PEKERJAAN :
JEMBATAN SEI. AIR GADANG
KABUPATEN PASAMAN BARAT
Jln. T.Tambusai Komp.Paninsula Blok B No.4 Pekanbaru-28282 Telp. 0761-571309, Fax. 571703 E-mail : visi_gemilang@yahoo.com
P.T. VISITECH GEMILANG
Engineering & Management Consultants SATUAN NON VERTIKAL TERTENTU PERENCANAAN
Jln. T.Tambusai Komp.Paninsula Blok B No.4 Pekanbaru-28282
P.T. VISITECH GEMILANG
Engineering & Management ConsultantsPEKERJAAN :
KATA PENGANTAR
Pembangunan jembatan Sungai Air Gadang Kabupaten Pasaman
Barat merupakan peningkatan kualitas dibidang pelayanan transportasi di
wilayah bagian utara propinsi Sumatera Barat, disamping itu pembangunan
ini juga menunjang dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian
masyarakat di kedua kabupaten tersebut dan pembangunan jembatan ini
juga dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
11 Tahun 2006, tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), menetapkan bahwa
kegiatan pembangunan ketiga lokasi jembatan tersebut di atas termasuk
kegiatan yang tidak tergolong sebagai kegiatan wajib AMDAL, tetapi
diwajibkan untuk membuat studi kelayakan lingkungan yaitu Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UKL-UPL).
.
Semoga dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) pembangunan jembatan Sungai Air
Gadang Kabupaten Pasaman Barat dapat bermanfaat dan berguna dalam
perencanaan pembangunan dan pengelolaan serta pemantauan lingkungan
hidup..
Padang, Juli 2010 Hormat kami,
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
I PENDAHULUAN I. 1
1.1. Latar Belakang I. 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan I. 3
1.3. Tujuan dan Kegunaan UKL-UPL I. 3
1.4. Peraturan I. 4
II. RUANG LINGKUP RENCANA KEGIATAN II. 1
2.1. Gambaran Umum Wilayah Studi II. 1
2.2. Lingkup Rencana Kegiatan II. 2
2.3. Lingkup Studi II. 6
2.4. Wilayah Studi II. 9
III. RONA LINGKUNGAN HIDUP III. 1
3.1. Fisika-Kimia III. 1
3.2. Biologi III. 14
3.3 Sosial Ekonomi Budaya III. 15
IV. DAMPAK LINGKUNGAN YANG TERJADI IV. 1
4.1. Tahap Prakonstruksi IV. 1
4.2. Tahap Konstruksi IV. 2
4.3. Tahap Operasi IV. 6
V. PROGRAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP V. 1
5.1. Tahap Prakonstruksi V. 1
5.2. Tahap Konstruksi V. 3
5.3. Tahap Operasi V. 14
VI. PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP VI. 1
6.1. Tahap Prakonstruksi VI. 1
6.2. Tahap Konstruksi VI. 3
6.3. Tahap Operasi VI. 16
DAFTAR PUSTAKA iii
DAFTAR TABEL
halaman
2.1. Jenis alat berat dan kendaraan yang diperlukan untuk pembangunan jembatan dan mobilisasinya.
II-3
2.2. Kebutuhan tenaga kerja pembangunan jembatan selama konstruksi II-4 2.3. Kebutuhan Pondasi Tiang Pancang Jembatan Air Gadang II-5 2.4. Parameter, Metode Pengukuran/Analisis dan Peralatan Yang
Digunakan Untuk Kualitas Tanah
II-7
2.5. Metode dan Peralatan Analisis Kualitas Udara Ambien II-8 2.6 Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Permukaan (Air
Sungai)
II-8
2.7. Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Tanah Dangkal (Air Sumur)
II-9
3.1 Kondisi Iklim Di Lokasi Kegiatan dan Sekitarnya III-1 3.2. Data Curah Hujan, Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan
Angin di Daerah Sukamenanti dan Sekitarnya (2000-2005)
III-1
3.3. Kualitas Air sungai Air Gadang Pada Rencana Peningkatan Pembangunan Jembatan Air Gadang Kabupaten Pasaman Barat
III-5
3.4. Hasil analisis kualitas air Sungai Air Gadang pada rencana pembangunan jembatan Air Gadang, Kabupaten Pasaman Barat
III-6
3.5. Kualitas Udara Ambien di Rencana Lokasi Pembangunan Air Gadang, Kabupaten Pasaman Barat
III-7
3.6. Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada rencana pembangunan Jembatan Air Gadang, Kabupaten Pasaman Barat III-8 3.7. Hasil pengukuran getaran pada rencana pembangunan Jembatan Air Gadang
Kabupaten Pasaman Barat III-9
3.8. Hasil analisis sifat fisik tanah di lokasi kegiatan III-10 3.9. Hasil Prediksi Laju Erosi tanah di Lokasi kegiatan III-11 3.10. Tingkat Bahaya Erosi di Lokasi kegiatan III-11 3.11. Hasil Perhitungan Laju Erosi, TBE dan Kelas/Skala Erosi di Lokasi
kegiatan
III-11
3.12. Jenis Flora disekitar Lokasi Kegiatan III-12 3.13. Jumlah Penduduk Kecamatan Pasaman Menurut Kelompok Umur III-14 3.14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan III-15 3.15. Jumlah Kunjungan Pasien yang berkunjung ke Puskesmas di Kecamatan
Pasaman menurut penyakit Utama
III-17
4.1 Matrik Identifikasi Dampak Kegiatan Pembangunan Jembatan Peningkatan
Pembangunan Jembatan Air gadang Terhadap Komponen Lingkungan
IV-8
4.2. Matrik Komponen dampak lingkungan Kegiatan Peningkatan Pembangunan Jembatan Air Gadang
IV-9
5.1. Matrik Program Pengelolaan Lingkungan Hidup Kegiatan Peningkatan Pembangunan Jembatan Air Gadang Kabupaten Pasaman Barat
V-19
6.1. Parameter, alat dan metoda analisa kandungan gas VI-4
6.2. Parameter, alat dan metoda analisa kualitas air sungai untuk pelaksanaa pemantauan
VI-8
6.3. Matrik Program Pemantauan Lingkungan Hidup Kegiatan Peningkatan Pembangunan Jembatan Air Gadang Kabupaten Pasaman Barat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Srikandi Fardiaz, 1992, Polusi Air dan Udara, cetakan ke 9, Penerbit
Kanisius, Yokyakarta,
2. Setiaty Pandia, Amir Husin, Zuhrina Masyitah, 1995, Kimia
Lingkungan, Dirjen DIKTI Depdikbud, Jakarta.
3. Philip Kristanto, 2002, Ekologi Industri, Penerbit Andi Offset,
Yokyakarta
4. Samin, 2006, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, Malang
5. F Gunawarman Suratmo, 2004, Analisis Mengenai Dampak
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Barat yang tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2006 – 2010 pada
Agenda Peningkatan Sarana dan Prasarana Transportasi yaitu mengembangkan,
meningkatkan dan memelihara sarana dan prasarana jalan raya. Pengembangan,
peningkatan dan pemeliharaan prasarana jalan dilakukan dalam rangka meningkatkan
aksesibilitas antar wilayah yang diperlukan untuk mengembangkan perekonomian daerah
dan pelayanan masyarakat. Implementasi dari pelaksanaan RPJMD tersebut terjabarkan
dalam Program Pembangunan Jalan dan Jembatan dengan salah satu kegiatan yang
dilaksanakan pada Tahun 2010 oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga adalah pembangunan jembatan sebagai sarana
penunjang transportasi dan pertumbuhan ekonomi di wilayah selatan dan utara dari Provinsi
Sumtera Barat. wilayah Utara Kabupaten Pasaman Barat yang berbatasan dengan Provinsi
Sumatera Utara.
Kabupaten Pasaman Barat yang terletak pada kondisi geografis terletak pada
00 59’ – 20 28’ lintang selatan dan 1090 19’ – 1010 18’, dengan rata-rata kepadatan penduduk
pada tahun 2008 berkisar 84 orang km2 dengan sektor unggulan dari pertumbuhan ekonomi
berasal dari sektor perkebunan, perindustrian, perdagangan, pertanian, pertambangan,
perikanan kelautan dan lain-lain. Melihat perkembangan pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi yang terus meningkat di Kabupaten Pasaman Barat serta untuk mengantisipasi
perkembangan kemajuan kota, pemerintah Kabupaten Pasaman Barat terus meningkatkan
potensi sumber daya alamnya yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Salah satu kendala dari pemerintah Kabupaten Pasaman Barat dalam
mengembangkan kota dan mobilisasi kendaraan yang bergerak dibidang perekonomian
terus meningkat tiap tahunnya yang kurang didukung dengan kualitas jalan dan jembatan
yang belum memadai. Selama ini mobilisasi barang dan jasa masyarakat Kabupaten
Pasaman Barat tersebut untuk menuju pusat Kota baik untuk keperluan perdagangan,
pendidikan dan sebagainya hanya menggunakan jembatan yang tidak dapat dilalui secara
sekaligus dua kendaraan atau hanya satu kendaraan yang bisa melintas jembatan tersebut.
Menyadari hal tersebut maka mulai sejak tahun anggaran 2009 Pemerintah Republik
Indonesia melalui Satuan Non Vertikal Tertentu Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan
Jembatan (P2JJ) Provinsi Sumatera Barat telah merencanakan pembangunan jembatan Sei.
perkembangan wilayah di Kabupaten tersebut dan meningkatkan pertumbuhan
perekonomian masyarakat, pelaksanaan kegiatan pembangunan jembatan ini juga
berpeluang menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Untuk mengantisipasi dan
mengendalikan dampak negatif serta meningkatkan dampak positif, maka sejak dari proses
perencanaan pembangunan Jembatan ini perlu dilengkapi dengan Studi Kelayakan
Lingkungan. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa setiap rencana kegiatan yang
diperkirakan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi
dengan analisis mengenai dampak lingkungan, yang pelaksanaannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL).
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tersebut
dikemukakan bahwa untuk kegiatan yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting dan
atau dampak yang ditimbulkan secara teknologi dapat dikelola, maka tidak diwajibkan
menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), tetapi harus dilengkapi dengan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UKL/UPL). Begitu juga sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi AMDAL,
maka kegiatan Pembangunan Jembatan ini bukan dikategorikan jenis kegiatan yang wajib
menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Oleh sebab itu studi kelayakan
lingkungan rencana kegiatan Pembangunan Jembatan hanya dikategorikan wajib menyusun
studi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UKL/UPL) sebagai acuan bagi pelaksana dalam melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan.
1.2. TUJUAN DAN KEGUNAAN KEGIATAN
1.2.1. Tujuan
Tujuan pembangunan jembatan ini adalah dalam rangka pengembangan dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Pasaman Barat.
1.2.2. Kegunaan
Kegunaan Pembangunan Jembatan adalah :
1. Meningkatkan aksesibilitas transportasi masyarakat di Kabupaten Pasaman Barat;
1.3.1. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan dokumen UKL dan UPL ini adalah untuk memberikan
arahan pengelolaan dan pemantauan terhadap dampak lingkungan yang mungkin
timbul akibat Pembangunan Jembatan.
1.3.2. Kegunaan
1. Bagi Pemrakarsa :
a. Sebagai acuan dan pedoman serta dasar dalam melaksanakan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan pada setiap tahap pelaksanaan pembangunan
jembatan.
b. Memprediksi dan mengendalikan serta meminimalisasi dampak negatif yang
akan ditimbulkan akibat pembangunan jembatan.
2. Bagi Pemerintah :
a. Sebagai acuan penilairn atas kelayakan lingkungan dari suatu kegiatan
pembangunan jembatan.
b. Merupakan pedoman bagi Instansi terkait dalam melakukan evaluasi
pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang telah dilakukan oleh
pemrakarsa.
3. Bagi Masyarakat :
Merupakan informasi bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dampak positif
dan menghindari dampak negati rencana sejak dari tahap prakontruksi, kontruksi
dan pasca kontruksi.
1.4. PERATURAN
Dasar hukum yang melandasi pelaksanaan penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup rencana kegiatan pembangunan jembatan
ini antara lain sebagai berikut :
1.4.1. Undang-Undang
1. Undang-undang No. 5 Tahun 1990, tentang Sumberdaya Alam Hayati dan
ekosistem perairan di sekitar kegiatan yang direncanakan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003, tentang Tenaga Kerja.
Peraturan ini digunakan sebagai pedoman bagi rencana kegiatan dalam proses
perekrutan dan pelepasan tenaga kerja.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air.
Peraturan ini digunakan sebagai pedoman bagi rencana kegiatan dalam melakukan
pengelolaan sumber daya air di wilayah studi.
4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan
Daerah. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam
mengembangkan potensi sumber daya pembangunan yang dimiliki untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004, tentang Jalan. Peraturan ini
digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui klasifikasi jalan .
6. Undang-Undang No.26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang. Peraturan ini
digunakan sebagai pedoman apakah rencana kegiatan tidak menyalahi rencana tata
ruang di wilayah studi.
7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan ini digunakan sebagai acuan dalam
menentukan kebijakan di bidang lingkungan hidup dan rencana kegiatan
pembangunan jembatan ini berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan
hidup.
1.4.2. Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai. Peraturan ini
digunakan sebagai pedoman dalam pemanfaatan sumberdaya air sungai.
2. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran
Udara. Peraturan ini digunakan sebagai tolok ukur untuk baku mutu udara
ambien yang dibolehkan.
3. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan ini digunakan sebagai tolok ukur
Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman dalam menentukan
kewenangan urusan pemerintahan untuk rencana kegiatan pembangunan
jembatan ini.
1.4.3. Keputusan Presiden
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung. Ketentuan ini merupakan pedoman dalam mengelola sempadan
sungai sebagai kawasan lindung.
1.4.4. Peraturan Menteri
1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 tentang
Jenis-jenis kegiatan dan/atau usaha yang wajib dilengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman dalam
menentukan bentuk dokumen kelayakan lingkungan yang diperlukan
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 15 Tahun 1973, tentang Tata Cara
Pembebasan Tanah. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman dalam
pembebasan tanah yang akan terkena rencana kegiatan pembangunan jembatan
ini .
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993, tentang Garis Sempadan
Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai.
Peraturan ini digunakan sebagai pedoman apakah rencana kegiatan mengenai
sempadan sungai, daerah manfaat sungai.
1.4.5. Keputusan Menteri
1. Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 296/KPTS/1996, tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) Proyek Bidang Pekerjaan Umum. Peraturan ini
digunakan sebagai perbandingan dalam penyusunan Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan rencana kegiatan pembangunan
jembatan ini.
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang
pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup. Keputusan ini sebagai pedoman penyusunan
dan mekanisme pembahasan dokumen rencana kegiatan pembangunan
BAB II
RUANG LINGKUP RENCANA KEGIATAN
2.1. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
Secara administratif kegiatan pembangunan jembatan Air Gadang terletak
di Kabupaten Pasaman Barat, Propinsi Sumatera Barat. Pembangunan jembatan
yang bersifat permanen ini sangat strategis dalam rangka pengembangan Kota ke
arah utara Propinsi Sumatera Barat. Selain itu juga pembangunan jembatan ini yang
merupakan duplikasi dari jembatan lama akan sangat membantu untuk kelancaran
mobilisasi kendaraan dengan lancar dan semakin baik.
Pembangunan jembatan ini menggunakan sistem Jembatan Beton
Konvensional (Balok ”T”) beton bertulang dan jembatan ini merupakan duplikasi dari
jembatan lama dengan bentang 4 @ 25,00 (100,00 meter) dan lebar jalur lalu-lintas
7,00 meter dan trotoar 2 @ 1,00 meter, sedangkan pondasi direncanakan pondasi
dalam berupa tiang pancang beton pratekan φ 50 cm. Jembatan ini merupakan jembatan bentang banyak (multy span) dengan 3 (tiga) buah pilar untuk
menghubungkan 4 (empat) bentang jembatan.
Pada lokasi jembatan ini terdapat disekitarnya pemukiman penduduk.
Kegiatan pembangunan jembatan ini sudah barang tentu akan memberikan dampak
terhadap kondisi pada lokasi jembatan ini, karena bersentuhan langsung dengan
kegiatan. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup dalam
rangka mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan
jembatan ini.
2.2. LINGKUP RENCANA KEGIATAN
2.2.1. Tahap Prakonstruksi
Pekerjaan tahap prakonstruksi adalah kegiatan yang terdiri dari; stake out,
pembebasan lahan, pemagaran tapak kegiatan, dan mobilisisasi alat berat. Urairn
kegiatan pada tahap prakonstruksi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Stake out
yang berkaitan dengan tapak kegiatan pembangunan jembatan. Hasil
pengukuran dan penggambaran tersebut selanjutnya dilakukan interprestasi
lapangan untuk mencocokan desain dengan kondisi lapangan. Sehubungan
dengan kegiatan stake out juga diikuti dengan kegiatan survey lokasi kegiatan
pembangunan jembatan. Survey investigasi rencana kegiatan pembangunan
jembatan dilakukan oleh Satuan Non Vertikal Tertentu Perencanaan dan
Pengawasan Jalan dan Jembatan (P2JJ) Propinsi Sumatera Barat. Maksud
survey investigasi sebagai pedoman teknis arah dan penentuan fungsi ruang.
Kegiatan Survey Investigasi ini meliputi pengukuran untuk menentukan posisi
konstruksi sesuai rencana. Selain itu juga dilakukan pendataan kepemilikan
lahan serta bangunan masyarakat yang termasuk di dalam areal rencana
pembangunan jembatan.
2. Pembebasan lahan
Pembebasan lahan hanya dilakukan pada lahan yang terdapat di pangkal
jembatan. Untuk keperluan tapak kegiatan yaitu pangkal jembatan hanya
dilakukan pembebasan terhadap rumah masyarakat, karena tanah yang
berada pada sempadan sungai bukan milik masyarakat. Jumlah rumah yang
diperkirakan akan terkena akibat pembangunan jembatan Aie Gadang
sebanyak 3 unit yang terdiri dari 1 unit bagian utara jembatan dan bagian
selatan jembatan sebanyak 2 unit rumah. Pemberian ganti rugi terhadap
rumah yang terkena pembangunan jembatan berpedoman pada nilai jual objek
pajak (NJOP).
3. Pembangunan base camp dan pemagaran tapak kegiatan
Base camp diperlukan untuk operasional tenaga kerja dan juga berfungsi
sebagai gudang peralatan selama konstruksi. Pembangunan base camp
berada dekat tapak kegiatan yaitu di pangkal jembatan. Untuk pengamanan
dan tidak terganggunya aktifitas masyarakat dilakukan pemagaran kedua
lokasi pangkal jembatan tersebut. Pemagaran dilakukan bersifat sementara
dengan menggunakan seng sebagai dinding pagar.
4. Mobilisasi Alat Berat
Untuk pembangunan jembatan diperlukan mobilisasi alat-alat berat, sebelum
yang diperlukan dalam pembangunan jembatan tertera pada Tabel 2.1 berikut
ini.
Tabel 2.1. Jenis alat berat dan kendaraan yang diperlukan untuk pembangunan jembatan dan mobilisasinya.
No. Jenis alat berat dan kendaraan Satuan Jumlah Mobilisasi
1. Crane unit 1 darat
2. Excavator unit 1 Darat
3. Loader unit 1 Darat
4. Pile Hammer unit 1 Darat
5. Concrete Mixer unit 2 Darat
6. Motor Grader unit 1 Darat
7. Generator set unit 1 Darat
8. Concrete Vibrator unit 4 Darat
9. Truck Trailer unit 1 Darat
10. Dump truck unit 3 Darat
11. Pick Up unit 2 Darat
12. Compactor unit 1 Darat
Sumber: PT Visitech Gemilang, 2010
2.2.2. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi Material
Untuk pembangunan jembatan diperlukan material seperti semen, pasir,
sirtukil, besi beton, kayu, perpipaan dan tiang pancang beton pratekan.
Kebutuhan berbagai jenis material berupa batu, pasir dan krikil akan dipenuhi
dari quarry yang dikelola pihak lain atau langsung dilakukan oleh kontraktor
pelaksana pekerjaan yang didatangkan oleh perusahaan suplaier. Mobilisasi
material tersebut umumnya dilakukan lewat darat. Semua material tersebut
ditempatkan pada lokasi base camp yang telah dipagar.
2. Rekruitmen Tenaga Kerja
Dalam pelaksanaan pembangunan jembatan selama konstruksi diperlukan
tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja disesuaikan dengan volume kerja, lama
pekerjaan dan spesifikasi tenaga kerja. Kebutuhan tenaga untuk
pembangunan jembatan tertera pada Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2. Kebutuhan tenaga kerja pembangunan jembatan selama konstruksi.
No. Tenaga Kerja Kualifikasi Jumlah
7. Mandor SLTA 1 Tidak tetap
8. Operator SLTA 5 Tidak tetap
9. Pembantu Operator SLTA 5 Tidak tetap
10. Sopir SLTA 6 Tidak tetap
11. Pembantu Sopir SLTA 6 Tidak tetap
12. Mekanik SLTA 2 Tidak tetap
13. Pembantu Mekanik SLTA 2 Tidak tetap
14. Kepala Tukang SLTA 2 Tidak tetap
T o t a l 58
Sumber: PT Visitech Gemilang, 2010
Tenaga kerja lebih diutamakan masyarakat setempat namun jika tenaga kerja
yang mempunyai keahlian khusus tidak di dapat maka akan diusahakan dari
luar daerah.
3. Pembangunan Pondasi (foundation)
Pembangunan pondasi yang terdiri dari pondasi dalam yaitu berupa tiang
pancang beton pratekan dengan diameter 50 cm. Dipancang pada lokasi
abutment dan pilar. Jumlah kebutuhan dan panjang tiang pancang sesuai
perencanaan dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3 Kebutuhan Pondasi Tiang Pancang Jembatan Air Gadang
Tiang Pancang
No. Lokasi Diameter
(cm.)
Jumlah
(batang)
Panjang
(meter)
1. Abutmen 1 50 15 32,00
2. Abutmen 2 50 15 32,00
3. Pilar I, II & III 50 18 x 3 35,00
Sumber: PT Visitech Gemilang, 2010
4. Pembangunan Bangunan Bawah (sub structure)
Bangunan bawah jembatan berfungsi sebagai penyangga bangunan atas
(super structure) yang terdiri dari kepala jembatan (abutment) dan pilar (pier)
sebagai penyambung bentang jembatan pada bentangan jembatan jamak
(multy span). Bangunan bawah dibangun di atas pondasi (tiang pancang) yang
berfungsi untuk meletakkan balok-balok jembatan dan terdapat 2 (dua) buah
abutment 3 (tiga) buah pilar. Konstruksi bangunan bawah dibangun dengan
konstruksi beton bertulang meliputi pekerjaan penggalian, perakitan besi beton
5. Konstruksi Bangunan Atas (super structure).
Bangunan atas jembatan terdiri dari konstruksi balok beton bertulang
berbentuk ”T” (T beam) yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga lebar
jembatan terpenuhi sesuai rencana. Balok-balok beton ini dicor ditempat
dengan memakai perancah kayu untuk memikul sementara balok-balok
jembatan sampai dengan beton cukup umur (mengeras).
6. Pembangunan Jalan Pendekat (approach road)
Jalan pendekat (oprit) pembangunannya dilakukan pada kedua ujung
jembatan. Tujuan pembangunan oprit ini adalah untuk menghubungkan jalan
dengan jembatan dan dibangun sedemikian rupa sehingga pengguna
jembatan merasakan kenyamanan pada saat memasuki jembatan.
7. Pasangan Batu (stone masonry)
Pasangan batu dipasang terutama pada jembatan Sei. Air Gadang pada sisi
Abutment II (arah Batas Sumut). Pasangan batu dipasang untuk melindungi
abutment (kepala jembatan) dari gerusan air.
8. Pekerjaan Finishing
Pekerjaan tahap akhir dari konstruksi ini yaitu pengecetan, pemasangan
rambu-rambu, patok pengarah (guide post) dan marka jalan, serta kemudian
juga dlakukan pembersihan lokasi dari sisa-sisa atau ceceran material yang
akan menggangu lalu lintas nantinya.
9. Demobilisasi Alat Berat
Setelah konstruksi pembangunan jembatan selesai maka dilakukan
pengembalian (demobilisasi) alat-alat berat dan kendaraan setelah pekerjaan
selesai dan pelunasan kontrak kerja maka secara otomatis peralatan kerja
akan diangkut kembali oleh kontraktor. Pelaksanaan demobilisasi dilakukan
melaui darat menggunakan truck trailer.
2.2.3. Tahap Operasi
1. Pemutusan hubungan kerja
Tenaga kerja tidak tetap setelah selesai konstruksi pembangunan jembatan
dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Pemutusan kerja tersebut sesuai
2. Operasional jembatan
Jembatan yang telah selesai dapat di operasikan sesuai dengan perjanjian
kerja sama dengan kontraktor. Kemudian diikuti dengan kegiatan
pemeliharaan jembatan yang meliputi pemeliharan fisik dan perbaikan bagi
bagian yang rusak.
2.3. LINGKUP STUDI
Ruang lingkup studi kegiatan UKL-UPL pembangunan Jembatan meliputi:
2.3.1. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang akan dikumpulkan adalah meliputi data iklim, curah hujan,
kelembaban dan kependudukan pada instansi terkait seperti Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika, Perhubungan dan Pekerjaan Umum serta Badan
Statistik.
2.3.2. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer yaitu dilakukan langsung dilapangan dan selain itu juga
dilakukan pengumpulan dilapangan dan dilanjutkan analisa di laboratorium. Data
primer yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut
a. Sifat Fisik Tanah
Pengumpulan data sifat fisik tanah dilakukan dengan cara sampling
dilapangan, kemudian analisanya dilakukan di laboratorium. Data yang
diperoleh selanjutnya digunakan untuk menganalisis rona lingkungan tanah
disekitar kegiatan.
b. Kualitas Udara Ambien
Pengumpulan data primer untuk kualitas udara ambien dilakukan sampling
Kemudian hasilnya dilanjutkan untuk dianalisa di laboratorium. Kemudian
tingkat kebisingan dilakukan pengukuraan langsung dilapangan.
Metode analisis untuk pengumpulan data primer pencemar udara yang
digunakan seperti tertera pada Tabel 2.5
Tabel 2.5 Metode dan Peralatan Analisis Kualitas Udara Ambien
No Paramater Metode Alat
1 SO2 Pararosaniline Spektrofotometer
2 NO2 Saltzman Spektrofotometer
3 CO Perakamoniakal Spektrofotometer 4 Total Partikel Tersuspensi (TSP) Gravimetri HVAS
c. Kualitas Air Sungai
Data untuk kualitas air sungai dilakukan sampling dan beberapa parameter
diukur langsung dilapangan. Kemudian sebagian parameter kualitas air dapat
dilakukan analisa di laboratorium.
Sedangkan parameter kualitas air permukaan disesuaikan dengan jenis
kegiatan dan mengacu kepada PP 82 Tahun 2001. Hasil yang diperoleh
dilakukan analisis berdasarkan pemanfaatan air sungai PP 82 Tahun 2001.
Parameter dan metode yang digunakan dalam menganalisis kualitas air sungai
tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 2.6 Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Permukaan (Air Sungai)
No. Parameter Satuan Metoda Alat
1 2 3 4 5
I FISIKA
1. Temperatur oC Pemuairn Termometer 2. Padat terlarut (TDS) mg/L Gravimetrik Timbangan
3. Padat tersuspensi (TSS) mg/L Gravimetrik Timbangan
II. KIMIA
1. pH - Potesiometrik pH-meter 2. BOD mg/L Winkler Buret 3. COD mg/L Titrimetri Buret 4. DO mg/L Winkler Buret
5. Senyawa Non logam mg/L Spektrofotometri Spektrofotometer 6. Persenyawaan Logam mg/L Spektrofotometri AAS
7. Detergen sebagai MBAS mg/L Spektrofotometri Spektrofotometer 8. Senyawa Fenol mg/L Spektrofotometri Spektrofotometer
d. Kualitas Air Sumur
Sampling kualitas air tanah dangkal (air sumur) diambil pada rencana
pembangunan jembatan, yaitu sumur masyarakat. Sampling langsung
dilapangan dan analisis terhadap parameternya dilakukan di laboratorium.
Parameter dan metoda yang digunakan untuk analisis kualitas air sumur dapat
Tabel 2.7 Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Tanah Dangkal (Air Sumur)
No. Parameter Satuan Metoda Alat
1 2 3 4 5
I FISIKA
1. Warna Unit Pt-Co Spektrofotometri Spektrofotometer 2. Temperatur oC Pemuain Termometer 3. Kekeruhan NTU Turbidimetri Turbidimeter 4. Padat terlarut (TDS) mg/L Spektrofotometri Spektrofotometer
II. KIMIA
1. Persenyawan Logam mg/L Spektrofotometri AAS
2. Senyawa NonLogam mg/L Spektrofotometri Spektrofotometer 3. Kesahan total (CaCO3) mg/L Spektrofotometri AAS
4. pH - Potesiometrik pH-meter
e. Komponen Flora
Parameter flora dilakukan dilapangan dengan cara pengamatan dilapangan
pada daerah yang akan dibangun jembatan.
f. Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya
Untuk pengumpulan data sosial ekonomi dan sosial budaya dilakukan
wawancara dengan penduduk setempat dan pemuka masyarakat.
2.4. WILAYAH STUDI
Kabupaten Pasaman Barat Propinsi Sumater Barat, merupakan daerah yang dilalui
jalan lintas barat tersebut telah menimbulkan multiplier effect terhadap perkembangan
pembangunan daerah termasuk kemajuan pembangunan ibukota Kabupaten Pasaman
Barat. Untuk mengantisipasi perkembangan kemajuan pusat kota dari kabupaten
tersebut dan terus mengembangkan potensi sumberdaya alamnya belum dimanfaatkan
secara optimal.
Lokasi jembatan Aie Gadang terletak di Nagari Aie Gadang Kecamatan
Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. Orientasi lokasi masing-masing rencana kegiatan
pembangunan jembatan dan gambar konstruksi jembatan secara umum berturut-turut
dapat dilihat pada Gambar – 1 Situasi & Gambar – 2 Denah Potongan Memanjang dan
BAB III
RONA LINGKUNGAN HIDUP
Rona lingkungan hidup yang diperlukan dalam studi Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Rencana Kegiatan
Peningkatan Pembangunan Jembatan Aie Gadang Kecamatan Pasaman Kabupaten
Pasaman Barat meliputi komponen fisik-kimia, biologi, dan sosial ekonomi serta sosial
budaya. Data rona lingkungan hidup berupa data sekunder dan data primer. Data
sekunder diperoleh dari studi dokumen dan kepustakaan, sedangkan data primer
diperoleh dari dari hasil pengukuran, pengamatan (observasi), dan wawancara.
3.1. KOMPONEN FISIK KIMIA
3.1.1. Kondisi Iklim
a. Klasifikasi Iklim
Kondisi iklim di Sumatera Barat sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis dan
posisi lautan dalam hubungannya dengan gerakan angin. Pegunungan Bukit
Barisan yang terbentang dari arah Barat Daya ke Tenggara dan Lautan Hindia
di sebelah Barat menyebabkan terjadinya proses kondensasi ketika
pengangkatan awan secara vertikal dan orografik yang mengandung banyak
uap air atau hujan di daerah lereng sebelah Barat. Berdasarkan posisi
geografis, wilayah studi terletak di sebelah Barat daerah Pegunungan Bukit
Barisan diperkirakan mendapat hujan relatif lebih banyak dibandingkan lereng
sebelah Timur. Selanjutnya akan diuraikan kondisi iklim wilayah studi
berdasarkan beberapa sistim klasifikasi iklim yang berlaku di Indonesia.
a) Berpedoman pada sistim klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1951),
wilayah studi mempunyai iklim tipe A (sangat basah), dimana nilai Q
(Quotient) untuk daerah Sukamenanti (Q=1,8), Silawai (Q=3,7) dan Air
Bangis (Q=3,7). Iklim tipe A dicirikan dengan iklim sangat basah dengan
curah hujan tinggi sepanjang tahun.
b) Menurut sistim klasifikasi iklim W.Koppen, wilayah studi tergolong iklim tipe
Afa. Tipe Afa dicirikan dengan iklim tropis basah dengan curah hujan tinggi
dan merata sepanjang tahun. Suhu udara bulan terdingin di atas 180C dan
suhu udara bulan terpanas di atas 220C. Perincian mengenai tipe iklim
c) Berdasarkan pada system klasifikasi Oldeman, Irsal Las dan S.N. Darwis
(1979) dalam “An Agroclimatic Map of Sumatra”, wilayah studi tergolong
pada zona agroklimat A. Zona agroklimat A dicirikan dengan jumlah bulan
basah (curah hujan di atas 200 mm) berturut-turut sebanyak 9-11, dan
bulan kering (curah hujan kurang dari 100 mm) berturut-turut kurang dari 2.
Tabel 3.1. Kondisi Iklim Di Lokasi Kegiatan dan Sekitarnya
Jumlah Bulan Kering Jumlah Bulan Basah Nilai Q
Sumber : Schmidt, F.H/ and J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall Types Based On Wet Dry Period Rations for Indonesia with Western New Guinee. Verhandelingen, No. 42.
b. Curah Hujan, Suhu Udara, Kelembaban Udara, dan Kecepatan Angin
Unsur-unsur iklim meliputi curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan
kecepatan angin tertera pada Tabel 3.2. Data-data unsur iklim tersebut
diperoleh dari Dinas PSDA Propinsi Sumartera Barat dengan stasiun
klimatologi Sukamenanti dalam kurun waktu 2000-2005.
Tabel 3.2. Data Curah Hujan, Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan Angin di Daerah Sukamenanti dan Sekitarnya (2000-2005).
Suhu Udara (0C)
Dari Tabel 3.2 menunjukkan bahwa curah hujan tahunan sebesar 4.041 mm
dengan rata-rata bulanan 337 mm, Jumlah hari hujan rata-rata tahunan 169
dan rata-rata bulanan sebesar 14. Curah hujan tertinggi terdapat pada bulan
November dan terendah pada Bulan Juni. Distribusi curah hujan dengan bulan
basah merata sepanjang tahun dengan tanpa bulan kering. Suhu udara
maksimum rata-rata 35,250C, minimum rata-rata 17,830C dan rata-rata
bulanan 26,580C. Kelembaban udara rata-rata bulanan berkisar antara 91,24%
sampai 92,50% dengan rata-rata tahunan 91,24%. Kecepatan angin rata-rata
bulanan di wilayah studi berkisar antara 0,83 km/hari sampai 16,22 km/hari
dengan rata-rata bulanan 6,97 km/hari.
3.1.2. Fisiografi
Secara fisiografis, lokasi kegiatan tergabung dalam sistim fisiografi alluvial.
Fisiografi alluvial ini terbentuk dari endapan alluvium resen dari sungai Batang
Pasaman. Endapan aluvium ini membentuk teras sungai (river terrace) dengan
endapan pasir yang paling dominan sebagai material yang mudah lepas. Bentuk
wilayah datar dengan kemiringan lereng 0 – 2 %.
3.1.3. Geologi
Kondisi geologi di lokasi kegiatan berpedoman pada Peta Geologi Bersistem
Lembar Lubuk Sikaping (0716), Skala 1:250.000 yang dipublikasikan oleh
Direktorat Geologi (N.M.S Rock, D.T. Aldiss, J.A Aspden, M.C.G Glauke, A.
Djunuddin, W. Kantawa, S.J. Thompson dan R. Wandoyo, 1983).
a. Komposisi Litologi
Secara litologi, lokasi kegiatan terbentuk dari endpaan sungai yang masih
muda berumur kuarter (Q2l). Endapan aluvium ini terdiri dari pasir, kerikil, dan
debu. Endapan aluvium ini membentuk dataran aluvial yang teridri dari teras
sungai dan tanggul sungai.
b. Struktur Geologi
Di lokasi kegiatan dan sekitarnya tidak terindikasi adanya struktur geologi
dalam bentuk sesar. Keberadaan sesar berada jauh di luar lokasi kegiatan,
3.1.4. Hidrologi
a. Debit Sungai
Rencana kegiatan peningkatan jembatan Air Gadang Kabupaten Pasaman
Barat melintasi Sungai Batang Pasaman. Berdasarkan hasil pengukuran debit
Sungai Batang Pasaman yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU)
Kabupaten Pasaman Barat dalm rentang waktu 10 tahun 1998 – 2008,
rata-rata debit sungai Batang Pasaman 220 m3/dtk dan berair sepanjang tahun
(parenial river). Perbedaan fluktuasi debit sungai yang cukup besar antara
musim penghujan dan musim kemarau, terutama disebabkan oleh
terganggunya fungsi hidrologis Daerah Aliran Sungai (DAS) pada bagian
hulunya.
b. Sifat Aliran
Sifat aliran dari sungai utama Batang Pasaman dan anak-anak sungai yang
terdapat dalam DAS Batang Pasaman tergolong aliran yang mengalir
sepanjang tahun (continuous flow) dan sifat alirannya tergantung pada musim.
Pada musim penghujan aliran sungai besar dengan kecepatan tinggi dan
sebaliknya pada musim kemarau.
c. Pola Aliran
Pola aliran hanya digambarkan dalam sistem percabangan sungai ekosistem
DAS. Sistem percabangan sungai Batang Pasaman bertekstur sedang
(medium). Pada bagian hulu dan tengah DAS pola aliran yang berkembang
adalah tipe tipe dandritik. Tipe dranditik ini merupakan tipe pola drainase
erosional dan berkembang bebas dalam segala arah dengan percabangan
tidak teratur.
d. Data Kualitas Air
1) Kualitas Air Sungai
Kualitas air sungai Aie Gadang akibat pembangunan pengembangan
jembatan akan mempengaruhi kualitas air sungai tersebut. Perubahan
kualitas air sungai disebabkan peningkatan kandungan parameter fisika
maupun parameter kimia akibat kegiatan tersebut khususnya sewaktu
kegiatan konstruksi berlangsung. Dalam kajian kelayakan lingkungan
diperlukan kualitas air sungai sebelum kegiatan dilaksanakan untuk
mengetahui rona atau kondisi awal yang dapat dijadikan rujukan untuk
pembangunan jembatan. Lokasi pengukuran kualitas air sungai dilakukan
pada bagian hulu dan bagian hilir berdasarkan rencana pembangunan
jembatan. Hasil pengukuran kualitas air sungai Aie Gadang dapat terlihat
pada Tabel berikut ini.
Tabel 3.3. Kualitas Air sungai Aie Gadang Pada Rencana Peningkatan Pembangunan Jembatan Aie Gadang Kabupaten Pasaman Barat
Kode sampel PP 82/2001 PerGub 05/2008 No. Parameter Satuan
SAG.1 SAG.2 Kls I Kls II Kls I Kls II
Kode sampel KAP.1 = Sungai Aie Gadang (bagian hulu)
KAP.2 = Sungai Aie Gadang (bagian hilir)
ttd = tidak terdeteksi (-) = tidak dipersyaratkan
Sumber: Hasil analisis laboratorium Baristand I ndustri Padang, 2010
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa semua parameter memenuhi
baku mutu yang telah ditetapkan yaitu menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air dan Peraturan Gubernur Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Kriteria Mutu Air Sungai Sumatera Barat, baik untuk kelas I maupun untuk
kelas II.
2) Kualitas Air Sumur
Kualitas air tanah dangkal atau air sumur masyarakat yang terdekat dari
rencana pembangunan jebatan aie gadang diperoleh data seperti Tabel
Tabel 3.4. Hasil analisis kualitas air Sungai Aie Gadang pada rencana pembangunan jembatan Aie Gadang, Kabupaten Pasaman Barat.
Kode Sampel
No Parameter Satuan
TAG-1 Baku Mutu*)
1 2 3 4 5
I FISIKA
1. Kekeruhan NTU 0,40 5
2. Warna TCU 0,46 15
II. KIMIA
1. pH - 6,81 6,5 - 8,5
2. Kesahan total (CaCO3) mg/L 36,12 500
3. Nitrat (NO3-N) mg/L 6,93 10
4. Klorida (Cl) mg/L 4,85 600
5. Belerang (H2S) mg/L 0,05 (-)
6. Sulfat (SO4) mg/L 4,84 400
7. Tembaga (Cu) mg/L ttd (-)
8. Besi (Fe) mg/L ttd 1,0
9. Timbal (Pb) mg/L ttd 0,05
10. Seng (Zn) mg/L ttd 15
Keterangan
Kode sampel AT.1 = Sumur Masyarakat (Aie Gadang)
ttd = tidak terdeteksi (-) = tidak dipersyaratkan
Sumber: Hasil analisis laboratorium Baristand I ndustri Padang, 2010
Berdasarkan data kualitas air sumur masyarakat bahwa semua parameter
yang telah dianalisis memenuhi kriteria menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 416 Tahun 1999. Sehingga air sumur masyarakat
tersebut masih layak digunakan sebagai sumber air bersih, karena
berdasarkan parameter yang telah dianalisis memenuhi persyaratan.
3.1.5. Kualitas Udara
Pembangunan pengembangan jembatan Aie Gadang di Kabupaten Pasaman
Barat, khususnya selama konstruksi berlangsung dapat memberikan dampak
terhadap penurunan kualitas udara ambien. Untuk mengetahui perubahan kualitas
lingkungan udara ambien selama pembangunan jembatan tersebut diperlukan
data kualitas udara ambien sebelum berlangsungnya pembangunan jembatan.
Parameter yang akan digunakan sebagai acuan untuk kualitas udara ambien
meliputi debu total (TSP) dan gas CO, NO2 serta SO2. Lokasi pengukuran kualitas
udara dilakukan pada dua lokasi yaitu pada kedua ujung jembatan yang berada
pada pemukiman masyarakat. Hasil pengukuran kualitas udara ambien sebelum
Tabel 3.5 Kualitas Udara Ambien di Rencana Lokasi Pembangunan Aie Gadang, Kabupaten Pasaman Barat
Kode Sampel No. Parameter Satuan
KUAG-1 KUAG-2
Baku Mutu*)
1. Debu total (TSP) µg/m3 45,0 65,0 230
2. Belerang dioksida (SO2) µg/m3 172,48 77,47 900
3. Nitrogen dioksida (NO2) µg/m3 126,36 131,32 400
4. Karbon oksida(CO) µg/m3 5.656 23.197 30.000
Keterangan: Kode sampel KUAG-1 = Bagian Utara
KUAG-2 = Bagian Selatan
*) Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999
Sumber: Laboratorium Hiperkes dan Tenaga Kerja Sumatera Barat, 2010
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan debu total (TSP) untuk kedua
lokasi memperlihat hasil yang masih berada dibawah baku mutu berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 untuk lingkungan udara ambien.
Kandungan TSP relatif sangat kecil yaitu 45,0 µg/m3 dan 65,0 µg/m3 sedangkan
baku mutu 230 µg/m3. Sebagai sumber kandungan debu pada udara ambien adalah berasal dari kegiatan transportasi yang melewati lokasi pembangunan
jembatan serta aktifitas masyarakat disekitarnya. Rendahnya kandungan debu
total disebabkan oleh rendahnya aktifitas kendaraan yang melalui lokasi ini karena
lokasi rencana pembangunan jembatan relatif jauh dari pusat perkotaan.
Kendaraan yang sering melewati lokasi ini selain kendaraan umum juga
kendaraan pengangkut buah kelapa sawit dan minyak kelapa sawit (CPO). Selain
itu pada lokasi ini masih banyak vegetasi atau tanaman yang dapat menyerap
atau menghalangi penyebaran debu ke lingkungan udara ambien.
Kandungan gas (CO, NO2 dan SO2) yang dipantau juga memberikan nilai jauh
berada dibawah baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
1999 untuk lingkungan udara ambien.
3.1.6. Tingkat Kebisingan dan Getaran
a. Tingkat Kebisingan
Kegiatan pembangunan jembatan khususnya selama tahap konstruksi
diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat kebisingan. Sehubungan dampak
tersebut diperlukan untuk mengukur kebisingan pada rencana lokasi
pembangunan jembatan pada kawasan pemukiman masyarakat. Hasil
pengukuran tingkat kebisingan pada dua lokasi pengukuran dapat terlihat pada
Tabel 3.6. Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada rencana pembangunan Jembatan Aie Gadang, Kabupaten Pasaman Barat
Kode Sampel
No. Parameter Satuan
KUAG-1 KUAG-2 Baku Mutu*)
1 2 3 5 6 7
1. Kebisingan dB(A) 68 62 55
Keterangan: Kode sampel KUAG-1 = Bagian Utara
KUAG-2 = Bagian Selatan
*) Peraturan Pemerintah RI 41/1999
Sumber: laboratorium Hiperkes dan Tenaga Kerja Sumatera Barat, 2010
Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai kebisingan adalah 68 dB dan 62
dB, nilai tersebut melebihi baku mutu untuk kawasan pemukiman tetapi berada
dibawah peruntuk fasilitas umum menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 1999. Walaupun pengukuran dilakukan pada pemukiman masyarakat
tetapi lokasi ini merupakan kawasan yang termasuk fasilitas umum.
b. Getaran
Getaran merupakan komponen lingkungan yang dapat tejadi selama
konstruksi akibat penggunakan alat-alat berat dan kendaraan angkut material.
Untuk mengetahui getaran pada kondisi awal yaitu sebelum pembangunan
jembatan dilakukan pengukuran pada dua lokasi. Hasil pengukuran getaran
pada lokasi rencana pembangunan jembatan dapat terlihat pada Tabel berikut
ini.
Tabel 3.7. Hasil pengukuran getaran pada rencana pembangunan Jembatan Aie Gadang Kabupaten Pasaman Barat
Kode Sampel
No. Parameter Satuan
KUAG-1 KUAG-2
Baku Mutu*)
1 2 3 5 6 7
1. Getaran mm/detik 6,3 5,9 >5,2 - 16
Keterangan: Kode sampel KUAG-1 = Bagian Utara
KUAG-2 = Bagian Selatan
*) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun1996
Berdasarkan hasil pengukuran getaran untuk dua lokasi diperoleh nilai getaran
5,9 mm/detik dan 6,3 mm/detik, nilai tersebut memenuhi baku mutu menurut
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49 Tahun 1996. Sumber
getaran selama pengukuran bersumber dari aktifitas kendaraan yang melalui
lokasi rencana pembangunan jembatan.
3.1.7. Kondisi tanah
a. Klasifikasi Tanah
Tanah yang terdapat di lokasi kegiatan adalah Aluvial distrik (Pusat Penelitian
Tanah, 1983). Kesatuannya adalah sistem klasifikasi soil Taxonomy (2006)
termasuk pada sub group Typic Udifluvents, dan menurut sistem klasifikasi
tanah FAO-UNESCO (1990) termasuk Dystric Fluvisols.
b. Sifat dan Karakteristik Tanah
Tanah Aluvial Distrik Aluvial (Typic Udifluvents) merupakan tanah mineral yang
belum berkembang atau baru berkembang (recent). Tanah ini tersebar pada
satuan fisiografi dataran aluvial dengan bahan induk tanah berasal dari
endapan aluvium sungai. Pemanfaatan lahan saat ini adalah kebun campuran
antara tanaman semusim dan tanaman tahunan (kelapa sawit dan kakao).
Sifat dan karakteristik tanah dicirikan dengan sifat fisik tanah yaitu drainase
tanah sedang, permeabilitas sedang, struktur berbutir dan remah serta tekstur
tanah sedang (lempung). Kedalaman tanah 80-100 cm (agak dalam). Sifat
kimia tanah dicirikan dengan reaksi tanah masam (pH 4,5 -5,5), kandungan
C-organik sedang, nitrogen total sedang, P2O5 total dan K2O total tergolong
rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) rendah dan kejenuhan basa (KB) rendah.
Status kesuburan tanah tergolong rendah. Hasil Analisis sifat dan karekteristik
tanah disajikan pada tabel 3.8
Tabel 3.8 Hasil analisis sifat fisik tanah di lokasi kegiatan
S1 S2
No Kualitas Tanah Satuan
Nilai Kriteria Nilai Kriteria
A. Sifat Fisik Tanah
1. Berat Volume g/cm3 1,05 sedang 1,11 sedang
6. Kedalaman Tanah cm 94 Agak dalam 86 Agak dalam 7. Distribusi Ukuran Partikel
a. Pasir
6. Basa-Basa Dapat Ditukar a. Ca
Sumber : Hasil analisa Laboratorium Jurusan Tanah Universitas Andalas (2010)
Keterangan : S1. Lokasi sampling pinggir Sungai Batang Pasaman sebelah utara S2. Lokasi sampling pinggir Sungai Batang Pasaman sebelah selatan
c. Erosi tanah
Laju erosi tanah dihitung menggunakan persamaan umum kehilangan tanah
atau persamaan USLE (universal Soil Loss Equation). Hasil perhitungan
disajikan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Hasil Prediksi Laju Erosi tanah di Lokasi kegiatan
No Lokasi R K Ls CP Laju Erosi
Penilairn tingkat bahaya erosi (TBE) ditentukan dengan cara
mempertimbangkan laju erosi dengan kedalaman solum. Hasil penilairn TBE
Tabel 3.10. Tingkat Bahaya Erosi di Lokasi kegiatan
No Lokasi Laju Erosi
(ton/ha/tahun)
Kedalaman
Solum (m) TBE
1. S 1 8,91 93 Sangat Ringan
2. S 2 10,32 96 Sangat Ringan
Sumber: Hasil Analisis, 2010
Rekapitulasi hasil pengamatan erosi tanah yang meliputi laju erosi, TBE dan
kalsa/skala erosi disajikan pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11. Hasil Perhitungan Laju Erosi, TBE dan Kelas/Skala Erosi di Lokasi kegiatan
No Lokasi Laju Erosi
(ton/ha/tahun) TBE
Kelas / Skala Erosi
1. S 1 8,91 SR 5
2. S 2 10,32 SR 5
Sumber: Hasil Analisis, 2010 Keterangan : SR : sangat rendah
Kelas/skala erosi Æ 5 : sangat baik
Dari hasil perhitungan parameter erosi tanah yang tertera pada Tabel 3.9;
3.10; 3.11 menunjukkan bahwa erosi tanah adalah 8,91 – 10,32 ton/ha/tahun.
Laju erosi tersebut apabila ditinjau dari tingkat bahaya erosi (TBE) sangat
rendah (SR) dan kelas atau skala erosi sangat baik (skala 5). Berdasarkan
hasil observasi lapangan tidak ditemukan bentukan permukaan akibat erosi,
baik erosi alur (rill erosion) maupun erosi parit (gully erosion). Terkait lokasi
kegiatan berada pada bantaran sungai, ditemukan adanya erosi tebing sungai
(streambank erosion) disepanjang teras sungai.
3.2. KOMPONEN BIOLOGI
Lokasi kegiatan berada di tengah-tengah pemukiman penduduk, sehingga flora
yang ditemukan dapat dikelompokkan pada kategori tanaman hias, tanaman
pekarangan, tanaman budidaya dan tanaman liar (semak). Tanaman pekarangan
merupakan tanaman yang sengaja ditanaman dipekarangan rumah atau di pinggir
jalan yang juga dimanfaatkan sebagai tanaman pelindung. Sedangkan tanaman
budidaya merupakan tanaman yang sengaja ditanam dalam jumlah yang besar
Dari inventarisasi flora yang dilakukan didapatkan 4 jenis yang dominan berada
disekitar jembatan, yaitu Ficus hispida, Cocos nucifera, Elaeis guinensis dan
Theobroma caccao. Diantara keempat jenis tersebut, tiga terakhir merupakan
tanaman budidaya yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain itu, disekitar area
studi juga ditemukan Durio zibethinus (durian) yang merupakan tanaman yang
dillindungi menurut SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972 yang menyatakan bahwa
flora ini tidak boleh ditebang jika diameter batangnya kurang dari 60 cm.
Berdasarkan jumlah jenis flora yang ditemukan, yaitu 51 jenis, maka
lingkungannya dapat digolongkan sangat baik (skala 5). Data lengkap jenis flora
dapat dilihat pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12. Jenis Flora disekitar Lokasi Kegiatan
No Family Jenis Nama Daerah Keberadaan Keterangan
1 Acanthaceae Asystasia sp + TL
2 Agavaceae Agave sp + TH
29 Leguminosae Pterocarpus indicus Lansano + TP 30 Malvaceae Sida acuta ++ TL 31 Malvaceae Hibiscus rosacinensis Kembang sepatu + TP 32 Mimosaceae Mimosa pudica Putri malu + TL 33 Mimosaceae Mimosa figra + TL 34 Moraceae Arthocarpus integra Cempedak ++ TP 35 Moraceae Ficus hispida +++ TL 36 Musaceae Musa paradisiaca Pisang ++ TB 37 Myrtaceae Psidium guajava Jambu biji ++ TP 38 Myrtaceae Syzigium aquatica Jambu air + TP 39 Nygtaginaceae Bougenville spectabilis Bunga kertas + TH 40 Oleaceae Jasminum sambac Melati + TH 41 Palmae Cocos nucifera Kelapa +++ TB
42 Palmae Elaeis guinensis Sawit +++ TB 43 Palmae Areca catechu Pinang ++ TB
44 Piperaceae Piper aduncum Siriah-siriah + TL 45 Rosaceae Rosa hybrida Bunga mawar + TH 46 Rubiaceae Boreria alata + TL 47 Rubiaceae Ixora sp Bunga soka + TH 48 Sapindaceae Nephelium lappaceum Rambutan ++ TP 49 Scropulariaceae Scoparia dulcis + TL 50 Sterculiaceae Theobroma caccao Coklat +++ TB 51 Verbenaceae Stacytarpeta jamaicensis Bujang kalam + TL Sumber: Hasil Perhitungan dan Analisis Tahun 2010
Ket:
+ Sedikit ++ Banyak +++ Dominan TH Tan. Hias TP Tan. Pekarangan TB Tan. Budidaya TL Tan. Liar
3.3. KOMPONEN SOSEKBUDKESMAS
3.3.1. Demografi
Secara umum penyebaran penduduk di Kenagarian Air Gadang Kecamatan
Pasaman secara liner yaitu di sepanjang jalan lintas barat menuju Sumatera
Utara dan di sekitar kantor pemerintahan nagari. Luas Nagari Air Gadang adalah
130,44 km2 dengan jumlah penduduk 10.434 jiwa terdiri dari 5.204 laki-laki dan
5.230 perempuan dengan kepadatan penduduk 80 jiwa per km2. Sebagian besar
penduduk Kecamatan Pasaman merupakan umur produktif. Jumlah penduduk
Tabel 3.13 Jumlah Penduduk Kecamatan Pasaman Menurut Kelompok Umur
Jenis Kelamin No. Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 0-4 3.422 3.208 6.630
Sumber : Kecamatan Pasaman Dalam Angka, 2008
3.3.2. Sosial Ekonomi
Secara umum masyarakat Nagari Air Gadang memiliki perekonomian yang relatif
baik. Berdasarkan wawancara dengan tokoh masyarakat dan masyarakat pada
umumnya pendapatan masyarakat perkapita rata-rata bervariasi dari
20.000/hari-30.000/hari atau Rp. 800.000,00/bulan. Sebagian besar mata pencarian penduduk
bergerak di bidang pertanian yaitu sebagai petani/pekebun hal sangat di dukung
oleh potensi sumber daya alam yang cukup memadai. Tanaman budidaya yang
dikelola oleh masyarakat pada umumnya adalah padi dan jagung sedangkan
perkebunannya adalah tanaman kelapa sawit. Data jumlah penduduk berdasarkan
jenis pekerjaannya disajikan pada Tabel 3.14.
Tabel. 3.14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis Kelamin No. Lapangan Usaha
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Pertanian 11.108 3.772 14.880
3.3.3. Sosial Budaya
a. Adat Istiadat dan Pola Kebiasaan Yang Berlaku
Masyarakat Nagari Aie Gadang di dominasi oleh masyarakat hukum adat
minangkabau (95%). Adapun suku minangkabau yang dominan terdiri dari
suku Jambak, Melayu, Caniago, dan Koto. Tatanan kehidupan sosial yang
berlaku didasarkan pada tatanan nilai adat istiadat Minangkabau, yang
diperlihatkan dalam prilaku kebiasaan masyarakat. Di samping itu juga ditemui
lebih kurang 5% masyarakat pendatang, yaitu suku Mandailing, Nias, Batak
dan Jawa. Meskipun demikian, masyarakat pendatang mampu menyesuaikan
diri dengan tatanan kehidupan sosial yang ada. Hal ini bersesuairn dengan
prinsip tatanan sosial “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”. Pada sisi
lain bagi warga masyarakat Minangkabau di Kenagarian Aie Gadang sangat
elegan dan terbuka menerima kehadiran masyarakat pendatang, termasuk
memberikan penghormatan dan apresiasi yang baik terhadap “kegiatan
kekerabatan yang hidup dan berkembang di kalangan masyarakat pendatang”,
seperti upacara perkawinan diantara sesama warga yang berasal dari suatu
daerah yang sama mereka tetap melaksanakan adat istiadat yang diwariskan
secara turun temurun dan ini berlaku juga untuk berbagai kehidupan sosial
lainnya dengan tetap menghormati tatanan nilai sosial yang hidup.
b. Proses sosial Yang Terjadi Dalam Masyarakat
Kerjasama yang sering timbul proses sosial kemasyarakat adalah seperti
kegiatan gotong-royong dalam membangun untuk fasilitas keagamaan dan
sosial. Sedangkan akomodasi yang dilakukan adalah kegiatan proses sosial
secara bersama dengan melakukan aktifitas secara bersama dengan
memberikan bantuan dan pertolongan kepada yang kurang mampu dan yang
membutuhkan. Proses sosial yang berkembang dengan masyarakat
pendatang jarang menimbulkan konflik karena hubungan dan interaksi sosial
dengan masyarakat pribumi terjalin dengan baik, walaupun adanya benturan
kebiasaan yang mereka bawa dengan yang mereka temui di masyarakat
pribumi.
c. Akulturasi, Asimilasi, Dan Integrasi Dari Berbagai Kelompok Masyarakat
Keadaan akulturasi dan asimilasi serta integrasi yang dilakukan dalam
hubungan bermasyarakat tidak mendapatkan hambatan dan kendala, karena
tinggal warga. Hal tersebut juga mendorong terciptanya suatu asimilasi yang
lebih terkoordinasi dan terbaur dengan prinsip saling menghargai antara
pendatang dengan pribumi. Disamping itu tidak adanya pola pembedaan
dalam melakukan komunikasi secara sosial dan ekonomi. Akan tetapi dalam
kepemilikan tanah di kuasai oleh nagari sebagai tanah ulayat nagari Air
Gadang dan masyarakat pendatang tidak bisa mengelola tanah ulayat nagari
tersebut.
d. Pranata Sosial
Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sehari-harinya dapat membentuk
kegiatan yang berbentuk kelembagaan. Adapun lembaga yang tumbuh antara
lain lembaga kegiatan pemuda, lembaga PKK, kegiatan wirid yasin para
ibu-ibu dan jemaah keagaman, kelompok tani, koperasi, organisasi olah raga,
karang taruna, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang aktif dan
melakukan kegiatan sesuai dengan jalur dan fungsi yang ada.
e. Persepsi Masyarakat
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat terutama dengan masyarakat
yang terkena dampak langsung akibat kegiatan pembangunan jembatan Air
Gadang, ternyata seluruh masyarakat yang diwawancarai menyetujui
pembangunan jembatan tersebut dengan syarat ada ganti rugi terhadap
bangunan rumah, tanaman produktif dan tanah mereka . Masyarakat sekitar
menyadari bahwa jembatan tersebut sangat vital untuk kelancaran arus lalu
lintas dan selama ini jembatan Aie Gadang hanya dapat dilalui satu kendaraan
dengan sistem bergantian (satu-satu melintasi jembatan) dengan
ditingkatkannya jembatan ini akan mempelancar arus lalu lintas.
3.3.4. Kesehatan Masyarakat
Kebiasaan masyarakat berobat dengan obat tradisional dan jika agak parah
berobat ke puskesmas, bidan dan dokter terdekat. Jenis penyakit yang dominan
diderita oleh masyarakat Kecamatan Pasaman adalah ISPA (31 %), dan gastritis
(13,60 %) . Hal ini dapat dilihat pada pada banyaknya penyakit yang diderita olah
masyarakat Kecamatan Pasaman seperti yang disajikan pada Tabel 3.15.
Sarana kesehatan yang tersedia di Kecamatan Pasaman ialah puskesmas 2 unit,
Tabel 3.15. Jumlah Kunjungan Pasien yang berkunjung ke Puskesmas di Kecamatan Pasaman
menurut penyakit Utama
No. Jenis Penyakit Jumlah %
1. ISPA 35.236 31,00
2. Diare 7.122 6,26
3. Penyakit kulit karena infeksi 9.115 8,02
4. Rematik 11.110 9,78
5. Gastritis 15.455 13,60
6. Disentri - -
7. Tekanan darah tinggi 9.076 7,99 8. Penyakit kulit karena alergi 6.086 5,35 9. Penyakit lain pada saluran napas 13.598 11,96
10. Lainnya 6.864 6,04
BAB IV
DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
4.1. TAHAP PRAKONSTRUKSI
Pada tahap prakonstruksi ini kegiatan meliputi stake out, pembebasan lahan,
pembangunan base camp dan pemagaran tapak kegiatan, dan mobilisisasi alat
berat. Pada tahap prakonstruksi akan memberikan dampak terhadap komponen
lingkungan diantaranya :
1. Persepsi Masyarakat
a. Sumber Dampak
Dampak terhadap munculnya persepsi masyarakat adalah berasal dari
kegiatan stake out, pembebasan lahan dan pembangunan base camp serta
pemagaran tapak kegiatan
b. Jenis Dampak
Timbulnya persepsi masyarakat tentang keberadaan kegiatan peningkatan
pembangunan jembatan Aie Gadang
c. Besaran Dampak
Besaran dampak yang ditimbulkannya adalah sedang, karena akan
timbulnya pertanyaan dari masyrakat terhadap keberadaan kegiatan.
2. Gangguan Lalu Lintas
a. Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap gangguan lalu lintas yang berasal dari kegiatan
mobilisasi alat berat.
b. Jenis Dampak
Timbulnya gangguan lalu lintas di sekitar ujung jembatan akibat oleh
kendaraan yang membawa alat berat
c. Besaran Dampak
Besaran dampak yang ditimbulkan adalah kecil, karena mobilisasi alat berat
4.2. TAHAP KOSTRUKSI
Kegiatan yang berlangsung selama tahap kostruksi atau pembangunan fisik meliputi
mobilisasi material, rekrutmen tenaga kerja, pembangunan pondasi, pembangunan
bangunan bawah, konstruksi bangunan atas, pembangunan jalan pendekat,
pemasangan batu , pekerjaan finishing dan demobilisasi alat berat.
1. Kandungan Debu
a. Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap perubahan kandungan debu berasal dari kegiatan
mobolisasi material, pembangunan jalan pendekat dan pekerjaan finishing.
b. Jenis Dampak
Terjadinya penurunan kualitas udara ambien terutama terhadap
peningkatan kandungan parameter debu total (TSP) disekitar lokasi
kegiatan.
c. Besaran Dampak
Dampak yang ditimbulkan adalah kecil karena volume pekerjaan relatif
sedikit.
2. Kandungan Gas
a. Sumber Dampak
Sumber dampak terhadap perubahan kandungan gas berasal dari kegiatan
mobilisasi material
b. Jenis Dampak
Terjadinya penurunan kualitas udara ambien terhadap peningkatan
parameter gas (CO, NO2, SO2) disekitar lokasi kegiatan.
c. Besaran Dampak
Dampak yang ditimbulkan adalah kecil karena volume pekerjaan relatif
sedikit.
3. Penigkatan Tingkat Kebisingan
a. Sumber Dampak
Dampak peningkatan tingkat kebisingan berasal dari kegiatan mobilisasi
material, pembangunan pondasi, pembangunan bangunan bawah,
b. Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya peningkatan tingkat
kebisingan.
c. Besaran Dampak
Dampak yang ditimbulkan adalah kecil, karena menggunakan alat berat
sedikit dengan volume sedikit.
4. Peningkatan Tingkat Getaran
a. Sumber Dampak
Dampak peningkatan tingkat getaran berasal dari kegiatan pembangunan
pondasi..
b. Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya peningkatan tingkat
getaran.
c. Besaran Dampak
Dampak yang ditimbulkan adalah kecil, karena menggunakan alat berat
sedikit dengan volume sedikit.
5. Penurunan Kualtas Air Sungai
a. Sumber Dampak
Dampak terhadap perubahan kualitas air sungai berasal dari pembangunan
pondasi, pembangunan bangunan bawah, konstruksi bangunan atas dan
pemasangan batu.
b. Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut adalah penurunan
kualitas air sungai, terutama terhadap peningkatan kandungan padatan
tersuspensi (TSS).
c. Besaran Dampak
Dampak yang ditimbulkan adalah sedang karena kegiatan yang potensi
terhadap penurunan kualitas air hanya pada saat pembangunan pondasi dan
6. Erosi Tebing Sungai
a. Sumber Dampak
Terjadi longsor pada tebing sungai Aie Gadang berasal dari kegiatan
pembangunan pondasi.
b. Jenis Dampak
Dampak terhadap tanah yaitu terjadinya longsor dan peningkatan erosi
tanah.
c. Besaran Dampak
Dampak yang ditimbulkan adalah kecil karena areal yang akan dibersihkan
relatif kecil.
7. Kerusakan Sempadan Sungai
a. Sumber Dampak
Dampak terhadap kerusakan sempadan sungai berasal dari kegiatan
pembangunan pondasi.
b. Jenis Dampak
Dampak yang akan terjadi adalah kerusakan sempadan sungai yaitu tidak
dapat difungsikannya sempadan sungai sebagai daerah pengamanan
sungai..
c. Besaran Dampak
Besaran dampak kerusakan sempadan sungai oleh kegiatan ini adalah kecil,
karena sedikitnya lahan atau sempadan sungai yang akan dimanfaatkan
untuk pembangunan jembatan.
8. Kesempatan Kerja
a. Sumber Dampak
Dampak terhadap kesempatan berkerja bersumber dari peningkatan
pembangunan jembatan adalah pada saat rekrutmen tenaga kerja.
b. Jenis Dampak
Dampak yang ditimbulkan adalah adanya peluang untuk bekerja sesuai
dengan formasi yang dibutuhkan/tersedia.
c. Besaran Dampak
Dampak yang ditimbulkan adalah kecil karena jumlah tenaga kerja yang
9. Peluang Usaha
a. Sumber Dampak
Dampak terhadap munculnya peluang usaha adalah berasal dari kegiatan
Pembangunan pondasi, pembangunan bangunan bawah, Konstruksi
Bangunan Atas, Pembangunan Jalan Pendekat, Pemasangan batu dan
Pekerjaan Finishing
b. Jenis Dampak
Timbulnya peluang usaha berupa munculnya warung-warung menjual
makanan bagi para pekerja disekitar lokasi kegiatan, pengadaan bahan dan
material dan pengangkutan bahan material
c. Besaran Dampak
Besaran dampak yang ditimbulkan kecil dan bersifat positif.
10. Kecemburuan Sosial
a. Sumber Dampak
Timbulnya keresahan masyarakat bersumber dari kegiatan penerimaan
tenaga kerja.
b. Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkan adalah munculnya keresahan masyarakat,
khususnya bagi masyarakat yang tidak dapat diterima sebagai tenaga kerja.
c. Besaran Dampak
Besaran dampak yang ditimbulkan kecil, karena jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan relatif sedikit dan membutuhkan keahlian tersendiri.
11. Kesehatan Masyarakat
a. Sumber Dampak
Timbulnya keresahan masyarakat bersumber dari kegiatan mobilisasi
material
b. Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkan adalah gangguan kesehatan masyarakat
akibat mobilisasi material
c. Besaran Dampak
Besaran dampak yang ditimbulkan kecil, karena velume pekerjaan relatif
12. Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja
a. Sumber Dampak
Dampak terhadap keselamatan tenaga kerja bagi tenaga kerja berasal dari
Pembangunan pondasi, pembangunan bangunan bawah, konstruksi
bangunan atas dan pekerjaan finishing
b. Jenis Dampak
Dampak yang akan ditimbulkan adalah terjadinya kecelakaan kerja pada
tenaga kerja.
c. Besaran Dampak
Besaran dampak terhadap kecelakaan kerja pada tenaga kerja adalah
tergolong sedang, karena menggunakan peralatan besi.
13. Gangguan Lalu Lintas
a. Sumber Dampak
Terjadinya gangguan lalu lintas sungai bersumber dari kegiatan mobilisasi
material dan pembangunan jalan pendekat serta demobilisasi alat berat.
b. Jenis Dampak
Timbulnya gangguan lalu lintas di sekitar ujung jembatan akibat kendaraan
yang membawa material , pembangunan jalan pendekat dan demonbilsasi
alat berat.
c. Besaran Dampak
Besaran dampak terhadap gangguan lalu lintas termasuk sedang karena
kegiatan tersebut tidak menghalangi kelancaran lalu lintas.
4.3. TAHAP OPERASI
Pada tahap operasi kegiatan yang akan dilakukan adalah demobilisasi alat berat,
pemutusan hubungan kerja dan operasional jembatan
1. Kesempatan Kerja
a. Sumber Dampak
Sumber dampak dari kesempatan kerja adalah berasal dari pemutusan
hubungan kerja (PHK)
b. Jenis Dampak
Dampak yang akan ditimbulkan adalah menurunnya tingkat penghasilan
c. Besaran Dampak
Besaran dampak kecil, karena sebelumnya telah dilakukan penjelasan
bentuk ketenagakerjaan.
2. Persepsi Masyarakat
a. Sumber Dampak
Dampak terhadap persepsi masyarakat dan kecemburuan sosial bersumber
dari kegiatan pemutusan hubungan kerja.
b. Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkan adalah keresahan masayarakat akibat
pemurusan hubungan kerja, karena tidak berkerjanya atau berkurangnya
penghasilan masyarakat.
c. Besaran Dampak
Besaran dampak terhadap persepsi masyarakat kecil, karena sedikitnya
masyarakat yang bekerja pada kegiatan peningkatan pembangunan
jembatan.
3. Kelancaran Lalu Lintas
a. Sumber dampak
Peningkatan kelancaran lalu lintas berasal dari kegiatan beroperasinya
jembatan
b. Jenis dampak
Dampak yang ditimbulkan adalah dampak positif yaitu semakin lancarnya
akses masyarakat
c. Besaran dampak
Dampak aksesibilitas dapat digolongkan sedang, karena akses masyarakat