Etika Profesi Desain
Secara global di dunia, profesi desain grafis
mengarah ke dunia industri kreatif.
Beberapa negara maju, terdapat asosiasi
yang mengatur etika dalam profesi
tersebut.
◦American Institute of Graphic Arts
◦Graphic Artists Guild
◦Industrial Designers Society of America
◦Society of Graphic Designers of Canada
Panduan etika dari berbagai asosiasi
tersebut
hampir seluruh fokus pada:
◦integritas dan rasa hormat dalam interaksi bisnis baik dengan klien,
◦perusahaannya bekerja atau pihak ketiga maupun dengan desainer lainnya.
Menghormati desainer lain dalam persaingan adil dan terbuka.
Sebagai desainer bersikaplah jujur ketika Anda menggambarkan pengalaman profesional dan kompetensi Anda.
Hindari semua jenis pertentangan di atas kepentingan pribadi.
Memperkenalkan diri kepada klien dengan memberikan saran jujur dan tidak memihak. Menjaga kerahasiaan semua informasi klien.
Menghilangkan segala bentuk kompensasi atau imbalan tersembunyi.
Menjaga komitmen untuk mengembangkan karya secara inovatif dengan kualitas terbaik.
Tolak segala bentuk plagiarism.
•Desain Grafis merupakan bidang profesi yang Desain Grafis merupakan bidang profesi yang
berkembang pesat sejak revolusi Industri (abad ke-19) berkembang pesat sejak revolusi Industri (abad ke-19) saat di mana informasi melalui media cetak makin luas saat di mana informasi melalui media cetak makin luas digunakan dalam perdagangan (poster dan kemasan), digunakan dalam perdagangan (poster dan kemasan), penerbitan (koran, buku dan majalah) dan informasi seni penerbitan (koran, buku dan majalah) dan informasi seni budaya.
budaya.
Perkembangan bidang ini erat hubungannya dengan Perkembangan bidang ini erat hubungannya dengan
meningkatnya kesadaran akan manfaat yang dapat dipetik meningkatnya kesadaran akan manfaat yang dapat dipetik dari kejituan penyampaian informasi pada masyarakat.
dari kejituan penyampaian informasi pada masyarakat.
Pada saat sekarang ini dunia desain grafis
Indonesia dinaungi oleh ADGI (Asosiasi
Desain Grafis Indonesia) sebagai asosiasi
desain grafis di Indonesia sedang
Sesuai data pada Majalah Concept Vol. 01 edisi
05 tahun 2005, setiap tahun ada 1500-an lulusan Desain Komunikasi Visual (DKV) yang berarti
akan ada tambahan + 1500 desainer grafis yang potensial masuk ke dalam industri yang akhirnya akan terjadi oversupply lulusan DKV. Ingat,
informasi tersebut terdapat pada tahun 2005 dan sekarang sudah tahun 2010,
seperti dikutip dari
http://wulanlan.multiply.com/journal/item/3, yang menyatakan “…. sekarang sudah tahun 2008,
mari kita lihat dan ternyata memang lulusan DKV
sudah Oversupply….”
Dilihat dari banyaknya lulusan DKV yang terjun
Melihat isu yang berkembang, ADGI tidak
mau kalah dengan asosiasi di negara-negara
maju.
Pada tanggal 28 Januari 2009 ADGI
mengajukan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) ke Kementrian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Berarti secara langsung menuntut
standarisasi kualitas dari desainer-desainer
grafis profesional dan mempunyai sertifikasi
desain grafis.
Karena ini menyangkut ranah profesi dari
Isu utama tentang etika profesi desainer
grafis di Indonesia telah disadari adanya
praktek-praktek tak etis seperti (pitching
fiktif, free pitching, kolusi, dll) yang
merupakan pelanggaran HAKI – masalah
pengakuan hak atas kekayaan intelektual.
Lebih lanjut mengenai HAKI pada dunia
desain grafis dapat dilihat pada tautan
diskusi online bersama Forum Desain Grafis
Indonesia (FDGI) – HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL – HAKI Semoga dengan adanya
kerjasama dari pemerintah dan
desainer-desainer dapat mewujudkan SKKNI sebagai
acuan yang jelas dalam berprofesi sebagai
desainer grafis sehingga etika
Tulisan ini juga dapat dilihat di:
Majalah Concept Vol. 01 edisi 05 2005