uji T. Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4

Hasil Seleksi Bivariat Pada Variabel Independen Dengan Kecemasan

Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea Di RSU Cibabat Cimahi Tahun 2013.

Variabel Independen P Value Keterangan untuk ke tahap Multivariat

Umur 0,937 Bukan kandidat

Pendidikan 0,225 kandidat

Penghasilan 0,686 Bukan kandidat

Paritas 0,614 Bukan kandidat

Riwayat operasi 0,038 kandidat

Pengetahuan 0,068 kandidat

Pekerjaan 0,251 kandidat

Dukungan 0,046 kandidat

.

Tabel 5.5

Analisis Multivariate Regresi Linier Ganda Variabel Independen Dengan

Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea Di RSU Cibabat Cimahi

(8)

8

Tabel 5.6

Model Akhir Analisis Multivariat Regresi Linier Ganda Independen Dengan

Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea Di RSU Cibabat Cimahi

Tahun 2013.

Variabel Coefisien

B

Standar

Coefisien

Beta

r R square P value

Riwayat Operasi

2,175 0,272

0,347 0,120 0,012 pengetahuan 0,585 0,247

Interpretasi Model:

Hasil akhir multivariate regresi linier ganda dapat dilihat bahwa variabel independen yang berhubungan dengan kecemasan yaitu riwayat operasi dan pengetahuan. Pada model summary terlihat koefisien determinasi (R Square) menunjukkan nilai 0,120 artinya bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 12% variasi terjadinya kecemasan. Hasil uji F menunjukkan nilai p (sig) = 0,012, berarti pada alpha 5% dapat diartikan ke-2 variabel tersebut secara bersama-sama dapat memprediksi variabel kecemasan.

Pada hasil koefisien regresi masing-masing variabel, dari data diatas, persamaan regresi yang diperoleh adalah:

Kecemasan = 9,329 + 2,175 Riwayat operasi + 0,585 Pengetahuan

Yang dominan berkorelasi dengan kecemasan yaitu riwayat operasi, Pada ibu yang ada riwayat operasi, kecemasan akan lebih tinggi sebesar 2,175 setelah dikontrol pengetahuan.

D. Pembahasan

1. Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea

(9)

9

kecemasan, yaitu cemas ringan sebanyak 50,3%, cemas sedang 15,3%, cemas berat 12,8% dan ada pasien yang tidak mengalami cemas sebanyak 23,6%.

Tingkat kecemasan pada pasien pre operasi seksio sesarea adalah derajat kecemasan yang menggambarkan perasaan takut atau tidak tenang yang dialami oleh pasien sebelum menjalani operasi. Respon cemas seseorang tergantung pada kematangan pribadi, pamahaman dalam menghadapi tantangan, harga diri dan mekanisme koping yang digunakan (Stuart, 2007) dan juga mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk mengatasi kecemasannya antara lain dengan menekan konflik, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan secara sadar, tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya (supresi).

Kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Poter dan Perry (2006) pasien pre operasi mengalami kecemasan karena mereka sering berfikir, seperti; takut nyeri setelah pembedahan, takut keganasan, takut menghadapi ruangan operasi dan takut operasi gagal.

Kecemasan pada pasien pre operasi dapat menimbulkan berbagai dampak yang serius. Kecemasan dapat meningkatkan risiko pembedahan, meningkatkan kebutuhan akan anastesi dan sedative serta memperlama proses penyembuhan. Kecemasan pada umumnya akan terjadi pada setiap pasien yang kemungkinan akan cacat atau kematian (Hidayat S, 2006).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dewi (2009) dengan sampel 38 orang, menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang akan menjalani operasi mengalami tingkat kecemasan ringan (67,4%).

2. Umur

(10)

10

Menurut Hurloc (1998), menyatakan semakin tua seseorang semakin baik dalam mengendalikan emosinya, semakin tua usia responden maka dia semakin siap untuk menjalani operasi. Tetapi untuk operasi seksio sesarea semakin tua umur ibu risiko komplikasinyapun makin tinggi dan itu dapat meningkatkan kecemasan.

Hasil penelitian yang dilakukan Budi Santoso berjudul hubungan antara karakteristik demografi dengan kecemasan pasien pre operasi, sampel yang diteliti berjumlah 35 0rang. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi chi square dari sampel yang diteliti menunjukkan ada korelasi antara umur dengan tingkat kecemasan dengan X2 = 10,503 df=2 p=0,000.

3. Pendidikan

Lama pendidikan responden rata-rata 10 tahun (SMA) dengan standar deviasi 2,37 Pendidikan terendah 6 tahun (SD) dan tertinggi 15 tahun (PT). Korelasi antara pendidikan dengan kecemasan menunjukkan Korelasi yang lemah (r= 0,145) dan berpola positif artinya semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin tinggi tingkat kecemasan ibu. Nilai koefisien dengan determinasi 0,021 artinya, persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan 2% dalam terjadinya kecemasan. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,225 maka dapat disimpulkan tidak ada korelasi antara pendidikan dengan kecemasan pasien pre operasi seksio sesarea dipopulasinya.

Hasil riset yang dilakukan Stuart dan Sundden (1999) menunjukkan responden yang berpendidikan tinggi lebih mampu menggunakan pemahaman mereka dalam merespon kejadian fraktur secara adaptif dibandingkan kelompok responden dengan pendidikan rendah (Lukman, 2009). Makin tingginya tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Notoatmodjo,2006). Ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi tentang segala sesuatu yang akan terjadi sehubungan dengan rencana operasi pembedahan seksio sesarea sehingga penerimaan seseorang lebih mampu menekankan tingkat kecemasannya.

(11)

11

4. Penghasilan

Rata-rata penghasilan responden sebesar Rp 955.555 perbulan (UMR Kota Cimahi Rp 1.338.333) dengan standar deviasi 79728. Penghasilan terendah Rp 300.000 dan tertinggi Rp 2.500.000. Korelasi antara penghasilan dengan kecemasan menunjukkan Korelasi yang lemah (r= 0,049) dan berpola positif artinya semakin besar penghasilan ibu semakin tinggi tingkat kecemasan ibu. Nilai koefisien dengan determinasi 0,002 artinya, persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan 0% terjadinya kecemasan. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,686 maka dapat disimpulkan tidak ada korelasi antara penghasilan dengan kecemasan pasien pre operasi seksio sesarea dipopulasinya.

Penghasilan keluarga dapat mempengaruhi kecemasan dalam menjalani operasi seksio sesarea, hal ini disebabkan karena responden merasa kwatir akan biaya dan takut tidak sanggup bayar, karena biaya operasi seksio sesarea cukup mahal.

5. Paritas

Jumlah persalinan yang dialami ibu sebelum kehamilan atau persalinan saat ini didapatkan rata-rata paritas responden sebanyak 2,08 atau 43,1% (multipara) dengan standar deviasi 1,12. Paritas terendah sebayak 1 (primipara) dan tertinggi sebanyak 7 (grande multipara). Korelasi antara paritas dengan kecemasan menunjukkan Korelasi yang lemah (r= 0,061) dan berpola positif artinya semakin besar paritas ibu semakin tinggi tingkat kecemasan ibu. Nilai koefisien dengan determinasi 0,004 artinya, persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan 04% terjadinya kecemasan. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,614 maka dapat disimpulkan tidak ada korelasi antara paritas dengan kecemasan pasien pre operasi seksio sesarea dipopulasinya.

6. Riwayat Operasi

(12)

12

Hasil akhir multivariate regresi linier ganda dapat dilihat bahwa variabel independen riwayat operasi merupakan faktor yang dominan mempengaruhi kecemasan pada pasien pre operasi seksio sesarea.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Robby (2009) Pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang positif maupun negative dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan menggunakan koping, sebaliknya, kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan seseorang menggunakan koping yang maladaptive terhadap stressor tertentu.

7. Pengetahuan

Pengetahuan responden skor 10,71 dalam kategori cukup Pengetahuan terendah skor 7 dalam kategori kurang dan tertinggi skor 15 dalam kategori baik, dengan standar deviasi skor 1,902. Pada tingkat pengetahuan dengan kecemasan menunjukkan Korelasi yang lemah (r= 0,217) dan berpola positif artinya semakin tinggi pengetahuan ibu semakin tinggi tingkat kecemasan ibu. Nilai koefisien dengan determinasi 0,047 artinya, persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan 4% terjadinya kecemasan. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,068 maka dapat disimpulkan tidak ada korelasi antara pengetahuan dengan kecemasan pasien pre operasi seksio sesarea dipopulasinya.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Budi Santoso berjudul hubungan antara karakteristik demografi dengan kecemasan pasien pre operasi, sampel yang diteliti berjumlah 35 0rang. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi chi square dari sampel yang diteliti menunjukkan ada korelasi tingkat pengetahuan tentang pembedahan dengan tingkat kecemasan terdapat korelasi pada taraf 0,05. Dengan X2 = 22,587 df=2 p=0,000.

(13)

13

8. Dukungan

Rata-rata responden mendapat dukungan keluarga sebanyak 91,7%. dengan standar deviasi 0,278. Korelasi antara dukungan dengan kecemasan menunjukkan Korelasi yang lemah (r= 0,065) dan berpola negatif artinya pada ibu yang mendapat dukungan semakin berkurang tingkat kecemasannya. Nilai koefisien dengan determinasi 0,004 artinya, persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan 4% dalam terjadinya kecemasan. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,590 maka dapat disimpulkan tidak ada korelasi antara dukungan dengan kecemasan pasien pre operasi seksio sesarea dipopulasinya.

Menurut Friedman (1998), dukungan yang diberikan keluarga untuk mengurangi kecemasan pasien itu sendiri adalah dukungan informasional, dimana keluarga memberikan nasehat, saran, dukungan jasmani maupun rohani.Dukungan emosional juga diberikan keluarga, yang meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan lainnya adalah dukungan penilaian dan dukungan instrumental.

Pasien dapat mengekspresikan ketakutan dan kecemasannya pada keluarga dengan mengurangi kecemasan dan ketakutan yang berlebihan dan tidak beralasan, akan mempersiapkan pasien secara emosional. Selain itu, mempersiapkan keluarga terhadap kejadian yang akan dialami pasien dan diharapkan keluarga banyak memberi dukungan pada pasien dalam menghadapi operasi (Anderson dan Masur,1990).

Hal ini tidak sesuai dengan teori Kaplan dan Sanddoc, 2009 yang mengatakan bahwa dukungan psikososial keluarga adalah mekanisme hubungan interpersonal yang dapat melindungi seseorang dari efek stress yang buruk, dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riska Nila Supiati pada tahun 2011 diperoleh data sebagian besar 70,4% dari 29 sampel pasien pre operasi seksio sesarea mendapatkan dukungan keluarga baik. Tingkat kecemasan responden sebagian besar (51,9%) sedang. Hasil uji statistic didapatkan ρ < α, yaitu 0,013 <0,05 yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi seksio sesarea.

(14)

14

9. Pekerjaan

Pekerjaan responden 0,22 artinya rata-rata responden tidak bekerja dengan standar deviasi 0,419. Korelasi antara pekerjaan dengan kecemasan menunjukkan Korelasi yang lemah (r= 0,179) dan berpola positif artinya pada ibu yang bekerja semakin tinggi tingkat kecemasan ibu. Nilai koefisien dengan determinasi 0,032 artinya, persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan 3% dalam terjadinya kecemasan. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,132 maka dapat disimpulkan tidak ada korelasi antara pekerjaan dengan kecemasan pasien pre operasi seksio sesarea dipopulasinya.

Pekerjaan responden dapat mempengaruhi kecemasannya dalam menjalani operasi, hal ini disebabkan karena responden yang tidak bekerja merasa menjadi beban tanggungan keluarga, dan merasa cemas karena tidak dapat langsung melakukan aktivitas pekerjaannya. Tetapi dalam hal ini pekerjaan tidak mempengaruhi kecemasan karena tdak ada korelasi antara pekerjaan dengan kecemasan ibu.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Madani yang berjudul Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Tingkat Kecemasan Pre Operasi didapatkan Berdasarkan hasil uji “chi-square” didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan tingkat kecemasan (p = 0,682) serta antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan (p = 0,374)

10. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a.

Rata-rata pasien pre operasi seksio sesarea mengalami kecemasan ringan.

b.

Rata-rata umur responden sebesar 31,40 tahun, pendidikan responden

yaitu SMA, Sebagian besar penghasilan responden < UMR, Rata-rata paritas responden yaitu multipara, rata-rata responden tidak ada riwayat operasi operasi seksio sesarea, pengetahuan responden dalam kategori cukup, Rata-rata responden tidak bekerja, dan rata-rata responden mendapat dukungan dari suami.

c.

Hasil analisis bivariat menunjukkan korelasi antara riwayat operasi dengan kecemasan menunjukkan korelasi yang lemah (r= 245), R Square 0,060, artinya persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan 6% dalam terjadinya kecemasan dan p = 0,036, maka ada korelasi antara riwayat operasi dengan kecemasan dipopulasinya.

(15)

15

dan pengetahuan, dengan R Square 0,120 artinya bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 12% variasi terjadinya kecemasan. p value = 0,012, berarti pada alpha 5% dapat diartikan ke-2 variabel tersebut secara bersama-sama dapat memprediksi variabel kecemasan.

2. Saran

a. Bagi RSU Cibabat Cimahi

Lebih ditingkatkan kembali dalam memberikan asuhan keperawatan maupun kebidanan serta promosi kesehatan kepada pasien pre operasi seksio sesarea terutama pada persiapan psikologis, membantu pasien mengarahkan mekanisme koping yang adaptif, dan membantu keluarga untuk menjalankan fungsinya dalam memberikan dukungan agar tingkat kecemasan pasien menjadi berkurang

b. Bagi peneliti selanjutnya

(16)

16

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Cahil, A.G et al. (2006). Is Vaginal birth after cesarean (VBAC) or elective refeat cesarean in women with a prior vaginal delivery? American Journal of Obstetrick and Gynecology. Vol 195

Cunningham. 2009. Obstetri Williams. Panduan Ringkas, Edisi 21. Jakarta : EGC

Depkes RI. 2010. Propil Kesehatan Indonesia 2010. Jakrta : Depkes. Dewi, k. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat

KecemasanPasien Yang Akan Menjalani Operasi Mayor Elektif Di Rawat Bedah RSUP Fatmawati. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

Gruedemann, Barbara J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Peroperatif, Vol. 1 Prinsip. Jakarta: EGC.

Hawari, D. 2008. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI Hastono dan Sabri. 2010. Statistik Kesehatan, edisi 5. Jakarta : Rajawali Pers. ICEA. 1997. ICEA. Position Statement: Cesarean Birt And VBAC. Internasional

Journal of Childbirth Education. Vol 12.

Isaac, Ann. 2004. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan dan Psikiatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.

Kasdu, Dini. 2003. Operasi Caesar: Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspa swara

Luckman & Sorensen. 2003. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan. Jakarta. EGC. Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obsteteri. Jakarta : EGC

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta.: Salemba Medika.

Rondhianto. 2008. Persiapan Fisik dan Mental Operasi Caesar. Yogyakarta. Yayasan Bina Pustaka.

Santoso, Budi. 2009. Hubungan Antara Karakteristik Demografi Dengan Kecemasan Pasien Pra Operasi di Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen tahun 2008. http://skripsistikes. Wordpress. Com. Diakses tanggal 13 April 2013.

(17)

17

Sulistyawati. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nipas. Yogyakarta :

CV. Andi Offset.

Tomb, David A. 2003. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, edisi 4. Alih bahasa Yasmin asih. Jakarta : EGC

Priyadi. 2009. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea Di Ruang Anggrek BRSD. http://skripsi stikes.wordpress.com. Diakses pada tanggal 10 April 2013.

Mochtar, Rustam 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid 2 edisi 2, Jakarta : EGC Wikajosastro, Hanifa. 2007. Ilmu kebidanan. Jakarta : Ybp-Sp

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.4
Tabel 5.6

Referensi

Dokumen terkait

1) Pertumbuhan pelanggan yang tinggi akan menjadi dasar untuk menghasilkan berbagai kinerja pemasaran lanjutan.. 2) Pengetahuan yang baik mengenai diri pelanggan dan perhatian yang

Berikut ini adalah contoh kalimat efektif berdasarkan ciri kesepadanan yang ditemukan padaposter yang dipasang di Kota Bandar Lampung periode Juni s.d. Kalimat pada

Cracker adalah sebutan untuk mereka yang masuk ke sistem orang lain dancracker lebih bersifat destruktif, biasanya dijaringan komputer, mem-bypass password atau lisensi

We tested three hypotheses: first, whether occupa- tional minorities are more likely than white men to be appointed CEO in struggling firms; second, whether occupational minority

Apabila variabel ratex bersifat signifikan, sedangkan nilai variabel yang diperoleh dari fitted persamaan yang menggunakan residual ratex tidak signifikan, maka berarti

Pengujian secara bersama-sama (simultan) peubah yang terdiri dari stok ubi kayu akan datang, permintaan lainnya, ekspor ubi kayu, konsumsi ubi kayu, dan permintaan ubi kayu tahun

Data pada Tabel 4 tampak bahwa dengan adanya suplementasi daun gamal dan dedak padi pada ternak sapi yang digembalakan pada musim kemarau dapat

Sehubungan dengan telah ditetapkan pemenang seleksi untuk pekerjaan Supervisi Penyelesaian Pembangunan Gedung Serba Guna Sekayu, kami bermaksud melakukan klarifikasi dan