PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP
PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL
AMAN KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2016
Hafriani
11
Dosen Program Studi Kebidanan
STIKes Bina Nusantara
ABSTRAK
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memantau kemajuan kehamilan adalah
dengan melakukan pemeriksaan kehamilan (
antenatal care
). Hasil studi pendahuluan di
wilayah kerja Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timur data tahun 2011 cakupan K4
sebesar 85,8% dan data 2012 cakupan K4 hanya 78,1%, masih kurang dari data cakupan yang
diharapkan oleh Kementerian Kesehatan yaitu 90%.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu (paritas, usia,
pekerjaan, pendidikan) dan dukungan suami (informasional, penilaian, instrumental,
emosional) terhadap pemeriksaan kehamilan. Jenis penelitian ini adalah
cross-sectional
,
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timur. Populasi
penelitian adalah seluruh ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Darul Aman yang
memiliki buku KIA. Jumlah sampel 84 ibu post partum, dengan teknik pengambilan sampel
proportional sampling
. Analisis data menggunakan uji regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh paritas, usia ibu dan dukungan
emosional terhadap pemeriksaan kehamilan. Tidak terdapat pengaruh pendidikan, pekerjaan
ibu, dukungan informasi, dukungan penghargaan/penilaian dan dukungan instrumental
terhadap pemeriksaan kehamilan.
Disarankan kepada pengambil kebijakan agar bekerja sama secara lintas sektor untuk
peningkatan sosialisasi dan penyuluhan rutin tentang pemeriksaan kehamilan dengan
mengikut sertakan suami.
Kata Kunci : Dukungan Suami, Pemeriksaan Kehamilan
PENDAHULUAN
Indikator
keberhasilan
pembangunan kesehatan dapat dilihat dari
peningkatan
atau
penurunan
derajat
kesehatan. Salah satu indikator derajat
kesehatan tersebut adalah angka kematian
baik,
latar
belakang
pendidikan
perempuan, masalah ketidak setaraan
gender, nilai budaya, perekonomian serta
rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu
hamil dan melahirkan. Oleh karena itu,
pandangan yang menganggap kehamilan
adalah peristiwa alamiah perlu diubah
secara sosiokultural. Sangat diperlukan
upaya peningkatan pelayanan perawatan
ibu hamil baik oleh pemerintah, swasta,
maupun masyarakat terutama suami.
Negara-negara
di
dunia
memberi perhatian yang cukup besar
terhadap angka kematian ibu (AKI),
sehingga
menempatkannya
di
antara
delapan tujuan yang dituangkan dalam
Millennium Development Goals (MDGs)
,
yang
harus
dicapai
sebelum
2015.
Komitmen yang ditandatangani 189 negara
pada September 2000, pada prinsipnya
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan manusia.
1Menurut
Profil
kesehatan
Indonesia
2, AKI di Indonesia pada tahun
2007 yaitu 228/100.000 kelahiran hidup
(KH)
sampai
dengan
2012
yaitu
359/100.000 KH, AKI di Indonesia
menunjukkan
kenaikan
sehingga
menempatkan Indonesia pada peringkat 12
dari 18 negara ASEAN dan SEARO
(South East Asia Region,
yaitu :
Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, India,
Maladewa, Myanmar, Nepal, Timor Leste
dan lain-lain).
Di Provinsi Aceh AKI juga
masih tinggi pada tahun 2011 yaitu
156/100.000 kelahiran hidup. Kabupaten
Aceh Besar menyumbang 10 kematian ibu
dari
angka
kematian
ibu
tersebut.
Penyebab kematian disebabkan oleh trias
klasik (perdarahan, infeksi dan eklamsi),
dan non medis (faktor ekonomi, sosial
budaya) yaitu dari masyarakat.
3Menurut
YPKP
(Yayasan
Pendidikan Kesehatan Perempuan)
4, ada 2
penyebab kematian ibu yaitu penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung.
Penyebab langsung mempunyai persentase
terbesar di seluruh dunia mencapai 70%,
sedangkan di negara berkembang berkisar
95%. Di Indonesia lebih dari 90%
kematian ibu disebabkan oleh penyebab
langsung
(perdarahan,
infeksi
dan
eklamsia); persalinan lama (lebih dari 12
jam); dan aborsi tidak aman. Perdarahan
merupakan penyebab terbesar terjadinya
kematian ibu di seluruh dunia (25%),
infeksi/sepsis (15%), aborsi tidak aman
(13%), eklamsia (12%) dan persalinan
obstruksi (8%).
Selanjutnya menurut Roeshadi
5di Indonesia kematian maternal seringkali
berkaitan dengan faktor keterlambatan
yaitu : terlambat memutuskan untuk
mencari pelayanan, terlambat mencapai
fasilitas
kesehatan,
dan
terlambat
menerima pelayanan yang adekuat. Pada
terlambat pertama dan kedua, yang
seringkali juga sebagai faktor terbanyak,
peran
pengambil
keputusan
menjadi
penting baik keputusan kapan harus
mendapat pertolongan atau keputusan
dalam memilih tenaga penolong.
dalam menurunkan AKI melalui
Making
Pregnancy Safer (MPS)
yang dicanangkan
oleh pemerintah pada tahun 2000. Strategi
MPS memfokuskan pada 3 pesan yaitu:
akses terhadap pelayanan oleh tenaga
terampil akses terhadap pelayanan rujukan
jika terjadi komplikasi dan pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan
penanganan
komplikasi
terhadap
keguguran.
2Pesan
pertama,
yaitu
akses
terhadap pelayanan oleh tenaga terampil,
diharapkan semua ibu hamil dan bersalin
ditolong oleh tenaga kesehatan. Pelayanan
kesehatan pada ibu-ibu hamil meliputi
pelayanan antenatal di semua fasilitas
pelayanan dengan mutu sesuai standar.
Pesan kedua, setiap komplikasi obstetri
dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat,sehingga setiap ibu hamil harus
berada sedekat mungkin pada sarana
pelayanan
yang
mampu
PONED
(Pelayanan
Obstetri
dan
Neonatal
Emergensi Dasar).
6Salah satu usaha yang dapat
dilakukan untuk memantau kemajuan
kehamilan sehingga dapat dipastikan
kesehatan ibu dan janin, maka perlu
dilakukan
pemeriksaan
kehamilan
(Antenatal care)
. Dengan Pemeriksaan
kehamilan
minimal
4
kali
selama
kehamilan dapat diketahui secara dini
adanya kelainan atau komplikasi yang
menyertai
kehamilan,
sehingga
penanganan dapat dilakukan dengan tepat
dan mencegah kematian ibu dan janin.
6Kenyataan yang terjadi seringkali
ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan.
Banyak
faktor
yang
menyebabkan
ibu
tidak
memeriksa
kehamilan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan
National Center for Women and
Children’s Health, Chinese Center for
Disease Control and Prevention
yang
berjudul
Analisis
status
program
pemeriksaan
antenatal
di Cina tahun 2005
didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi
pemeriksaan
kehamilan
yaitu: usia, pendidikan, kebangsaan dan
sosial ekonomi. Wanita yang buta huruf
memiliki tingkat pemeriksaan kehamilan
yang lebih rendah daripada yang tidak buta
huruf .
7Simkhada
dkk,
berpendapat
bahwa faktor-faktor yang memengaruhi
wanita dalam melakukan pemeriksaan
kehamilan adalah: paritas, usia, pendidikan
ibu, pendidikan suami, status perkawinan,
ketersediaan sarana kesehatan, biaya,
pendapatan rumah tangga, pekerjaan
perempuan, paparan media dan memiliki
riwayat komplikasi obstetri. Kepercayaan
budaya dan ide-ide tentang kehamilan juga
memiliki pengaruh pada penggunaan
pelayanan
antenatal
. Paritas memiliki efek
negatif secara statistik signifikan terhadap
kehadiran memadai. Perempuan paritas
lebih
tinggi
cenderung
kurang
menggunakan pelayanan
antenatal
, ada
hubungan
usia
perempuan
dengan
kunjungan
antenatal
.
8AKI di Indonesia sesungguhnya
bisa dicegah jika dilakukan perbaikan
terhadap akses pelayanan kesehatan bagi
ibu. Akses ibu hamil ke tempat pelayanan
juga dipengaruhi oleh adanya dukungan
suami
serta
peran
keluarga
untuk
membawanya ke pelayanan kesehatan di
saat timbulnya masalah dalam kehamilan.
9kesehatan.
Adanya
kehadiran
orang
terdekat dapat memengaruhi emosional
atau efek perilaku bagi ibu dalam
menerima kehamilan serta akses terhadap
pelayanan kesehatan .
10Laki-laki sebagai suami ikut
berperan dalam kehidupan dan kesehatan
istrinya. Suami memainkan peran kunci
selama masa kehamilan dan persalinan
serta setelah bayi lahir. Keputusan dan
tindakan mereka berpengaruh terhadap
kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan
kematian
ibu
dan
bayinya.
Suami
seharusnya menemani istrinya konsultasi
sehingga
suami
juga
dapat
belajar
mengenai
gejala
dan
tanda-tanda
komplikasi kehamilan, gizi yang baik dan
istirahat yang cukup bagi ibu selama masa
kehamilan.
11Bentuk
kepedulian
dan
keterlibatan
suami
dalam
menjaga
kehamilan istrinya itu dimanifestasikan
dalam
tindakan-tindakan
seperti
memerhatikan gizi/makanan ibu hamil,
memeriksakan
kehamilan
sejak
dini,
menjaga kesehatan fisik dan mental ibu,
berdoa kepada Tuhan, mengusahakan agar
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
dan mengikuti tradisi.
12Bentuk
kepedulian
suami
terhadap istri sering terabaikan karena
suami tidak paham apa yang harus
diketahui dan apa yang harus dilakukan
ketika istri sedang hamil. Dalam hal ini
diperlukan penatalaksanaan agar suami
dapat menjalankan peran mengantar istri
yang sedang hamil ke kondisi sempurna
sehingga tercapainya kesejahteraan ibu dan
anak yang optimal.
Angka cakupan K4 Kabupaten
Aceh Besar selama dua tahun
berturut-turut yaitu tahun 2011 adalah 85,8% dan
tahun 2012 adalah 78,1%.
13Walau angka
tersebut hampir mendekati target yang
diharapkan (90% target MDGs pada tahun
2015), namun angka itu adalah angka
rata-rata dari seluruh wilayah di Aceh Besar.
Masih terdapat beberapa kecamatan yang
angka cakupan K4 nya masih ketinggalan
jauh, seperti wilayah kerja Puskesmas
Darul Aman .
Hasil
studi
pendahuluan
di
wilayah kerja Puskesmas Darul Aman
Kabupaten Aceh Timur data tahun 2011
cakupan K4 sebesar 64,57% dan data 2012
cakupan K4 hanya 71,20% (masih kurang
dari data cakupan yang diharapkan oleh
Departemen
Kesehatan
yaitu
90%).
Beberapa orang bidan di desa yang
cakupan K4 nya masih kurang menyatakan
bahwa ibu-ibu hamil tersebut tidak mau
datang ke puskesmas atau polindes untuk
memeriksakan kehamilannya.
hamil, suami dapat memberikan dukungan
kepada istri yang sedang hamil, yang pada
kenyataannya
tidak
dilakukan
oleh
sebagian besar para suami di wilayah kerja
Puskesmas Darul Aman.
Berdasarkan fenomena tersebut
terlihat
bahwa
ada
masalah
yang
memengaruhi
ibu
hamil
tidak
memeriksakan kehamilannya, sehingga
perlu
dilakukan
penelitian
Pengaruh
Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami
terhadap
Pemeriksaan
Kehamilan
di
Wilayah Kerja Puskesmas Darul Aman
Aceh Timur Tahun 2016.
RUMUSAN MASALAH
Negara-negara di dunia memberi
perhatian yang cukup besar terhadap angka
kematian
ibu
(AKI),
sehingga
menempatkannya di antara delapan tujuan
yang
dituangkan
dalam
Millennium
Development Goals (MDGs)
,yang harus
dicapai sebelum 2015. AKI di Indonesia
masih tinggi sehingga menempatkan
Indonesia pada peringkat 12 dari 18 negara
ASEAN dan SEARO. AKI juga masih
tinggi di Provinsi Aceh serta masih
rendahnya cakupan K4 di wilayah kerja
Puskesmas Darul Aman . Salah satu usaha
yang dapat dilakukan untuk memantau
kemajuan
kehamilan
adalah
dengan
melakukan
pemeriksaan
kehamilan
(
antenatal care
), sehingga perlu dilakukan
penelitian:
“Apakah
ada
pengaruh
karakteristik ibu (paritas, usia, pekerjaan,
pendidikan)
dan
dukungan
suami
(informasi,
penilaian/penghargan,
instrumental,
emosional)
terhadap
pemeriksaan kehamilan di wilayah kerja
Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh
Timur tahun 2016.”
TUJUAN PENELITIAN
Untuk
menganalisis
pengaruh
karakteristik ibu (paritas, usia, pekerjaan,
pendidikan)
dan
dukungan
suami
(informasi,
penilaian/penghargan,
instrumental,
emosional)
terhadap
pemeriksaan kehamilan di wilayah kerja
Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh
Timur tahun 2016.
MANFAAT PENELITIAN
1)
Aspek Teoritis
(1) Hasil penelitian ini diharapkan
dapat
menambah
khasanah
ilmu kesehatan masyarakat
khususnya promosi kesehatan.
(2) Sebagai
masukan
bagi
masyarakat
untuk
meningkatkan dukungan suami
dalam
upaya
peningkatan
kunjungan
pemeriksaan
kehamilan.
2)
Aspek Praktis
(1) Bagi
pengambil
kebijakan
hasil
penelitian
ini
dapat
memberikan
masukan
dan
informasi tentang pengaruh
karakteristik ibu dan dukungan
suami terhadap kelengkapan
pemeriksaan
kehamilan
sehingga dapat memberikan
kontribusi
positif
untuk
meningkatkan cakupan K4 dan
menurunkan angka kematian
ibu.
(2) Menambah khasanah keilmuan
yang
terkait
dengan
pemeriksaan kehamilan.
METODE PENELITIAN
1.Jenis Penelitian
sectional
, merupakan penelitian di mana
pengukuran atau pengamatan dilakukan
pada saat bersamaan pada data variabel
independen dan dependen (sekali waktu).
2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Darul Aman
Kabupaten Aceh Timur Provinsi
Aceh.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan
Mei 2016.
3.
Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi
dalam
penelitian
ini
adalah seluruh ibu
post partum
tahun 2016 yang ada di wilayah
kerja
Puskesma
Darul
Aman
Kabupaten Aceh Timur Provinsi
Aceh dan memiliki buku KIA
berjumlah 509 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah
ibu
post partum
yang ada di wilayah kerja
Puskesma Darul Aman Kabupaten Aceh
Timur Provinsi Aceh dengan besar sampel
diambil
menggunakan
rumus
yang
dikemukakan Slovin dalam Soleh tahun
2005.
21
N
d
N
n
Keterangan :
N
=
Jumlah
populasi
yang
diketahui (N=533 orang)
n = Jumlah sampel
d
=
Presisi
atau
tingkat
kepercayaan/ketepatan
yang
diinginkan (d=10%
atau 0,1).
Berdasarkan rumus di atas, maka
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
21
N
d
N
n
2 1 . 0 509 1509
n
09 . 5 1
509
n
n =83,58, maka jumlah sampel
83,7
dan
dibulatkan
menjadi 84 orang.
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
metode
proportional
sampling
(sampel berimbang), yakni
dalam
melakukan
sampel
penelitian
mengambil
wakil-wakil
dari
setiap
kelompok yang ada dalam populasi yang
jumlahnya disesuaikan dengan jumlah
anggota subjek yang ada di dalam
masing-masing anggota kelompok tersebut.
48Berdasarkan jumlah yang telah ditetapkan
maka
untuk
pengambilan
sampel
digunakan teknik
simple random sampling
.
Jumlah sampel yang akan diambil pada
setiap desa
HASIL PENELITIAN
1. Geografi
Luas wilayah Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timur adalah +2400m2 dan luas bangunan +377m2, jumlah Pustu 4 buah, jumlah polindes 2 buah, jumlah posyandu 45 buah, jumlah Desa 45 Desa, jumlah penduduk 16479 jiwa, jumlah kepala keluarga 3663 KK. Jarak antara puskesmas ke pustu SNB simpang 10 km=60 menit, jarak puskesmas ke pustu keude reudep 4 km=20 menit, jarak antara UPT Pelayanan Kesehatan Masyarakat dengan pustu Kapai Baro 7 km=30 menit. Desa
Masyarakat yaitu desa pecan 0km, sedangkan desa terjauh dari UPT Pelayanan Kesehatan Masyarakat yaitu Desa SNB sipang 10km. Dengan batas wilayah puskesmas Darul Aman yaitu :
-
Sebelah Utara berbatasan dengan
Selat Malaka
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan
Banda Alam
-
Sebelah Barat berbatasan dengan
Kecamatan Nurussalam
-
Sebelah Timur berbatasan
dengan
Kecamatan IDI Rayeuk
2. Demografi
1) Kependudukan
Dilihat dari aspek demografi
jumlah penduduk di Kecamatan Darul
Aman adalah 22.400 jiwa, yang terdiri
atas laki-laki sebanyak 11.141 jiwa dan
perempuan sebanyak 11.318 jiwa, kepala
keluarga sebanyak 5.968 KK dengan
sebagian besar suku Aceh dan sebagian
kecil suku Jawa dan Minang.
2) Mata Pencaharian
Mata
pencaharian
utama
masyarakat Darul Aman adalah petani,
peternak dan sebagian kecil pedagang,
karyawan/PNS/TNI/POLRI.
3. Pelayanan Kesehatan
Kecamatan Darul Aman terdapat
1 buah puskesmas induk, 4 unit puskesmas
pembantu dan terdapat 42 poskesdes.
Puskesmas induk dikepalai oleh seorang
dokter
umum,
puskesmas
pembantu
dikepalai oleh seorang perawat sedangkan
poskesdes dikepalai oleh bidan di desa.
Puskesmas
Kecamatan
Darul
Aman
merupakan
puskesmas
rawat
inap,
didukung oleh 73 orang petugas kesehatan.
Jumlah masing-masing tenaga kesehatan
dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel.1
Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di
Puskesmas Kecamatan
Darul
Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun
2011
No Jenis Tenaga kesehatan
Jumlah (Orang)
1 Dokter Umum 4
2 Dokter Gigi 1
3 D III Kesehatan Gigi 2
4 Akper 7
5 AKL 2
6 Akzi 2
9 DIV kebidanan 6
Lanju
Lanjutan Tabel .1
No
Jenis Tenaga
kesehatan
Jumlah
(Orang)
10 SPRG 3
11 SPPH 2
12 Akafarma 1
13 SPK 4
14 SKM 6
Total
73
Dikutip dari: Profil Puskesmas Darul Aman tahun 2010
4. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diamati adalah umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas. Hasil penelitian menunjukkan, berdasarkan kelompok umur sebagian besar responden berada pada usia reproduktif sehat, yaitu berumur 20-35 tahun berjumlah 58 orang (69%) yang berumur <20 tahun hanya berjumlah 8 orang (9,5%), dan yang berumur > 35 tahun berjumlah 18 orang (21,5%). Berdasarkan pendidikan didapatkan hanya
sebagian kecil saja responden yang
berpendidikan terakhir perguruan tinggi, yaitu
sebanyak 11 orang (13,1%), selebihnya
berturut-turut berpendidikan tamat SD
sederajat sebanyak 14 orang (16,7%),
pendidikan tamat SLTP sederajat sebanyak 25 orang (29,8%), berpendidikat tamat SLTA sebanyak 34 orang (40,4%).
hampir berimbang antara responden yang bekerja dengan yang tidak bekerja, yaitu yang tidak bekerja berjumlah 41 orang (48,8%), dan yang bekerja berjumlah 43 orang (51,2%).
Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar
responden bekerja pada sektor nonformal yaitu petani sebanyak 34 orang (40,4%). Bila ditinjau dari paritas sebagian besar responden mempunyai paritas 1-3 yaitu sebanyak 51 orang (60,7%), yang dapat disimpulkan bahwa lebih dominan responden mempunyai paritas tidak berisiko. Secara rinci karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel .2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kecamatan Darul Aman
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
Karakteristik Jumlah (n)
Persenta se (%)
Umur
1.
< 20 tahun2.
20-35 tahun3.
> 35 tahun8
58
18
9,5
69
21,5
Total 84 100
Pendidikan
1.
Tamat SD sederajat2.
Tamat SLTPsederajat
3.
Tamat SLTAsederajat
4.
Tamat Perguruantinggi
14
25
34
11
16,7
29,8
40,4
13,1
Total 84 100
Pekerjaan
1.
PNS2.
Pegawai swasta3.
Petani4.
Pedagang5.
Honorarium3
2
34
3,6
2,4
40,4
6.
Tidak Bekerja 22
41
2,4
2,4
48,8
Total 84 100
Paritas
1. 1-3 2. >3
51
33
60,7
39,3
Total 84 100
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk
menggambarkan karakteristik responden
berdasarkan variabel terikat dan bebas dengan
menggunakan distribusi frekuensi pada
masing-masing kelompok.
2.Distribusi Frekuensi Variabel
Pemeriksaan Kehamilan
Variabel pemeriksaan kehamilan
terdiri dari dua kategori, kategori sesuai dan tidak sesuai. Kategori sesuai apabila pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu sesuai standar yang ditetapkan yaitu minimal satu kali pemeriksaan pada trimester I (0-12 minggu), minimal satu kali pemeriksaan pada trimester II (13-24 minggu) dan minimal dua kali pemeriksaan pada trimester III (>25 minggu). Berdasarkan Tabel 4.3 persentasi ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan
dengan kategori sesuai lebih dominan
mencapai 48 orang (57,1%) bila dibandingkan
dengan ibu hamil yang memeriksakan
Tabel .3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh
Timur Tahun 2016 Pemeriksaan
Kehamilan
Jumlah (n)
Persentase (%)
1. Sesuai 2. Tidak Sesuai
48
36
57,1
42,9
Total 84 100
3.
Distribusi Frekuensi Karakteristik
Ibu
Sebagian besar ibu mempunyai paritas 1-3 dengan kategori tidak berisiko sebanyak 44 orang (52,4%) bila dibandingkan dengan ibu, yang mempunyai paritas >3 dengan kategori berisiko sebanyak 40 orang (47,6%). Untuk variabel usia mayoritas ibu berada pada usia reproduktif sehat yaitu usia 20-35 tahun dengan kategori tidak berisiko sebanyak 50 orang (59,5%), usia <20 tahun dan >35 tahun (usia reproduktif tidak sehat) dengan kategori berisiko berjumlah 34 orang (40,5%).
Berdasarkan pendidikan ibu,
didominasi ibu yang menamatkan perguruan tinggi dengan kategori berpendidikan tinggi sebanyak 11 orang (13,1%), ibu yang menamatkan SLTA/sederajat dengan kategori berpendidikan menengah sebanyak 45 orang (53,5%), sedangkan ibu yang menamatkan SD/ SLTP/ sederajat dengan kategori pendidikan dasar berjumlah 28 orang (33,3%). Ditinjau dari pekerjaan ibu, hanya terdapat sedikit perbedaan antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja, yaitu ibu yang tidak
bekerja berjumlah 45 orang (53,6%),
sedangkan ibu yang bekerja sebanyak 39 orang (46,4%), untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel .4
Tabel .4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu di
Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
Variabel Jumlah (n)
Persentase (%)
Paritas
1.
Berisiko2.
Tidak Berisiko40
44
47,6
52,4
Total 84 100
Usia
1.
Berisiko2.
Tidak Berisiko34
50
40,5
59,5
Total 84 100
Pendidikan
1.
Dasar2.
Menengah3.
Tinggi28
45
11
33,3
53,6
13,1
Total 84 100
Pekerjaan
1. Bekerja 2. Tidak Bekerja
39
45
46,4
53,6
Total 84 100
4.
Distribusi
Frekuensi
Dukungan Suami
1)
Dukungan Informasi
.
Tabel .5
Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Informasi Suami di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
No Dukungan Informasi
Jawaban
Ya Tidak Total
n % n % N %
1 Memberi Informasi harus periksa hamil 35 41,7 49 58,3 84 100
2 Memberi informasi melalui bahan
bacaan tentang pentingnya periksa hamil
50 59,5 34 40,5 84 100
3 Memberi informasi pentingnya minum tablet besi
62 73,8 22 26,2 84 100
4 Memberi informasi tentang pentingnya imunisasi TT
54 64,3 30 35,7 84 100
5 Memberi Informasi bahwa ibu hamil harus banyak istirahat
57 67,9 27 32,1 84 100
6 Membaca buku KIA 58 69 26 31 84 100
7 Menganjurkan membaca buku KIA 57 67,9 27 32,1 84 100
8 Memberi informasi selama hamil
minimal periksa hamil 4 kali
55 65,5 29 34,5 84 100
9 Memberi informasi harus periksa hamil ke tenaga kesehatan
52 61,9 32 38,1 84 100
Berdasarkan Tabel .5 di atas diketahui bahwa sebanyak 84 responden (100%) menyatakan tidak mendapat informasi dari suami harus periksa hamil sebanyak 49 orang (58,3%), mendapat informasi dari suami melalui bahan bacaan tentang pentingnya periksa hamil sebanyak 50 orang (59,5%), mendapat informasi dari suami tentang pentingnya minum tablet besi sebanyak 62 orang (73,8%), mendapat informasi dari suami tentang pentingnya imunisasi TT sebanyak 54 orang (64,3%), mendapat informasi dari suami bahwa ibu hamil harus banyak istirahat sebanyak 57 orang (67,9%).
Selanjutnya sebanyak 58 orang (69%) menyatakan suami mereka ikut membaca buku KIA, sebanyak 57 orang (67,9%) suami menganjurkan ibu untuk membaca buku KIA, sebanyak 55 orang (65,5%) suami ibu memberikan informasi bahwa selama hamil ibu memeriksakan kehamilan minimal 4 kali, dan sebanyak 52 orang (61,9%) suami ibu memberikan informasi bahwa ibu harus periksa hamil ke petugas kesehatan.
Secara keseluruhan dukungan
Tabel .6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Dukungan Informasi Suami di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
Dukungan Informasi
Jumlah
(n) Persentase %
1. Baik 2. Kurang
59
25
70,2
29,8
Total 84 100
2) Dukungan Penilaian/ Penghargaan
Pengukuran variabel dukungan
penilaian/penghargaan berdasarkan enam
indikator. Dukungan penilaian/penghargaan adalah adanya upaya dari suami untuk memberikan umpan balik berupa pujian, bimbingan dan perhatian pada ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Hasil penelitian ini didapatkan sebanyak 44 orang (52,4%) yang tidak menerima pujian dari suami bila memeriksakan kehamilan pada petugas kesehatan, sebanyak 35 orang (41,7%) suami yang menghargai keputusan ibu untuk memilih tempat pemeriksaan kehamilan.
Sebanyak 44 orang (52,4%) suami yang mengingatkan ibu untuk meminum tablet tambah darah, sebanyak 46 orang (54,8%)
suami bertanya apa yang disampaikan
bidan/dokter saat memeriksakan kehamilan,
sebanyak 46 orang (54,8%) suami
mengingatkan ibu melakukan kunjungan ulang, dan sebanyak 45 orang (53,6%) suami yang menghargai keputusan ibu memilih tempat persalinan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel .7
Tabel .7
Distribusi Responden Berdasarkan Indikator DukunganPenilaian/Penghargaan
Suami di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
N o
Dukungan Penilaian/Pengh
argaan
Jawaban
Ya Tidak Total
n % n % N %
1 Memberi pujian bila pulang memeriksakan kehamilan di bidan atau puskesmas.
40 47,6 44 52,4 84 100
2 Menghargai keputusan ibu untuk memilih tempat pemeriksaan kehamilan.
35 41,7 49 58,3 84 100
3 Mengingatkan meminum tablet tambah darah.
44 52,4 40 47,6 84 100
4 Bertanya apa yang disampaikan bidan/ dokter saat
memeriksakan kehamilan.
46 54,8 38 45,2 84 100
5 Mengingatkan melakukan kunjungan ulang pemeriksaan kehamilan.
46 54,8 38 45,2 84 100
6 Menghargai keputusan memilih tempat persalinan.
45 53,6 39 46,4 84 100
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pada indikator dukungan penilaian, variabel tersebut dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu baik/buruk.
Tabel .8
Penghargaan Suami di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
Dukungan Penilaian/ Penghargaan
Jumlah (n)
Persentase (%)
1. Baik 2. Kurang
42 42
50 50
Total 84 100
Tabel.8 menunjukkan kesamaan antara dukungan baik dan dukungan kurang dari suami, yaitu 42 orang (50%).
3) Dukungan Instrumental
Variabel dukungan instrumental
diukur berdasarkan pada enam indikator, berupa dukungan suami untuk memberi bantuan berupa dana, waktu dan memfasilitasi ibu dalam pemeriksaan kehamilan.
Tabel 4.
Distribusi Responden berdasarkan Indikator Dukungan Instrumental Suami di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
No
Dukungan Instrumental
Jawaban
Ya
Tidak
Total
n
%
n
%
N
%
1
Memberikan
dana
untuk
memeriksakan kehamilan
32 38,1 52 61,9 84
100
2
Mengantarkan
memeriksakan
kehamilan
25 29,8 59 70,2 84
100
3
Mendampingi masuk ke ruang
periksa saat periksa hamil
53 61,1 31 36,9 84
100
4
Menyediakan transportasi untuk
pergi memeriksakan kehamilan
48 57,1 36 42,9 84
100
5
Membantu pekerjaan agar ibu
dapat memeriksakan kehamilan
53 63,1 31 36,9 84
100
Berdasarkan Tabel .9 diketahui bahwa sebanyak 52 orang (61,9%) suami tidak
memberikan dana untuk memeriksakan
kehamilan, sebanyak 59 orang (70,2%) suami tidak mengantarkan ibu periksa hamil, sebanyak 53 orang (61,1%) suami yang mendampingi masuk ke ruang periksa saat periksa hamil, sebanyak 48 orang (57,1%) suami menyediakan transportasi untuk periksa hamil, sebanyak 53 orang (63,1%) membantu pekerjaan rumah agar ibu periksa hamil dan sebanyak 49 orang (58,3%) suami bersedia meninggalkan pekerjaan untuk mengantarkan ibu periksa hamil, jika dibutuhkan.
Tabel .10
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Dukungan Instrumental Suami di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
Dukungan
Instrumental Jumlah (n)
Persentase (%)
1. Baik 2. Kurang
49
35
58,3
41,7
Berdasarkan Tabel .10 didapatkan hasil
bahwa, secara keseluruhan dukungan
instrumental yang didapatkan ibu mayoritas berada pada kategori, dukungan baik, yaitu sebanyak 49 orang (58,3%).
4) Dukungan Emosional
Pengukuran variabel dukungan
emosional berdasarkan delapan indikator,
dukungan suami tersebut meliputi
mendengarkan keluhan, empati, menunjukkan kasih sayang dan motivasi pada ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan seperti pada Tabel .11
Tabel .11
Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Emosional Suami di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
No Dukungan Emosional
Jawaban
Ya Tidak Total
n % n % N %
1 Mendengarkan keluhan ibu sampaikan selama ibu melakukan pemeriksaan kehamilan.
41 48,8 43 51,2 84 100
2 Menyenangkan hati ibu selama ibu
melakukan pemeriksaan kehamilan.
39 46,4 45 53,6 84 100
3 Mengedakan pekerjaan rumah saat ibu
merasa lelah ketika pulang dari
memeriksakan kehamilan.
50 59,5 34 40,5 84 100
4 Membujuk apabila ibu malas
memeriksakan kehamilan.
50 59,5 34 40,5 84 100
5 Memotivasi ibu memeriksakan
kehamilan.
47 56 37 44 84 100
6 Menanyakan kelengkapan pemeriksaan
kehamilan ibu.
65 77,4 19 22,6 84 100
7 Menanggapi (dengan bertanya,
memerhatikan) informasi yang bidan berikan.
58 69 26 31 84 100
8 Meminta keluarga yang lain untuk
mengantar ibu periksa hamil, bila suami tidak sempat.
67 79,8 17 20,2 84 100
Berdasarkan Tabel .11 tentang
dukungan emosional ditemukan bahwa
sebanyak 43 orang (51,2%) tidak
mendengarkan keluhan, sebanyak 45 orang (53,9%) suami ibu tidak menyenangkan hati
ibu selama pemeriksaan kehamilan.
Selanjutnya 50 orang (59,5%) ibu suami mengerjakan pekerjaan rumah saat ibu merasa
lelah ketika pulang dari melakukan
pemeriksaan kehamilan.
Sebanyak 50 orang (59,5%) suami membujuk ibu bila ibu malas periksa hamil, sebanyak 47 orang (56%) suami memotivasi ibu untuk periksa hamil, sebanyak 65 orang (77,4%) suami menanyakan kelengkapan
pemeriksaan kehamilan ibu, sebanyak 58 orang (69%) suami menanggapi informasi yang diberikan bidan, dan sebanyak 67 orang
(79,8%) suami meminta keluarga lain
mengantar ibu periksa hamil bila suami tidak sempat.
Secara keseluruhan dukungan
emosional suami dikategorikan pada dukungan baik, yaitu sebanyak 58 orang (69%), hal ini berarti sebagian besar ibu mendapat dukungan emosional dari suami. Secara rinci distribusi responden berdasarkan dukungan emosional dapat dilihat pada Tabel .12.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Dukungan Emosional Suami di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
Dukungan
Emosional Jumlah (n)
Persentase (%)
1. Baik 2. Kurang
58
26
69
31
Total 84 100
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian untuk melihat hubungan variabel independen yaitu karakteristik ibu (paritas, usia, pendidikan, pekerjaan) dan dukungan suami
(informasi, penilaian/penghargaan,
instrumental, emosional) dengan pemeriksaan
kehamilan dengan menggunakan uji chi
square test(X2) dengan taraf kemaknaan 95%.
1.
Hubungan
Paritas
dengan
Pemeriksaan Kehamilan
Hasil analisis hubungan antara paritas dengan pemeriksaan kehamilan diperoleh bahwa ada sebanyak 12 ibu (30%) dari 40
paritas ibu berisiko yang melakukan
pemeriksaan dengan kategori tidak sesuai. Sedangkan pada paritas ibu yang tidak berisiko terdapat 20 ibu (45,5%) dari yang melakukan
pemeriksaan kehamilan dengan kategori
sesuai. Setelah dilakukan uji chi square
didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan pemeriksaan kehamilan dengan nilaip value=0,029. Secara rinci hubungan paritas dengan pemeriksaan kehamilan dapat dilihat pada Tabel .13.
Tabel .13 Hubungan Paritas dengan Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
Paritas
Pemeriksaan Kehamilan
Nilai X2
Nilai P Sesuai Tidak Sesuai Total
n % n % N %
1. Berisiko 2. Tidak Berisiko
28 20
70 45,5
12 24
30 54,5
40 44
100
100 5,155 0,029
2.Hubungan Usia dengan Pemeriksaan
Kehamilan
Hasil analisis hubungan usia dengan pemeriksaan kehamilan terdapat 19 ibu (55,9%) dari 34 ibu yang usia berisiko melakukan pemeriksaan kehamilan tidak sesuai, sedangkan pada usia ibu yang tidak
berisiko ada 33 ibu (66%) dari 50 ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan dengan kategori sesuai. Setelah dilakukan uji chi square tidak ada hubungan antara usia ibu dengan pemeriksaan kehamilan dengan nilai p value= 0,072 (p<0,05), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel .14
Tabel .14 Hubungan Usia dengan Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
Usia
Pemeriksaan Kehamilan
Nilai X2
Nilai P Sesuai Tidak Sesuai Total
1. Berisiko 2. Tidak Berisiko
15
33
44,1
66
19
17
55,9
34
34
58
100
100
3,957 0,072
3. Hubungan Pendidikan dengan
Pemeriksaan Kehamilan
Hasil analisis hubungan pendidikan dengan pemeriksaan kehamilan, terdapat 27 ibu (60%) dari 45 ibu berpendidikan menengah yang melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai, sedangkan pada ibu yang
berpendidikan dasar ada 13 ibu (46,4%) dari
28 ibu yang melakukan pemeriksaan
kehamilan dengan kategori tidak sesuai. Hasil ujichi squaredidapatkan nilaip value= 0,279 sehingga dapat diambil kesimpulan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemeriksaan kehamilan.
Tabel .15 Hubungan Pendidikan dengan Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
Pendidikan
Pemeriksaan Kehamilan
Nilai X2
Nilai P Sesuai Tidak Sesuai Total
n % n % N %
1. Dasar 2. Menengah 3. Tinggi
13
27
8
46,4
60
57,1 15
18
3
53,6
40
27,3 28
45
11
100
100
100
2,553 0,279
4. Hubungan Pekerjaan dengan
Pemeriksaan Kehamilan
Hasil analisis hubungan pekerjaan dengan pemeriksaan kehamilan, terdapat, 21 ibu (53,8%) dari 39 ibu bekerja yang melakukan pemeriksaan kehamilan tidak
sesuai, sedangkan pada ibu yang tidak bekerja ada 30 ibu (66,7%) dari 45 ibu yang melakukan pemeriksaan dengan kategori sesuai. Hasil uji chi square didapatkan nilaip value 0,078 sehingga dapat diambil kesimpulan tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemeriksaan kehamilan.
Tabel .16 Hubungan Pekerjaan dengan Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
Pekerjaan
Pemeriksaan Kehamilan
Nilai X2
Nilai P Sesuai Tidak Sesuai Total
n % n % N %
1. Bekerja 2. Tidak Bekerja
30 66,7 15 33,3 45 100
5. Hubungan
Dukungan
Informasional
dengan
Pemeriksaan Kehamilan
Hasil analisis hubungan dukungan informasional dengan pemeriksaan kehamilan, terdapat 40 ibu (65,6%) dari 61 ibu mendapat dukungan informasional baik yang melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai, sedangkan
pada ibu mendapat dukungan informasional kurang ada sebanyak 15 ibu (65,2%) dari 23 ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan dengan kategori tidak sesuai. Hasil uji chi square didapatkan nilai p value 0,014, sehingga dapat diambil kesimpulan ada hubungan antara dukungan informasional yang diterima ibu dengan pemeriksaan kehamilan.
Tabel .17 Hubungan Dukungan Informasional Suami dengan Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
Dukungan Informasional
Pemeriksaan Kehamilan
Nilai X2
Nilai P Sesuai Tidak Sesuai Total
n % n % N %
1. Baik 2. Kurang
40
8
65,6
34,8 21
15
34,4
65,2 61
21
100
100
6,466 0,014
6. Hubungan
Dukungan
Penilaian/Penghargaan
dengan
Pemeriksaan Kehamilan
Hasil analisis hubungan dukungan penilaian/penghargaan dengan pemeriksaan kehamilan, terdapat 22 ibu (51,2%) dari 43 ibu mendapat dukungan penilaian/penghargaan baik yang melakukan pemeriksaan kehamilan
sesuai, sedangkan pada ibu mendapat
dukungan penilaian/penghargaan kurang ada sebanyak 26 ibu (63,4%) dari 41 ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan dengan kategori sesuai. Hasil uji chi square
didapatkan nilai p value = 0,279, sehingga dapat diambil kesimpulan tidak ada hubungan antara dukungan penilaian/penghargaan yang diterima ibu dengan pemeriksaan kehamilan.
Tabel .18 Hubungan Dukungan Penilaian/Penghargaan Suami dengan Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
Dukungan Penilaian/ Penghargaan
Pemeriksaan Kehamilan
Nilai X2
Nilai P Sesuai Tidak Sesuai Total
n % n % N %
1. Baik 2. Kurang
22
26
51,2
63,4 21
15
48,8
36,6 43
41
100
100
1,286 0,279
7. Hubungan Dukungan
Instrumental dengan
Pemeriksaan Kehamilan
instrumental dengan pemeriksaan kehamilan, terdapat 33 ibu (67,3%) dari 49 ibu mendapat dukungan instrumental baik yang melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai, sedangkan
pada ibu yang mendapat dukungan
instrumental kurang ada sebanyak 20 ibu
(57,1%) dari 35 ibu yang melakukan
pemeriksaan kehamilan dengan kategori tidak sesuai. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara dukungan instrumental yang diterima ibu dengan pemeriksaan kehamilan, dengan nilaip = value0,043.
Tabel .19 Hubungan Dukungan Instrumental Suami dengan Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
Dukungan Instrumental
Pemeriksaan Kehamilan
Nilai X2
Nilai P Sesuai Tidak Sesuai Total
n % n % N %
1. Baik 2. Kurang
33
15
67,3
42,9 16
20
32,7
57,1 49
35
100
100
5,000 0,043
8. Hubungan Dukungan Emosional
dengan Pemeriksaan Kehamilan
Hasil analisis hubungan dukungan emosional dengan pemeriksaan kehamilan, terdapat 32 ibu (55,2%) dari 58 ibu mendapat dukungan emosional baik yang melakukan pemeriksaan kehamilan tidak sesuai, sedang
pada ibu yang mendapat dukungan
instrumental kurang ada 22 ibu (84,6%) dari
26 ibu yang melakukan pemeriksaan
kehamilan dengan kategori sesuai. Hasil uji
chi square menunjukkan ada hubungan antara dukungan emosional yang diterima ibu dengan pemeriksaan kehamilan, dengan nilai p value =0,001.
Tabel .20 Hubungan Dukungan Emosional dengan Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur Tahun 2016
Dukungan Emosional
Pemeriksaan Kehamilan
Nilai X2
Nilai P Sesuai Tidak Sesuai Total
n % n % N %
1. Berisiko 2. Tidak Berisiko
26
22
44,8
84,6 32
4
55,2
15,4 58
26
100
100
11,605 0,001
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat secara bersama-sama dan untuk melihat variabel paling dominan
terhadap pemeriksaan kehamilan di
Kecamatan Darul Aman dengan melalui langkah, yaitu:
variabel masing-masing.
2)
Melakukan pemilihan variabel yang
potensial dimasukkan dalam model.
Variabel yang dipilih atau dianggap
signifikan
yaitu
variabel
yang
mempunyai nilai p kurang dari 0,25 (p
< 0,25).
3)
Setelah diidentifikasi variabel yang
signifikan,
selanjutnya
dilakukan
pengujian
secara
bersama-sama
dengan
metode
enter
untuk
mengidentifikasi
faktor
paling
dominan yang berpengaruh terhadap
pemeriksaan kehamilan pada nilai p <
0,05 dan dimasukkan dalam model
persamaan regresi logistik berganda.
Terdapat 6 (enam) variabel dari 8 (delapan) variabel yang memenuhi syarat yang bisa dilakukan uji regresi logistik berganda, yaitu paritas, usia, pekerjaan, dukungan
informasi, dukungan instrumental dan
dukungan emosional. Tahap selanjutnya
variabel ini dimasukkan sebagai kandidat untuk dilakukan analisis multivariat. Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik dalam menentukan variabel dominan yang berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel .21.
Tabel .21 Uji Regresi Logistik
N0 Variabel Nilai β Nilaip
1 Paritas -1,252 0,014
2 Usia 1,220 0,042
3 Dukungan Emosional 1,884 0.004
Nilai Konstanta -1,414 0,017
Setelah dilakukan uji regresi logistik berganda terdapat 3 (tiga) variabel yang berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan, yaitu variabel paritas, usia dan dukungan emosional. Variabel yang tidak berpengaruh
terhadap pemeriksaan kehamilan yaitu
pekerjaan, dukungan informasi dan dukungan instrumental.
Berdasarkan keseluruhan proses yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa dari 3 variabel independen yang berpengaruh
terhadap pemeriksaan kehamilan adalah
dukungan emosional yang paling dominan dengan p value 0,004 (p<0,05), dan nilai β
1,884, sehingga dapat disimpulkan ibu yang mendapatkan dukungan emosional mempunyai kemungkinan 9,3 kali untuk melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar
PEMBAHASAN
1. Pengaruh Karakteristik Ibu terhadap Pemeriksaan Kehamilan
1.1 Pengaruh Paritas terhadap Pemeriksaan Kehamilan
Paritas dalam penelitian ini
dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu paritas berisiko bila ibu mempunyai paritas > 3 dan kategori tidak berisiko bila paritas ibu≤ 3.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ibu dengan paritas yang tidak berisiko lebih
banyak yang melakukan pemeriksaan
kehamilan sesuai standar 52,2% bila
dibandingkan ibu dengan paritas yang
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesesuaian pemeriksaan kehamilan dengan nilaip value0,014.
Paritas ibu memengaruhi kesesuaian pemeriksaan kehamilan di Kecamatan Darul Aman disebabkan karena sebagian besar masyarakat telah mengenal program keluarga berencana, ini dibuktikan dengan data keluarga berencana yang tinggi. Masyarakat telah
mengenal program keluarga berencana,
sehingga membuat ibu yang mempunyai paritas >3 enggan untuk memeriksakan
kehamilan. Keengganan ini disebabkan
mereka merasa malu bila mempunyai anak lebih dari tiga. Selain itu, ibu hamil dengan paritas berisiko yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar dikarenakan ibu tersebut merasa yakin bahwa kehamilannya baik-baik saja berdasarkan pengalaman kehamilan yang terdahulu.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Maulina50, penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan kunjungan antenatal care. Selanjutnya diperkuat oleh penelitian
Wikjosastro, dalam penelitiannya
mendapatkan hasil wanita dengan paritas
tinggi cenderung kurang memanfaatkan
perawatan kehamilan, ibu paritas tinggi lebih percaya diri tentang kehamilannya dan merasa kurang perlu untuk melakukan perawatan kehamilan. Paritas lebih tinggi pada umumnya merupakan penghalang untuk menggunakan pelayanan ANC.31,32
Ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan dapat diketahui perkembangan janin dalam kandungan dan dapat dideteksi secara dini bila terdapat kelainan. Pemeriksaan kehamilan diperlukan walau pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan bayi yang dilahirkan sehat. Selama ini upaya yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya bidan di wilayah Puskesmas Darul Aman hanya melakukan penyuluhan pada saat posyandu.
Ibu yang datang ke posyandu dapat dipastikan mendapatkan informasi tersebut. Sementara ibu yang tidak hadir ke posyandu dapat dipastikan tidak mendapatkan informasi, yaitu ibu hamil dengan paritas berisiko karena malu untuk datang ke posyandu.
1.2 Pengaruh Usia terhadap Pemeriksaan Kehamilan
Hasil penelitian secara statistik dengan menggunakan uji regresi logistik berganda didapatkan bahwa ada pengaruh antara usia ibu dengan pemeriksaan kehamilan dengan nilaip value =0,042 (p>0,05). Ibu hamil yang mempunyai usia tidak berisiko cenderung
memeriksakan kehamilan sesuai dengan
standar dibandingkan ibu yang mempunyai usia berisiko. Pada penelitian ini usia ibu digolongkan menjadi dua, yaitu usia ibu 20-35 tahun digolongkan usia tidak berisiko dan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 digolongkan usia berisiko.
Kecamatan Darul Aman didapati ibu yang mempunyai usia berisiko (usia <20 dan usia >35 tahun) tidak memeriksakan kehamilan sesuai standar sebanyak 25%. Meskipun hanya sebagian kecil ibu yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar, hal tersebut tidak boleh diabaikan karena sangat besar manfaat pemeriksaan kehamilan terhadap keselamatan jiwa ibu dan janin. Harus dilakukan upaya-upaya agar ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan.
Ibu yang berusia <20 tahun tidak melakukan pemeriksaan kehamilan disebabkan karena merasa terlalu muda untuk hamil dibandingkan teman sebaya mereka. Ibu hamil yang berusia <20 tahun yang berada di Kecamatan Darul Aman jarang keluar rumah. Ibu yang berusia >35 tahun tidak melakukan pemeriksaan kehamilan disebabkan mereka merasa malu untuk memeriksakan kehamilan. Hal tersebut dapat dilihat pada saat ibu memeriksakan kehamilan selalu menggunakan kain untuk menutup bagian depan tubuh ibu.
Mereka menganggap bahwa usia di atas 35 tahun tidak pantas lagi untuk hamil, apalagi bila diikuti dengan jumlah anak lebih dari 3 orang, semakin membuat mereka tidak memeriksakan kehamilan.
Beberapa orang ibu juga mengatakan mereka merasa kehamilan merupakan hal yang alamiah sehingga tidak perlu periksa hamil. Hal yang diungkap ibu di daerah penelitian hampir sama dengan pernyataan Matthew36, yang mengatakan bahwa perempuan yang berusia <35 tahun lebih sering melakukan kunjungan ke klinik untuk meyakinkan bahwa bayi mereka tumbuh, sedangkan wanita yang lebih tua tidak pernah mengalami masalah, tidak peduli dan menganggap kehamilan merupakan hal biasa.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Overbosch33 yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara usia dengan
pemeriksaan kehamilan. Cuningham35
berpendapat bahwa mayoritas perempuan
dalam usia tiga puluhan melakukan
pemeriksaan kehamilan awal dan lebih sering daripada remaja dan wanita yang lebih tua.
Upaya tenaga kesehatan di wilayah Puskesmas Darul Aman khususnya bidan yang bertugas di desa selama ini adalah mendatangi rumah ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Bagi bidan yang tinggal di desa dan mengikuti segala aktivitas kehidupan di desa binaan, bidan dapat mengetahui dengan pasti ibu-ibu yang hamil. Namun, bila bidan yang bertugas di desa tidak tinggal di desa dikarenakan berbagai alasan, hal itu akan terlewatkan.
1.3 Pengaruh Pendidikan terhadap Pemeriksaan Kehamilan
WHO dan Deswani51, menyatakan bahwa wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan masalah kesehatan, baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya, sehingga akan lebih mudah
memanfaatkan pelayanan antenatal.
Pendidikan memengaruhi cara berpikir,
tindakan dan pengambilan keputusan yang
akan dilakukan seseorang untuk
memanfaatkan dan menggunakan pelayanan
kesehatan. Tingkat pendidikan juga
memengaruhi kemampuan seseorang untuk mendengar, menyerap informasi dan dalam
mengambil keputusan, termasuk
mendengarkan, menyerap informasi dan dalam
mengambil keputusan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan.
Berdasarkan hasil analisis bivariat yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis ditolak dengan nilai p value =0,279 (p>0,05), yang secara statistik menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara pendidikan
ibu terhadap kesesuaian pemeriksaan
kehamilan. Untuk selanjutnya variabel
pendidikan tidak dimasukkan lagi dalam model selanjutnya. Responden dikategorikan menjadi tiga kategori dalam penelitian ini, yaitu responden yang menamatkan SD sederajat dan SLTP sederajat dikategorikan
pendidikan dasar, dan bila responden
menamatkan SLTA sederajat dikatagorikan pendidikan menengah dan Perguruan Tinggi dikategorikan pendidikan tinggi.
Ada beberapa penelitian yang
menguatkan penelitian ini di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kristina52, yaitu tidak ada hubungan pendidikan ibu terhadap kunjungan ulangantenatal careyang dilakukan ibu. Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulina50, bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan ibu dengan kelengkapan kunjungan
antenatalyang dilakukan ibu.
responden juga kurang mengetahui manfaat periksa hamil. Hal itu disebabkan karena responden kurang mendapatkan informasi tentang pentingnya periksa hamil, karena sebagian waktu dihabiskan di sawah.
Pendidikan responden yang tinggi
tidak menjamin kesesuaian pemeriksaan
kehamilan, hal ini disebabkan pendidikan yang dilalui oleh responden adalah pendidikan formal. Meskipun pendidikan tinggi membuat seseorang mudah menyerap informasi dan dalam mengambil keputusan, namun bila informasi tidak didapat maka seseorang tidak dapat mengambil keputusan. Pada pendidikan
formal, responden tidak mendapatkan
informasi tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan. Hal ini merupakan salah satu yang
membuat responden tidak mengetahui
pentingnya manfaat pemeriksaan kehamilan,
sehingga tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan.
1.4 Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemeriksaan Kehamilan
Hasil penelitian secara statistik dengan menggunakan uji regresi logistik berganda bahwa tidak ada pengaruh antara pekerjaan ibu dengan pemeriksaan kehamilan dengan nilai p value =0,058 (p>0,05).
Hasil penelitian ini berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh
Puspa41, pada penelitian Sjofiatun
menyebutkan bahwa status ibu bekerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perawatan kehamilan di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sjofiatun42, perempuan yang bekerja lebih memanfaatkan pelayanan antenatal care dibandingkan ibu rumah tangga dan ibu yang tidak bekerja. Selanjutnya wanita yang bekerja cenderung memulai antenatal care lebih awal.43 Wanita yang bekerja di luar rumah selama kehamilan secara signifikan berhubungan terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan.44
Ibu yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi kesehatan, informasi tersebut didapatkan dari teman di tempat bekerja maupun dari media seperti dari koran, majalah, internet dan lain-lain. Selain itu, ibu yang bekerja secara formal akan mempunyai
penghasilan sendiri dan menambah
penghasilan keluarga sehingga dari segi
ekonomi akan mapan dan mampu
menggunakan fasilitas kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik.
Kecamatan Darul Aman sebagian besar ibu bekerja di sektor informal, yaitu sebagai petani. Petani bekerja di sawah dari pagi sampai sore hari, hal inilah salah satu
penyebab ibu melakukan pemeriksaan
kehamilan tidak sesuai dengan standar. Selain ibu menghabiskan waktu di sawah, pulang dari sawah ibu harus mengurus keluarga, sehingga
dapat dipastikan ibu tidak mempunyai
kesempatan untuk periksa hamil. Selain itu juga tidak mendapatkan informasi tentang pentingnya periksa hamil baik dari petugas kesehatan maupun dari media lain. Sehingga ibu tidak tahu dan tidak punya waktu untuk memeriksakan kehamilannya. Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan bila tidak ke sawah dan mempunyai waktu, sebab selain ke sawah ibu juga mempunyai kegiatan lain seperti
menganyam tikar untuk menambah
penghasilan.
2. Pengaruh Dukungan terhadap Pemeriksaan Kehamilan
2.1 Pengaruh Dukungan Informasional terhadap Pemeriksaan Kehamilan
Berdasarkan hasil analisis uji statistik menunjukkan dukungan informasional yang diberikan oleh suami tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesesuaian pemeriksaan kehamilan, dengan nilai p value
dilakukan Maulina50, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kelengkapan pemeriksaan kehamilan.
Dukungan informasional adalah
dukungan yang diberikan suami berupa pemberian informasi tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan (termasuk tablet Fe,
imunisasi TT, buku KIA), jumlah
pemeriksaan, dan tempat pemeriksaan
kehamilan. Secara statistik dukungan
informasional dari suami tidak berpengaruh terhadap kesesuaian pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh ibu. Berdasarkan tabulasi silang didapatkan hasil bahwa ibu yang tidak mendapatkan dukungan informasional hanya sedikit sekali perbedaannya antara yang tidak mendapat dukungan melakukan pemeriksaan kehamilan yang sesuai (70%), dengan yang tidak mendapat dukungan dan memeriksakan kehamilan yang tidak sesuai (30%).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan hanya 36,9% suami memberi informasi bahwa ibu harus periksa hamil, hal
ini membuat ibu tidak memeriksakan
kehamilannya. Informasi yang kurang
diberikan oleh suami mungkin saja karena suami sendiri kurang memahami tentang manfaat, kerugian pemeriksaan kehamilan. Karena suami tidak mengetahui tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, maka suami tidak mencari tahu, sehingga suami tidak dapat memberikan informasi kepada ibu.
Kurangnya pengetahuan suami tentang
pemeriksaan kehamilan dapat juga disebabkan oleh faktor budaya yang menganggap bahwa urusan kehamilan, melahirkan merupakan urusan perempuan, sehingga suami tidak perlu
mencari informasi tentang pemeriksaan
kehamilan.
Selain faktor budaya kurangnya
pengetahuan suami disebabkan karena selama ini petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang kehamilan hanya para ibu yang dijadikan sasaran tanpa melibatkan suami. Penyuluhan hanya dilakukan saat
posyandu, sehingga dapat dipastikan yang mendengarkan penyuluhan itu hanya para ibu.
2.2 Pengaruh Dukungan Penilaian/ Penghargaan terhadap Pemeriksaan Kehamilan
Berdasarkan hasil analisis bivariat yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis ditolak dengan nilai p value= 0,279 (p>0,05), yang secara statistik menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara dukungan penilaian terhadap kesesuaian pemeriksaan
kehamilan. Untuk selanjutnya variabel
dukungan penilaian/ penghargaan tidak
dimasukkan lagi dalam model selanjutnya.
Dukungan penilaian/ penghargaan
dalam penelitian ini adalah upaya dari suami untuk memberikan umpan balik berupa pujian, bimbingan dan perhatian kepada ibu dalam
melakukan pemeriksaan kehamilan.
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa hanya 43,2% ibu yang mendapat pujian dari suami bila pulang memeriksakan kehamilan. Hal tersebut dapat saja membuat ibu merasa
enggan untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan selanjutnya.
Para suami yang berada ditempat penelitian bahkan wilayah Aceh khususnya mempunyai sifat tertutup, sehingga tidak dapat mengungkapkan perasaannya secara terbuka. Ada perasaan malu untuk memuji istri bila tindakan istri benar. Asumsi peneliti hal ini yang menyebabkan suami kurang memberikan dukungan penilaian/ penghargaan.
Hasil temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Deswani51, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan dukungan sosial dengan kunjungan antenatal
yang dilakukan ibu.
2.3 Pengaruh Dukungan Instrumental terhadap Pemeriksaan Kehamilan
logistik berganda menunjukkan bahwa nilai p value 0,025 (p<0,05) menunjukkan bahwa variablel dukungan instrumental berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang mendapatkan dukungan instrumental dari suami cenderung melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar dibandingkan ibu yang tidak mendapat dukungan dari suami.
Dukungan instrumental menurut
Gottlieb19, menunjukkan ketersediaan sarana untuk memudahkan perilaku menolong orang yang menghadapi masalah berbentuk materi, pemberian kesempatan dan peluang waktu.
Dukungan instrumental dalam
penelitian ini berupa upaya dari suami untuk memberikan bantuan dalam bentuk dana, waktu dan memfasilitasi ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, sehingga dengan didapatkannya dukungan instrumental dari suami, istri melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar yang ada. Hampir sebagian besar masyarakat di Indonesia demikian juga Aceh, suami adalah pengambil keputusan utama. Oleh karena itu dukungan dari suami akan sangat besar dampaknya terhadap keputusan ibu untuk memeriksakan kehamilan.
Faktor budaya yang menganggap bahwa kehamilan, persalinan merupakan urusan perempuan juga merupakan penyebab
suami kurang memberikan dukungan
instrumental kepada ibu untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan. Hal tersebut
berdasarkan hasil penelusuran jawaban
responden bahwa 33,8% saja suami yang mengantarkan ibu memeriksakan kehamilan, berdasarkan jawaban tersebut seakan-akan suami tidak peduli terhadap kehamilan istri. Namun sebenarnya suami sangat antusias menanggapi kehamilan ibu, hal ini dibuktikan
berdasarkan jawaban responden bahwa
sebagian besar (60,8%) suami menyediakan transportasi, membantu pekerjaan rumah agar ibu dapat memeriksakan kehamilan (56,8%) dan mau meninggalkan pekerjaan untuk
mengantarkan ibu periksa hamil (62,2%).
Dukungan instrumental dari suami
terhadap pemeriksaan kehamilan di
Kecamatan Darul Aman lebih pada dukungan yang tidak dilihat oleh orang lain, hanya ibu
yang merasakan dukungan tersebut,
berdasarkan jawaban responden hanya 33,8%
yang mengantarkan ibu periksa hamil.
Sebenarnya dengan hanya mengantarkan ibu untuk periksa hamil secara tidak langsung indikator dukungan instrumental yang lain
sudah dilakukan oleh suami, seperti
menyediakan transportasi, mendampingi
masuk ke ruang periksa, dan meninggalkan pekerjaan untuk mengantarkan ibu. Namun belum semua suami melakukan karena faktor budaya tersebut.
Peran tokoh agama sangat dibutuhkan dalarn hal ini mengingat masyarakat Aceh sangat menghormati tokoh agama. Selain itu
meningkatkan dukungan suami dapat
dilakukan dengan meningkatkan konseling
petugas kepada suami pada saat ibu
memeriksakan kehamilan. Selama ini jarang dilakukan karena ibu hamil sering datang sendiri untuk periksa hamil tanpa ditemani suami. Sehingga informasi penting bagi suami tidak didengarkan langsung oleh suami.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Cui7, wanita yang mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat selama kehamilan dua
kali lebih mungkin untuk hadir dalam
melakukan pemeriksaan kehamilan
dibandingkan dengan wanita yang tidak
mendapatkan dukungan. Demikian pula
penelitian Nielsen39, menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami terhadap kunjungan antenatal yang sesuai.
2.4 Pengaruh Dukungan Emosional terhadap Pemeriksaan Kehamilan
diterima ibu dengan pemeriksaan kehamilan, dengan nilai p value = 0,004 (p <0,05). Ibu hamil yang mendapatkan dukungan emosional lebih cenderung memeriksakan kehamilan sesuai standar dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan dukungan emosional. Nilai exp (B)= 1,884 yang berarti bahwa ibu yang mendapatkan dukungan emosional dari suami
mempunyai kemungkinan 9,3 kali untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai
standar dibandingkan ibu yang tidak
mendapatkan dukungan emosional dari suami.
Dukungan emosional suami dalam penelitian ini adalah adanya upaya dari suami untuk membantu kenyamanan dan ketenangan emosi, mencakup mendengarkan keluhan, empati, menunjukkan kasih sayang dan motivasi kepada ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.
Penelitian Catherine53 dan
Kurniarum54, yang menyatakan bahwa
dukungan suami memberikan kontribusi
penting bagi kesehatan. Dukungan sosial yang dibutuhkan adalah berupa dukungan emosional yang mendasari tindakan. Dengan dukungan tersebut ibu akan merasa diperhatikan, dicintai, dimuliakan dan dihargai. Adanya kehadiran orang terdekat dapat memengaruhi
emosional atau efek perilaku bagi
penerimanya. Dukungan selama kehamilan berpengaruh terhadap hasil kehamilan.
Menurut Cohen20, ada beberapa faktor
yang berperan dalam meningkatkan
kemampuan wanita dalam beradaptasi
terhadap kehamilan, misalnya lingkungan sosial, dukungan sosial dan dukungan dari pemberi asuhan. Dukungan yang diberikan oleh suami dan keluarga dapat memengaruhi persepsi terhadap kehamilan dan memengaruhi tingkat kecemasan yang ibu alami.
Dukungan suami adalah bentuk
dukungan dan hubungan baik merupakan kontribusi yang penting bagi kesehatan.
Dukungan emosional yang mendasari
pemberian dukungan sosial. Adanya kehadiran orang terdekat dapat memengaruhi emosional atau efek perilaku bagi penerimanya.55
Seorang wanita pada saat hamil terjadi perubahan berupa peningkatan hormonal yang memengaruhi sistem tubuh baik fisik maupun psikologi. Perubahan psikologi yang terjadi sering membuat ibu merasa sedih, cemas dan apabila tidak mendapat dukungan dari orang sekitar ibu merasa tidak dihargai dan disayangi. Dukungan emosional membuat ibu merasa lebih dihargai, nyaman, aman dan disayangi. Hal ini dapat pula dipengaruhi oleh budaya, budaya masyarakat Aceh. Yang
menganut budaya Islam bahwa yang
memegang peranan penting dalam rumah tangga adalah suami. Para ibu akan melakukan pemeriksaan kehamilan apabila ibu mendapat dukungan dari suami.
Hasil penelitian sesuai dengan
penelitian Magadi44, dukungan sosial yang diterima dari keluarga meningkatkan jumlah
kunjungan dan ibu hamil melakukan
kunjungan lebih awal. Sosial support
berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan antenatal care. Dukungan sosial yang tidak memadai merupakan hambatan untuk memeroleh pelayanan kehamilan.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1)
Karakteristik ibu yang berpengaruhterhadap pemeriksaan kehamilan adalah paritas dan usia ibu sedangkan yang tidak berpengaruh terhadap pemeriksaan
kehamilan adalah pendidikan dan
pekerjaan ibu.
2)
Dukungan suami yang berpengaruhterhadap pemeriksaan kehamilan adalah dukungan emosional, sedangkan yang tidak berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan adalah dukungan informasi,