• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF UNTUK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) (STUDI KASUS DI TK. ISLAM PANDANSARI) SURABAYA Jayanti Dewi Purwanti Nurul Abidah) ) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara Surabaya Kor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF UNTUK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) (STUDI KASUS DI TK. ISLAM PANDANSARI) SURABAYA Jayanti Dewi Purwanti Nurul Abidah) ) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara Surabaya Kor"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF UNTUK PERKEMBANGAN

ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) (STUDI KASUS DI TK. ISLAM PANDANSARI)

SURABAYA Jayanti Dewi Purwanti

Nurul Abidah*)

*)Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara

Surabaya

Korespondensi :nurulabidah10@yahoo.co.id ABSTRAK

Perkembangan otak anak tidak hanya tergantung pada faktor genetik, tapi juga peran orang tua dalam mengoptimalkannya. Salah satunya melalui bermain dan permainan yang tepat dan bermanfaat. Bermain sambil belajar, belajar sambil bermain, memang ungkapan yang tepat untuk menggambarkan ciri aktivitas fisik dan mental anak seusia ini. Dan hasilnya pun tampak nyata (Seri Ayah Bunda, 2007). Dari survey awal yang dilakukan dari 10 orang ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun yang bersekolah di TK Islam Pandansari Surabaya. yaitu 2 responden (20%) berpengetahuan baik, 1 responden (10%) berpengetahuan cukup, 7 responden (70%) berpengetahuan kurang.

Tujuan penelitian mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif untuk perkembangan anak usia prasekolah (3-5 tahun) di TK Islam Pandansari Jl. Purwodadi I No. 79 Surabaya. Jenis penelitian adalahobservasional, karena peneliti hanya mengamati tidak memberikan perlakuan khusus terhadap obyek penelitian. Ditinjau dari segi pengolahan data penelitian ini digolongkan penelitian deskriptif. dengan sampel 27 responden yang diambil secaratotal sampling, dengan teknik “cross sectional”yang diproses dari lembar kuesioner.

Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 27 responden sebagian besar berpengetahuan kurang sebesar 37% (10 responden), berusia > 30 tahun sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 75% (3 responden), berpendidikan tinggi sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 100 % (2 responden), paritas multiapara sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 80% (8 responden) dan yang bekerja sebagian besars berpengetahuan baik sebesar 57.1% (8 responden).

Diharapkan ibu untuk selalu menggali informasi tentang alat permainan edukatif untuk perkembangan anak usia pra sekolah 3-5 tahun dengan cara membaca buku atau bertanya pada guru pendidik.

Kata kunci :Pengetahuan, Alat Permainan Edukatif.

PENDAHULUAN

Perkembangan otak anak tidak hanya tergantung pada faktor genetik, tapi juga peran

(2)

Laju proses berpikir anak pada dasarnya tidak bisa terlepas dari perkembangan

otaknya. Pada bayi yang baru lahir, meski sudah memiliki neuron (sel saraf) yang hampir

lengkap, tapi belum sepenuhnya berfungsi matang. Pada anak prasekolah, meski

perkembangan otaknya tidak sepesat dua tahun pertama usianya, mereka tetap

membutuhkan stimulasi yang memadai, sehingga diharapkan fungsi-fungsi otak anak

dapat berkembang optimal. Tentu saja, orang tua yang bijaksana akan memberi

perangsangan yang sesuai dengan kesiapan fisik dan mental anak. Artinya tetap

mempertimbangkan tahapan kemampuan anak (Seri Ayah Bunda, 2007).

Pertumbuhan otak selama awal masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan

jumlah dan ukuran urat syaraf yang berujung didalam dan diantara daerah-daerah otak.

Ujung-ujung urat syaraf itu terus bertumbuh setidak-tidaknya hingga masa remaja.

Beberapa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahanmyelination, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel

lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan kecepatan informasi yang berjalan

melalui sistem urat saraf. Beberapa ahli psikologi perkembangan percaya bahwa

myelination adalah penting dalam pematangan sejumlah kemampuan anak-anak (Desmita, 2009).

Bermain, bermain, dan bermain. Inilah ciri aktivitas anak prasekolah yang khas,

anak usia 3-5 tahun. Hampir seluruh kegiatan mereka melibatkan unsur bermain. Tetapi,

bermain dalam kurun usia ini bukannya tanpa arti. Karena justru lewat kegiatan

bermainlah mereka belajar. Belajar tentang banyak hal. Belajar memanfaatkan perangkat

fisiknya sendiri, belajar mengenal arti berkawan, belajar berkomunikasi dengan bahasa

(3)

bermain, memang ungkapan yang tepat untuk menggambarkan ciri aktivitas fisik dan

mental anak seusia ini. Dan hasilnya pun tampak nyata (Seri Ayah Bunda, 2007).

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa yang dimaksud bermain

adalah berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat-alat tertentu

atau tidak). Sementara, yang dimaksud dengan belajar adalah berusaha memperoleh

kepandaian atau ilmu. Secara sepintas, keduanya hampir sama dan sulit dipisahkan.

Dunia anak adalah dunia bermain, belajarnya anak sebagian besar melalui permainan

yang mereka lakukan. Sehingga, jika keduanya (bermain dan belajar) dipisahkan, sama

artinya dengan memisahkan anak-anak dari dunianya sendiri. Anak-anak akan menjadi

terasing dalam lingkungan hidupnya (Suyadi, 2009).

Dengan demikian, antara belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar

bertemu pada titik yang sama, yakni mengembangkan aspek kecerdasan tertentu pada

anak. Hanya saja, penekanan keduanya berbeda. Jika belajar sambil bermain lebih

menekankan pada keberhasilan bermain dengan alat atau jenis permainan tertentu.

Keduanya berujung pada titik yang sama, yakni pengembangan kemampuan tertentu,

Baca Tulis Hitung (Calistung) , misalnya. Bedanya hanya terletak pada metode

penekanan bermain saja (Suyadi, 2009)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui gambaran tingkat

pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif (APE) untuk perkembangan anak usia

prasekolah (3-5 tahun).

METODE PENELITIAN

(4)

mempunyai anak usia prasekolah (3-5 tahun) di TK Islam Pandansari Surabaya periode

tahun ajaran 2009-2010 sejumlah 27 anak, didapatkan besar sampel sejumlah 27 orang

dengan tehnik sampling jenuh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 1 Distribusi Usia Orang Tua wali murid di TK Islam Pandansari Purwodadi I No. 79 Surabaya, November – Desember 2010.

No Usia Jumlah Persentase

Sumber : data primer tahun 2010

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa dari 27 responden didapatkan hasil bahwa

sebagian besar berusia 20-30 tahun sebanyak 66,7% (18 responden) dan sebagian

kecil berusia > 30 tahun sebesar 14,8% (4 responden)

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 2 Distribusi Pendidikan Orang Tua wali murid di TK Islam Pandansari Purwodadi I No. 79 Surabaya, November – Desember 2010.

No Pendidikan Jumlah Persentase

(5)

Dari tabel 2 di atas diketahui bahwa dari 27 responden sebagian besar

berpendidikan menengah (SMA/ SMK) sebesar 74,1% (20 responden) dan sebagian

kecil berpendidikan tinggi (akadem/ PT) sebesar 7,4% (2 responden)

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas

Tabel 3 Distribusi Paritas Orang Tua wali murid di TK Islam Pandansari Purwodadi I No. 79 Surabaya, November – Desember 2010.

Paritas Jumlah Prosentase (%)

Primipara 7 28

Multipara 13 52

Grandemulti 5 20

Total 25 100

Sumber : data primer tahun 2010

Dari tabel 3 di atas diketahui bahwa dari 25 responden didapatkan 7 responden

(28%) primipara, multipara sebanyak 13 responden (52%), dan grandemulti sebanyak

5 responden (20%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Tabel 4 Distribusi Status Pekerjaan Orang Tua wali murid di TK Islam Pandansari Purwodadi I No. 79 Surabaya, November – Desember 2010.

No Pekerjaan Jumlah Persentase

1

2

Tidak bekerja

Bekerja

13

14

48.1%

51.9%

Jumlah 27 100%

(6)

Dari tabel 4 di atas diketahui bahwa dari 27 responden sebagian besar bekerja

sebesar 51,9% (14 responden) dan sebagian kecil tidak bekerja 48,1% (13

responden).

5. Tingkat Pengetahuan

Tabel 5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai alat permainan edukatif di TK Islam Pandansari Jl. Purwodadi I No. 79 Surabaya, November- Desember 2010.

Tingkat Pengetahuan Jumlah Prosentase (%) Baik

Sumber : data primer tahun 2010

Dari tabel 5 di atas diketahui bahwa dari 27 responden sebagian besar

berpengetahuan kurang sebesar 37% (10 responden) dan sebagian kecil

berpengetahuan cukup sebesar 29,6% (8 responden).

6. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan umur di TK Islam Pandansari Surabaya

Tabel.6 Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan umur di TK Islam Pandansari Surabaya, November- Desember 2010.

(7)

Berdasarkan tabel.6 menunjukkan bahwa dari 5 responden yang berusia < 20

tahun sebagian besar berpengetahuan kurang sebesar 80% (4 responden), dari 18

responden yang berusia 20-30 tahun berpengetahuan baik sebesar 33.3% (6

responden) dan dari 4 responden yang berusia > 30 tahun sebagian besar

berpengetahuan baik sebesar 75% (3 responden).

7. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan pendidikan di TK Islam Pandansari Surabaya.

Tabel 7 Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan pendidikan di TK Islam Pandansari Surabaya, November- Desember 2010.

Pengetahuan

Sumber: data primer tahun 2010

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa dari 5 responden yang berpendidikan

dasar (SDdanSMP) sebagian besar berpengetahuan kurang sebesar 80%(4 responden),

dari 20 responden yang berpendidikan menengah sebagian besar berpengetahuan baik

sebesar 35% (7 responden) dan dari 2 responden yang berpendidikan tinggi sebagian

(8)

8. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan paritas di TK Islam Pandansari Surabaya

Tabel .8 Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan paritas di TK Islam Pandansari Surabaya, November- Desember 2010.

Pengetahuan

Sumber: data primer tahun 2010

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa dari 17 responden yang paritas

primipara sebagian besar berpengetahuan kurang sebesar 58.8% (10 responden) dan

dari 10 responden paritas multipara sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 80%

(8 responden).

9. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan pekerjaan di TK Islam Pandansari Surabaya.

Tabel 9 Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan pekerjaan di TK Islam Pandansari Surabaya, November- Desember 2010.

Pengetahuan

(9)

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa dari 13 responden yang tidak bekerja

sebagian besar berpengetahuan kurang sebesar 53.8% (7 responden) dan dari 14

responden yang bekerja sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 57.1% (8

responden).

10. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif di TK Islam Pandansari Surabaya

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 27 responden sebagian

besar berpengetahuan kurang sebesar 37% (10 responden).

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengarui pengetahuan antara lain

faktor internal yang meliputi umur, paritas motivasi yang merupakan dorongan yang

bertindak untuk memuaskan suatu kebutuhan yang akan dapat mempengaruhi

seseorang untuk merubah perilakunya kearah perilaku yang positif (Soekanto, 2005),

persepsi yang merupakan suatu obyek yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda

oleh beberapa orang (Sarlito, 2002) dan IQ semakin tinggi IQ seseorang akan semakin

cerdas pula secara potensial seseorang yang IQ-nya kurang akan banyak mengalami

kesulitan belajar (Sarlito, 2005), sedangkan faktor eksternal yang meliputi pendidikan,

penyuluhan, media massa dan lingkungan.

Dalam hal ini tidak sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Notoatmojo

(2003), semakin banyak informasi yang di dapat, maka semakin banyak pula

pengetahuan yang di dapat. Hasil di lapangan menunjukkan masih banyak ibu

berpengetahuan kurang, hal ini disebabkan sebagian ibu tidak mengerti alat mainan apa

(10)

membelikannya agat tidak menangis terus. Sehingga banyak pengetahuan ibu yang

kurang tentang alat permaianana apa yang dapat membantu edukatif anak.

11. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan umur di TK Islam Pandansari Surabaya

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berusia >

30 tahun sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 75% (3 responden).

Hal ini sesuai dengan teori Nursalam dan Pariani (2001) semakin

cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Menurut teori Notoatmodjo (2002) membuktikan semakin tua

umur seseorang semakin baik pula tingkat pengetahuan dikarenakan semakin tua

umur seseorang bertambah pula pengalamannya. Pada umur dua puluhan seseorang

telah memiliki kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan

menyesuaikan diri pada situasi baru misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah

dipelajari, penalaran analogis dan berfikir kreatif, sekitar awal atau pertengahan usia

tiga puluhan kebanyakan orang mudah dan mampu menyelesaikan masalah-masalah

mereka dengan cukup baik sehingga menjadi stabil, tenang secara emosional.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat kesamaan dengan teori yang

dikemukakan diatas bahwa, ibu yang memiliki usia puluhan memiliki pengetahuan

yang baik tentang bagaimana cara memilih alat permainan edukatif yang berguna

bagi anak untuk membentuk perilaku yang baik dalam mempelajari anak. Dimana

pada umur > 30 tahun tersebut menunjukkan bahwa umur ibu sudah menginjak

dewasa akan memiliki pemikiran yang matang, dimana pada umur tersebut seseorang

(11)

mengoptimalkannya. Salah satunya melalui bermain dan permainan yang tepat dan

bermanfaat.

12. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan pendidikan di TK Islam Pandansari Surabaya

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

berpendidikan tinggi sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 100 % (2

responden).

Menurut Kuncoro dikutip oleh Nursalam (2001) bahwa makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak

pengetahuan yang dimiliki.

Menurut Notoatmodjo (2003), yang menyatakan bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang maka diharapkan seseorang akan semakin mudah atau terbuka

dalam menyerap, memilih dan beradaptasi dengan segala informasi dan sesuatu yang

baru. Menurut IB Mantra (2002), makin tinggi pendidikan seseorang makin muda

orang tersebut untuk menerima informasi, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang

akan menghambat perkembangan pengetahuan dan sikap seseorang terhadap

nilai-nilai baru yang di perkenalkan (Koentjaraningrat, 1997, dikutip Nursalam, 2001).

Tinggi pendidikan seseorang makin muda orang tersebut untuk menerima informasi,

sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

pengetahuan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang di perkenalkan

Berdasarkan teori yang dikemukakan diatas terdapat ada persamaan dalam

penelitian, bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA sehingga

(12)

bagi anak sewaktu menginjak dewasa. Dengan memberikan alat permainan pada anak

dengan yang berguna akan membentuk karakter dalam kehidupan sehari – hari.

13. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan paritas di TK Islam Pandansari Surabaya

Berdasarkan hasil penelitian responden paritas multipara sebagian besar

berpengetahuan baik sebesar 80% (8 responden).

Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pengalaman itu merupakan suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, oleh sebab itu pengalaman pribadipun

dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Pengalaman merupakan

guru yang terbaik, baik pengalaman itu dari diri sendiri ataupun melihat dari orang

lain, begitu pula dengan pengalaman orang tua dalam memilih permainan yang

berguna bagi anaknya.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki paritas

multipara dalam memilihkan anaknya alat permainan yang edukatif sangat

diperhatikan dalam membelikan, hal sesuai dari pengalaman pada anak yang pertama,

merupakan suatu pengalaman bagi ibu untuk membelikan alat permainan.

14. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan pekerjaan di TK Islam Pandansari Surabaya

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang bekerja

sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 57.1% (8 responden).

Menurut Notoatmodjo (2003), dengan bekerja seseorang dapat berbuat sesuatu

yang bernilai, bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman, menurut Sarlito

(13)

sektor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk

kesehatan sehingga pengetahuan dan pengalaman lebih banyak. Berdasarkan teori

yang dikemukakan diatas ada persamaan dengan hasil penelitian bahwa ibu yang

bekerja mempunyai pengetahuan yang baik tentang pemilihan alat permainan edukatif

bagi anak, hal ini disebabkan karena ibu yang bekerja lebih banyak informasi yang

didapat dari luar, informasi dari media masa atau media elektronik, mainan apa yang

dapat berguna bagi anak dalam pendidikan. Mungkin juga disebabkan oleh

pengamatan ibu terhadap anak yang sedang bermain dengan alat permainannya atau

disebabkan oleh informasi yang diperoleh baik dari guru TK, media elektronik, media

massa tentang APE (Alat Permainan Edukatif). Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo

(2003) bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dapat terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, dimana pengetahuan itu sendiri atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

SIMPULAN

1. Responden sebagian besar berpengetahuan kurang sebesar 37% (10 responden).

2. Responden yang berusia > 30 tahun sebagian besar berpengetahuan baik sebesar

75% (3 responden).

3. Responden yang berpendidikan tinggi sebagian besar berpengetahuan baik

sebesar 100 % (2 responden).

4. Responden paritas multipara sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 80% (8

(14)

KEPUSTAKAAN

Ahmadi, Abu (2005).Psikologi Perkembangan, Jakarta, Rineka Cipta.

Arikunto, S (2002).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta. Ayahbunda, Tim Redaksi (2007). Seri Ayah Bunda, Jakarta, PT Gaya Favorit Press.

Chaplin, J.P. 2002. Dictionary of Psychology. Terj. Kartini Kartono, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Desmita (2005).Psikologi Perkembangan, Jogjakarta, PT Remaja Rosdakarya.

Hidayat, Alimul Aziz, 2009.Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.Jakarta : Salemba Medika.

Keraf, S & Mikhael (2001), Ilmu Pengetahuan, Jakarta : Kanisius.

Monk F. J., dkk (2001) Kutipan dari Desmita, Psikologi Perkembangan, Jogyakarta : PT. Remaja Rosdakarya.

Notoatmodjo, S (2003).Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Rineka Cipta. ______________(2005).Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.

Nursalam dan Siti Pariani (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta,CVAgung Setia.

Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika.

Rachmani, I.F dkk (2005). Seri Ayah Bunda, Jakarta, PT Aspirasi Pemuda.

Sarlito, Mas. 2002.Teori “Psikologi Sosial Liberty”. Yogyakarta. __________. 2005.Teori “Psikologi Sosial Liberty”. Yogyakarta.

Suyadi (2009). Permainan Edukatif yang Mencerdaskan, Jogjakarta, Power Books (IHDINA).

Soekanto. 2005.Sosiologi Suatu Pengantar.PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Yusuf LN, Syamsu (2010). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

(15)
(16)
(17)

Gambar

Tabel 1 Distribusi Usia Orang Tua wali murid di TK Islam Pandansari Purwodadi INo. 79 Surabaya, November – Desember 2010.
Tabel 4 Distribusi Status Pekerjaan Orang Tua wali murid di TK Islam PandansariPurwodadi I No

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi kerja adalah sikap dan nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai kebutuhan, sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang memberikan kekuatan untuk

Dalam perspektif reorientasi paradigma pengentasan kemiskinan tersebut, strategi yang perlu dipertimbangkan (Rusastra, 2010) adalah (a) implementasi pembangunan dan

[r]

Dengan adanya website e-commerce ini diharapkan memberikan perubahan dari sistem penjualan offline menjadi sistem penjualan online yang lebih terkomputerisasi maka

Masalah kedua yang disoroti oleh Persis dalam acara itu adalah tentang kebiasaan kaum tradisional yang kerap menggunakan kitab-kitab klasik/kitab kuning

Barulah pada tanggal 29 September, tampaknya ada sesuatu yang dapat dianggap lebih konkret, dengan munculnya Brigjen Mustafa Sjarif Soepardjo melaporkan kepada

Berdasarkan hasil penelitian tentanng pengaruh keterlibatan pemakai, pelatihan, ukuran organisasi, dan keahlian pemakai terhadap kinerja sistem informasi akuntansi

Nmap menggunakan paket IP raw untuk mendeteksi host yang terhubung dengan jaringan dilengkapi dengan layanan (nama aplikasi dan versi) yang diberikan, sistem operasi