• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEKERJAAN JEMBATAN SEI. AIR GADANG KABUP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEKERJAAN JEMBATAN SEI. AIR GADANG KABUP"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PEKERJAAN :

JEMBATAN SEI. AIR GADANG

KABUPATEN PASAMAN BARAT

Jln. T.Tambusai Komp.Paninsula Blok B No.4 Pekanbaru-28282 Telp. 0761-571309, Fax. 571703 E-mail : visi_gemilang@yahoo.com

P.T. VISITECH GEMILANG

Engineering & Management Consultants SATUAN NON VERTIKAL TERTENTU PERENCANAAN

(2)

Jln. T.Tambusai Komp.Paninsula Blok B No.4 Pekanbaru-28282

P.T. VISITECH GEMILANG

Engineering & Management Consultants

PEKERJAAN :

(3)

KATA PENGANTAR

Pembangunan jembatan Sungai Air Gadang Kabupaten Pasaman

Barat merupakan peningkatan kualitas dibidang pelayanan transportasi di

wilayah bagian utara propinsi Sumatera Barat, disamping itu pembangunan

ini juga menunjang dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian

masyarakat di kedua kabupaten tersebut dan pembangunan jembatan ini

juga dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

11 Tahun 2006, tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), menetapkan bahwa

kegiatan pembangunan ketiga lokasi jembatan tersebut di atas termasuk

kegiatan yang tidak tergolong sebagai kegiatan wajib AMDAL, tetapi

diwajibkan untuk membuat studi kelayakan lingkungan yaitu Upaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

(UKL-UPL).

.

Semoga dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya

Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) pembangunan jembatan Sungai Air

Gadang Kabupaten Pasaman Barat dapat bermanfaat dan berguna dalam

perencanaan pembangunan dan pengelolaan serta pemantauan lingkungan

hidup..

Padang, Juli 2010 Hormat kami,

(4)

DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

I PENDAHULUAN I. 1

1.1. Latar Belakang I. 1

1.2. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan I. 3

1.3. Tujuan dan Kegunaan UKL-UPL I. 3

1.4. Peraturan I. 4

II. RUANG LINGKUP RENCANA KEGIATAN II. 1

2.1. Gambaran Umum Wilayah Studi II. 1

2.2. Lingkup Rencana Kegiatan II. 2

2.3. Lingkup Studi II. 6

2.4. Wilayah Studi II. 9

III. RONA LINGKUNGAN HIDUP III. 1

3.1. Fisika-Kimia III. 1

3.2. Biologi III. 14

3.3 Sosial Ekonomi Budaya III. 15

IV. DAMPAK LINGKUNGAN YANG TERJADI IV. 1

4.1. Tahap Prakonstruksi IV. 1

4.2. Tahap Konstruksi IV. 2

4.3. Tahap Operasi IV. 6

V. PROGRAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP V. 1

5.1. Tahap Prakonstruksi V. 1

5.2. Tahap Konstruksi V. 3

5.3. Tahap Operasi V. 14

VI. PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP VI. 1

6.1. Tahap Prakonstruksi VI. 1

6.2. Tahap Konstruksi VI. 3

6.3. Tahap Operasi VI. 16

DAFTAR PUSTAKA iii

(5)

DAFTAR TABEL

halaman

2.1. Jenis alat berat dan kendaraan yang diperlukan untuk pembangunan jembatan dan mobilisasinya.

II-3

2.2. Kebutuhan tenaga kerja pembangunan jembatan selama konstruksi II-4 2.3. Kebutuhan Pondasi Tiang Pancang Jembatan Air Gadang II-5 2.4. Parameter, Metode Pengukuran/Analisis dan Peralatan Yang

Digunakan Untuk Kualitas Tanah

II-7

2.5. Metode dan Peralatan Analisis Kualitas Udara Ambien II-8 2.6 Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Permukaan (Air

Sungai)

II-8

2.7. Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Tanah Dangkal (Air Sumur)

II-9

3.1 Kondisi Iklim Di Lokasi Kegiatan dan Sekitarnya III-1 3.2. Data Curah Hujan, Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan

Angin di Daerah Sukamenanti dan Sekitarnya (2000-2005)

III-1

3.3. Kualitas Air sungai Air Gadang Pada Rencana Peningkatan Pembangunan Jembatan Air Gadang Kabupaten Pasaman Barat

III-5

3.4. Hasil analisis kualitas air Sungai Air Gadang pada rencana pembangunan jembatan Air Gadang, Kabupaten Pasaman Barat

III-6

3.5. Kualitas Udara Ambien di Rencana Lokasi Pembangunan Air Gadang, Kabupaten Pasaman Barat

III-7

3.6. Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada rencana pembangunan Jembatan Air Gadang, Kabupaten Pasaman Barat III-8 3.7. Hasil pengukuran getaran pada rencana pembangunan Jembatan Air Gadang

Kabupaten Pasaman Barat III-9

3.8. Hasil analisis sifat fisik tanah di lokasi kegiatan III-10 3.9. Hasil Prediksi Laju Erosi tanah di Lokasi kegiatan III-11 3.10. Tingkat Bahaya Erosi di Lokasi kegiatan III-11 3.11. Hasil Perhitungan Laju Erosi, TBE dan Kelas/Skala Erosi di Lokasi

kegiatan

III-11

3.12. Jenis Flora disekitar Lokasi Kegiatan III-12 3.13. Jumlah Penduduk Kecamatan Pasaman Menurut Kelompok Umur III-14 3.14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan III-15 3.15. Jumlah Kunjungan Pasien yang berkunjung ke Puskesmas di Kecamatan

Pasaman menurut penyakit Utama

III-17

4.1 Matrik Identifikasi Dampak Kegiatan Pembangunan Jembatan Peningkatan

Pembangunan Jembatan Air gadang Terhadap Komponen Lingkungan

IV-8

4.2. Matrik Komponen dampak lingkungan Kegiatan Peningkatan Pembangunan Jembatan Air Gadang

IV-9

5.1. Matrik Program Pengelolaan Lingkungan Hidup Kegiatan Peningkatan Pembangunan Jembatan Air Gadang Kabupaten Pasaman Barat

V-19

6.1. Parameter, alat dan metoda analisa kandungan gas VI-4

6.2. Parameter, alat dan metoda analisa kualitas air sungai untuk pelaksanaa pemantauan

VI-8

6.3. Matrik Program Pemantauan Lingkungan Hidup Kegiatan Peningkatan Pembangunan Jembatan Air Gadang Kabupaten Pasaman Barat.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Srikandi Fardiaz, 1992, Polusi Air dan Udara, cetakan ke 9, Penerbit

Kanisius, Yokyakarta,

2. Setiaty Pandia, Amir Husin, Zuhrina Masyitah, 1995, Kimia

Lingkungan, Dirjen DIKTI Depdikbud, Jakarta.

3. Philip Kristanto, 2002, Ekologi Industri, Penerbit Andi Offset,

Yokyakarta

4. Samin, 2006, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),

Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, Malang

5. F Gunawarman Suratmo, 2004, Analisis Mengenai Dampak

(7)

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Barat yang tertuang dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2006 – 2010 pada

Agenda Peningkatan Sarana dan Prasarana Transportasi yaitu mengembangkan,

meningkatkan dan memelihara sarana dan prasarana jalan raya. Pengembangan,

peningkatan dan pemeliharaan prasarana jalan dilakukan dalam rangka meningkatkan

aksesibilitas antar wilayah yang diperlukan untuk mengembangkan perekonomian daerah

dan pelayanan masyarakat. Implementasi dari pelaksanaan RPJMD tersebut terjabarkan

dalam Program Pembangunan Jalan dan Jembatan dengan salah satu kegiatan yang

dilaksanakan pada Tahun 2010 oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian

Umum Direktorat Jenderal Bina Marga adalah pembangunan jembatan sebagai sarana

penunjang transportasi dan pertumbuhan ekonomi di wilayah selatan dan utara dari Provinsi

Sumtera Barat. wilayah Utara Kabupaten Pasaman Barat yang berbatasan dengan Provinsi

Sumatera Utara.

Kabupaten Pasaman Barat yang terletak pada kondisi geografis terletak pada

00 59’ – 20 28’ lintang selatan dan 1090 19’ – 1010 18’, dengan rata-rata kepadatan penduduk

pada tahun 2008 berkisar 84 orang km2 dengan sektor unggulan dari pertumbuhan ekonomi

berasal dari sektor perkebunan, perindustrian, perdagangan, pertanian, pertambangan,

perikanan kelautan dan lain-lain. Melihat perkembangan pembangunan dan pertumbuhan

ekonomi yang terus meningkat di Kabupaten Pasaman Barat serta untuk mengantisipasi

perkembangan kemajuan kota, pemerintah Kabupaten Pasaman Barat terus meningkatkan

potensi sumber daya alamnya yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Salah satu kendala dari pemerintah Kabupaten Pasaman Barat dalam

mengembangkan kota dan mobilisasi kendaraan yang bergerak dibidang perekonomian

terus meningkat tiap tahunnya yang kurang didukung dengan kualitas jalan dan jembatan

yang belum memadai. Selama ini mobilisasi barang dan jasa masyarakat Kabupaten

Pasaman Barat tersebut untuk menuju pusat Kota baik untuk keperluan perdagangan,

pendidikan dan sebagainya hanya menggunakan jembatan yang tidak dapat dilalui secara

sekaligus dua kendaraan atau hanya satu kendaraan yang bisa melintas jembatan tersebut.

Menyadari hal tersebut maka mulai sejak tahun anggaran 2009 Pemerintah Republik

Indonesia melalui Satuan Non Vertikal Tertentu Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan

Jembatan (P2JJ) Provinsi Sumatera Barat telah merencanakan pembangunan jembatan Sei.

(8)

perkembangan wilayah di Kabupaten tersebut dan meningkatkan pertumbuhan

perekonomian masyarakat, pelaksanaan kegiatan pembangunan jembatan ini juga

berpeluang menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Untuk mengantisipasi dan

mengendalikan dampak negatif serta meningkatkan dampak positif, maka sejak dari proses

perencanaan pembangunan Jembatan ini perlu dilengkapi dengan Studi Kelayakan

Lingkungan. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa setiap rencana kegiatan yang

diperkirakan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi

dengan analisis mengenai dampak lingkungan, yang pelaksanaannya diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL).

Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tersebut

dikemukakan bahwa untuk kegiatan yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting dan

atau dampak yang ditimbulkan secara teknologi dapat dikelola, maka tidak diwajibkan

menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), tetapi harus dilengkapi dengan

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

(UKL/UPL). Begitu juga sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi AMDAL,

maka kegiatan Pembangunan Jembatan ini bukan dikategorikan jenis kegiatan yang wajib

menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Oleh sebab itu studi kelayakan

lingkungan rencana kegiatan Pembangunan Jembatan hanya dikategorikan wajib menyusun

studi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

(UKL/UPL) sebagai acuan bagi pelaksana dalam melakukan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan.

1.2. TUJUAN DAN KEGUNAAN KEGIATAN

1.2.1. Tujuan

Tujuan pembangunan jembatan ini adalah dalam rangka pengembangan dan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Pasaman Barat.

1.2.2. Kegunaan

Kegunaan Pembangunan Jembatan adalah :

1. Meningkatkan aksesibilitas transportasi masyarakat di Kabupaten Pasaman Barat;

(9)

1.3.1. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan dokumen UKL dan UPL ini adalah untuk memberikan

arahan pengelolaan dan pemantauan terhadap dampak lingkungan yang mungkin

timbul akibat Pembangunan Jembatan.

1.3.2. Kegunaan

1. Bagi Pemrakarsa :

a. Sebagai acuan dan pedoman serta dasar dalam melaksanakan pengelolaan

dan pemantauan lingkungan pada setiap tahap pelaksanaan pembangunan

jembatan.

b. Memprediksi dan mengendalikan serta meminimalisasi dampak negatif yang

akan ditimbulkan akibat pembangunan jembatan.

2. Bagi Pemerintah :

a. Sebagai acuan penilairn atas kelayakan lingkungan dari suatu kegiatan

pembangunan jembatan.

b. Merupakan pedoman bagi Instansi terkait dalam melakukan evaluasi

pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang telah dilakukan oleh

pemrakarsa.

3. Bagi Masyarakat :

Merupakan informasi bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dampak positif

dan menghindari dampak negati rencana sejak dari tahap prakontruksi, kontruksi

dan pasca kontruksi.

1.4. PERATURAN

Dasar hukum yang melandasi pelaksanaan penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan

Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup rencana kegiatan pembangunan jembatan

ini antara lain sebagai berikut :

1.4.1. Undang-Undang

1. Undang-undang No. 5 Tahun 1990, tentang Sumberdaya Alam Hayati dan

(10)

ekosistem perairan di sekitar kegiatan yang direncanakan.

2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003, tentang Tenaga Kerja.

Peraturan ini digunakan sebagai pedoman bagi rencana kegiatan dalam proses

perekrutan dan pelepasan tenaga kerja.

3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air.

Peraturan ini digunakan sebagai pedoman bagi rencana kegiatan dalam melakukan

pengelolaan sumber daya air di wilayah studi.

4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan

Daerah. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam

mengembangkan potensi sumber daya pembangunan yang dimiliki untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004, tentang Jalan. Peraturan ini

digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui klasifikasi jalan .

6. Undang-Undang No.26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang. Peraturan ini

digunakan sebagai pedoman apakah rencana kegiatan tidak menyalahi rencana tata

ruang di wilayah studi.

7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan ini digunakan sebagai acuan dalam

menentukan kebijakan di bidang lingkungan hidup dan rencana kegiatan

pembangunan jembatan ini berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan

hidup.

1.4.2. Peraturan Pemerintah

1. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai. Peraturan ini

digunakan sebagai pedoman dalam pemanfaatan sumberdaya air sungai.

2. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran

Udara. Peraturan ini digunakan sebagai tolok ukur untuk baku mutu udara

ambien yang dibolehkan.

3. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan ini digunakan sebagai tolok ukur

(11)

Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman dalam menentukan

kewenangan urusan pemerintahan untuk rencana kegiatan pembangunan

jembatan ini.

1.4.3. Keputusan Presiden

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan

Kawasan Lindung. Ketentuan ini merupakan pedoman dalam mengelola sempadan

sungai sebagai kawasan lindung.

1.4.4. Peraturan Menteri

1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 tentang

Jenis-jenis kegiatan dan/atau usaha yang wajib dilengkapi dengan Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman dalam

menentukan bentuk dokumen kelayakan lingkungan yang diperlukan

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 15 Tahun 1973, tentang Tata Cara

Pembebasan Tanah. Peraturan ini digunakan sebagai pedoman dalam

pembebasan tanah yang akan terkena rencana kegiatan pembangunan jembatan

ini .

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993, tentang Garis Sempadan

Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai.

Peraturan ini digunakan sebagai pedoman apakah rencana kegiatan mengenai

sempadan sungai, daerah manfaat sungai.

1.4.5. Keputusan Menteri

1. Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 296/KPTS/1996, tentang Petunjuk

Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana

Pemantauan Lingkungan (RPL) Proyek Bidang Pekerjaan Umum. Peraturan ini

digunakan sebagai perbandingan dalam penyusunan Upaya Pengelolaan

Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan rencana kegiatan pembangunan

jembatan ini.

2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang

pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup. Keputusan ini sebagai pedoman penyusunan

dan mekanisme pembahasan dokumen rencana kegiatan pembangunan

(12)

BAB II

RUANG LINGKUP RENCANA KEGIATAN

2.1. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Secara administratif kegiatan pembangunan jembatan Air Gadang terletak

di Kabupaten Pasaman Barat, Propinsi Sumatera Barat. Pembangunan jembatan

yang bersifat permanen ini sangat strategis dalam rangka pengembangan Kota ke

arah utara Propinsi Sumatera Barat. Selain itu juga pembangunan jembatan ini yang

merupakan duplikasi dari jembatan lama akan sangat membantu untuk kelancaran

mobilisasi kendaraan dengan lancar dan semakin baik.

Pembangunan jembatan ini menggunakan sistem Jembatan Beton

Konvensional (Balok ”T”) beton bertulang dan jembatan ini merupakan duplikasi dari

jembatan lama dengan bentang 4 @ 25,00 (100,00 meter) dan lebar jalur lalu-lintas

7,00 meter dan trotoar 2 @ 1,00 meter, sedangkan pondasi direncanakan pondasi

dalam berupa tiang pancang beton pratekan φ 50 cm. Jembatan ini merupakan jembatan bentang banyak (multy span) dengan 3 (tiga) buah pilar untuk

menghubungkan 4 (empat) bentang jembatan.

Pada lokasi jembatan ini terdapat disekitarnya pemukiman penduduk.

Kegiatan pembangunan jembatan ini sudah barang tentu akan memberikan dampak

terhadap kondisi pada lokasi jembatan ini, karena bersentuhan langsung dengan

kegiatan. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup dalam

rangka mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan

jembatan ini.

2.2. LINGKUP RENCANA KEGIATAN

2.2.1. Tahap Prakonstruksi

Pekerjaan tahap prakonstruksi adalah kegiatan yang terdiri dari; stake out,

pembebasan lahan, pemagaran tapak kegiatan, dan mobilisisasi alat berat. Urairn

kegiatan pada tahap prakonstruksi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Stake out

(13)

yang berkaitan dengan tapak kegiatan pembangunan jembatan. Hasil

pengukuran dan penggambaran tersebut selanjutnya dilakukan interprestasi

lapangan untuk mencocokan desain dengan kondisi lapangan. Sehubungan

dengan kegiatan stake out juga diikuti dengan kegiatan survey lokasi kegiatan

pembangunan jembatan. Survey investigasi rencana kegiatan pembangunan

jembatan dilakukan oleh Satuan Non Vertikal Tertentu Perencanaan dan

Pengawasan Jalan dan Jembatan (P2JJ) Propinsi Sumatera Barat. Maksud

survey investigasi sebagai pedoman teknis arah dan penentuan fungsi ruang.

Kegiatan Survey Investigasi ini meliputi pengukuran untuk menentukan posisi

konstruksi sesuai rencana. Selain itu juga dilakukan pendataan kepemilikan

lahan serta bangunan masyarakat yang termasuk di dalam areal rencana

pembangunan jembatan.

2. Pembebasan lahan

Pembebasan lahan hanya dilakukan pada lahan yang terdapat di pangkal

jembatan. Untuk keperluan tapak kegiatan yaitu pangkal jembatan hanya

dilakukan pembebasan terhadap rumah masyarakat, karena tanah yang

berada pada sempadan sungai bukan milik masyarakat. Jumlah rumah yang

diperkirakan akan terkena akibat pembangunan jembatan Aie Gadang

sebanyak 3 unit yang terdiri dari 1 unit bagian utara jembatan dan bagian

selatan jembatan sebanyak 2 unit rumah. Pemberian ganti rugi terhadap

rumah yang terkena pembangunan jembatan berpedoman pada nilai jual objek

pajak (NJOP).

3. Pembangunan base camp dan pemagaran tapak kegiatan

Base camp diperlukan untuk operasional tenaga kerja dan juga berfungsi

sebagai gudang peralatan selama konstruksi. Pembangunan base camp

berada dekat tapak kegiatan yaitu di pangkal jembatan. Untuk pengamanan

dan tidak terganggunya aktifitas masyarakat dilakukan pemagaran kedua

lokasi pangkal jembatan tersebut. Pemagaran dilakukan bersifat sementara

dengan menggunakan seng sebagai dinding pagar.

4. Mobilisasi Alat Berat

Untuk pembangunan jembatan diperlukan mobilisasi alat-alat berat, sebelum

(14)

yang diperlukan dalam pembangunan jembatan tertera pada Tabel 2.1 berikut

ini.

Tabel 2.1. Jenis alat berat dan kendaraan yang diperlukan untuk pembangunan jembatan dan mobilisasinya.

No. Jenis alat berat dan kendaraan Satuan Jumlah Mobilisasi

1. Crane unit 1 darat

2. Excavator unit 1 Darat

3. Loader unit 1 Darat

4. Pile Hammer unit 1 Darat

5. Concrete Mixer unit 2 Darat

6. Motor Grader unit 1 Darat

7. Generator set unit 1 Darat

8. Concrete Vibrator unit 4 Darat

9. Truck Trailer unit 1 Darat

10. Dump truck unit 3 Darat

11. Pick Up unit 2 Darat

12. Compactor unit 1 Darat

Sumber: PT Visitech Gemilang, 2010

2.2.2. Tahap Konstruksi

1. Mobilisasi Material

Untuk pembangunan jembatan diperlukan material seperti semen, pasir,

sirtukil, besi beton, kayu, perpipaan dan tiang pancang beton pratekan.

Kebutuhan berbagai jenis material berupa batu, pasir dan krikil akan dipenuhi

dari quarry yang dikelola pihak lain atau langsung dilakukan oleh kontraktor

pelaksana pekerjaan yang didatangkan oleh perusahaan suplaier. Mobilisasi

material tersebut umumnya dilakukan lewat darat. Semua material tersebut

ditempatkan pada lokasi base camp yang telah dipagar.

2. Rekruitmen Tenaga Kerja

Dalam pelaksanaan pembangunan jembatan selama konstruksi diperlukan

tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja disesuaikan dengan volume kerja, lama

pekerjaan dan spesifikasi tenaga kerja. Kebutuhan tenaga untuk

pembangunan jembatan tertera pada Tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2. Kebutuhan tenaga kerja pembangunan jembatan selama konstruksi.

No. Tenaga Kerja Kualifikasi Jumlah

(15)

7. Mandor SLTA 1 Tidak tetap

8. Operator SLTA 5 Tidak tetap

9. Pembantu Operator SLTA 5 Tidak tetap

10. Sopir SLTA 6 Tidak tetap

11. Pembantu Sopir SLTA 6 Tidak tetap

12. Mekanik SLTA 2 Tidak tetap

13. Pembantu Mekanik SLTA 2 Tidak tetap

14. Kepala Tukang SLTA 2 Tidak tetap

T o t a l 58

Sumber: PT Visitech Gemilang, 2010

Tenaga kerja lebih diutamakan masyarakat setempat namun jika tenaga kerja

yang mempunyai keahlian khusus tidak di dapat maka akan diusahakan dari

luar daerah.

3. Pembangunan Pondasi (foundation)

Pembangunan pondasi yang terdiri dari pondasi dalam yaitu berupa tiang

pancang beton pratekan dengan diameter 50 cm. Dipancang pada lokasi

abutment dan pilar. Jumlah kebutuhan dan panjang tiang pancang sesuai

perencanaan dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3 Kebutuhan Pondasi Tiang Pancang Jembatan Air Gadang

Tiang Pancang

No. Lokasi Diameter

(cm.)

Jumlah

(batang)

Panjang

(meter)

1. Abutmen 1 50 15 32,00

2. Abutmen 2 50 15 32,00

3. Pilar I, II & III 50 18 x 3 35,00

Sumber: PT Visitech Gemilang, 2010

4. Pembangunan Bangunan Bawah (sub structure)

Bangunan bawah jembatan berfungsi sebagai penyangga bangunan atas

(super structure) yang terdiri dari kepala jembatan (abutment) dan pilar (pier)

sebagai penyambung bentang jembatan pada bentangan jembatan jamak

(multy span). Bangunan bawah dibangun di atas pondasi (tiang pancang) yang

berfungsi untuk meletakkan balok-balok jembatan dan terdapat 2 (dua) buah

abutment 3 (tiga) buah pilar. Konstruksi bangunan bawah dibangun dengan

konstruksi beton bertulang meliputi pekerjaan penggalian, perakitan besi beton

(16)

5. Konstruksi Bangunan Atas (super structure).

Bangunan atas jembatan terdiri dari konstruksi balok beton bertulang

berbentuk ”T” (T beam) yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga lebar

jembatan terpenuhi sesuai rencana. Balok-balok beton ini dicor ditempat

dengan memakai perancah kayu untuk memikul sementara balok-balok

jembatan sampai dengan beton cukup umur (mengeras).

6. Pembangunan Jalan Pendekat (approach road)

Jalan pendekat (oprit) pembangunannya dilakukan pada kedua ujung

jembatan. Tujuan pembangunan oprit ini adalah untuk menghubungkan jalan

dengan jembatan dan dibangun sedemikian rupa sehingga pengguna

jembatan merasakan kenyamanan pada saat memasuki jembatan.

7. Pasangan Batu (stone masonry)

Pasangan batu dipasang terutama pada jembatan Sei. Air Gadang pada sisi

Abutment II (arah Batas Sumut). Pasangan batu dipasang untuk melindungi

abutment (kepala jembatan) dari gerusan air.

8. Pekerjaan Finishing

Pekerjaan tahap akhir dari konstruksi ini yaitu pengecetan, pemasangan

rambu-rambu, patok pengarah (guide post) dan marka jalan, serta kemudian

juga dlakukan pembersihan lokasi dari sisa-sisa atau ceceran material yang

akan menggangu lalu lintas nantinya.

9. Demobilisasi Alat Berat

Setelah konstruksi pembangunan jembatan selesai maka dilakukan

pengembalian (demobilisasi) alat-alat berat dan kendaraan setelah pekerjaan

selesai dan pelunasan kontrak kerja maka secara otomatis peralatan kerja

akan diangkut kembali oleh kontraktor. Pelaksanaan demobilisasi dilakukan

melaui darat menggunakan truck trailer.

2.2.3. Tahap Operasi

1. Pemutusan hubungan kerja

Tenaga kerja tidak tetap setelah selesai konstruksi pembangunan jembatan

dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Pemutusan kerja tersebut sesuai

(17)

2. Operasional jembatan

Jembatan yang telah selesai dapat di operasikan sesuai dengan perjanjian

kerja sama dengan kontraktor. Kemudian diikuti dengan kegiatan

pemeliharaan jembatan yang meliputi pemeliharan fisik dan perbaikan bagi

bagian yang rusak.

2.3. LINGKUP STUDI

Ruang lingkup studi kegiatan UKL-UPL pembangunan Jembatan meliputi:

2.3.1. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yang akan dikumpulkan adalah meliputi data iklim, curah hujan,

kelembaban dan kependudukan pada instansi terkait seperti Badan Meteorologi

Klimatologi dan Geofisika, Perhubungan dan Pekerjaan Umum serta Badan

Statistik.

2.3.2. Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer yaitu dilakukan langsung dilapangan dan selain itu juga

dilakukan pengumpulan dilapangan dan dilanjutkan analisa di laboratorium. Data

primer yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut

a. Sifat Fisik Tanah

Pengumpulan data sifat fisik tanah dilakukan dengan cara sampling

dilapangan, kemudian analisanya dilakukan di laboratorium. Data yang

diperoleh selanjutnya digunakan untuk menganalisis rona lingkungan tanah

disekitar kegiatan.

b. Kualitas Udara Ambien

Pengumpulan data primer untuk kualitas udara ambien dilakukan sampling

(18)

Kemudian hasilnya dilanjutkan untuk dianalisa di laboratorium. Kemudian

tingkat kebisingan dilakukan pengukuraan langsung dilapangan.

Metode analisis untuk pengumpulan data primer pencemar udara yang

digunakan seperti tertera pada Tabel 2.5

Tabel 2.5 Metode dan Peralatan Analisis Kualitas Udara Ambien

No Paramater Metode Alat

1 SO2 Pararosaniline Spektrofotometer

2 NO2 Saltzman Spektrofotometer

3 CO Perakamoniakal Spektrofotometer 4 Total Partikel Tersuspensi (TSP) Gravimetri HVAS

c. Kualitas Air Sungai

Data untuk kualitas air sungai dilakukan sampling dan beberapa parameter

diukur langsung dilapangan. Kemudian sebagian parameter kualitas air dapat

dilakukan analisa di laboratorium.

Sedangkan parameter kualitas air permukaan disesuaikan dengan jenis

kegiatan dan mengacu kepada PP 82 Tahun 2001. Hasil yang diperoleh

dilakukan analisis berdasarkan pemanfaatan air sungai PP 82 Tahun 2001.

Parameter dan metode yang digunakan dalam menganalisis kualitas air sungai

tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 2.6 Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Permukaan (Air Sungai)

No. Parameter Satuan Metoda Alat

1 2 3 4 5

I FISIKA

1. Temperatur oC Pemuairn Termometer 2. Padat terlarut (TDS) mg/L Gravimetrik Timbangan

3. Padat tersuspensi (TSS) mg/L Gravimetrik Timbangan

II. KIMIA

1. pH - Potesiometrik pH-meter 2. BOD mg/L Winkler Buret 3. COD mg/L Titrimetri Buret 4. DO mg/L Winkler Buret

5. Senyawa Non logam mg/L Spektrofotometri Spektrofotometer 6. Persenyawaan Logam mg/L Spektrofotometri AAS

7. Detergen sebagai MBAS mg/L Spektrofotometri Spektrofotometer 8. Senyawa Fenol mg/L Spektrofotometri Spektrofotometer

d. Kualitas Air Sumur

Sampling kualitas air tanah dangkal (air sumur) diambil pada rencana

pembangunan jembatan, yaitu sumur masyarakat. Sampling langsung

dilapangan dan analisis terhadap parameternya dilakukan di laboratorium.

Parameter dan metoda yang digunakan untuk analisis kualitas air sumur dapat

(19)

Tabel 2.7 Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Tanah Dangkal (Air Sumur)

No. Parameter Satuan Metoda Alat

1 2 3 4 5

I FISIKA

1. Warna Unit Pt-Co Spektrofotometri Spektrofotometer 2. Temperatur oC Pemuain Termometer 3. Kekeruhan NTU Turbidimetri Turbidimeter 4. Padat terlarut (TDS) mg/L Spektrofotometri Spektrofotometer

II. KIMIA

1. Persenyawan Logam mg/L Spektrofotometri AAS

2. Senyawa NonLogam mg/L Spektrofotometri Spektrofotometer 3. Kesahan total (CaCO3) mg/L Spektrofotometri AAS

4. pH - Potesiometrik pH-meter

e. Komponen Flora

Parameter flora dilakukan dilapangan dengan cara pengamatan dilapangan

pada daerah yang akan dibangun jembatan.

f. Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya

Untuk pengumpulan data sosial ekonomi dan sosial budaya dilakukan

wawancara dengan penduduk setempat dan pemuka masyarakat.

2.4. WILAYAH STUDI

Kabupaten Pasaman Barat Propinsi Sumater Barat, merupakan daerah yang dilalui

jalan lintas barat tersebut telah menimbulkan multiplier effect terhadap perkembangan

pembangunan daerah termasuk kemajuan pembangunan ibukota Kabupaten Pasaman

Barat. Untuk mengantisipasi perkembangan kemajuan pusat kota dari kabupaten

tersebut dan terus mengembangkan potensi sumberdaya alamnya belum dimanfaatkan

secara optimal.

Lokasi jembatan Aie Gadang terletak di Nagari Aie Gadang Kecamatan

Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. Orientasi lokasi masing-masing rencana kegiatan

pembangunan jembatan dan gambar konstruksi jembatan secara umum berturut-turut

dapat dilihat pada Gambar – 1 Situasi & Gambar – 2 Denah Potongan Memanjang dan

(20)

BAB III

RONA LINGKUNGAN HIDUP

Rona lingkungan hidup yang diperlukan dalam studi Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Rencana Kegiatan

Peningkatan Pembangunan Jembatan Aie Gadang Kecamatan Pasaman Kabupaten

Pasaman Barat meliputi komponen fisik-kimia, biologi, dan sosial ekonomi serta sosial

budaya. Data rona lingkungan hidup berupa data sekunder dan data primer. Data

sekunder diperoleh dari studi dokumen dan kepustakaan, sedangkan data primer

diperoleh dari dari hasil pengukuran, pengamatan (observasi), dan wawancara.

3.1. KOMPONEN FISIK KIMIA

3.1.1. Kondisi Iklim

a. Klasifikasi Iklim

Kondisi iklim di Sumatera Barat sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis dan

posisi lautan dalam hubungannya dengan gerakan angin. Pegunungan Bukit

Barisan yang terbentang dari arah Barat Daya ke Tenggara dan Lautan Hindia

di sebelah Barat menyebabkan terjadinya proses kondensasi ketika

pengangkatan awan secara vertikal dan orografik yang mengandung banyak

uap air atau hujan di daerah lereng sebelah Barat. Berdasarkan posisi

geografis, wilayah studi terletak di sebelah Barat daerah Pegunungan Bukit

Barisan diperkirakan mendapat hujan relatif lebih banyak dibandingkan lereng

sebelah Timur. Selanjutnya akan diuraikan kondisi iklim wilayah studi

berdasarkan beberapa sistim klasifikasi iklim yang berlaku di Indonesia.

a) Berpedoman pada sistim klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1951),

wilayah studi mempunyai iklim tipe A (sangat basah), dimana nilai Q

(Quotient) untuk daerah Sukamenanti (Q=1,8), Silawai (Q=3,7) dan Air

Bangis (Q=3,7). Iklim tipe A dicirikan dengan iklim sangat basah dengan

curah hujan tinggi sepanjang tahun.

b) Menurut sistim klasifikasi iklim W.Koppen, wilayah studi tergolong iklim tipe

Afa. Tipe Afa dicirikan dengan iklim tropis basah dengan curah hujan tinggi

dan merata sepanjang tahun. Suhu udara bulan terdingin di atas 180C dan

suhu udara bulan terpanas di atas 220C. Perincian mengenai tipe iklim

(21)

c) Berdasarkan pada system klasifikasi Oldeman, Irsal Las dan S.N. Darwis

(1979) dalam “An Agroclimatic Map of Sumatra”, wilayah studi tergolong

pada zona agroklimat A. Zona agroklimat A dicirikan dengan jumlah bulan

basah (curah hujan di atas 200 mm) berturut-turut sebanyak 9-11, dan

bulan kering (curah hujan kurang dari 100 mm) berturut-turut kurang dari 2.

Tabel 3.1. Kondisi Iklim Di Lokasi Kegiatan dan Sekitarnya

Jumlah Bulan Kering Jumlah Bulan Basah Nilai Q

Sumber : Schmidt, F.H/ and J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall Types Based On Wet Dry Period Rations for Indonesia with Western New Guinee. Verhandelingen, No. 42.

b. Curah Hujan, Suhu Udara, Kelembaban Udara, dan Kecepatan Angin

Unsur-unsur iklim meliputi curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan

kecepatan angin tertera pada Tabel 3.2. Data-data unsur iklim tersebut

diperoleh dari Dinas PSDA Propinsi Sumartera Barat dengan stasiun

klimatologi Sukamenanti dalam kurun waktu 2000-2005.

Tabel 3.2. Data Curah Hujan, Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan Angin di Daerah Sukamenanti dan Sekitarnya (2000-2005).

Suhu Udara (0C)

(22)

Dari Tabel 3.2 menunjukkan bahwa curah hujan tahunan sebesar 4.041 mm

dengan rata-rata bulanan 337 mm, Jumlah hari hujan rata-rata tahunan 169

dan rata-rata bulanan sebesar 14. Curah hujan tertinggi terdapat pada bulan

November dan terendah pada Bulan Juni. Distribusi curah hujan dengan bulan

basah merata sepanjang tahun dengan tanpa bulan kering. Suhu udara

maksimum rata-rata 35,250C, minimum rata-rata 17,830C dan rata-rata

bulanan 26,580C. Kelembaban udara rata-rata bulanan berkisar antara 91,24%

sampai 92,50% dengan rata-rata tahunan 91,24%. Kecepatan angin rata-rata

bulanan di wilayah studi berkisar antara 0,83 km/hari sampai 16,22 km/hari

dengan rata-rata bulanan 6,97 km/hari.

3.1.2. Fisiografi

Secara fisiografis, lokasi kegiatan tergabung dalam sistim fisiografi alluvial.

Fisiografi alluvial ini terbentuk dari endapan alluvium resen dari sungai Batang

Pasaman. Endapan aluvium ini membentuk teras sungai (river terrace) dengan

endapan pasir yang paling dominan sebagai material yang mudah lepas. Bentuk

wilayah datar dengan kemiringan lereng 0 – 2 %.

3.1.3. Geologi

Kondisi geologi di lokasi kegiatan berpedoman pada Peta Geologi Bersistem

Lembar Lubuk Sikaping (0716), Skala 1:250.000 yang dipublikasikan oleh

Direktorat Geologi (N.M.S Rock, D.T. Aldiss, J.A Aspden, M.C.G Glauke, A.

Djunuddin, W. Kantawa, S.J. Thompson dan R. Wandoyo, 1983).

a. Komposisi Litologi

Secara litologi, lokasi kegiatan terbentuk dari endpaan sungai yang masih

muda berumur kuarter (Q2l). Endapan aluvium ini terdiri dari pasir, kerikil, dan

debu. Endapan aluvium ini membentuk dataran aluvial yang teridri dari teras

sungai dan tanggul sungai.

b. Struktur Geologi

Di lokasi kegiatan dan sekitarnya tidak terindikasi adanya struktur geologi

dalam bentuk sesar. Keberadaan sesar berada jauh di luar lokasi kegiatan,

(23)

3.1.4. Hidrologi

a. Debit Sungai

Rencana kegiatan peningkatan jembatan Air Gadang Kabupaten Pasaman

Barat melintasi Sungai Batang Pasaman. Berdasarkan hasil pengukuran debit

Sungai Batang Pasaman yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU)

Kabupaten Pasaman Barat dalm rentang waktu 10 tahun 1998 – 2008,

rata-rata debit sungai Batang Pasaman 220 m3/dtk dan berair sepanjang tahun

(parenial river). Perbedaan fluktuasi debit sungai yang cukup besar antara

musim penghujan dan musim kemarau, terutama disebabkan oleh

terganggunya fungsi hidrologis Daerah Aliran Sungai (DAS) pada bagian

hulunya.

b. Sifat Aliran

Sifat aliran dari sungai utama Batang Pasaman dan anak-anak sungai yang

terdapat dalam DAS Batang Pasaman tergolong aliran yang mengalir

sepanjang tahun (continuous flow) dan sifat alirannya tergantung pada musim.

Pada musim penghujan aliran sungai besar dengan kecepatan tinggi dan

sebaliknya pada musim kemarau.

c. Pola Aliran

Pola aliran hanya digambarkan dalam sistem percabangan sungai ekosistem

DAS. Sistem percabangan sungai Batang Pasaman bertekstur sedang

(medium). Pada bagian hulu dan tengah DAS pola aliran yang berkembang

adalah tipe tipe dandritik. Tipe dranditik ini merupakan tipe pola drainase

erosional dan berkembang bebas dalam segala arah dengan percabangan

tidak teratur.

d. Data Kualitas Air

1) Kualitas Air Sungai

Kualitas air sungai Aie Gadang akibat pembangunan pengembangan

jembatan akan mempengaruhi kualitas air sungai tersebut. Perubahan

kualitas air sungai disebabkan peningkatan kandungan parameter fisika

maupun parameter kimia akibat kegiatan tersebut khususnya sewaktu

kegiatan konstruksi berlangsung. Dalam kajian kelayakan lingkungan

diperlukan kualitas air sungai sebelum kegiatan dilaksanakan untuk

mengetahui rona atau kondisi awal yang dapat dijadikan rujukan untuk

(24)

pembangunan jembatan. Lokasi pengukuran kualitas air sungai dilakukan

pada bagian hulu dan bagian hilir berdasarkan rencana pembangunan

jembatan. Hasil pengukuran kualitas air sungai Aie Gadang dapat terlihat

pada Tabel berikut ini.

Tabel 3.3. Kualitas Air sungai Aie Gadang Pada Rencana Peningkatan Pembangunan Jembatan Aie Gadang Kabupaten Pasaman Barat

Kode sampel PP 82/2001 PerGub 05/2008 No. Parameter Satuan

SAG.1 SAG.2 Kls I Kls II Kls I Kls II

Kode sampel KAP.1 = Sungai Aie Gadang (bagian hulu)

KAP.2 = Sungai Aie Gadang (bagian hilir)

ttd = tidak terdeteksi (-) = tidak dipersyaratkan

Sumber: Hasil analisis laboratorium Baristand I ndustri Padang, 2010

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa semua parameter memenuhi

baku mutu yang telah ditetapkan yaitu menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air dan Peraturan Gubernur Nomor 5 Tahun 2008 tentang

Kriteria Mutu Air Sungai Sumatera Barat, baik untuk kelas I maupun untuk

kelas II.

2) Kualitas Air Sumur

Kualitas air tanah dangkal atau air sumur masyarakat yang terdekat dari

rencana pembangunan jebatan aie gadang diperoleh data seperti Tabel

(25)

Tabel 3.4. Hasil analisis kualitas air Sungai Aie Gadang pada rencana pembangunan jembatan Aie Gadang, Kabupaten Pasaman Barat.

Kode Sampel

No Parameter Satuan

TAG-1 Baku Mutu*)

1 2 3 4 5

I FISIKA

1. Kekeruhan NTU 0,40 5

2. Warna TCU 0,46 15

II. KIMIA

1. pH - 6,81 6,5 - 8,5

2. Kesahan total (CaCO3) mg/L 36,12 500

3. Nitrat (NO3-N) mg/L 6,93 10

4. Klorida (Cl) mg/L 4,85 600

5. Belerang (H2S) mg/L 0,05 (-)

6. Sulfat (SO4) mg/L 4,84 400

7. Tembaga (Cu) mg/L ttd (-)

8. Besi (Fe) mg/L ttd 1,0

9. Timbal (Pb) mg/L ttd 0,05

10. Seng (Zn) mg/L ttd 15

Keterangan

Kode sampel AT.1 = Sumur Masyarakat (Aie Gadang)

ttd = tidak terdeteksi (-) = tidak dipersyaratkan

Sumber: Hasil analisis laboratorium Baristand I ndustri Padang, 2010

Berdasarkan data kualitas air sumur masyarakat bahwa semua parameter

yang telah dianalisis memenuhi kriteria menurut Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 416 Tahun 1999. Sehingga air sumur masyarakat

tersebut masih layak digunakan sebagai sumber air bersih, karena

berdasarkan parameter yang telah dianalisis memenuhi persyaratan.

3.1.5. Kualitas Udara

Pembangunan pengembangan jembatan Aie Gadang di Kabupaten Pasaman

Barat, khususnya selama konstruksi berlangsung dapat memberikan dampak

terhadap penurunan kualitas udara ambien. Untuk mengetahui perubahan kualitas

lingkungan udara ambien selama pembangunan jembatan tersebut diperlukan

data kualitas udara ambien sebelum berlangsungnya pembangunan jembatan.

Parameter yang akan digunakan sebagai acuan untuk kualitas udara ambien

meliputi debu total (TSP) dan gas CO, NO2 serta SO2. Lokasi pengukuran kualitas

udara dilakukan pada dua lokasi yaitu pada kedua ujung jembatan yang berada

pada pemukiman masyarakat. Hasil pengukuran kualitas udara ambien sebelum

(26)

Tabel 3.5 Kualitas Udara Ambien di Rencana Lokasi Pembangunan Aie Gadang, Kabupaten Pasaman Barat

Kode Sampel No. Parameter Satuan

KUAG-1 KUAG-2

Baku Mutu*)

1. Debu total (TSP) µg/m3 45,0 65,0 230

2. Belerang dioksida (SO2) µg/m3 172,48 77,47 900

3. Nitrogen dioksida (NO2) µg/m3 126,36 131,32 400

4. Karbon oksida(CO) µg/m3 5.656 23.197 30.000

Keterangan: Kode sampel KUAG-1 = Bagian Utara

KUAG-2 = Bagian Selatan

*) Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999

Sumber: Laboratorium Hiperkes dan Tenaga Kerja Sumatera Barat, 2010

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan debu total (TSP) untuk kedua

lokasi memperlihat hasil yang masih berada dibawah baku mutu berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 untuk lingkungan udara ambien.

Kandungan TSP relatif sangat kecil yaitu 45,0 µg/m3 dan 65,0 µg/m3 sedangkan

baku mutu 230 µg/m3. Sebagai sumber kandungan debu pada udara ambien adalah berasal dari kegiatan transportasi yang melewati lokasi pembangunan

jembatan serta aktifitas masyarakat disekitarnya. Rendahnya kandungan debu

total disebabkan oleh rendahnya aktifitas kendaraan yang melalui lokasi ini karena

lokasi rencana pembangunan jembatan relatif jauh dari pusat perkotaan.

Kendaraan yang sering melewati lokasi ini selain kendaraan umum juga

kendaraan pengangkut buah kelapa sawit dan minyak kelapa sawit (CPO). Selain

itu pada lokasi ini masih banyak vegetasi atau tanaman yang dapat menyerap

atau menghalangi penyebaran debu ke lingkungan udara ambien.

Kandungan gas (CO, NO2 dan SO2) yang dipantau juga memberikan nilai jauh

berada dibawah baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun

1999 untuk lingkungan udara ambien.

3.1.6. Tingkat Kebisingan dan Getaran

a. Tingkat Kebisingan

Kegiatan pembangunan jembatan khususnya selama tahap konstruksi

diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat kebisingan. Sehubungan dampak

tersebut diperlukan untuk mengukur kebisingan pada rencana lokasi

pembangunan jembatan pada kawasan pemukiman masyarakat. Hasil

pengukuran tingkat kebisingan pada dua lokasi pengukuran dapat terlihat pada

(27)

Tabel 3.6. Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada rencana pembangunan Jembatan Aie Gadang, Kabupaten Pasaman Barat

Kode Sampel

No. Parameter Satuan

KUAG-1 KUAG-2 Baku Mutu*)

1 2 3 5 6 7

1. Kebisingan dB(A) 68 62 55

Keterangan: Kode sampel KUAG-1 = Bagian Utara

KUAG-2 = Bagian Selatan

*) Peraturan Pemerintah RI 41/1999

Sumber: laboratorium Hiperkes dan Tenaga Kerja Sumatera Barat, 2010

Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai kebisingan adalah 68 dB dan 62

dB, nilai tersebut melebihi baku mutu untuk kawasan pemukiman tetapi berada

dibawah peruntuk fasilitas umum menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 1999. Walaupun pengukuran dilakukan pada pemukiman masyarakat

tetapi lokasi ini merupakan kawasan yang termasuk fasilitas umum.

b. Getaran

Getaran merupakan komponen lingkungan yang dapat tejadi selama

konstruksi akibat penggunakan alat-alat berat dan kendaraan angkut material.

Untuk mengetahui getaran pada kondisi awal yaitu sebelum pembangunan

jembatan dilakukan pengukuran pada dua lokasi. Hasil pengukuran getaran

pada lokasi rencana pembangunan jembatan dapat terlihat pada Tabel berikut

ini.

Tabel 3.7. Hasil pengukuran getaran pada rencana pembangunan Jembatan Aie Gadang Kabupaten Pasaman Barat

Kode Sampel

No. Parameter Satuan

KUAG-1 KUAG-2

Baku Mutu*)

1 2 3 5 6 7

1. Getaran mm/detik 6,3 5,9 >5,2 - 16

Keterangan: Kode sampel KUAG-1 = Bagian Utara

KUAG-2 = Bagian Selatan

*) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun1996

(28)

Berdasarkan hasil pengukuran getaran untuk dua lokasi diperoleh nilai getaran

5,9 mm/detik dan 6,3 mm/detik, nilai tersebut memenuhi baku mutu menurut

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49 Tahun 1996. Sumber

getaran selama pengukuran bersumber dari aktifitas kendaraan yang melalui

lokasi rencana pembangunan jembatan.

3.1.7. Kondisi tanah

a. Klasifikasi Tanah

Tanah yang terdapat di lokasi kegiatan adalah Aluvial distrik (Pusat Penelitian

Tanah, 1983). Kesatuannya adalah sistem klasifikasi soil Taxonomy (2006)

termasuk pada sub group Typic Udifluvents, dan menurut sistem klasifikasi

tanah FAO-UNESCO (1990) termasuk Dystric Fluvisols.

b. Sifat dan Karakteristik Tanah

Tanah Aluvial Distrik Aluvial (Typic Udifluvents) merupakan tanah mineral yang

belum berkembang atau baru berkembang (recent). Tanah ini tersebar pada

satuan fisiografi dataran aluvial dengan bahan induk tanah berasal dari

endapan aluvium sungai. Pemanfaatan lahan saat ini adalah kebun campuran

antara tanaman semusim dan tanaman tahunan (kelapa sawit dan kakao).

Sifat dan karakteristik tanah dicirikan dengan sifat fisik tanah yaitu drainase

tanah sedang, permeabilitas sedang, struktur berbutir dan remah serta tekstur

tanah sedang (lempung). Kedalaman tanah 80-100 cm (agak dalam). Sifat

kimia tanah dicirikan dengan reaksi tanah masam (pH 4,5 -5,5), kandungan

C-organik sedang, nitrogen total sedang, P2O5 total dan K2O total tergolong

rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) rendah dan kejenuhan basa (KB) rendah.

Status kesuburan tanah tergolong rendah. Hasil Analisis sifat dan karekteristik

tanah disajikan pada tabel 3.8

Tabel 3.8 Hasil analisis sifat fisik tanah di lokasi kegiatan

S1 S2

No Kualitas Tanah Satuan

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

A. Sifat Fisik Tanah

1. Berat Volume g/cm3 1,05 sedang 1,11 sedang

(29)

6. Kedalaman Tanah cm 94 Agak dalam 86 Agak dalam 7. Distribusi Ukuran Partikel

a. Pasir

6. Basa-Basa Dapat Ditukar a. Ca

Sumber : Hasil analisa Laboratorium Jurusan Tanah Universitas Andalas (2010)

Keterangan : S1. Lokasi sampling pinggir Sungai Batang Pasaman sebelah utara S2. Lokasi sampling pinggir Sungai Batang Pasaman sebelah selatan

c. Erosi tanah

Laju erosi tanah dihitung menggunakan persamaan umum kehilangan tanah

atau persamaan USLE (universal Soil Loss Equation). Hasil perhitungan

disajikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Hasil Prediksi Laju Erosi tanah di Lokasi kegiatan

No Lokasi R K Ls CP Laju Erosi

Penilairn tingkat bahaya erosi (TBE) ditentukan dengan cara

mempertimbangkan laju erosi dengan kedalaman solum. Hasil penilairn TBE

(30)

Tabel 3.10. Tingkat Bahaya Erosi di Lokasi kegiatan

No Lokasi Laju Erosi

(ton/ha/tahun)

Kedalaman

Solum (m) TBE

1. S 1 8,91 93 Sangat Ringan

2. S 2 10,32 96 Sangat Ringan

Sumber: Hasil Analisis, 2010

Rekapitulasi hasil pengamatan erosi tanah yang meliputi laju erosi, TBE dan

kalsa/skala erosi disajikan pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Hasil Perhitungan Laju Erosi, TBE dan Kelas/Skala Erosi di Lokasi kegiatan

No Lokasi Laju Erosi

(ton/ha/tahun) TBE

Kelas / Skala Erosi

1. S 1 8,91 SR 5

2. S 2 10,32 SR 5

Sumber: Hasil Analisis, 2010 Keterangan : SR : sangat rendah

Kelas/skala erosi Æ 5 : sangat baik

Dari hasil perhitungan parameter erosi tanah yang tertera pada Tabel 3.9;

3.10; 3.11 menunjukkan bahwa erosi tanah adalah 8,91 – 10,32 ton/ha/tahun.

Laju erosi tersebut apabila ditinjau dari tingkat bahaya erosi (TBE) sangat

rendah (SR) dan kelas atau skala erosi sangat baik (skala 5). Berdasarkan

hasil observasi lapangan tidak ditemukan bentukan permukaan akibat erosi,

baik erosi alur (rill erosion) maupun erosi parit (gully erosion). Terkait lokasi

kegiatan berada pada bantaran sungai, ditemukan adanya erosi tebing sungai

(streambank erosion) disepanjang teras sungai.

3.2. KOMPONEN BIOLOGI

Lokasi kegiatan berada di tengah-tengah pemukiman penduduk, sehingga flora

yang ditemukan dapat dikelompokkan pada kategori tanaman hias, tanaman

pekarangan, tanaman budidaya dan tanaman liar (semak). Tanaman pekarangan

merupakan tanaman yang sengaja ditanaman dipekarangan rumah atau di pinggir

jalan yang juga dimanfaatkan sebagai tanaman pelindung. Sedangkan tanaman

budidaya merupakan tanaman yang sengaja ditanam dalam jumlah yang besar

(31)

Dari inventarisasi flora yang dilakukan didapatkan 4 jenis yang dominan berada

disekitar jembatan, yaitu Ficus hispida, Cocos nucifera, Elaeis guinensis dan

Theobroma caccao. Diantara keempat jenis tersebut, tiga terakhir merupakan

tanaman budidaya yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain itu, disekitar area

studi juga ditemukan Durio zibethinus (durian) yang merupakan tanaman yang

dillindungi menurut SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972 yang menyatakan bahwa

flora ini tidak boleh ditebang jika diameter batangnya kurang dari 60 cm.

Berdasarkan jumlah jenis flora yang ditemukan, yaitu 51 jenis, maka

lingkungannya dapat digolongkan sangat baik (skala 5). Data lengkap jenis flora

dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Jenis Flora disekitar Lokasi Kegiatan

No Family Jenis Nama Daerah Keberadaan Keterangan

1 Acanthaceae Asystasia sp + TL

2 Agavaceae Agave sp + TH

(32)

29 Leguminosae Pterocarpus indicus Lansano + TP 30 Malvaceae Sida acuta ++ TL 31 Malvaceae Hibiscus rosacinensis Kembang sepatu + TP 32 Mimosaceae Mimosa pudica Putri malu + TL 33 Mimosaceae Mimosa figra + TL 34 Moraceae Arthocarpus integra Cempedak ++ TP 35 Moraceae Ficus hispida +++ TL 36 Musaceae Musa paradisiaca Pisang ++ TB 37 Myrtaceae Psidium guajava Jambu biji ++ TP 38 Myrtaceae Syzigium aquatica Jambu air + TP 39 Nygtaginaceae Bougenville spectabilis Bunga kertas + TH 40 Oleaceae Jasminum sambac Melati + TH 41 Palmae Cocos nucifera Kelapa +++ TB

42 Palmae Elaeis guinensis Sawit +++ TB 43 Palmae Areca catechu Pinang ++ TB

44 Piperaceae Piper aduncum Siriah-siriah + TL 45 Rosaceae Rosa hybrida Bunga mawar + TH 46 Rubiaceae Boreria alata + TL 47 Rubiaceae Ixora sp Bunga soka + TH 48 Sapindaceae Nephelium lappaceum Rambutan ++ TP 49 Scropulariaceae Scoparia dulcis + TL 50 Sterculiaceae Theobroma caccao Coklat +++ TB 51 Verbenaceae Stacytarpeta jamaicensis Bujang kalam + TL Sumber: Hasil Perhitungan dan Analisis Tahun 2010

Ket:

+ Sedikit ++ Banyak +++ Dominan TH Tan. Hias TP Tan. Pekarangan TB Tan. Budidaya TL Tan. Liar

3.3. KOMPONEN SOSEKBUDKESMAS

3.3.1. Demografi

Secara umum penyebaran penduduk di Kenagarian Air Gadang Kecamatan

Pasaman secara liner yaitu di sepanjang jalan lintas barat menuju Sumatera

Utara dan di sekitar kantor pemerintahan nagari. Luas Nagari Air Gadang adalah

130,44 km2 dengan jumlah penduduk 10.434 jiwa terdiri dari 5.204 laki-laki dan

5.230 perempuan dengan kepadatan penduduk 80 jiwa per km2. Sebagian besar

penduduk Kecamatan Pasaman merupakan umur produktif. Jumlah penduduk

(33)

Tabel 3.13 Jumlah Penduduk Kecamatan Pasaman Menurut Kelompok Umur

Jenis Kelamin No. Kelompok Umur

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 0-4 3.422 3.208 6.630

Sumber : Kecamatan Pasaman Dalam Angka, 2008

3.3.2. Sosial Ekonomi

Secara umum masyarakat Nagari Air Gadang memiliki perekonomian yang relatif

baik. Berdasarkan wawancara dengan tokoh masyarakat dan masyarakat pada

umumnya pendapatan masyarakat perkapita rata-rata bervariasi dari

20.000/hari-30.000/hari atau Rp. 800.000,00/bulan. Sebagian besar mata pencarian penduduk

bergerak di bidang pertanian yaitu sebagai petani/pekebun hal sangat di dukung

oleh potensi sumber daya alam yang cukup memadai. Tanaman budidaya yang

dikelola oleh masyarakat pada umumnya adalah padi dan jagung sedangkan

perkebunannya adalah tanaman kelapa sawit. Data jumlah penduduk berdasarkan

jenis pekerjaannya disajikan pada Tabel 3.14.

Tabel. 3.14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis Kelamin No. Lapangan Usaha

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Pertanian 11.108 3.772 14.880

(34)

3.3.3. Sosial Budaya

a. Adat Istiadat dan Pola Kebiasaan Yang Berlaku

Masyarakat Nagari Aie Gadang di dominasi oleh masyarakat hukum adat

minangkabau (95%). Adapun suku minangkabau yang dominan terdiri dari

suku Jambak, Melayu, Caniago, dan Koto. Tatanan kehidupan sosial yang

berlaku didasarkan pada tatanan nilai adat istiadat Minangkabau, yang

diperlihatkan dalam prilaku kebiasaan masyarakat. Di samping itu juga ditemui

lebih kurang 5% masyarakat pendatang, yaitu suku Mandailing, Nias, Batak

dan Jawa. Meskipun demikian, masyarakat pendatang mampu menyesuaikan

diri dengan tatanan kehidupan sosial yang ada. Hal ini bersesuairn dengan

prinsip tatanan sosial “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”. Pada sisi

lain bagi warga masyarakat Minangkabau di Kenagarian Aie Gadang sangat

elegan dan terbuka menerima kehadiran masyarakat pendatang, termasuk

memberikan penghormatan dan apresiasi yang baik terhadap “kegiatan

kekerabatan yang hidup dan berkembang di kalangan masyarakat pendatang”,

seperti upacara perkawinan diantara sesama warga yang berasal dari suatu

daerah yang sama mereka tetap melaksanakan adat istiadat yang diwariskan

secara turun temurun dan ini berlaku juga untuk berbagai kehidupan sosial

lainnya dengan tetap menghormati tatanan nilai sosial yang hidup.

b. Proses sosial Yang Terjadi Dalam Masyarakat

Kerjasama yang sering timbul proses sosial kemasyarakat adalah seperti

kegiatan gotong-royong dalam membangun untuk fasilitas keagamaan dan

sosial. Sedangkan akomodasi yang dilakukan adalah kegiatan proses sosial

secara bersama dengan melakukan aktifitas secara bersama dengan

memberikan bantuan dan pertolongan kepada yang kurang mampu dan yang

membutuhkan. Proses sosial yang berkembang dengan masyarakat

pendatang jarang menimbulkan konflik karena hubungan dan interaksi sosial

dengan masyarakat pribumi terjalin dengan baik, walaupun adanya benturan

kebiasaan yang mereka bawa dengan yang mereka temui di masyarakat

pribumi.

c. Akulturasi, Asimilasi, Dan Integrasi Dari Berbagai Kelompok Masyarakat

Keadaan akulturasi dan asimilasi serta integrasi yang dilakukan dalam

hubungan bermasyarakat tidak mendapatkan hambatan dan kendala, karena

(35)

tinggal warga. Hal tersebut juga mendorong terciptanya suatu asimilasi yang

lebih terkoordinasi dan terbaur dengan prinsip saling menghargai antara

pendatang dengan pribumi. Disamping itu tidak adanya pola pembedaan

dalam melakukan komunikasi secara sosial dan ekonomi. Akan tetapi dalam

kepemilikan tanah di kuasai oleh nagari sebagai tanah ulayat nagari Air

Gadang dan masyarakat pendatang tidak bisa mengelola tanah ulayat nagari

tersebut.

d. Pranata Sosial

Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sehari-harinya dapat membentuk

kegiatan yang berbentuk kelembagaan. Adapun lembaga yang tumbuh antara

lain lembaga kegiatan pemuda, lembaga PKK, kegiatan wirid yasin para

ibu-ibu dan jemaah keagaman, kelompok tani, koperasi, organisasi olah raga,

karang taruna, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang aktif dan

melakukan kegiatan sesuai dengan jalur dan fungsi yang ada.

e. Persepsi Masyarakat

Berdasarkan wawancara dengan masyarakat terutama dengan masyarakat

yang terkena dampak langsung akibat kegiatan pembangunan jembatan Air

Gadang, ternyata seluruh masyarakat yang diwawancarai menyetujui

pembangunan jembatan tersebut dengan syarat ada ganti rugi terhadap

bangunan rumah, tanaman produktif dan tanah mereka . Masyarakat sekitar

menyadari bahwa jembatan tersebut sangat vital untuk kelancaran arus lalu

lintas dan selama ini jembatan Aie Gadang hanya dapat dilalui satu kendaraan

dengan sistem bergantian (satu-satu melintasi jembatan) dengan

ditingkatkannya jembatan ini akan mempelancar arus lalu lintas.

3.3.4. Kesehatan Masyarakat

Kebiasaan masyarakat berobat dengan obat tradisional dan jika agak parah

berobat ke puskesmas, bidan dan dokter terdekat. Jenis penyakit yang dominan

diderita oleh masyarakat Kecamatan Pasaman adalah ISPA (31 %), dan gastritis

(13,60 %) . Hal ini dapat dilihat pada pada banyaknya penyakit yang diderita olah

masyarakat Kecamatan Pasaman seperti yang disajikan pada Tabel 3.15.

Sarana kesehatan yang tersedia di Kecamatan Pasaman ialah puskesmas 2 unit,

(36)

Tabel 3.15. Jumlah Kunjungan Pasien yang berkunjung ke Puskesmas di Kecamatan Pasaman

menurut penyakit Utama

No. Jenis Penyakit Jumlah %

1. ISPA 35.236 31,00

2. Diare 7.122 6,26

3. Penyakit kulit karena infeksi 9.115 8,02

4. Rematik 11.110 9,78

5. Gastritis 15.455 13,60

6. Disentri - -

7. Tekanan darah tinggi 9.076 7,99 8. Penyakit kulit karena alergi 6.086 5,35 9. Penyakit lain pada saluran napas 13.598 11,96

10. Lainnya 6.864 6,04

(37)

BAB IV

DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

4.1. TAHAP PRAKONSTRUKSI

Pada tahap prakonstruksi ini kegiatan meliputi stake out, pembebasan lahan,

pembangunan base camp dan pemagaran tapak kegiatan, dan mobilisisasi alat

berat. Pada tahap prakonstruksi akan memberikan dampak terhadap komponen

lingkungan diantaranya :

1. Persepsi Masyarakat

a. Sumber Dampak

Dampak terhadap munculnya persepsi masyarakat adalah berasal dari

kegiatan stake out, pembebasan lahan dan pembangunan base camp serta

pemagaran tapak kegiatan

b. Jenis Dampak

Timbulnya persepsi masyarakat tentang keberadaan kegiatan peningkatan

pembangunan jembatan Aie Gadang

c. Besaran Dampak

Besaran dampak yang ditimbulkannya adalah sedang, karena akan

timbulnya pertanyaan dari masyrakat terhadap keberadaan kegiatan.

2. Gangguan Lalu Lintas

a. Sumber Dampak

Sumber dampak terhadap gangguan lalu lintas yang berasal dari kegiatan

mobilisasi alat berat.

b. Jenis Dampak

Timbulnya gangguan lalu lintas di sekitar ujung jembatan akibat oleh

kendaraan yang membawa alat berat

c. Besaran Dampak

Besaran dampak yang ditimbulkan adalah kecil, karena mobilisasi alat berat

(38)

4.2. TAHAP KOSTRUKSI

Kegiatan yang berlangsung selama tahap kostruksi atau pembangunan fisik meliputi

mobilisasi material, rekrutmen tenaga kerja, pembangunan pondasi, pembangunan

bangunan bawah, konstruksi bangunan atas, pembangunan jalan pendekat,

pemasangan batu , pekerjaan finishing dan demobilisasi alat berat.

1. Kandungan Debu

a. Sumber Dampak

Sumber dampak terhadap perubahan kandungan debu berasal dari kegiatan

mobolisasi material, pembangunan jalan pendekat dan pekerjaan finishing.

b. Jenis Dampak

Terjadinya penurunan kualitas udara ambien terutama terhadap

peningkatan kandungan parameter debu total (TSP) disekitar lokasi

kegiatan.

c. Besaran Dampak

Dampak yang ditimbulkan adalah kecil karena volume pekerjaan relatif

sedikit.

2. Kandungan Gas

a. Sumber Dampak

Sumber dampak terhadap perubahan kandungan gas berasal dari kegiatan

mobilisasi material

b. Jenis Dampak

Terjadinya penurunan kualitas udara ambien terhadap peningkatan

parameter gas (CO, NO2, SO2) disekitar lokasi kegiatan.

c. Besaran Dampak

Dampak yang ditimbulkan adalah kecil karena volume pekerjaan relatif

sedikit.

3. Penigkatan Tingkat Kebisingan

a. Sumber Dampak

Dampak peningkatan tingkat kebisingan berasal dari kegiatan mobilisasi

material, pembangunan pondasi, pembangunan bangunan bawah,

(39)

b. Jenis Dampak

Jenis dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya peningkatan tingkat

kebisingan.

c. Besaran Dampak

Dampak yang ditimbulkan adalah kecil, karena menggunakan alat berat

sedikit dengan volume sedikit.

4. Peningkatan Tingkat Getaran

a. Sumber Dampak

Dampak peningkatan tingkat getaran berasal dari kegiatan pembangunan

pondasi..

b. Jenis Dampak

Jenis dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya peningkatan tingkat

getaran.

c. Besaran Dampak

Dampak yang ditimbulkan adalah kecil, karena menggunakan alat berat

sedikit dengan volume sedikit.

5. Penurunan Kualtas Air Sungai

a. Sumber Dampak

Dampak terhadap perubahan kualitas air sungai berasal dari pembangunan

pondasi, pembangunan bangunan bawah, konstruksi bangunan atas dan

pemasangan batu.

b. Jenis Dampak

Jenis dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut adalah penurunan

kualitas air sungai, terutama terhadap peningkatan kandungan padatan

tersuspensi (TSS).

c. Besaran Dampak

Dampak yang ditimbulkan adalah sedang karena kegiatan yang potensi

terhadap penurunan kualitas air hanya pada saat pembangunan pondasi dan

(40)

6. Erosi Tebing Sungai

a. Sumber Dampak

Terjadi longsor pada tebing sungai Aie Gadang berasal dari kegiatan

pembangunan pondasi.

b. Jenis Dampak

Dampak terhadap tanah yaitu terjadinya longsor dan peningkatan erosi

tanah.

c. Besaran Dampak

Dampak yang ditimbulkan adalah kecil karena areal yang akan dibersihkan

relatif kecil.

7. Kerusakan Sempadan Sungai

a. Sumber Dampak

Dampak terhadap kerusakan sempadan sungai berasal dari kegiatan

pembangunan pondasi.

b. Jenis Dampak

Dampak yang akan terjadi adalah kerusakan sempadan sungai yaitu tidak

dapat difungsikannya sempadan sungai sebagai daerah pengamanan

sungai..

c. Besaran Dampak

Besaran dampak kerusakan sempadan sungai oleh kegiatan ini adalah kecil,

karena sedikitnya lahan atau sempadan sungai yang akan dimanfaatkan

untuk pembangunan jembatan.

8. Kesempatan Kerja

a. Sumber Dampak

Dampak terhadap kesempatan berkerja bersumber dari peningkatan

pembangunan jembatan adalah pada saat rekrutmen tenaga kerja.

b. Jenis Dampak

Dampak yang ditimbulkan adalah adanya peluang untuk bekerja sesuai

dengan formasi yang dibutuhkan/tersedia.

c. Besaran Dampak

Dampak yang ditimbulkan adalah kecil karena jumlah tenaga kerja yang

(41)

9. Peluang Usaha

a. Sumber Dampak

Dampak terhadap munculnya peluang usaha adalah berasal dari kegiatan

Pembangunan pondasi, pembangunan bangunan bawah, Konstruksi

Bangunan Atas, Pembangunan Jalan Pendekat, Pemasangan batu dan

Pekerjaan Finishing

b. Jenis Dampak

Timbulnya peluang usaha berupa munculnya warung-warung menjual

makanan bagi para pekerja disekitar lokasi kegiatan, pengadaan bahan dan

material dan pengangkutan bahan material

c. Besaran Dampak

Besaran dampak yang ditimbulkan kecil dan bersifat positif.

10. Kecemburuan Sosial

a. Sumber Dampak

Timbulnya keresahan masyarakat bersumber dari kegiatan penerimaan

tenaga kerja.

b. Jenis Dampak

Jenis dampak yang ditimbulkan adalah munculnya keresahan masyarakat,

khususnya bagi masyarakat yang tidak dapat diterima sebagai tenaga kerja.

c. Besaran Dampak

Besaran dampak yang ditimbulkan kecil, karena jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan relatif sedikit dan membutuhkan keahlian tersendiri.

11. Kesehatan Masyarakat

a. Sumber Dampak

Timbulnya keresahan masyarakat bersumber dari kegiatan mobilisasi

material

b. Jenis Dampak

Jenis dampak yang ditimbulkan adalah gangguan kesehatan masyarakat

akibat mobilisasi material

c. Besaran Dampak

Besaran dampak yang ditimbulkan kecil, karena velume pekerjaan relatif

(42)

12. Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja

a. Sumber Dampak

Dampak terhadap keselamatan tenaga kerja bagi tenaga kerja berasal dari

Pembangunan pondasi, pembangunan bangunan bawah, konstruksi

bangunan atas dan pekerjaan finishing

b. Jenis Dampak

Dampak yang akan ditimbulkan adalah terjadinya kecelakaan kerja pada

tenaga kerja.

c. Besaran Dampak

Besaran dampak terhadap kecelakaan kerja pada tenaga kerja adalah

tergolong sedang, karena menggunakan peralatan besi.

13. Gangguan Lalu Lintas

a. Sumber Dampak

Terjadinya gangguan lalu lintas sungai bersumber dari kegiatan mobilisasi

material dan pembangunan jalan pendekat serta demobilisasi alat berat.

b. Jenis Dampak

Timbulnya gangguan lalu lintas di sekitar ujung jembatan akibat kendaraan

yang membawa material , pembangunan jalan pendekat dan demonbilsasi

alat berat.

c. Besaran Dampak

Besaran dampak terhadap gangguan lalu lintas termasuk sedang karena

kegiatan tersebut tidak menghalangi kelancaran lalu lintas.

4.3. TAHAP OPERASI

Pada tahap operasi kegiatan yang akan dilakukan adalah demobilisasi alat berat,

pemutusan hubungan kerja dan operasional jembatan

1. Kesempatan Kerja

a. Sumber Dampak

Sumber dampak dari kesempatan kerja adalah berasal dari pemutusan

hubungan kerja (PHK)

b. Jenis Dampak

Dampak yang akan ditimbulkan adalah menurunnya tingkat penghasilan

(43)

c. Besaran Dampak

Besaran dampak kecil, karena sebelumnya telah dilakukan penjelasan

bentuk ketenagakerjaan.

2. Persepsi Masyarakat

a. Sumber Dampak

Dampak terhadap persepsi masyarakat dan kecemburuan sosial bersumber

dari kegiatan pemutusan hubungan kerja.

b. Jenis Dampak

Jenis dampak yang ditimbulkan adalah keresahan masayarakat akibat

pemurusan hubungan kerja, karena tidak berkerjanya atau berkurangnya

penghasilan masyarakat.

c. Besaran Dampak

Besaran dampak terhadap persepsi masyarakat kecil, karena sedikitnya

masyarakat yang bekerja pada kegiatan peningkatan pembangunan

jembatan.

3. Kelancaran Lalu Lintas

a. Sumber dampak

Peningkatan kelancaran lalu lintas berasal dari kegiatan beroperasinya

jembatan

b. Jenis dampak

Dampak yang ditimbulkan adalah dampak positif yaitu semakin lancarnya

akses masyarakat

c. Besaran dampak

Dampak aksesibilitas dapat digolongkan sedang, karena akses masyarakat

Gambar

Tabel 2.1. Jenis alat berat dan kendaraan yang diperlukan untuk pembangunan jembatan dan mobilisasinya
Tabel 2.3 Kebutuhan Pondasi Tiang Pancang Jembatan Air Gadang
Tabel 2.6 Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Permukaan (Air Sungai)
Tabel 2.7 Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Tanah Dangkal (Air Sumur)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prio ritas pembangunan bidang sumberdaya alam dan lingkungan hidup pada tahap ini diarahkan pada upaya peningkatan peran aktif dan kemitraan masyarakat dalam pengelolaan

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat sebagai instansi terkait ikut berperan dalam menjaga kelestarian air, salah satu program BPLHD untuk menjaga

Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) mempunyai

Usaha peningkatan (act) merupakan tahapan terakhir dalam sebuah strategy planning agar dalam setiap usaha perencanaan dan pengelolaan lingkungan dalam perusahaan