• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Perubahan dan Perbaikan Kurikulum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dampak Perubahan dan Perbaikan Kurikulum"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang dijadikan guru sebagai pegangan dalam proses belajar dan mengajar. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan baik oleh guru, masyarakat dan pemerintah.

Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang maksimal.

Perubahan tidak selalu sama dengan perbaikan, akan tetapi perbaikan selalu mengandung perubahan. Perbaikan berarti meningkatkan nilai atau mutu. Perubahan adalah pergeseran posisi, kedudukan atau keadaan yang mungkin membawa perbaikan, akan tetapi dapat juga memperburuk keadaan. Anak yang mula-mula tidak mengenal ganja, dapat berubah menjadi anak yang mengenalnya lalu terlibat dalam kejahata. Perubahan di sini tidak membawa perbaikan. Namun demikian sering diadakan perubahan dengan maksud terjadinya perbaikan (Nasution : 2003; hal. 122).

Perubahan dan perbaikan kurikulum tentunya memiliki dampak terhadap seluruh unsure dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penulis merumuskan judul tulisan ini: “Dampak Perubahan dan Perbaikan Kurikulum Terhadap Pembelajaran”

1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa pertanyaan yang menjadi dasar perumusan masalah dalam tulisan ini antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?

2. Apa saja asas-asas kurikulum?

3. Apa saja yang menjadi komponen-komponen kurikulum?

4. Bagaimana proses terjadinya perubahan kurikulum?

5. Bagaimana proses terjadinya perbaikan kurikulum?

(2)

7. Apa-apa saja unsur-unsur penting dalam pembelajaran?

8. Bagaimana dampak perubahan dan perbaikan kurikulum terhadap pengajaran?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tulisan ini adalah untuk memenuhi tugas pribadi mata kuliah Pengembangan Kurikulum yang diasuh oleh Prof. DR. Sukirno, M. Pd. Selain itu tujuan penulisan tulisan ini untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang dampak perubahan dan perbaikan kurikulum terhadap pembelajaran.

1.4 Batasan Masalah

(3)

BAB II

DAMPAK PERUBAHAN DAN PERBAIKAN KURIKULUM TERHADAP PEMBELAJARAN

2.1 Kurikulum

2.1.1 Pengertian Kurikulum

Kamus Webster 1856 mengartikan kurikulum sebagai: “1. A race course; a place for running; a chariot. 2. A course in general; applied particulary to the course pf study in a university”. Jadi dengan “kurikulum” dimaksud suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir. “Kurikulum” juga berarti “chariot” semacam kereta pacu pada zaman dulu, yakni suatu alat yang membawa seorang dari “start” sampai “finish” (Nasution: 2003; hal. 1 – 2)

Selanjutnya, pada tahun 1955 kamus Webster mengartikan kurikulum sebagai : “a. a course esp.a specified fixed course of study, as in a school or college, as one leading to a degree. b. The whole body of courses offered in an educational institution, or department thereof. The usual sense”. Di sini “kurikulum” khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yakni sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat. “Kurikulum” juga berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan (Nasution: 2003; hal. 2).

Di Indonesia istilah “kurikulum” identik dengan rencana pelajaran. Pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran. Hilda Taba dalam bukunya Curriculum Development, Theory and Practice mengartikan sebagai “a plan for learning” yakni sesuatu yang direncakan untuk pelajaran anak (Nasution : 2003; hal. 2).

S. Nasution dalam “Asas-asas Kurikulum” (2003) memberi beberapa definisi kurikulum menurut beberapa ahli kurikulum:

1. J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam Curriculum Planning for Better Teaching and Learning mendefinisikan kurikulum sebagai segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler.

(4)

3. B. Othanael Smith, W. O. Stanley, dan J. Harlan Shores melihat kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.

4. William B. Ragan dalam buku Modern Elementary Curriculum (1966) menggunakan kurikulum dalam arti luas yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan social antara guru dan murid, metose mengajar, cara mengevaluasi termasuk kurikulum.

5. J. Llyod trump dan delmas F. Miller dalam buku Secondary School Improvement (1973) juga mendefinisikan kurikulum dalam arti luas. Bagi mereka, dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervise dan administrasi dan hal-hal structural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran. Program, manusia dan fasilitas merupakan aspek pokok yang berkaitan satu sama lain. Ketiga aspek ini harus diperhatikan dalam perbaikan kurikulum.

6. Alice Miel dalam bukunya Changing the Curriculum : a social process (1946) melihat kurikulum dalam arti yang lebih luas. Baginya, kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah. Jadi kurikulum bukan hanya pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, apresiasi, cita-cita serta norma-norma, melainkan juga pribadi guru, kepala sekolah serta seluruhpegawai sekolah.

7. Hilda Taba mendefiniskan kurikulum dalam arti yang sempit. Baginya, kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya.

8. Edward A. Krug dalam The Secondary School Curriculum (1960) melihat kurikulum secara realistis. Baginya, kurikulum sebagai cara-cara dan usaha untuk mencapai tujuan persekolahan. Krug membatasi kurikulum pada: pengajaran di dalam kelas dan kegiatan-kegiatan tertentu di luar pengajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli kurikulum di atas, kita dapat menggolongkan kurikulum ke dalam empat golongan yakni:

1. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya para pengembang kurikulum, biasanya dalam suatu panitia. Hasil dituangkan dalam bentuk buku atau pedoman kurikulum yang misalnya berisi sejumlah mata pelajaran yang harus diajarkan.

(5)

juga meliputi segala kegiatan yang dianggap dapat mempengaruhi perkembangan siswa misalnya perkumpulan sekolah, pertandingan, pramuka, warung sekolah dan lain-lain.

3. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu. Apa yang diharapkan akan dipelajari tidak selalu sama dengan apa yang benar-benar dipelajari.

4. Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Ketiga pandangan di atas berkenaan dengan perencanaan kurikulum sedangkan pandangan ini mengenai apa yang secara actual menjadi kenyataan pada tiap siswa. Ada kemungkinan, bahwa apa yang diwujudkan pada diri anak berbeda dengan apa yang diharapkan menurut rencana.

2.1.2 Asas-asas Kurikulum

Berikut ini merupakan asas-asas kurikulum yang dikemukakan oleh S. Nasution dalam “Asas-asas Kurikulum” (2003) antara lain:

1. Asas Filosofis

Asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan dengan filsafat negara. Pendidikan di negara otokratis akan berbeda dengan negara yang demokratis, pendidikan di negara yang menganut agama Budha akan berlainan dengan pendidikan di negara yang memeluk agama Islam atau Kristen.

2. Asas Psikologis

Dalam asas psikologis diperhitungkan dua factor antara lain: pertama, psikologi anak dimana minat dan perkembangan anak menjadi asas dalam pengembangan kurikulum. Kedua, psikologi belajar dimana segala hal yang berkaitan dengan kegiatan belajar seperti: proses belajar dan keadaan belajar mempengaruhi pengembangan kurikulum

3. Asas Sosiologis

(6)

4. Asas Organisatoris

Asas organisatoris berkaitan dengan pengorganisasian bahan mata pelajaran yang akan disajikan dalam kurikulum. Setiap organisasi kurikulum mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas dari macam-macam organisasi kurikulum yang dapat dijalankan secara bersama di satu sekolah, bahkan yang satu dapat membantu atau melengkapi yang satu lagi.

2.1.3 Komponen-komponen Kurikulum

Ralph W. Tyler dalam bukunya Basic Principles of Curriculum and Instruction (1949) membagi komponen-komponen dalam kurikulum antara lain: 1. Tujuan, 2. Bahan Pelajaran, 3. Proses Belajar Mengajar (PBM), dan 4. Evaluasi atau penilaian (Nasution: 2003, hal. 17 – 18).

Tujuan

Evaluasi Bahan

PBM

Keempat komponen di atas saling berhubungan. Setiap komponen bertalian erat dengan ketiga komponen lainnya. Tujuan menentukan bahan apa yang akan dipelajari, bagaimana proses belajarnya, dan apa yang harus dinilai. Demikian pula penilaian dapat mempengaruhi komponen lainnya.

Bila salah satu komponen berubah, misalnya ditonjolkannya tujuan yang baru atau proses belajar mengajar, misalnya metode baru, atau cara penilaian, maka semua komponen lainnya turut mengalami perubahan. Kalau tujuannya jelas, maka bahan pelajaran, Proses belajar mengajar, maupun evaluasi pun lebih jelas.

(7)

2.1.4 Perubahan Kurikulum 2.1.4.1 Fase-fase dalam Perubahan

Menurut para ahli sosiologi, perubahan terjadi dalam tiga fase yakni:

1. Fase Inisiasi yaitu taraf permulaan ide perubahan itu dilancarkan dengan menjelaskan sifatnya, tujuan dan luas perubahan yang ingin dicapai.

2. Fase Legitimasi yaitu tahap dimana orang menerima ide itu.

3. Fase Kongruensi yaitu tahap dimana orang mengadopsi ide tersebut, menyamakan pendapat sehingga selaras dengan pikiran para pencetus sehingga tidak terdapat perbedaan nilai lagi antara penerima dan pencetus perubahan.

2.1.4.2. Hal-hal dalam Perubahan Kurikulum

Ada banyak hal yang berkaitan dengan perubahan kurikulum. Namun ada beberapa hal yang dirasa penting dalam perubahan kurikulum antara lain:

1. Perubahan Guru

Salah satu bagian dalam proses perubahan kurikulum adalah perubahan guru karena perubahan kurikulum tak akan dapat dilaksanakan tanpa perubahan pada guru sendiri. Seperti manusia lainnya, guru juga sering tidak mudah berubah, karena telah biasa dengan cara-cara yang lama. Setiap perubahan akan dapat mengganggu ketentramannya. Guru cenderung konservatif sebab tugasnya terutama untuk melestarikan kebudayaan dengan menyampaikannya kepada generasi muda.

Namun pada saat-saat tertentu, misalnya ada ketidakpuasan dengan keadaan, guru dapat berubah. Perubahan itu terjadi untuk mengatasi kekurangan yang dirasakan pada dirinya dan dalam situasi pendidikan.

Oleh karena itu, orang yang berperan sebagai pengubah kurikulum harus dapat bekerja sama, harus dapat mempengaruhi orang dan memberi inspirasi. Ia harus mempunyai sensitivitas social, terbuka bagi pikiran orang lain dan terbuka bagi perubahan. Akan tetapi ia harus seorang professional, namun rendah hati dan tidak memerkan pengetahuannya.

2. Perubahan Lembaga atau Organisasi

(8)

mempunyai hirarki yang ketat, mengikuti prosedur yang tetap. Untuk mengadakan perubahan, harus diketahui dan dipertimbangkan keadaan yang ada.

Berdasarkan pemaparan di atas ada beberapa hal yang diperlukan dalam perubahan yakni: pertama, sikap kerjasama dalam melakukan perubahan baik dalam hal manusianya (guru) maupun organisasi / lembaga. Kedua, kebijakan dan kepekaan social yang mengenal daya-daya yang membantu dan menghalangi perubahan itu dan diadakan usaha untuk memperkuat daya-daya yang menyokong sambil melemahkan, melumpuhkan bahkan meniadakan daya-daya-daya-daya yang menghambat. Ketiga, kesadaran akan adanya masalah yang dihadapi.

2.1.4.3 Proses Perubahan Kurikulum

Berikut ini merupakan sejumlah saran singkat tentang langkah-langkah dalam proses mengubah kurikulum (Nasution; 2003, hal. 130 - 131):

1. Pupuklah suasana dan kondisi kerja yang serasi. Suasana kerja harus memberi kesempatan bagi peserta untuk mengeluarkan buah pikirannya secara bebas. Saran-saran mereka harus diperhatikan. Mereka harus diikutsertakan dalam merumuskan dan memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Keberhasilan perubahan bergantung pada kualitas dan kuantitas para peserta. Ada kalanya diperlukan bantuan dari orang lain misalnya dari kanwil atau perguruan tinggi perlu disediakan sumber dan bahan yang diperlukan. Hendaknya dijauhi hal-hal yang dapat mengganggu.

2. Berikan waktu yang cukup, jangan terlampau cepat, jangan pula terlampau lambat. Mendesak agar cepat bekerja akan cepat menghasilkan pekerjaan yang tergesa-gesa dan tidak cermat. Pelaksanaan perubahan memerlukan waktu. Ada kalanya untuk suatu program, misalnya perbaikan pengajaran bahasa, diperlukan waktu 3 – 4 tahun.

3. Tentukan kegiatan yang sesuai, misalnya ada yang lebih serasi bila dilakukan oleh panitia, kelompok studi, workshop, konferensi, seminar, dapat pula mengadakan wawancara, observasi, demonstrasi, atau menggunakan alat-alat seperti: tape recorder, TV dan lain-lain.

(9)

2.1.5 Perbaikan Kurikulum

Perbaikan selalu dikaitkan dengan penilaian. Perbaikan diadakan untuk meningkatkan nilai dan untuk mengetahuinya digunakan criteria tertentu. Perbedaan criteria akan memberi perbedaan pendapat tentang baik-buruknya perubahan itu. Perubahan, sekalipun memberi perbaikan dalam segala hal bagi semua orang.

Dalam kaitannya dengan kurikulum, kurikulum memiliki ketidaksempurnaan dan senantiasa dapat diperbaiki. Dalam hal memperbaiki kurikulum sekolah, ada beberapa dasar pertimbangan yang harus diperhatikan antara lain (Nasution : 2003, hal. 133 – 138) :

1. Mengetahui Tujuan Perbaikan

Ini merupakan langkah pertama dalam perbaikan kurikulum. Tujuan perbaikan harus jelas yakni apa yang sebenarnya ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, bagaimana melaksanakannya, apakah perlu dicari proses belajar – mengajar baru, sumber belajar apa yang diperlukan, bagaimana mengorganisasi bahan itu, bagaimana menilainya, bagaimana memanfaatkan balikannya. Ada kemungkinan tujuannya harus diperjelas atau diubah, demikian pula desain perbaikan atau implementasinya dan metode penilaiannya. Jadi perbaikan kurikulum tak kunjung berakhir dan bergerak terus. Kurikulum bukan benda mati akan tetapi sesuatu yang hidup mengikuti perkembangan zaman.

2. Mengenal Keadaan Sekolah

Ada kecenderungan guru tidak mengenal betul situasi sekolah yang sebenarnya, misalnya kurang mengenal potensi guru, sumber belajar yang tersedia di sekolah atau lingkungan, kurang mengenal keadaan masyarakat lingkungan, tidak mengenal sejarah perkembangan sekolah atau memahami kurikulum sekolah sebagai keseluruhan serta hubungannya dengan instansi lain, atau bantuan yang dapat diperoleh, misalnya dari staf perguruan tinggi, termasuk IKIP.

3. Mempelajari Kebutuhan Murid dan Guru

Mengetahui kebutuhan itu merupakan titik tolak bagi usaha perbaikan. Tujuan pendidikan seperti diharapkan pemerintah dapat memberi dorongan untuk mengadakan perubahan dalam keadaan sekarang yang dirasa tidak memuaskan.

(10)

4. Mengenal Masalah Yang Dihadapi Sekolah

Salah satu focus perbaikan adalah masalah-masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari-hari misalnya: metode mengajar, perbedaan individu, bahan pelajaran yang serasi, organisasi kelas, fasilitas yang membantu proses belajar mengajar, cara meningkatkan motivasi belajar siswa, dan lain-lain. Dalam pemilihan masalah, hendaknya jangan terlampau luas sehingga sulit dikendalikan. Sebaliknya jangan terlampau sempit sehingga tidak bermakna.

5. Mengenal Kompetensi Guru

Kompetensi guru merupakan salah syarat dalam perbaikan kurikulum. Kompetensi guru yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan guru untuk melihat seluk beluk kurikulum, baha pelajaran, proses belajar mengajar, psikologi anak, sosiologi, kemampuan membuat perencanaan, kemampuan untuk mencetuskan ide-ide baru, kemampuan mempertemukan pandangan yang bertentangan, kemampuan membuat proses belajar mengajar menjadi menyenangkan, kemampuan bekerja sama untuk menghasilkan pekerjaan yang bermutu, kemampuan untuk mengarahkan dan mengkoordinasi, kemampuan menganalisis situasi dan menafsirkan perbuatan, kemampuan memilih dari sejumlah alternative, kemampuan untuk mengadakan eksperimen dan penelitian, kemampuan untuk menanyakan pertanyaan yang relevan, kemampuan menyatakan pikiran secara lisan dan tulisan serta menggunakan alat seperti computer.

6. Mengenal Gejala Sosial

Gejala social merupakan unsure perbaikan yang berasal dari luar lingkungan sekolah. Gejala-gejala social yang dimaksudkan di sini dapat berupa konsep orang tua atau masyarakat tentang sekolah. Biasanya orang tua atau masyarakat yang memiliki kepedulian kepada sekolah akan menyampaikan keluhan atau pendapatnya langsung kepada pihak sekolah atau melalui media massa. Bentuk kepedulian ini merupakan dasar adanya keinginan untuk perbaikan kurikulum. Bentuk keluhan tidak selamanya dapat dipenuhi sebab keluhan tersebut perlu dipertimbangkan berdasarkan fakta yang ada.

2.2 Pembelajaran

2.2.1 Pengertian Pembelajaran

(11)

TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

pembelajaran bukan lagi sekedar kegiatan mengajar (pengajaran) yang mengabaikan kegiatan belajar, yaitu sekedar menyiapkan pengajaran dan melaksanakan prosedur mengajar dalam pembelajaran tatap muka. Akan tetapi, kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi dan dilaksanakan dengan pola-pola pembelajaran yang bervariasi.

Berikut ini adalah bagan kegiatan yang terjadi dalam pembelajaran:

2.2.2 Komponen-komponen dalam Pembelajaran

Ada lima komponen yang terdapat dalam pembelajaran antara lain:

1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai oleh kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini merupakan tujuan antara dalam upaya mencapai tujuan-tujuan lain yang lebih tinggi tingkatannya yakni tujuan-tujuan pendidikan dan tujuan-tujuan pembangunan nasional. Tujuan-tujuan ini tampak secara hirarkis dalam bagan di bawah ini:

(12)

TUJUAN PEMBELAJARAN

MEDIA PEMBELAJARAN BAHAN PEMBELAJARAN

STRATEGI PEMBELAJARAN EVALUASI PEMBELAJARAN 2. Bahan Pembelajaran

Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari urikulum yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topic / sub-topik dan rinciannya.

3. Strategi dan Metode Pembelajaran

Strategi dan metode pembelajaran berkaitan dengan seluruh cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Cara yang dimaksudkan di sini, misalnya: model pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran dan lain sebagainya. Strategi dan metode pembelajaran digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari komponen-komponen lainnya.

4. Media Pembelajaran

Media pembelajaran berkaitan dengan sarana / alat yang digunakan dalam proses belajar dan mengajar. Media ini digunakan agar strategi dan metode lebih efektif digunakan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

5. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan bagian akhir dari proses belajar mengajar. Evaluasi pembelajaran berguna untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

(13)

2.2.3 Kategori dalam Pembelajaran

Gagne mengklasifikasikan pembelajaran manusia ke dalam lima kategori atau domain yakni: informasi verbal, sikap, keterampilan intelektual, keterampilan motorik dan strategi kognitif. Kategori-kategori ini penting bagi teori pembelajaran sebab setiap kategori merupakan hipotesis untuk memerlukan tipe-tipe yang berbeda dari pembelajaran. Hal ini penting untuk mengerti dasar yang mana Gagne telah membuat klasifikasi ini.

Bagi Gagne, pembelajaran terjadi ketika seorang individu memperoleh satu kemampuan khusus untuk melakukan sesuatu. Karena kemampuan belajar tidak dengan sendirinya tampak. Hal ini berasal dari perilaku si belajar (yang tampak) yang satu bisa berpendapat bahwa satu kemampuan khusus telah dipelajari. Gagne menegaskan bahwa hasil berbagai kemampuan belajar yang berbeda secara bersamaan dalam akibat-akibat yang berbeda. Ketika akibat-akibat ini diantisipasi dan direncanakan bagi mereka yang dinyatakan sebagai sasaran pembelajaran.

Kemampuan yang satu diperoleh ketika pembelajaran informasi verbal (misalnya: hari ulang tahun pasangan) menyatakan informasi. Di sisi lain, kemampuan yang satu diperoleh dalam pembelajaran satu sikap yang merupakan pilihan untuk bertindak dalam satu cara atau cara lainnya (misalnya: membawa bunga kepada istri di rumah). Ketika seseorang telah belajar sebuah konsep, yang merupakan satu tipe keterampilan intelektual, orang mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi secara benar atau mengklasifikasi yang sebelumnya tidak menghadapi contoh dari konsep (misalnya: secara tepat mengklasifikasikan jenis-jenis bunga yang berbeda). Ketika satu keterampilam motorik telah diperoleh, kemampuan dapat secara pantas dan halus menjalankan semua sub-keterampilan dalam satu rangkaian yang benar (misalnya: memukul bola tenis). Akhirnya, seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mengulas satu solusi novel pada satu masalah atau orang yang mampu merencanakan satu system personal bagi pengingatan informasi atau penghadiran pada satu tugas menunjukkan bahwa dia telah belajar satu strategi kognitif.

Kategori dalam Pembelajaran

No Kemampuan yang telah dipelajari

Performance

1 Keterampilan Intelektual Menggunakan konsep dan aturan untuk memecahkan berbagai masalah; menanggapi kelas-kelas rangsangan sebgai nyata dari pemanggilan kembali contoh-contoh spsifik

2 Keterampilan Motorik Melakukan pergerakan badan secara halus dan dalam rangkaian yang tepat

3 Informasi Verbal Mengungkapkan informasi

(14)

mengendalikan proses pemikiran / pembelajaran seseorang

5 Sikap Pilihan berkelakuan dalam satu cara yang khusus

2.3 Dampak Perubahan dan Perbaikan Kurikulum Terhadap Pengajaran

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa ada beberapa kompetensi dasar dan materi pokok dalam Kurikulum 2013 Matematika Kelas VII tetapi

a) Kocok contoh yang telah diinkubasi dan dengan mengunakan jarum ose, goreskan sepanjang 3 mm biakan pengkayaan TT broth ke dalam cawan petri yang berisi media XLD, HE

Kiranya Manual Prosedur Pelaksanaan Praktikum Untuk Eksternal yang telah disusun oleh Tim Unit Jaminan Mutu (UJM) Jurusan Matematika dapat dipahami dan

Skripsi yang berjudul “Efek Pemberian Ekstrak Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas) terhadap Jumlah Neutrofil pada Mencit Jantan yang Diinduksi Bakteri Escherichia coli” telah

Tujuan pembelajaran ini adalah (i) untuk menemukan bagaimana macam- macam bentuk metapora dalam iklan perawatan kecantikan yang ditemukan di majalah allure Magazine. (ii)

Setelah teori Graf ditemukan oleh Sir William Rowan Hamilton, pergerakan bidak kuda dalam papan catur direpresentasikan sebagai sebuah graf dengan tiap kotak papan