• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit - Analisis Persentase Kehilangan Minyak Sawit Yang Terdapat Pada Pressan Tandan Kosong Di PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit - Analisis Persentase Kehilangan Minyak Sawit Yang Terdapat Pada Pressan Tandan Kosong Di PT Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack.) berasal dari Nigeria,Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Bazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit dihutan Brazil dibandingkan dengan Afrika.

Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial. Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Hingga saat ini, dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara. Sebagian keturunan kelapa sawit dari Kebun Raya Bogor tersebut telah diintroduksi ke Deli Serdang (Sumatera Utara) sehingga dinamakan varietas Deli Dura.

(2)

berkebangsaan Belgia. Luas kebun kelapa sawit terus bertambah, dari 1.272 hektar pada tahun 1916 menjadi 92.307 hektar pada tahun 1938.

Ekspor minyak kelapa sawit dari Sumatera pertama kali dilakukan pada tahun 1919 dengan volume 576 ton dan dilanjutkan pada tahun 1923 dengan volume 850 ton. Sebagian areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera pada mulanya dimiliki oleh masyarakat secara perorangan, namun dalam perkembangannya, kepemilikan perkebunan ini digantikan oleh perusahaan-perusahaan asing dari Eropa. Pada tahun 1957, pemerintah Republik Indonesia menasionalisasikan seluruh perkebunan milik asing dan selanjutnya menjadi perusahaan perkebunan milik negara. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami perkembangan, meskipun dalam perjalanannya juga mengalami pasang surut. (Fauzi, 2004).

Hibrida yang berkembang untuk meningkatkan hasil minyak dan perkebunan

dimulai di malaysia, Sumatera, dan congo. Semua ini terjadi pada paruh pertama abad

ke20. Buah itu buruk ditangani menghasilkan minyak kualitas rendah dengan tinggi

asam lemak bebas. Produk ini digunakan sebagian besar untuk produksi

sabun. Setelah penelitian panjang, pasca-perang dunia II proses produksi minyak

praktek. Setelah minyak kualitas dimakan. sebagian besar minyak ini pertama kali

dikonsumsi di negara-negara tropis di daerah penghasil. Penggunaannya kemudian

diperluas ke eropa. Kelapa sawit tidak mencapai amerika serikat dalam jumlah yang

signifikan sampai tahun 1971 ketika menjadi costwise kompetitif dengan minyak

dalam negeri. Karena dengan minyak dari sumber-sumber baru, US prosesor harus

belajar bagaimana untuk memasukkan kelapa sawit menjadi minyak goreng formulasi,

shortening dan margarin yang akan diterima konsumen.(Weiss,1983)

(3)

2.2. Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet).

Minyak kelapa sawit mengandung beberapa asam lemak yaitu asam kaprilat, asam kaporat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat, asam stearat, asam oleat dan asam linoleat. Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor, kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan (slipping point), shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api.

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu : kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.

(4)

2.3. Jenis atau varietas kelapa sawit

Jenis (varietas) dura memiliki tempurung tebal, daging buah tipis, inti buah (kernel) besar, dan kandungan minyak rendah, sehingga produktivitasnya rendah. Jenis dura dalam persilangan dijadikan tanaman betina.

Jenis pisifera memiliki tempurung tipis, daging buah tebal, inti buah kecil, dan kandungan minyak tinggi, tetapi buah sering gugur sehingga produktivitasnya rendah. Jenis pisifera dalam persilangan dijadikan tanaman pejantan.

Jenis tenera merupakan hasil persilangan antara jenis dura dan jenis pisifera, sehingga kandungan minyaknya tinggi dan buahnya tidak gugur. Akibatnya, produktivitas tanaman per hektar tinggi (Sunarko, 2001 )

Berdasarkan tebal tipisnya tempurung (cangkang) dan kandungan minyak dalam buah kelapa sawit dapat dibedakan dalam 3 tipe, yakni :

a. Tipe Dura : tempurung (cangkang) sangat tebal, kandungan minyak dalam buah rendah.

b. Tipe Pesifera : tempurung sangat tipis bahkan hanya berbentuk bayangan cincin, hampir tidak bertempurung namun kandungan minyak dalam buah tinggi.

c. Tipe Tenera : merupakan persilangan Dura sebagai pohon ibu, dengan Pesidera sebagai pohon bapak. Tenera bertempurung tipis kandungan minyak tinggi. (Risza,1994).

2.4. Cara Panen

(5)

Asam Lemak Bebas atau Free Fatty acid (ALB atau FFA).Hal itu tentu akan banyak merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak. Lagi pula,buah yang terlalu masak lebih mudah terangsang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB nya rendah.

Asam lemak bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung didalam buah dan berfungsi memecah lemak/minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Kerja enzim tersebut semakin aktif bila struktur sel buah matang mengalami kerusakan. (Tim penulis PS,1997)

2.5. Pengolahan Kelapa Sawit

Pengolahan bahan kelapa sawit dimaksud untuk memperoleh minyak kelapa sawit (CPO) dan inti kelapa sawit dari biji (nut). Pada prinsipnya proses pengolahan TBS menjadi CPO diperlukan pengolahan. Proses pengolahan buah kelapa sawit yang ada di PKS PT.MNA Kuala Tanjung dapat dilihat dari daftar lampiran. Pengolahan ini dibagi dalam beberapa stasiun yaitu:

1. Stasiun Weight Bridge 2. Stasiun Sortasi

3. Stasiun Loading Ramp 4. Stasiun Sterilizer 5. Stasiun Tipler

(6)

8. Stasiun Kernel

9. Stasiun Empty Bunch Press

2.5.1. Stasiun Timbangan (Weight Bridge )

Timbangan berfungsi untuk menimbang buah yang masuk kedalam pabrik sekaligus untuk menimbang produksi yang di angkut keluar pabrik. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui berat TBS yang akan di proses di dalam pabrik. Jumlah berat TBS dapat diketahui dari selisih berat bruto (berat truk dan buah) dan berat truk saja. Penimbanga dilakukan pada saat truk berisi buah yang akan masuk ke pabrik dan pada saat truk kosong (keluar dari loading ramp). Kapasitas timbangan di pabrik kelapa sawit PT.MNA adalah maksimal 50 ton.

2.5.2. Stasiun Sortasi

Sortasi berfungsi untuk memilih buah-buah yang masak yang diterima di PKS PT. MNA ini. Standart Operating Prosedure (SOP) :

1. Mengatur lokasi pembongkaran 2. Memeriksa SPB

3. Menentukan berat janjang rata-rata 4. Memisahkan TBS yang tidak sesuai 5. Melakukan pemotongan TBS

(7)

Berdasarkan SOP dari PT MNA, berikut ini adalah jenis buah yang berdasarkan berat janjangan dan persentase rendemen pada tabel 2.1 dan kriterian dalam mensortasi TBS pada tabel 2.2.

Tabel 2.1. Jenis Buah Berdasarkan Berat Janjangan dan Persentase Rendemen

Jenis Buah Berat Persentase Rendemen

Dura Tenera

Kastrasi <3kg 6% 9%

Kecil 3kg s/d 5,99kg 10% 13%

Sedang 6kg s/d 11,99kg 14% 17%

Besar >12kg 19% 22%

Sumber: Pusat Penelitian Marihat, 1982

Tabel 2.2. Kriteria dalam mensortasi TBS (Tandan Buah Segar)

No Kematangan Fraksi Jumlah Berondol Keterangan

1 Mentah 00 Tidak ada yang

memberondol

Sangat mentah

2 Matang 0 1-10 buah luar berondol Mentah

3 Lewat Matang 1 10-25 buah luar berondol Kurang matang 2 25-50 buah luar berondol Matang I

(8)

2.5.3. Stasiun Loading Ramp

Tandan buah segar yang berasal dari kebun masyarakat sebelum diolah pertama kali masuk ke station penerima buah ( Bunch reception Station ) yaitu:

a. Loading Ramp b. Lori

c. Transfer Carriage

2.5.3.1. Loading Ramp

TBS yang telah ditimbang kemudian buahnya dituang kedalam loading ramp. Loading ramp adalah suatu bangunan bidang T dengan sudut kemiringan 450. Pada loading ramp dilengkapi dengan pintu-pintu sebanyak 52 pintu dimana samping kiri / kanan yaitu 14/14 dan depan 24 pintu yang digerakkan secara hidrolik agar memudahkan memasukkan TBS kedalam lori. Dilantai loading ramp, perlu diperhatikan agar buah jangan berserakkan dilantai dengan tujuan agar brondolan jangan sampai tergilas oleh truk, karena buah yang tergilas tersebut akan mengakibatkan tingginya lossis pada kondensat, walaupun minyak tersebut dapat diambil dari recovery fat pit, tetapi asam lemak bebas akan meningkat, untuk itu sebaiknya hal ini dapat dicegah.

2.5.3.2. LORI

(9)

2.5.3.3.Transfer Carriage

Transfer Carriage berfungsi untuk memindahkan lori yang berisi atau kosong ke jalur sterilizer yang diinginkan.

2.5.4. Stasiun Sterilizer

Tahap selanjutnya setelah TBS yang telah ditimbang dan dimasukkan kedalam lori adalah tahap perebusan. Kapasitas satu unit rebusan adalah 6 lori berarti 60 ton. Steam yang digunakan untuk merebus adalah dari BPV Header dengan ketentuan sebagai berikut :

a.Temperatur 1100 – 1400C b.Waktu sekitar 85 – 90 menit

Dalam Perebusan ada sistem 3 puncak (triple peak)

1. Puncak 1 : dengan tekanan 1,50 bar dengan temperatur 1270C dan dilakukan pembuangan kondensat serta tekanan akan kembali seperti semula 0,0. Tujuan pembuangann kondensat pada puncak 1 adalah untuk membuang deaerasi yang terjebak didalam sterilizer ,membuang kondensat karena udara adalah konduktor terburuk dalam perebusan buah serta membuang air, dan menonaktifkan enzim lipase.

2. Puncak 2 : dengan tekanan 2,20 bar dan temperatur 1350C dan dilakukan pembuangan kondensat sampai tekanan kembali seperti semula 0,0. Tujuan pembuangan kondensat pada puncak 2 adalah untuk membuang air.

(10)

sampai 30 menit yang bertujuan untuk mempermudah lepasnya inti dari cangkang.

Tujuan dilakukan perebusan (sterilizer) adalah :

a.Mematikan/menonaktifkan enzim lipase b.Mengurangi kadar air

c.Mempermudah lepasnya brondolan dari janjangan d.Membantu proses pelepasan inti dari cangkang Langkah – langkah perebusan yaitu :

a. Saat buah masuk, exhaust dan kondensat dibuka b. Exhaust ditutup, Inlet dibuka sampai tekanan 1,5 bar c. Setelah 1 menit inlet dibuka, Kondensat ditutup

d. Setelah mencapai 1,5 bar, inlet ditutup dan kondensat dibuka

e. Setelah 1 menit kondensat dibuka, exhaust dibuka hingga tekanan mencapai 0,0..

f. Exhaust kembali ditutup, Inlet dibuka sampai tekanan 2,2 bar g. Setelah 1 menit inlet dibuka, Kondensat ditutup

h. Setelah mencapai 2,2 bar, inlet ditutup dan kondensat dibuka

i. Setelah 1 menit kondensat dibuka, Exhaust dibuka hingga tekanan mencapai 0,0..

j. Exhaust kembali ditutup, Inlet dibuka sampai tekanan 2,8 bar k. Setelah 1 menit inlet dibuka, Kondensat ditutup

l. Setelah mencapai 2,8 bar, Kondensat dan Exhaust tetap tertutup dan secara auto terjadi penahanan selama 25 menit dengan tekanan tetap 2,8 bar.

(11)

n. Setelah tekanan 2,0 bar atau ± 3 menit, Exhaust dibuka hingga tekanan mencapai 0,0..

o. Setelah tekanan di dalam sterilizer benar - benar nol, maka pintu sterilizer dibuka dan lori dikeluarkan

2.5.5. Stasiun Tipler

Stasiun tippler adalah stasiun yang berfungsi untuk membantu menuangkan buah ke bunch scrapper. Tippler adalah alat untuk membantu menuangkan buah ke bunch scrapper dalam hal ini lori yang berisi TBS yang telah direbus dituang perlahan – lahan. Alat ini berkapasitas 1 lori dan waktu yang dibutuhkan untuk menuang semua buah ke bunch scrapper adalah ± 10 menit. Untuk menjaga keamanan, tippler dilengkapi dengan beberapa alat pengaman penuangan.

2.5.6. Stasiun Press and Thresser

Adapun bagian dari stasiun Press and Thresser adalah a. Thresser

b. Fruit Elevator c. Digester d. Screw Press

2.5.6.1 Thresser

(12)

Sebelum masuk ke threser 3, janjangan masuk kedalam double crusher agar proses pemipilan bisa sempurna. Pada thresser terdapat lifting bar yag berfungsi untuk melempar janjangan. Janjangan berada di thresser selama ± 3 menit. Putaran dari thresher ± 23 rpm.

Janjangan yang sudah membrondol di thresher 3 masuk ke empty bunch horizontal scrapper lalu jatuh ke empty bunch inclined scrapper lalu didistribusi ke empty bunch press conveyor lalu masuk ke bunch press. Disini janjangan di press untuk diambil minyak yang terkandung di janjangan. Minyak hasil pressan dari janjangan ditampung di sludge colecting lalu dipompakan ke empty bunch tank sedangkan janjangan akan jatuh ke shredder untuk dicacah sebelum dijadikan bahan bakar boiler.

2.5.6.2. Fruit Elevator

Alat ini digunakan untuk mengangkut buah/brondolan dari fruit bottom cross conveyer ke top cross conveyer untuk kemudian dibawa ke distribusi conveyer.

Alat ini terdiri dari sejumlah elevator yang diikat pada rantai yang digerakkan oleh elektromotor.

2.5.6.3. Digester

(13)

kapasitas 15 ton per jam dengan volume 3500 L dan putaran gear box nya ± 26 rpm, putaran motornya 1500 rpm.

Temperatur yang digunakan pada digester adalah 90-95oC berguna untuk mempermudah melumatkan daging buah, pada suhu tersebut minyak sudah mencair dan mudah keluar agar perajangannya semakin baik sehingga memperingan kerja screw press.

Faktor yang mempengaruhi kerja digester

1. Kondisi pisau pengaduk digester (aus) 2. Volume buah di digester

3. Temperatur

4. Kematangan buah saat direbus 5. Kondisi digester

Pembukaan pintu digester bergantung pada jumlah digester yang dipakai. Digester 1 < digester 2 < digester 3, dst. Pencacahan dilakukan selama 15 menit. Minyak yang terdapat dalam adonan dipisahkan dengan mengalirkannya karena apabila masuk ke screw press akan menurunkan kapasitas pengepressan.

2.5.6.4. Screw Press

(14)

Alat ini terdiri dari press cage yang berlubang-lubang dan didalamnya terdapat 2 buah ulir (screw) yang berputar berlawanan arah. Tekanan kempa diatur oleh 2 buah konus, berada pada bagian ujung pengempa yang dapat digerakkan maju-mundur secara hidrolis. Minyak hasil pressan akan mengalir ketalang oil gutter. Sementara fiber dan nut akan dilewatkan kedalam CBC dan selanjutnya diproses didepericarper. Oil losses pada screw press max 4%.

2.5.7. Stasiun Clarification

Pada stasiun ini minyak kasar diproses sedemikian rupa hingga mencapai hasil yang lebih murni yang sesuai atau yang diharap kan. Adapun perlakuan yang terdapat pada stasiun ini yaitu:

a. Crude Oil Gutter b. Sand Trap Tank c. Vibrating Screen d. Crude oil Tank ( COT ) e. Sand Cyclone

f. CST (Continuous Settling Tank) g. Sludge Distribusi

h. Decanter i. Oil Tank

j. Oil Purifier (Sentrifusi Minyak) k. Vacum Dryer

(15)

n. Collect Tank o. Separator

2.5.7.1. Crude Oil Gutter

Crude oil gutter berfungsi sebagai talang minyak yang akan diproses di sandtrap tank. Pada crude oil gutter terjadi penambahan air antara 19-22%, dengan suhu 90oC Bertujuan untuk mempermudah pemisahan antara minyak dan kotoran pada sandtrap tank.

2.5.7.2. Sand Trap Tank

Sand Trap Tank bersifat pengendapan. Jadi dalam hal ini sand trap tank berfungsi untuk mengendapkan pasir yang terdapat pada minyak dari Crude Oil Gutter.

Prinsip kerja Sand Trap Tank adalah tanki berbentuk silinder yang pada bagian dasarnya berbentuk kerucut. Pada sandtrap tank ini terdapat skimmer yang dimana berfungsi untuk mengutip minyak sampai 30 cm secara continu dengan memanfaatkan berat jenis dari minyak. Minyak disalurkan ke Reclamed tank 1, sedangkan sludge masuk ke vibrating screen, pasir dan kotoran akan turun ke bawah untuk disalurkan ke Sludge Pit melalui pipa drain dengan membuka value sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.

2.5.7.3. Vibrating Screen

(16)

tersebut. Tujuan dari penyaringan fiber tersebut adalah agar fiber tersebut tidak menyumbat alat alat yang digunakan slanjutnya pada proses klarifikasi.

Vibrating screen terdiri dari dua buah saringan kawat dengan ukuran saringan diatas 20 mesh dan saringan bawah 30 mesh. Kawat kasa ini bergerak secara horizontal seperti ayakan dengan getaran yang timbul oleh gerakan / putaran motor

2.5.7.4. Crude oil Tank ( COT )

Crude Oil Tank merupakan tangki minyak kasar yang berfungsi sebagai penampungan minyak kasar dan mengendapkan kembali pasir, kotoran dan sludge yang loos dari vibrating screen. Tanki ini dilengkapi dengan pipa pemanas, dengan adanya pipa \pemanas tersebut maka pada COT pun dilakukan pemanasan dengan tujuan agar mempermudah proses pemisahan minyak pada proses slanjutnya. Suhu yang digunakan pada COT yaitu bekisar antara 80 – 90OC. Jika suhu dibawah rata-rata maka butiran minyak akan susah terpisah dan jika suhu diatas rata-rata maka akan terjadi emulsi. Yang dimaksud dengan emulsi yaitu system koloid dimana fase terdisfersi berupa padatan dan fase pendisfersi berupa cairan. Dalam tanki ini juga diberi sekat yang berfungsi untuk mengendapkan pasir yang masih terikut. Cara kerja Crude Oil Tank adalah melakukan penambahan panas dengan injeksi steam.

2.5.7.5. Sand Cyclone

(17)

minyak akan naik ke atas dan pasirnya di sekitar dinding. Pembuangan pasir dibantu dengan air dingin.

2.5.7.6. CST (Continuous Settling Tank)

CST adalah tempat penampungan minyak yang juga masih bercampur dengan kotoran. Pada CST dilakukan pengendapan dengan suhu 80o-90oC. Terdapat skimmer yang berguna untuk mengutip minyak dari CST. Kadar minyak yang diambil dri CST sekitar 5-6%.

2.5.7.7. Sludge Distribusi

Sludge distribution berfungsi untuk menampung sludge dari sand cyclone dan membagikannya ke decanter.

2.5.7.8. Decanter

Input dari decanter adalah minyak yang ada di Sludge distribusi. Decanter adalah alat untuk memisahkan antara minyak dengan slurry secara sentrifusi datar. Decanter juga merupakan mesin yang berfungsi sama dengan saparator yaitu pemisahan minyak yang ada dalam sludge. Decanter mengutip minyak yang masih terikat pada sludge tersebut. Putaran dari scroll pada decanter ± 3060 rpm, dengan suhu 90o-95oC.

(18)

2.5.7.9. Oil Tank

Oil tank berfungsi sebagai penampung minyak hasil pengutipan yang ditampung di Reclamed tank 1, Reclamed tank 2 dan CST dan dipanasi lagi dengan memberi suhu 80-95oC. Pada oil tank ini, dilengkapi pipa-pipa sebagai penyalur steam kedalam oil tank.

Tangki ini bekerja sebagai pemisah karena adanya perbedaan berat jenis pada minyak yang bersih. Diatas oil tank ini terdapat float tank, yang dimana fugsi dari float tank sebagai pengatur masuknya umpan minyak dari purifier ke vakum dryer.

2.5.7.10.Oil Purifier (Sentrifusi Minyak)

Minyak dari oil tank yang telah dipanaskan kemudian diumpankan pada purifier tujuan nya adalah untuk memurnikan minyak dengan prinsip kerja berat jenis dan gaya sentrifugal, dimana dengan putaran diharapkan minyak akan naik keatas, sedangkan air berada dipinggir. Minyak yang berada dibagian atas dialirkan kevacum dryer, sedangkan kotoran dan air terlempar keluar dan selanjutnya keluar dengan cara alat planting atau penyucian air masuk secara otomatis. Hasil minyak proses dipurifier ini yang diumpankan ke vacum dryer.

2.5.7.11.Vacum Dryer

(19)

udara dan terpancar kedalam tabung hampa. Kadar air dalam minyak diusahakan menjadi 0,1-0,2% , setelah melalui vacum dryer minyak akan dipompakan ketangki penimbunan sebagai minyak produksi atau CPO yang siap kirim.

2.5.7.12.Fat Pit

Fat Pit Tank berfungsi untuk mengambil kembali minyak yang masih ada, baik dari buangan kondensat dari Stasiun Sterilizer, dari buangan sludge fit dai Stasiun Klarifikasi maupun dari proses pembersihan areal pabrik (House Keeping). Kadar dengan temperatur didalamnya 80 – 90OC. Pada Fat Pit terjadi pemisahan antara minyak dengan air berdasarkan massa jenisnya, dimana minyak yang mempunyai massa jenis yang lebih kecil (0,7gr/cm3) dari air (1 gr/cm3) berada diatasnya sehingga mudah untuk dipisahkan. Minyak tersebut akan dikembalikan (recycle) ke dalam Stasiun Klarifikasi untuk diolah kembali oleh Seperator, sedangkan limbah cair akan dipompakan ke dalam Slurry Pond.

2.5.7.13.Sludge Pit

Sludge pit berfungsi sebagai tempat penampungan pasir, sludge dan kotoran dari proses klarifikasi. Untuk diolah kembali karena didalamnya terdapat minyak.

2.5.7.14.Collect Tank

(20)

2.5.7.15.Separator

Minyak yang dialirkan dari Collect Tank akan diolah kembali oleh separator. Separator berfungsi untuk mengambil minyak sehingga buangannya yang berupa limbah cair dengan kadar minyak max 1%. Kemudian akan dipompakan langsung kedalam cooling pond untuk proses selanjutnya, sedangkan minyak akan di teruskan ke reclame tank 2.

Prinsip kerja separator berdasarkan gaya setrifugasi, dimana minyak akan dipercikkan melalui nozel (9 nozel). Minyak akan dikirim ke Reclame Tank 2. Sedangkan kotoran dikirim ke Slurry Pond.

2.5.8. Stasiun Empty Bunch Press

Janjangan kosong yang dibawa oleh empty bunch Scrapper akan menuju stasiun janjangan kosong untuk kemudian di press dan dijadikan fiber yang berguna sebagai bahan baku boiler, sedangkan minyak yang mungkin masih terdapat dalam janjangan kosong akan di bawa ke vibrating screen di stasiun clarifikasi. Adapun analisa sample yang dilakukan pada tahap ini dan persentase target yang diharapkan adalah Empty Bunch 2,5%, Empty Bunch Press 2,0% dan Fruit Loss Empty Bunch 0,75%.(Anonim)

2.6. Minyak Kelapa Sawit

(21)

pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah.

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika – kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah penyerbukan. Dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi adalah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.

Minyak yang mula – mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi pembentukan trigiserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong – kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah, maka buah dilapisi dengan malam yang tebal dan berkilat.Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari maka tanaman tersebut membentuk senyawa kimia pelindung yaitu karoten ( Naibaho,M.P. 1996 ).

2.7. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikrap dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikrap sekitar 34 – 40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang memiliki komposisi yang tetap.

(22)

Tabel 2.3. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit

Asam Lemak Minyak Kelapa sawit (%)

Minyak Inti Sawit (%)

Asam kaprilat – 3 – 4

Asam kaproat – 3 – 7

Asam laurat – 46 – 52

Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17

Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9

Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5

Asam oleat 39 – 45 13 – 19

Asam linoleat 7 – 11 0,5 – 2

(Ketaren S. 1986 ).

2.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak sawit

Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit dan sekaligus cara pencegahannya.

1. Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid)

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain:

a. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

(23)

d. Proses hidrolisa selam pemprosesan di pabrik

Pencegahan kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak, telah dikembangkan beberapa metode pemungutan dan pengangkutan TBS. Sistem yang dianggap cukup efektif adalah memasukkan TBS secara langsung kedalam keranjang rebusan buah. Dengan cara tersebut akan lebih mengefisienkan waktu yang digunakan untuk pembongkaran,pemuatan,maupun penumpukan buah sawit yang terlalu lama. Dengan demikian, pembentukan ALB selama pemetikan,pengumpulan,penimbunan,dan pengangkutan buah dapat dikurangi.

2. Kadar Zat Menguap dan Kotoran

Meskipun kadar ALB dalam minyak sawit kecil, tetapi hal itu belum menjamin mutu minyak sawit. Kemantapan minyak sawit harus dijaga dengan cara membuang kotoran dan zat menguap. Hal itu dilakukan dengan peralatan modern.

Gambar

Tabel 2.1. Jenis Buah Berdasarkan Berat Janjangan dan Persentase
Tabel 2.3. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengenkripsi kunci, yang pertama harus dilakukan user adalah menginputkan kunci publik dengan menekan button Buka Kunci Publik maka kunci publik akan tampil pada textfield

Emosi merupakan kegiatan pada diri seseorang yang disertai warna.. efektif baik pada tingkat lemah maupun tingkat yang

Program Studi Diploma Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi1. Universitas Kristen Satya Wacana

Perancangan Sistem Pengamanan dan Kompresi Data Teks dengan Fibonacci Encoding dan Algoritma Shannon-Fano serta Algoritma Deflate.. Universitas

Harapan tersebut akan terwujud dengan adanya peran profesional guru yang salah satunya profesional dan kompeten dalam hal pedagogis yang meliputi Pemahaman karakteristik peserta

Ada perbedaan yang signifikan antara kualitas tidur anak obesitas dengan anak tidak obesitas pada anak di SD Negeri Serang Sendangsari Pengasih Kulon Progo.. Bagi

(Banua Ginjang) , Alam Tengah (Banua Tonga) dan Alam Bawah (Banua Toru). Alam Atas terbagi dalam 7 lapisan, pada lapisan yang tertinggi merupakan tempat bertahtanya Mulajadi

Penentuan karakteristik responden menurut aktivitas adalah pada perlakuan dengan strengthening otot quadrisep dan gluteus memiliki responden terbanyak dengan