• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH SEBAGAI PUSAT KEBUDAYAAN malayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEKOLAH SEBAGAI PUSAT KEBUDAYAAN malayu "

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SEKOLAH SEBAGAI PUSAT KEBUDAYAAN

Disusun Oleh :

Eryoktri Piyustin 07021381419112

Iswadi

07021381419113

Koraima

07021381419114

Dosen Pengampuh : Dra. Hj. Rogaiyah M.si

Mata Kuliah : Sosiologi Pendidikan

Jurusan : Sosiologi ( Kampus Palembang )

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Sekolah Sebagai Pusat Kebudayaan”.

Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua dan saudara yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil. Ucapan terima kasih kepada Dra. Hj. Rogaiyah, M.Si selaku dosen dari mata kuliah sosioogi pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan makalah ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan dari pembaca sekalian. Harapan penulis, semoga dengan segala keterbatasan yang ada, makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Palembang, Februari 2017

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sekolah adalah tempat kita untuk menuntut ilmu. Baik ilmu agama, umum, social maupun budaya. Semuanya bisa kita dapatkan dibangku sekolah. Nah, tentang kebudayaan inilah yang akan kita bahas dalam makalah ini. Seperti yang kita tahu, bahwa budaya Indonesia sekarang sudah sedikit terkikis oleh budaya lain, ataupun diklaim oleh Negara lain. Sebagai peserta didik yang notabennya adalah generasi penerus bangsa, mereka harus cinta dan senang terhadap budaya Indonesia. Sebagai guru, wajiblah kita menanamkan dan mengenalkan budaya Indonesia kepada peserta didik mulai sejak dini.

Dari sekolah inilah, peserta didik mampu mengetahui semua budaya yang ada di Indonesia, meski terbatas. Namun mereka bisa mengembangkan lagi di sekolah – sekolah non formal yang sekarang banyak di dirikan untuk siapa saja yang ingin memperdalam pengetahuan mereka tentang kebudayaan yang ada di Indonesia. Jika dari awal kita sebagai guru sudah menanamkan rasa senang terhadap budaya kepada peserta didik, maka dengan mudah mereka untuk mencintai budaya Indonesia yang begitu banyak ini. Jangan sampai budaya agung Indonesia ini di rebut oleh bangsa lain.

Sekolah sebagai pusat kebudayaan ialah sekolah yang merupakan pusat nilai-nilai yang disepakati sebagai terpuji, dikehendaki, berguna, serta dipertaruhkan bagi kehidupan warga masyarakat, bangsa, dan negara, dan karenanya dianggap perlu dibiasakan kepada anak didik untuk sedini mungkin menggali, mengenal, memahami, menyadari, menguasai, menghayati, dan belajar mengamalkan melalui proses belajar mengajar di sekolah. Sebagai pusat kebudayaan sekolah adalah tempat atau sumber bagi pengembangan kebudayaan.

(4)

dan di masyarakat.sekolah sebagai partner dalam memberikan pendidikan kepada warga masyarakat. Jadi sekolah, keluarga, dan masyarakat merupakan pusat-pusat pendidikan yang potensial, ketiganya saling pengaruh-mempengaruhi, termasuk mendayagunakan sumber-sumber belajar dalam masyarakat, seperti narasumber-sumber, perpustakaan, museum, kebun binatang, surat kabar, majalah, dan sebagainya, di samping berguna bagi masyarakat luas sebagai media pendidikan, juga dapat digunakan oleh sekolah dalam menunaikan fungsi pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari sekolah dan budaya?

2. Bagaimana sekolah sebagai pusat kebudayaan?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dari sekolah dan budaya

(5)

BAB II

DEFINISI KONSEP

1. Definisi Sekolah

Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang berarti : waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak ditengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni).

Sekolah adalah tempat didikan bagi anak anak. tujuan dari sekolah adalah mengajar tentang mengajarkan anak untuk menjadi anak yang mampu memajukan bangsa . Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan guru.

Sebuah sekolah itu tentunya dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Kepala sekolah di bantu oleh wakil kepala sekolah dan juga staf – staf sekolah yang lain. Sekarang di Indonesia sudah banyak menjamur sekolah – sekolah, baik yang sudah negeri maupun yang masih swasta, dari mulai PAUD, RA/TK, MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA sampai Perguruan Tinggi. Semua itu dipersiapkan untuk anak – anak Indonesia agar menjadi generasi penerus bangsa yang pintar dan mencintai Indonesia.

2. Definisi Kebudayaan

(6)

diartikan sebagai hal yang memiliki kaitan dengan budi, serta akal manusia. Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut sebagai “culture, yang berasal kata Laton Colere (mengerjakan atau mengolah). Dapat juga diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture sering juga diartikan sebagai “kultur” yang dalam bahasa Indonesia.

Budaya merupakan cara hidup yang berkembang, serta dimiliki bersama oleh kelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya ini terbentuk dari berbagai unsur yang rumit, termasuk sitem agama dan politik, adat istiadat, perkakas, bahasa, bangunan, Budaya merupakan pola hidup yang menyeluruh. budaya memiliki sifat yang kompleks, abstrak, serta luas. Bebagai budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur sosial-budaya ini tersebar, serta meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Menurut Soelaiman Soemardi & Selo Soemardjan menerangkan bahwa suatu kebudayaan merupakan buah atau hasil karya cipta & rasa masyarakat. Suatu kebudayaan memang mempunyai hubungan yang amat erat dengan perkembangan yang ada di masyarakat. Seorang arkeolog, R. Seokmono menerangkan bahwa budaya adalah hasil kerja atau usaha manusia yang berupa benda maupun hasil buah pemikiran manusia dimasa hidupnya.

Sedangkan Effat al-Syarqawi mendefinisikan budaya berdasarkan dari sudut pandang Agama Islam, Ia menjelaskan bahwa budaya adalah khazanah sejarah sekelompok masyarakat yang tercermin didalam kesaksian & berbagai nilai yang menggariskan bahwa suatu kehidupan harus mempunyai makna dan tujuan rohaniah.

(7)

pengalaman hidup yang ada pada sekelompok masyarakat tertentu. Pengalaman hidup yang dimaksud bisa berupa kepercayaan, perilaku, & gaya hidup suatu masyarakat. Sedangkan Parsudi Suparian, mengatakan budaya akan melandasi segala perilaku dalam masyarakat, karena budaya merupakan pengetahuan manusia yang seluruhnya digunakan untuk mengerti dan memahami lingkungan & pengalaman yang terjadi kepadanya.

Budaya yang ada di Indonesia amat berpengaruh pada perkembangan jaman dari masa ke masa & berubahnya kondisi alam yang ada di Indonesia. Hal tersebut sangat sesuai dengan pendapat seorang pakar dari Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara, yang memaparkan bahwa budaya adalah hasil perjuangan masyarakat terhadap alam & zaman yang membuktikan kemakmuran & kejayaan hidup masyarakat dalam menyikapi atau menghadapi kesulitan & rintangan untuk mencapai kemakmuran, keselamatan dan kebahagiaan di hidupnya.

Menurut Koentjaraningrat, Budaya merupakan sebuah sistem gagasan & rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia didalam kehidupannya yang bermasyarakat, yang dijadikan kepunyaannya dengan belajar.

BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengertian sekolah dan budaya

(8)

belajar, berlatih kecakapan, menyerap pendidikan, atau tempat proses mendewasakan anak.

Sebuah sekolah itu tentunya dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Kepala sekolah di bantu oleh wakil kepala sekolah dan juga staf – staf sekolah yang lain. Sekarang di Indonesia sudah banyak menjamur sekolah – sekolah, baik yang sudah negeri maupun yang masih swasta, dari mulai PAUD, RA/TK, MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA sampai Perguruan Tinggi. Semua itu dipersiapkan untuk anak – anak Indonesia agar menjadi generasi penerus bangsa yang pintar dan mencintai Indonesia.

Fungsi Sekolah

 Sekolah mempersiapkan seseorang untuk mendapat suatu pekerjaan

 Sekolah sebagai alat-alat transmisi kebudayaan

 Sekolah mengajarkan peranan sosial

 Sekolah sebagai penyedia tenaga pembangunan

 Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib

 Sekolah sebagai alat integrasi sosial

Sedangkan kata budaya berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari “budhi” yang artinya akal. Jadi kebudayaan ialah segala hal yang bersangkutan dengan akal. Dalam bahasa inggris kebudayaan adalah “culture” berarti keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi – aksi terhadap dan oleh sesame manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain – lain.

Berikut ini beberapa definisi kebudayaan dari beberapa pakar, yaitu: 1. Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang

(9)

2. Kebudayaan ialah suatu keseluruhan hasil kelakuan manusia yang teratur dari tata kelakuan yang harus diperoleh dengan belajar, dan yang tersusun dalam kehidupan masyarakat. (Koentjaraningrat) 3. Kebudayaan ialah semua hasil karya dari cipta, rasa, dan karsa

masyarakat. (Selo Semardjan Dan Soelaiman Soemardi

Kebudayaan dipelajari dari golongan atau masyarakat dalam kehidupan bersama dan tidak dilahirkan sebagai sifat biologis atau karena naluri. Perkataan culture di Indonesia lazimnya diterjemahkan dengan kebudayaan yang seperti diuraikan di atas tadi bertitik berat kepada hasil hidup bersama di masyarakat. Tidak ada kebudayaan yang diciptakan oleh seorang manusia saja, atau hasil cipta seorang manusia saja. Mungkin penemuam – penemuan yang berarti diciptakan oleh pemikiran seseorang, tetapi penemuan itu akhirnya akan berkembang dan digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan didalam masyarakat itu. Bagian – bagian dari kebudayaan yaitu kesenian, pendidikan, ilmu dan sebagainya. Selanjutnya , kesenian biasanya menyangkut hal – hal yang mengandung unsure keindahan (estetika), seperti seni tari, seni sastra, seni lukis dan sebagainya. Peradaban juga merupakan bagian dari kebudayaan yang memberikan atau merupakan ukuran kemajuan budaya sesuatu bangsa atau masyarakat, seperti arsitektur, teknologi, ilmu pengetahuan dan sebagainya.

Jenis – jenis kebudayaan:

1. Kebudayaan material (kebendaan)

Kebudayaan material ialah wujud kebudayaan yang berupa benda – benda konkret sebagai hasil karya manusia, seperti rumah, mobil, candi, benda – benda hasil teknologi dan sebagainya.

2. Kebudayaan non material (rohaniah)

(10)

3. Hasil cipta manusia, seperti filsafat serta ilmu pengetahuan, baik ideology, kebatinan, kesenian, dan semua unsure yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat.

1. Sekolah sebagai pusat kebudayaan

Sekolah sebagai pusat kebudayaan adalah sekolah yang merupakan pusat nilai – nilai yang disepakati sebagai terpuji, dikehendaki, berguna, serta dipertaruhkan bagi kehidupan warga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Dan hal itu dianggap perlu dibiasakan kepada anak didik untuk sedini mungkin menggali, mengenal, memahami, menyadari, menguasai, menghayati dan belajar mengamalkan melalui proses belajar mengajar di sekolah.

(11)

sabang sampai merauke. Dan untuk mewujudkan itu bukan hal yang mudah, perlu kerja sama antara guru, peserta didik, orang tua, dan masyarakat sekitar.

Di bawah ini adalah ciri – ciri yang harus dimiliki oleh guru dan peserta didik di sekolah sebagai pusat kebudayaan:

 Berbakti kepada Tuhan yang Maha Esa

 Cinta kepada Negara Indonesia

 Bangga memiliki bahasa dan budaya

 Ikut serta memajukan Negara melalui usaha yang keras

 Bertanggung jawab terhadap kemajuan diri sendiri dan anak didik

 Bertoleransi terhadap sesama walaupun berbeda suku, bahasa,

budaya, dan agama

 Berkeyakinan bahwa Negara sangat memerlukan warga yang rajin,

ulet, bertanggung jawab, taat pada peraturan, dan tahu akan kewajibannya.

Di dalam sekolah, tentunya banyak sekali perbedaan yang ada pada semua penghuni sekolah. Dari sekolah ini juga kita sebagai guru akan mengajarkan kepada peserta didik untuk saling menghormati, saling memahami, saling menghargai perbedaan budaya, etnis, agama, dan lainnya yang ada di antara mereka. Perbedaan – perbedaan ini tidak menjadi penghalang bagi para peserta didik untuk bersatu. Dengan perbedaan inilah diharapkan para peserta didik untuk tetap bersatu, saling mengisi, tidak bercerai berai, saling bertukar pikiran juga diharapkan menjalin kerjasama serta berlomba – lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirot).Bukan malah menjadikan alas an perbedaan itu untuk saling menyela dan mengejek satu sama lain. Ingatlah semboyan kita Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda – beda, tetapi tetap satu jua.

(12)

mungkin sekolah tersebut mengadakan kegiatan ekstrakulikuler yang khusus mempelajari tentang kebudayaan, baik dalam bentuk seni tari, bahasa, seni lukis, seni batik, seni tenun dan masih banyak lagi. Itu mungkin salah satu cara untuk menumbuhkan rasa senang kebudayaan kepada peserta didik.

Sekolah dikatakan sebagai pusat kebudayaan karena di sekolah kita bisa belajar tentang kebudayaan, baik sekolah formal maupun non formal. Banyak mata pelajaran sekarang yang dikhususkan untuk mempelajari kebudayaan, contoh: antropologi, sosiologi dan lain- lain. Selain itu juga disekolah terdapat banyak perbedaan suku, ras, bahasa dan lain -lain diantara para peserta didik. Itu juga bisa membantu peserta didik untuk saling mengenal dan mempelajari dari sesama temannya. Sedang dari sekolah non formal seperti kursus juga pelatihan – pelatihan yang sekarang sudah banyak menjamur dimana – mana dan dengan mudah bisa kita temukan. Museum juga secara tidak langsung sudah membantu menjadi sekolah non formal untuk memperkenalkan barang – barang peninggalan sejarah dan budaya pada zaman dahulu. Banyak kita lihat sekarang para pemuda khususnya para peserta didik melupakan budaya Indonesia, dan lebih memilih budaya luar, seperti contoh: tarian, sekarang banyak tarian dari Negara – negara barat yang mempengaruhi masyarakat Indonesia. Apabila ini dibiarkan,maka budaya yang kita miliki akan hilang di telan zaman ataupun diklaim Negara lain seperti yang terjadi kemarin. Ini menjadi tugas berat guru di sekolah agar mampu menumbuhkan minat peserta didik untuk senang terhadap budaya milik kita sendiri. Guru yang mengajar di bidang tersebut juga harus pintar dan berkompeten dibidangnya, jangan hanya sekedar tahu saja,itu juga merupakan potret yang kurang baik untuk peserta didik.

(13)

 Menjadi sekolah sebagai teladan, bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Sekolah merupakan harapan para masyarakat untuk menjadikan indonesia sebagai Negara yang bukan hanya kaya dalam budaya namun juga kaya dengan generasi penerus bangsa yang pintar dan mencintai budaya Indonesia. Hal ini juga butuh kerja sama antara guru, peserta didik, dan masyarakat agar tercapai tujuan seperti yang diinginkan. Cintailah budaya dalam negeri untuk membantu memajukan dan membawa budayaa Indonesia ke ranah internasional.

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Dalam mengembangkan kebudayaan bangsab perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk memahami dan mengamalkan nilai budaya daerah yang luhur dan beradab serta menyerap nilai budaya asing yang positif untuk memperkaya budaya bangsa.

Dalam pembangunan budaya nasional perlu diciptakan suasana yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja keras , disiplin , sikap menghargai prestasi, berani bersaing, serta mampu menyesuaikan diri dan kreatif. Juga perlu terus ditumbuhkan budaya menghormati dan menghargai orang yang lebih tua , budaya belajar, ingin maju, dan budaya ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Ditinjau dari hubungan sekolah dengan masyarakat, disampingsekolah merupakan partner masayarakat, sekolah juga produsen yang melayani pesanan pendidikan dari masyarakat sekelilingnya. Sebagai produsen kebutuhan pendidikan masyarakat , sekolah dan masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional diantara kedunya yaitu :

Adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang diperankan oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat (orang tua, pemerintah, lembaga – lembaga social , dan sebagainya).

Agar sekolah /perguruan tinggi dapat menunaikan fungsinya dengan baik , perlu adanya hubungan serasi dan terpadu dengan masyarakat khususnya publiknya, misalnya dalam hal dana, fasilitas, dan jaminan – jaminan objektif lainnya. Seperti keamanan kerja demi meningkatkan kegairahan kerja dan etos kerja.

(14)

kegiatan yang terjadwal, tenaga – tenaga pengelola yang khusus, didukung oleh fasilitas yang terprogram, sehingga tepatlah dijadikan sebagai pusat kebudayaan.

 Data Skunder (Sumber : Buku Sosiologi Pendidikan, Drs. Ary H. Gunawan)

Sekolah sebagai pusat pendidikan

Mempelajari dan memperhatikan sekolah sebagai pusat keudayaan di harapkan akan memperoleh manfaat ganda . pertama, sebagai guru/dosen dapat membantu menciptakan lingkungan sekolah dimana ia bekerja dan memperolah nafkah serta mendarmabaktikan dirinya pada kehidupan. Kedua, sebagai guru/dosen dapat membantu para peserta didik agar daat menghayati bahwa lingkungan sekolah adalah pusat kebudayaan. Bekal-bekal pendidikan dan keterapilan yang mereka terima dapat di gunakan untuk menciptakan lingkungan sekolah pada tempat mereka bekerja nanti, dapat juga merupakan pusat kebudayaan yang bermanfaat bagi ligkungan sosialnya dan lingkungan kemanusiaan.

Makna pendidikan dan kebudayaan.

Secara historis-religius dikatakan bahwa pendidikan terjadi lebih dahulu dari kebudayaan. Hal ini dapat di jelaskan tat kalah nabi adam akan di turunkan ke bumi, telah si pesan oleh tuhan yang maha kuasa agar tidak makan buah kuldi demi....dan seterusnya. Dari peristiwa ini tampak telah terjadi adanya pendidikan dari tuhan kepada nabi adam. Seblum anak cucu nabi adam menghasilkan kebudyaan, dan selanjutnya menghailkan pendidikan sebagai subkebudayaan.

Dari sisi lain kemudian di sebutkan bahwa pendidiknn merupakan sebagian dari kebudyanaan, dan pendidikn tiak dapt di pisahkan dari kebudaayaan, keduanya merupakan gejala dan faktor pelengkap yang penting dalam kehidupan manusia. Sebab manusia selain sebagai makjluk alam, juga erfungsi sebagai makhluk kebudayaan atau makhluk berpikir (human-rationale) .

Sebagaimana telah di jelaskan, bahwa kata “budaya” berawal dari “budi dan daya” atau “dayanya budi” sebagai cipt, rasa dan karsa yang menghasilkan karya, antara lain adalah pendidikan.

(15)

peradaban manusia. Penddikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya. Tiada kehidupan masyarakat tanpa adanya kegiatan pendidikan.

Pendidikan di indonesia pada zaman penjajahan kolonial belanda juga menampakkan perbedaannya anara praktek pendidikan oleh pemerintah hindia belanda dengan praktek pendidikan indonesia. Pendidikan hindia belanda menciptakan strata-strata masyarakat agar dapat menjadi ajang politik, sedangkan praktek pendidikan indonesia seperti taman siswa berdasarkan asas kebangsaan dan praktek pendidikan pokok-pokok pesantren berdasarkan agama islam, dan sebagainya. Kini pratek pendidikan zaman indonesia merdeka yang berdasarkan falsafah dan asas pancasia, harus dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Setiap pendidikan wajib mewujudkan falsafah pancasila dalam segala kegiatan pendidikan menuju terwujudnya masyarakat yang sejahtera berdasarkan pancasila.

Dafinisi pendidikan telah banyak dikemukakan para pakar pendidikan, mulai dari langeveld, brubacher, N. Driarkoro S.J. Ki Hadjar Dewantara dan sebagainya sampai pada pelaksanaan “pendidikan sepanjang hayat/hidup”.

Adapun Sekolah harus memiliki ciri-ciri khusus, antara lain :

- Dapat meningkatkan mutu pendidikan. - Dapat menciptakan masyarakat belajar.

- Dapat menjadikan teladan bagi masyarakat sekitarnya. - Dapat menjadi pengembangan masyarakat sekitarnya. - Dapat membentuk manusia indonesia seutuhnya.

Studi Kasus

Masuknya Budaya Asing Pada Remaja Usia Sekolah Di Era Globalisasi

(16)

pribadi atau golongan, budaya disiplin terhadap segala sesuatu, tidak terpengruh dengan kebudayaan yang asing dan bertentangan dari kebudayaan yang ada di Indonesia (westernisasi), dan sebagainya.

Masuknya budaya Barat ke Indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi yang meracuni Indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya(culture shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mamapu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Adanya penyerapan unsur budaya luar yang di lakukan secara cepat dan tidak melalui suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang di tampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan budaya.

Sekolah harus berperan sebagai agen pembentuk kepribadian yang berlandaskan pada kebudayaan yang tidak bertentangan dengan adat istiadat masyarakat Indonesia sendiri, sehingga ketika setelah siswa tersebut lulus dari sekolah, mereka akan dapat mengimplementasikan nilai kebudayaan itu yang telah diajarkan selama masa pendidikan mereka di sekolah dan tidak mudah terpengaruh oleh budaya negatif dari luar. Budaya negatif ini dapat muncul dari berbagai aspek (media, pergaulan, dan lingkungan). Inilah fungsi sekolah yang memusatkan membelajarannya pada kebudayaan agar dapat menjadi benteng yang kokoh tidak mudah dipengaruhi oleh kebiasaan dan budaya dari luar yang mengancam itu.

Contoh kasus dari sekolah sebagai pusat kebudayaan adalah berbagai sekolah di Kota Palembang, mulai dari SD, SMP, dan SMA masing-masing mempunyai standar tersendiri dalam mendidik murid-muridnya. Ada yang mengedepankan basis IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja namun, ada juga yang mengedepankan dua basis pengajaran yakni IPTEK dan IMTAQ ( Ilmu Ilmu Pengetahuan Iman dan Taqwa).

(17)

Hal tersebut sangat lumrah terjadi mengingat sifat karakteristik seseorang pada usia pelajar yang umumnya adalah kalangan remaja. Mereka masih dalam masa pencarian jati diri dan belum mengetahui apa yang sebenarnya baik dan buruk bagi diri mereka. Maka dari itu sekolah memegang peran penting dalam penyaluran budaya yang dirasa ideal untuk ditanamkan dalam diri seorang pelajar seperti nilai sopan santun, nilai kedisiplinan, nilai keagamaan dal sebagainya.

Berikut adalah contoh-contoh pengaruh negative budaya asing terhadap remaja di usia sekolah :

1. Cara berpakaian yang tidak pantas.

2. Kecanduan terhadap gadget serta game online

(18)

kedalam kehidupan sehari-hari mereka. Disinilai peran sekolah yang dituntut agar mampu menciptakan siswa siswi yang berpendidikan, berakhlak, dan bermoral.

KESIMPULAN

Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sedang kebudayaan ada beberapa definisi,

Berikut ini beberapa definisi kebudayaan dari beberapa pakar, yaitu: 1. Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang mencakup

pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kecakapan – kecakapan serta kebiasaan – kebiasaan lainnya yang diperoleh atau dihasilkan manusia sebagai anggota masyarakat. (E.B. TAYLOR)

2. Kebudayaan ialah suatu keseluruhan hasil kelakuan manusia yang teratur dari tata kelakuan yang harus diperoleh dengan belajar, dan yang tersusun dalam kehidupan masyarakat. (KOENTJARANINGRAT) 3. Kebudayaan ialah semua hasil karya dari cipta, rasa, dan karsa

masyarakat. (Selo Semardjan dan Soelaiman Soemardi)

(19)

serta dipertaruhkan bagi kehidupan warga, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Ciri – ciri yang harus dimiliki oleh guru dan peserta didik di sekolah sebagai pusat kebudayaan:

1. Berbakti kepada Tuhan yang Maha Esa 2. Cinta kepada Negara Indonesia

3. Bangga memiliki bahasa dan budaya

4. Ikut serta memajukan Negara melalui usaha yang keras

5. Bertanggung jawab terhadap kemajuan diri sendiri dan anak didik

6. Bertoleransi terhadap sesama walaupun berbeda suku, bahasa, budaya, dan agama

7. Berkeyakinan bahwa Negara sangat memerlukan warga yang rajin, ulet, bertanggung jawab, taat pada peraturan, dan tahu akan kewajibannya .

BAHAN BACAAN

Sosiologi Pendidikan ( Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem

Pendidikan) oleh Drs. Ary H, Gunawan, Penerbit : Rineka Cipta

Sosiologi Ilmu Pengetahuan Paradigma Ganda. Oleh George Ritzert. 1980,

penerbit : PT. Raja Grafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta

Karena masa remaja dalam pertumbuhannya masih mencari jati diri untuk membentuk karakter kepribadiannya, maka kegiatan positif yang dilakukan oleh remaja tentunya akan berpengaruh

Untuk pemilihan anggota DPR dan DPRD digunakan sistem proporsional dengan stelsel daftar terbuka sehingga pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung

Pengaruh Penerimaan Pajak daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah pada Provinsi Bengkulu” , hasil penelitianya menunjukan bahwa terdapat

Pada metode ini penulis melakukan pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada pihak yang bersangkutan, yaitu petugas Perusahaan Daerah Air Minum

Hal ini menunjukkan bahwa tes kesegaran jasmani mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan hasil belajar, besarnya hubungan ini ditentukan oleh korelasi

Berdasarkan pengamatan di lapangan, hasil sampel yang di dapat pada Titik 2 lebih dominan berkerikil sedangkan pada Titik 11 lebih dominan berlumpur, karena

berbagai persoalan yang sedang sehingga dapat mewujudkan suatu kondisi yang lebih baik. Untuk mencapai kondisi yang lebih baik tentunya harus ditunjang dengan