• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of EFEKTIFITAS MODEL KELOMPOK SWABANTU UNTUK MENGURANGI BEBAN KELUARGA MERAWAT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI MASYARAKAT WILAYAH KOTA CIMAHI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of EFEKTIFITAS MODEL KELOMPOK SWABANTU UNTUK MENGURANGI BEBAN KELUARGA MERAWAT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI MASYARAKAT WILAYAH KOTA CIMAHI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

68 EFEKTIFITAS MODEL KELOMPOK SWABANTU UNTUK MENGURANGI BEBAN

KELUARGA MERAWAT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI MASYARAKAT WILAYAH KOTA CIMAHI

Oop Rope’i

ABSTRAK

Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk lansia yang cukup tinggi dari tahun ke tahun sehingga kelompok lansia rentan juga meningkat, akan meningkat pula faktor risiko pada keluarga sehingga menjadi beban bagi keluarga, masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan penanganan masalah lansia secara komprehensif dan terpadu karena permasalahan yang muncul terus berpacu dengan pertambahan jumlah penduduk lansia.Tujuan memperoleh model kelompok swabantu yang efektif untuk mengurangi beban keluarga merawat sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup lansia sehingga menjadi keluarga mandiri, menggunakan kualitatif fenomenologi dengan cara wawancara mendalam dan catatan lapangan pada enam partisipan di Kota Cimahi. Analisis data menggunakan pendekatan Colaizzi. Hasil penelitian teridentifikasi sembilan tema; menemukan cara merawat anggota keluarga lansia, dengan sub tema meningkatkan keyakinan spiritual, menambah informasi, mengupayakan dukungan keluarga dan menerima keadaan, makna merawat sebagai bentuk tanggungjawab sosial dan agama, belajar dari pengalaman orang lain, meningkatkan keterampilan dalam merawat lansia, meningkatkan intrapersona, meningkatkan interpersonal, menemukan pandangan baru tentang diri dan kehidupan, harapan sebagai merawat (caregiver) lansia yaitu harapan terhadap diri sendiri, harapan terhadap keluarga danharapan terhadap masyarakat, dan kebutuhan lansia terhadap pelayanan kesehatan yaitu bebas biaya, layanan khusus bagi lansiadan pendidikan kesehalan. Kesimpulan perawat komunitas bisa menerapkan kelompok swabantu ini untuk mengurangi beban bagi keluarga dalam merawat lansia Saran perlu dikembangkan adanya kelompok swabantu yang dijadikan model pemberdayaan keluarga dan masyarakat.

(2)

69 Latar Belakang

Lanjut usia (Lansia) adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Usia panjang akan menyebabkan perubahan yang dimulai dari sel, sebagai komponen terkecil dari tubuh manusia. Di dalam struktur anatomik perubahan menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel, proses ini berlangsung secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Mickey, 2006). Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang dapat menjadikan lansia kelompok risiko (at risk). Menurut Sthanhope dan Lancaster (2004) lanjut usia beresiko untuk mengalami masalah kesehatan yang diakibatkan oleh adanya perubahan usia, biologis, sosial, gaya hidup, ekonomi dan kejadian dalam kehidupan.

Kondisi lansia yang berisiko dapat berpengaruh terhadap peran keluarga dalam merawat lansia. Keluarga merupakan kelompok berisiko akibat stres dalam merawat lansia yang rentan karena penyakit kronik dan ketidakmampuan lansia. Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk lansia yang cukup tinggi dari tahun ke tahun sehingga kelompok lansia rentan juga meningkat, akan meningkat pula faktor risiko pada keluarga sehingga menjadi beban bagi keluarga, masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan penanganan masalah lansia secara komprehensif dan terpadu karena permasalahan yang muncul terus berpacu dengan pertambahan jumlah penduduk lansia.

(3)

70 Efektifitas dukungan keluarga merupakan komponen kunci terhadap kesejahteraan

lansia.Hasil penelitianSahar (2002 dalam Riasmini, 2011) menggambarkan bahwa keluarga yang

merawat lansia umumnya mengalami lebih dari satu masalah kesehatan dan alasan merawat karena

tanggung jawab sebesar (26,8%), dan ingin memberikan perawatan lebih baik (19,5%).

Kebanyakan masyarakat Indonesia memandang bahwa dukungan keluarga yang berupa

pemberian bantuan dari anak kepada orang tua masih berperan sangat besar. Jika dikaitkan dengan

budaya Indonesia dimana budaya keluarga besar (extended family) masih berkembang,

memungkinkan lansia untuk tinggal bersama keluarga (anak, menantu, cucu atau anggota keluarga

lain). Adanya dukungan tersebut, akan memperkuat ikatan kekeluargaan sehingga lansia merasa

aman, puas dan merasa berguna serta mampu menjalani kehidupan dengan baik.

Perawatan yang dilakukan keluarga sebagai pelaku rawat terhadap lansia dikaitkan dengan

stres karena gangguan fungsional dan psikologis akibat penyakit kronik yang dialami lansia,

sehingga berdampak pada kesehatan fisik, emosi dan sosial pelaku rawat. Menurut Sales (2003),

memberikan perawatan lansia dengan ketergantungan termasuk yang mengalami penyakit kronis

menimbulkan perasaan keteganganataubeban pada pelaku rawat yang dapat mempengaruhi

kualitas hidup keluarga. Beban merawatmerupakan respon multidimensi terhadap stresor fisik,

psikologis, sosial dan finansial yang dihubungkan dengan pengalaman pelaku rawat dalam

merawat klien (Kasinya, Polgar-Bailey & Takeuchi, 2000 dalam Etters, Goodall & Harrison,

2008). Hasil penelitian Marimoto (2003), menggambarkan bahwa meningkatnya beban

berhubungan secara signifikan terhadap kualitas hidup yang rendah khususnya kesehatan mental

pelaku rawat. Sebaliknya, tidak ada hubungan antara meningkatnya beban dengan kesehatan fisik

dan fungsi peran pelaku rawat.

Berdasarkan pengamatan di masyarakat menunjukkan bahwa masih banyak keluarga yang

belum mampu memberdayakan lansia dan merawat lansia dengan baik. Lansia seringkali dianggap

sebagai beban dan keluarga kurang sensitif terhadap kebutuhan-kebutuhan lansia sehingga lansia

kurang mendapat perhatian dan dukungan dari keluarga. Menurut Romziah (1999), perhatian

dalam kesehatan lansia termasuk juga makanan dan gizi, transportasi, komunikasi, rekreasi, juga

agama merupakan hal penting untuk menunjang kesejahteraan juga perkembangan jiwa lansia.

Bila terabaikan oleh keluarga akan meningkatkan risiko lansia mengalami gangguan kesehatan

yang berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia. Disamping itu, permasalahan dapat timbul

(4)

71 kemandirian. Kondisi ini dapat menimbulkan beban bagi keluarga yang akan melemahkan

dukungan keluarga terhadap lansia.

Melihat fenomena diatas, maka pemberdayaan keluarga dan masyarakat sangat penting

dalam meningkatkan kemampuan lansia untuk berfungsi secara optimal dalam lingkungan

masyarakat. Pemberdayaan dilakukan melalui peningkatan kapasitas individu atau kelompok

dalam membuat pilihan dan mentransformasikan pilihan mereka kedalam tindakan atau hasil yang

diinginkan. Model pemberdayaan keluarga yang dapat dilakukan adalah kelompok swabantu (self

help group) merupakan aktivitas kelompok dengan memberdayakan anggotanya untuk

menyelesaikan masalah mereka sendiri. Melalui partisipasi dalam kelompok dapat mengurangi

beban keluarga, kesepian dan perasaan bersalah (Chapman, 1997).

Kelompok swabantu terdiri dari keluarga-keluarga sebagai pelaku rawat dalam merawat

lansia, bersama-sama saling membantu, berbagi pengalaman dalam menyelesaikan masalah.

Tujuannya adalah memberikan dukungan emosional setiap anggota, belajar koping baru,

menemukan strategi untuk mengatasi suatu masalah, meningkatkan rasa percaya diri dan

keterampilan komunikasi serta meningkatkan kontak sosial.

Pelaku rawat membutuhkan informasi berupa penyuluhan kesehatan dari petugas

kesehatan tentang masalah kesehatan yang dialami lansia dan cara penanganannya sehingga

mampu merawat lansia di rumah, mereka juga mengharapkan petugas kesehatan melakukan

kunjungan rumah untuk memberikan perawatan langsung kepada lansia. Harapan lainnya yaitu

mendekatkan pelayanan ke masyarakat seperti tersedianya posyandu lansia di tiap RW sehingga

dapat dijangkau oleh lansia, dan pelayanan yang diberikan di puskesmas berupa pelayanan khusus

untuk lansia tidak bergabung dengan pelayanan umum sehingga lansia bisa ditangani dengan

cepat. Lebih lanjut diperoleh data bahwa sudah ada poliklinik lansia di beberapa puskesmas

kecamatan, tetapi belum santun lansia karena sumber daya manusia dan fasilitasnya yang kurang

memadai.

Walaupun telah dikembangkan berbagai program dalam rangka mengatasi permasalahan

lansia baik oleh pemerintah maupun swasta dan lembaga swadaya masyarakat dan sudah

dikembangkan model untuk meningkatkan kemampuan keluarga merawat lansia melalui

pelatihan, namun belum ada wadah bagi keluarga yang bisa dijadikan tempat berkumpul agar bisa

saling berbagi pengalaman dalam merawat lansia sesuai dengan budaya Indonesia dan belum

(5)

72 tertarik untuk mengembangkan model pemberdayaan keluarga melalui kelompok swabantu (self

help group). Melalui kegiatan kelompok, keluarga dapat saling bertukar pengalaman sekaligus

meningkatkan kemampuan koping, mengurangi beban, pada akhirnya mampu merawat lansia

secara optimal dalam rangka meningkatkan kualitas hidup lansia.

Tujuan penelitian adalah memperoleh model kelompok swabantu yang efektif untuk

mengurangi beban keluarga merawat sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup lansia sehingga

menjadi keluarga mandiri. Tujuan pengembangan model kelompok swabantu adalah

meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat lansia melalui partisipasi keluarga dalam

kegiatan kelompok. Kegiatan kelompok yang dilakukan dapat memberikan dukungan emosional

setiap anggota, belajar koping baru, menemukan strategi untuk mengatasi suatu masalah,

meningkatkan rasa percaya diri dan keterampilan komunikasi serta meningkatkan kontak sosial.

Metode Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan

metodefenomenologi.Populasi pada penelitian ini adalah keluarga yang memiliki lansia.

Sedangkan sampel adalah anggota keluarga/pelaku rawat yang merawat lansia di rumah,

pemilihansampeldilakukanmelaluipurposivesampling.Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan Colaizzi (1978) dalam Streubert dan Carpenter (2003), dilakukan di

Kota Cimahi.

Hasil

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 7 partisipan sebagai pelaku rawat yang merawat

lansia di Kota Cimahi Jawa Barat. Pada penelitian ini peneliti mengidentifikasi pendidikan

partisipan rata-rata adalah SMU tetapi ada juga yang berpendidikan SD satupartisipan. Partisipan

berasal dari suku sunda lama partisipan sebagai pelaku rawat yang merawat lansia cukup bervariasi

dari rentang satu tahun sampe dengan tujuh tahun. Peneliti telah mengidentifikasi 9 tema

merupakan hasil dari penelitian. Beberapa diantaranya memiliki sub-tema dengan kategori makna

tertentu. Efektifitas model kelompok swabantu untuk mengurangi beban keluarga merawat sebagai

upaya meningkatkan kualitas hidup lansia di masyarakat wilayah Kota Cimahi dapat digambarkan

dengan Sembilan tema yaitu; 1) menemukan cara merawat anggota keluarga lansia, dengan sub

tema meningkatkan keyakinan spiritual,menambah informasi, mengupayakan dukungan keluarga

(6)

73 belajar dari pengalaman orang lain; 4) meningkatkan keterampilan dalam merawat lansia; 5)

meningkatkan intrapersonal; 6) meningkatkan interpersonal; 7) menemukan pandangan baru

tentang diri dan kehidupan; 8) harapan sebagai merawat (caregiver) lansia yaitu harapan terhadap

diri sendiri, harapan terhadap keluarga dan harapan terhadap masyarakat; 9) kebutuhan lansia

terhadap pelayanan kesehatan yaitu bebas biaya, layanan khusus bagi lansiadan pendidikan

kesehalan.

Pembahasan

Pada penelitian ini ditemukan bahwa selama merawat lansia keluarga merasakan respon

negative sebagai beban dalam merawat lansia. Leuckenotte (1996) menyatakan bahwa

keluarga yang memandang pemberian asuhan kepada lansia merupakan sebagai suatu

masalah maka dalam merawat lansia keluarga memiliki respon negatif. Beban yang

teridentifikasi dalam penelitian ini meliputi beban fisik, beban psikologis, beban ekonomi

dan beban sosial. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak bagi keluarga yang merawatnya.

George and Gwyther (1986 dalam Miller, 1995 hlm.475) mengemukakan burden sebagai “

beban fisik, psikologi atau emosional, sosial dan finansial dapat dialami oleh keluarga yang

merawat lansia yang mengalami gangguan”.

Penelitian ini mengidentifikasi bahwa seluruh partisipan mengalami beban dalam

merawat lansia. Kondisi lnasia secara perlahan mengalami kemunduran yang tidak dapat

dihindarkan. Perawatan lansia dapat menimbulkan dampak pada keluarga selaku caregiver. Hal

ini dapat menimbulkan family burden seperti yang diungkapkan oleh Zarit ( 1980 dalam Miller,

1995).

Kozier et al (2004) menyatakan burden sebagai stress yang dialami oleh anggota

keluarga yang merawat anggota keluarga yang lain di rumah dalam jangka waktu lama. Kondisi

ini digambarkan oleh Weuve et al pada tahun 2003 dalam penelitiannya mendapatkan bahwa

caregiver mengalami caregiver burden setelah 6 bulan melakukan perawatan pada lansia dengan

demensia (www.medscape.com diperoleh 20 Maret 2009). Kondisi ini menjelaskan bahwa

seluruh partisipan mengalami beban dalam merawat lansia karena telah merawat lansia lebih

lama. Hal ini sangat penting bagi perawat komunitas untuk dapat mengidentifikasi adanya

burden pada keluarga yang merawat lansia dengan demensia sehingga dapat menjalankan

(7)

74 Silverman (2002) mengatakan bahwa melalui kegiatan kelompok dapat memberikan dukungan

sosial, keterampilan koping dan meningkatkan kompetensi dalam menyelesaikan masalah.

Penelitian efektifitas model kelompok swabantu untuk mengurangi beban keluarga

merawat sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup lansia di masyarakat wilayah Kota Cimahi

dapat digambarkan dengan sembilan tema yaitu; 1) menemukan cara merawat anggota keluarga

lansia, dengan sub tema meningkatkan keyakinan spiritual, menambah informasi, mengupayakan

dukungan keluarga dan menerima keadaan; 2) makna merawat sebagai bentuk tanggungjawab

sosial dan agama; 3) belajar dari pengalaman orang lain; 4) meningkatkan keterampilan dalam

merawat lansia; 5) meningkatkan intrapersonal; 6) meningkatkan interpersonal; 7) menemukan

pandangan baru tentang diri dan kehidupan; 8) harapan sebagai merawat (caregiver) lansia yaitu

harapan terhadap diri sendiri, harapan terhadap keluarga danharapan terhadap masyarakat; 9)

kebutuhan lansia terhadap pelayanan kesehatan yaitu bebas biaya, layanan khusus bagi lansiadan

pendidikan kesehalan

Perawat komunitas dapat melakukan antisipasi dan mendeteksi secara dini adanya

bebanpelaku rawat serta mendesain intervensi keperawatan yang berfokus pada supportive

educative untuk meningkatkan kemandirian dan produktifitas lansia sehingga tercapai successful

aging. Perawat komunitas merancang pelatihan secara berkelanjutan dan berbasis budaya dalam

rangka meningkatkan kemampuan dan kepuasan keluarga dalam merawat lansia. Disamping itu,

hasil penelitian ini dapat dijadikan panduan bagi perawat komunitas dalam melaksanakan

pemberdayaan keluarga dan lansia baik di komunitas maupun di panti.

Model kelompokswabantuinidapat dijadikan sebagai landasan kebijakan bagi pengelola pelayanan

kesehatan dalam rangka melaksanakan berbagai program kesehatan yang berkaitan dengan

pemberdayaan keluarga dan lansia pada masyarakat. Model kelompokswabantujuga dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan berbagai model pemberdayaan

keluarga lainnya yang dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat lansia. Model ini

juga nantinya dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan model pemberdayaan keluarga di

masyarakat.

Model pemberdayaan keluarga dapat diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan keperawatan

untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu menerapkannya dalam praktik keperawatan di

komunitas. Materi terkait bebanmerawat, kebutuhan khusus pelaku rawat dalam merawat lansia,

(8)

75 dalam kurikulum, sehingga peserta didik mampu mengaplikasikannya pada tatanan nyata di

masyarakat. Integrasi berbagai teori dan model dalam keperawatan keluarga dan keperawatan

gerontik dapat dijadikan sebagai kerangka pikir dalam pengembangan model pelayanan

keperawatan yang holistik dan terpadu kepada lansia dan keluarganya.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar oleh peneliti selanjutnya dalam

pengembangan model transisi ditujukan kepada pelaku rawat yang tinggal berbeda lokasi dengan

lansia sehingga tidak bisa merawat lansia secara langsung. Selain itu, dapat dilakukan penelitian

dengan metode serupa dalam penerapan berbagai model pemberdayaan keluarga lainnya yang

efektif untuk memberdayakan keluarga sebagai pelaku rawat sehingga peran serta keluarga dalam

(9)

76 Daftar Pustaka

Allender, J.A. & Spardley, B.W. (2001). Community Health Nursing: Promoting and Protecting the

Public’s Health. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.

Anderson, E., & Mc Farlane, J. (2004). Community As Partner: Theory and Practice in Nursing, 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquirí and research design: choosing among five tradition. United status America (USA): Sage Publication Inc.

Denzin & Lincoln. (1998). Collecting and interpreting qualitative materials. Thousand Oaks: Sage Publications, Inc.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2010). Profil Kebersihan dan Pertamanan Tahun 2010. Kota Cimahi Dinas Kesehatan Kota Cimahi. (2010). Profil kesehatan Kota Cimahi tahun 2010. Cimahi: Dinkes Kota

Cimahi

Fain, J.A. (1999). Reading understanding and apllying nursing research: a text and workbook, 2nd edition.Philadelphia: F.A. Davis Company.

Friedman, M., (1998). Family Nursing: Research, Theory and practice, 4th edition, Stamford: Appleton & Lange.

Friedman, M., Bowden, V.R., Jones, E.G., (2003). Family Nursing: Research, Theory and practice, 5th edition, New Jersey: Pearson education, Inc.

Gillies, C.L., (1989). Why Family health care?, dalam Gillies, C.L.(Ed), Toward a science of family nursing ( hlm 4-7). Menlo Park, California: Addison Wesley Publishing Company.

Hitchcock,JE., Scubert, PE., & Thomas, SA (1999). Community Health Nursing : Caring in action. USA : Delmar Publisher.

Kozier et al. (2004). Fundamental of nursing: concepts, process, and practice, 7 th edition. Upper Saddle River: Pearson Education, Inc.

Nies, M.A., and McEwan, M. (2001). Community health nursing: promoting the health of population. (3rd Ed.), Philadelphia: Davis Company.

Miller, C.A. (2004). Nursing for wellness in Older adult: Theory and Practice. 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Patton. (1990). Qualitative Evaluation and research methods. Newbury Park, CA: Sage

Pollit, D.F.,& Hungler,B.P.(1999). Nursing Research: Principles and methods.6th edition.Philadelpia:Lippincott Williams & Wilkins.

(10)

77 Streubert, H. J. & carpenter, D. R. (1999). Qualitative Research In Nursing : Advancing the Humanistic

Imperative. Philadelphia : Lippincott

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Tabel di atas memperlihatkan bahwa terdapat dua perbankan yang memperoleh trend aset tertinggi yakni Bank Persero dan Bank Swasta Devisa, yang dalam praktiknya kedua

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Karya Desain ini, yang merupakan salah satu

Dalam konteks yang lebih luas, teknologi informasi merangkumi semua aspek yang berhubungan dengan mesin (komputer dan telekomunikasi) dan teknik yang digunakan

Pemilihan warna pada ilustrasi dengan tingkat kecerahan yang tinggi (High Value) yang dapat memberikan kesan menyenangkan, sesuai dengan konsep pesan yang ingin di

Maksud analisis sistem adalah membantu pengertian mengapa sebuah sistem mempunyai berperilaku tertentu ( bagaimana dan mengapa ia me ngubah sekumpulan input-input yang ada

Media sosial yang sudah sangat merajai di dalam kehidupan harus bisa kita terima secara bijak, demikian juga di masyarakat desa Nolokerto.. Bagi mereka media sosial tidaklah asing

Diantara tujuan CRM yang lain adalah : (1) Mengetahui kebutuhan pelanggan pada masa yang akan datang; (2) Membantu perusahaan dalam meningkatkan pelayanan yang lebih baik

Gambar 15 Form Data Faktur Service Berfungsi sebagai halaman untuk melakukan transaksi data Faktur Service.. seperti tambah faktur, edit , cetak, dan hapus data