• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERADILAN TATA USAHA NEGARA dan PROSES BERPERKARA di PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERADILAN TATA USAHA NEGARA dan PROSES BERPERKARA di PENGADILAN TATA USAHA NEGARA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERADILAN TATA USAHA NEGARA dan

PROSES BERPERKARA di

PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

Diterbitkan Oleh PTUN PALEMBANG

Alamat :

Jalan Jenderal A. Yani No. 67 Palembang (30264) Telp. (0711) 516935

TIM PENYUSUN : Penasehat : Ketua PTUN Palembang Wakil Ketua PTUN Palembang

Pansek PTUN Palembang

Penyusun : 1. Oktova Primasari, SH

2. Dafrian, SH

▸ Baca selengkapnya: sk tata usaha doc

(2)

PERADILAN TATA USAHA NEGARA PALEMBANG

I. LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PALEMBANG

Pengadilan Tata Usaha Negara Palembang dibentuk untuk menyelesaikan sengketa yang timbul antara

Badan / Pejabat TUN dengan warga masyarakat oleh akibat pelaksanaan atau penggunaan wewenang

pemerintah yang dilakukan oleh Badan / Pejabat TUN yang menimbulkan benturan kepentingan,

perselisihan, atau sengketa dengan warga masyarakat.

II. DASAR HUKUM PEMBENTUKAN PERATUN PALEMBANG

a. UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara

b. UU No. 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha

Negara

c. UU No. 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata

Usaha Negara

d. PP No. 41 TAhun 1991 Tentang Pembentukan Pengadilan Tata Usaha Negara

III. KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PERATUN SERTA YURISDIKSI PENGADILAN TATA

USAHA NEGARA PALEMBANG

1. Tempat Kedudukan Pengadilan (Pasal 6 UU PERATUN)

(1) Pengadilan Tata Usaha Negara berkedudukan di Ibukota Kabupaten / Kota, dan daerah hukumnya

meliputi wilayah Kabupaten / Kota.

(2) Pegadilan Tinggi Tata Usaha Negara berkedudukan di Ibukota Propinsi, dan daerah hukumnya

meliputi wilayah Propinsi.

2. Kewenangan PERATUN

a. Pengadilan Tata Usaha Negara bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan

sengketa Tata Usaha Negara (Pasal 47 UU PERATUN).

b. Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara

tertentu dalam hal Keputusan yang disengketakan itu dikeluarkan :

1) Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam atau keadaan luar biasa yang

membahayakan, berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

2) Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

(Pasal 49 UU No.5 tahun 1986).

3. Yurisdiksi Pengadilan Tata Usaha Negara Palembang

(3)

7) Kabupaten Ogan Ilir

8) Kabupaten Ogan Komering Ilir 9) Kabupaten Ogan Komering Ulu 10)Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan 11)Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 12)Kota Lubuk Linggau

13)Kota Pagar Alam 14)Kota Palembang 15)Kota Prabumulih

2. Meliputi wilayah Hukum Propinsi Bangka Belitung yang terdiri dari : 1) Kota pangkal Pinang

2) Kabupaten Bangka

3) Kabupaten Belitung Kabupaten Bangka Barat 4) Kabupaten Bangka Tengah

5) Kabupaten Bangka Selatan 6) Kabupaten Belitung Timur

IV. VISI DAN MISI PERATUN

- VISI :

Visi sebagai gambaran menantang di masa depan yang terwujud melalui cara dan citra yang

dicanangkan, oleh Pengadilan Tata Usaha Negara Palembang yang mengacu pada Visi yang digariskan

oleh Mahkamah Agung RI yaitu :

Mewujudkan supremasi hukum melalui kekuasaan kehakiman yang mandiri, efektif, efisien, serta

mendapatkan kepercayaan publik, professional dan memberikan pelayanan hukum yang berkualitas,

etis, terjangkau dan biaya rendah bagi masyarakat serta mampu menjawab panggilan pelayanan publik.

- MISI :

Misi sebagai keharusan yang diemban atau dilaksanakan dalam mewujudkan visi yang telah

ditetapkan, maka Misi Pengadilan Tata Usaha Negara Palembang mengacu pada misi yang digariskan

oleh Mahkamah Agung RI yaitu :

1. Mewujudkan rasa keadilan sesuai dengan undang-undang dan peraturan, serta memenuhi rasa

keadilan masyarakat ;

2. Mewujudkan peradilan yang mandiri dan independen, bebas dari campur tangan pihak lain ;

3. Memperbaiki akses pelayanan di bidang peradilan pada masyarakat ;

4. Memperbaiki kualitas input internal pada proses peradilan ;

5. Mewujudkan institusi peradilan yang efektif, efisien, dan bermartabat serta dihormati ;

6. Melaksanakan kekuasaan kehakiman yang mandiri, tidak memihak dan transparan.

V. SUBJEK DAN OBJEK DALAM SENGKETA TUN

1.Subjek :

a. Penggugat (Pasal 1 angka 10 UU No.5 Tahun 1986 Jo Pasal 53 ayat 1 UU No.9 Tahun 2004)

adalah Orang atau Badan Hukum Perdata

b. Tergugat (Pasal 1 angka 12 UU No.51 Tahun 2009) adalah Badan / Pejabat TUN yang

mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau dilimpahkan kepadanya,

(4)

2. Objek sengketa TUN adalah Keputusan Tata Negara yaitu :

a. Keputusan TUN (Pasal 1 angka 9 UU No. 51 Tahun 2009) adalah suatu Penetapan Tertulis yang berisi

Tindakan Hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku,

yang bersifat Kongkret, Individual dan Final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau

Badan Hukum Perdata

b. Keputusan TUN Fiktif Negatif (Pasal 3 UU PERATUN), yaitu :

1. Apabila Badan/Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan Keputusan, sedangkan hal itu

menjadi kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara

2. Jika suatu Badan/Pejabat TUN tidak mengeluarkan Keputusan yang dimohon, sedangkan jangka

waktu sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan di maksud telah lewat, maka

Badan/ Pejabat TUN tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan Keputusan yang dimaksud

3. Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menentukan jangka waktu

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka setelah lewat jangka waktu 4 bulan sejak diterimanya

permohonan, Badan/Pejabat TUN yang bersangkutan dianggap telah mengeluarkan Keputusan

Penolakan

IX. PROSES BERPERKARA DI PERADILAN TUN

Didahului oleh pengajuan gugatan sampai dengan Putusan dan Eksekusi.

Proses berperkara di Peradilan TUN pada intinya melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a) Pemeriksaan Pendahuluan

1. Pemeriksaan administrasi di Kepaniteraan

2. Dismissal Prosedur oleh Ketua PTUN ( Pasal 62 UU PERATUN )

3. Pemeriksaan Persiapan ( Pasal 63 UU PERATUN )

b) Pemeriksaan Persidangan

1. Pembacaan Gugatan (Pasal 74 UU PERATUN )

2. Pembacaan Jawaban ( Pasal 74 UU PERATUN )

3. Replik ( Pasal 75 UU PERATUN )

4. Duplik ( Pasal 75 UU PERATUN )

5. Pembuktian ( Pasal 100 UU PERATUN )

6. Kesimpulan ( Pasal 97 UU PERATUN )

7. Putusan ( pasal 108 UU PERATUN )

c) Pembacaan Putusan ( Pasal 108 UU PERATUN )

1. Putusan Pengadilan harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum

2. Apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak hadir pada waktu Putusan diucapkan, atas

perintah Hakim Ketua Sidang Salinan Putusan ini disampaikan dengan Surat tercatat kepada

yang bersangkutan

3. Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) akibat Putusan Pengadilan

(5)

d) Materi Muatan Putusan ( Pasal 109 UU PERATUN )

1. Kepala Putusan yang berbunyi : DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG

MAHA ESA

2. Nama, Jabatan, Kewrganegaraan, Tempat kediaman, atau tempat kedudukan para Pihak yang

bersengketa.

3. Ringkasan Gugatan dan Jawaban Tergugat yang jelas

4. Pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal yang terjadi dalam Persidangan selama

sengketa itu diperiksa

5. Alasan Hukum yang menjadi dasar Putusan

6. Amar Putusan tentang Sengketa dan biaya Perkara

7. Hari, Tanggal Putusan, Nama Hakim yang memutus, Nama Panitera, serta keterangan tentang hadir

atau tidak hadirnya para pihak

e) Amar Putusan (pasal 97 UU PERATUN )

1. Gugatan ditolak

2. Gugatan dikabulkan

3. Gugatan tidak diterima

4. Gugatan Gugur

f) Amar tambahan dalam Putusan PERATUN

(Pasal 97 UU PERATUN )

Dalam hal Gugatan di kabulkan, maka dalam putusan pengadilan tersebut dapat ditetapkan kewajiban yang

harus dilakukan oleh Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan TUN. Kewajiban sebagaimana

dimaksud diatas berupa :

1. Pencabutan Keputusan TUN yang bersangkutan.

2. Pencabutan Keputusan TUN yang bersangkutan dan menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara

yang baru

3. Penerbitan Keputusan TUN dalam hal gugatan didasarkan pada pasal 3 UU PERATUN

g) Cara Pengambilan Putusan (Pasal 97 UU PERATUN)

a. Putusan dalam Musyawarah Majelis yang dipimpin oleh Hakim Ketua Majelis merupakan hasil

Pemufakatan Bulat, kecuali jika setelah diusahakan dengan sungguh-sungguh tidak dapat dicapai

permufakatan bulat Putusan diambil dengan suara terbanyak

b. Apabila Musyawarah Majelis sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) UU PERATUN tidak dapat

menghasilkan Putusan, Permusyawaratan ditunda sampai Musyawarah Majelis berikutnya

c. Apabila dalam Musyawarah Majelis berikutnya tidak dapat diambil suara terbanyak, maka suara

(6)

h) Jangka Waktu Penyelesaian Sengketa TUN

Jangka waktu penyelesaian sengketa TUN adalah 6 bulan. Apabila penyelesaian lebih dari 6 bulan Hakim

/ Majelis Hakim melaporkan kepada Mahkamah Agung ( MA ) disertai alasan-alasan

i) Minutasi Putusan ( Pasal 109 UU PERATUN )

Putusan harus ditanda tangani oleh Hakim yang memutus dan Panitera / Panitera Pengganti yang turut

bersidang selambat-lambatnya 30 hari sesudah Putusan diucapkan

j) Pelaksanaan Putusan ( Pasal 116 UU No.51 Tahun 2009)

1. Salinan Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dikirimkan kepada Para

Pihak dengan surat tercatat oleh Panitera Pengadilan setempat atas perintah Ketua Pengadilan yang

mengadilinya dalam tingkat pertama selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja

2. Apabila setelah 60 (enam puluh) hari kerja Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima Tergugat tidak melaksanakan

kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 97 ayat (9) huruf a, Keputusan Tata Usaha Negara

yang disengketakan itu tidak mempunyai kekuatan hukum lagi

3. Dalam hal tergugat ditetapkan harus melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 97 ayat

(9) huruf b dan huruf c, dan kemudian setelah 90 (sembilan puluh) hari kerja ternyata kewajiban tersebut

tidak dilaksanakan maka penggugat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), agar pengadilan memrintahkan tergugat melaksanakan putusan pengadilan tersebut

4. Dalam hal tergugat tidak bersedia melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap, terhadap pejabat yang bersangkutan dikenakan upaya paksa berupa pembayaran sejumlah

uang paksa dan atau sanksi administratif.

5. Pejabat yang tidak melaksanakan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diumumkan

pada media massa cetak setempat oleh panitera sejak tidak terpenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (3)

6. Disamping diumumkan pada media masa cetak setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (5), ketua

pengadilan harus mengajukan hal ini kepada Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintah tertinggi

untuk memerintahkan pejabat tersebut melaksanakan putusan pengadilan, dan kepada lembaga perwakilan

rakyat untuk menjalankan fungsi pengawasan.

XII. Struktur Organisasi PTUN Palembang

a. Jabatan Fungsional

- Para hakim

- Panitera Pengganti

b. Jabatan Struktural

1. Ketua

(7)

3. Panitera/ Sekretaris

4. Wakil Panitera, membawahi :

- Panitera Muda Perkara

- Panitera Muda Hukum

5. Wakil Sekretaris, membawahi :

- Kasubag Kepegawaian

- Kasubag Umum

- Kasubag keuangan

6. Staff

( Struktur Organisasi PTU PLG- Lampiran II )

STRUKTUR ORGANISASI

(8)
(9)

DAFTAR NAMA KETUA PTUN PALEMBANG PERIODE 1991 - SEKARANG

1. Yenni Ch Ratulangi S. SH (1991-1992)

2. Hj. Goesmain Ridwan A, SH (1992-1996)

3. Imam Subechi, SH (1996-1998)

4. Ismoehari, SH (1998-1999)

5. H.R Suhardoto, SH (1999-2000)

6. Mukmin Siregar,SH (2000-2001)

7. Hj. Murni Waliulu, SH (2001-2003)

8. H. Swani Adjun, SH (2003-2006)

9. Jayatan Sihombing, SH. (2006- 2008)

10.H.Eddy Nurjono, SH (2008-2010)

11. T.Sjahnur Ansjari,SH.MH (2010-Sekarang)

NAMA-NAMA HAKIM

PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PALEMBANG PERIODE 27 April 2010 s/d SEKARANG

1. T.Sjahnur Ansjari,SH.MH 2. H.Ujang Abdullah, SH.M.SI. 3. Nenny Frantika, SH.,MH.

4. I Gede Eka Putra Suartana, SH.,MH. 5. Indra Kesuma Nusantara, SH. 6. Gerhat Sudiono, SH..

Referensi

Dokumen terkait

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta adalah salah satu Entitas Akuntansi di bawah Mahkamah Agung Republik Indonesia yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan

Secara umum kebijakan yang dilakukan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan Peradilan Tingkat

Pengertian Keputusan tata usaha negara menurut pasal 1 angka 3 uu No. 9 Tahun 2004 ialah Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat tata usaha negara

PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

Kompetensi Absolut (Kekuasaan Absolut) Peradilan Tata Usaha Negara Kekuasaan Absolut dari pengadilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara terdapat dalam Pasal 47 yang

Untuk tugas pokok, fungsi dan tata kerja Kepaniteraan diatur berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : KMA/012/SK/III/1993 sedangkan untuk tugas pokok, fungsi

7 Puslitbang Hukum dan Peradilan Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI, 2010, Eksekutabilitas Putusan Peradilan Tata Usaha Negara Laporan Penelitian, Jakarta: Balitbang Di

Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru hingga saat ini belum ada melakukan Sosialisasi tentang E-Court ini ke daerah-daerah diluar Pekanbaru, dikarenakan dari Mahkamah Agung tidak ada