• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI LESBIAN, GAY, DAN TRANSGENDER DALAM ANTOLOGI CERPEN PENJARA: SEBUAH TINJAUAN SOSIOPRAGMATIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REPRESENTASI LESBIAN, GAY, DAN TRANSGENDER DALAM ANTOLOGI CERPEN PENJARA: SEBUAH TINJAUAN SOSIOPRAGMATIK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

REPRESENTASI LESBIAN, GAY, DAN TRANSGENDER DALAM ANTOLOGI

CERPEN

PENJARA

: SEBUAH TINJAUAN SOSIOPRAGMATIK

Nyoman Deni Wahyudi Luh Ketut Sri Widhiasih

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar

deni_ajuz@yahoo.com sriwidhiasih@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi (1) representasi lesbian dalam cerpen Sebuah Cerita Tentang Anakku dan Temanku karya Ardy Kresna Crenata, (2) represetasi gay dalam cerpen Aib karya Aries Pidrawan, dan (3) representasi transgender dalam cerpen Bayi karya Moch Satrio Welang. Sumber data dalam penelitian ini adalah antologi cerpen Penjara yang ditinjau dari sudut pandang sosiopragmatik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi dokumentasi. Pengolahan atau analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, penarikan simpulan serta verifikasi data penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) lesbian direpresentasikan sebagai perempuan atau wanita yang cerdas, kritis, idealis, keras kepala, berpikir modern, global, matriarki, menjaga privasi, posesif, pencemburu, kejam, dan sekaligus pendendam, (2) gay direpresentasikan sebagai laki-laki yang takut akan sosial masyarakat sekitarnya, memiliki ketertarikan fisik pada sesama laki-laki, memiliki ketertarikan emosi pada sesama laki-laki, sangat menjaga privasi hubungan sesama jenisnya, perasaan gay muncul karena kenyamanan di tengah kegagalan asmara saat bersama lawan jenis, hubungan yang aneh, terlarang, dan salah menurut sosial, agama, dan budaya namun gay beranggapan sebaliknya (kontradiktif), serta (3) transgender direpresentasikan memiliki watak layaknya perempuan sejati, melakukan hal-hal yang dilakukan perempuan sejati, memiliki pemikiran bila dirinya adalah wanita seutuhnya (secara fisik dan psikis), menikmati hubungan seksual dengan laki-laki, posesif terhadap pasangan, menjaga privasi, kejam, putus asa, dan hubungan transgender tidak memiliki kekuasaan atas sosial budaya yang dianut. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa, dosen, penikmat sastra, dan dunia pendidikan. Peneliti lain diharapkan melakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam.

(2)

REPRESENTATION OF LESBIAN, GAY, AND TRANSGENDER IN

PENJARA

ANTHOLOGY OF SHORT STORY: A SOCIOPRAGMATIC OBSERVATION

Abstract

This research is descriptive qualitative research which aimed to identify (1) representation of lesbian in Sebuah Cerita tentang Anakku dan Temanku short story written by Ardy Kresna Crenata, (2) representation of gay in Aib short story written by Aries Pidrawan, and (3) representation of transgender in Bayi short story written by Moch Satrio Welang. Data in this research were taken from Penjara anthology of short story identified by sociopragmatic point of view. Research method used is documentation study method. Data analysis is conducted through data reduction, data presentation, conclusion, and data verification. Results of this research show that (1) lesbian is presented as smart, critical, idealistic, stubborn, modern, global, matriarchy, introvert, possesive, cruel, and grudger women, (2) gay is represented as a man who is affraid of society, likes other man physically and emotionally, saves their relationship privacy, gay’s feeling happens because of comfortable with the same sex in the middle of love failure, strange relationship, forbidden and wrong based on social, religion, and culture point of view although gay argues vice versa (contradictive), and (3) transgender is represented having real women characters, doing things done by real women, thinking that he is real women physically and psychologically, intimating with man, possesive, saving privacy, cruel, desperate, and transgender relationship does not have authorization toward sociocultural believed. This results of this research are significant for university students, lecturers, linguists, and education. Further deeper researches are expected.

Key words: representation, lesbian, gay, transgender, short story, sociopragmatic

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi yang dibentuk dan digunakan oleh masyarakat

pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari konteks

sosial dan budaya masyarakat penuturnya. Sebagai fenomena sosial, bahasa merupakan

suatu bentuk perilaku sosial. Sebagai fenomena budaya, bahasa merupakan sarana untuk

mengekspresikan nilai-nilai budaya (Brown, 1987). Bahasa adalah media untuk berekspresi

sekaligus media penggambaran situasi yang ada di tengah masyarakat.

Sastra merupakan pengejawantahan imajinasi pengarang dan didasari oleh fakta

sosial. Sastra dibangun dengan bahasa yang memiliki ciri khas tersendiri. Karya sastra

merupakan hasil kegiatan kreatif manusia yang berkaitan dengan imajinasi, intuisi, dan

abstraksi kehidupan (Suwondo, 2003:5). Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan

kehidupan sosial dan budaya yang diamati oleh pengarang. Latar belakang sosial budaya

dan pribadi setiap pengarang mendasari proses kreatif bersastra dan termasuk penggunaan

bahasanya. Bahasa merupakan faktor penting dalam sastra.

Salah satu jenis karya sastra yang banyak diproduksi sekaligus diminati oleh

masyarakat adalah cerpen. Cerpen adalah salah satu jenis sastra prosa selain puisi dan

(3)

kehidupan seseorang dalam suatu masyarakat sosial. Berbagai ragam tema sosial dan

budaya bisa diangkat untuk dijadikan cerpen.

Kehidupan sosial manusia menjadi menarik untuk dicermati. Norma-norma atau adat

istiadat yang dianut oleh golongan masyarakat tertentu pun sangat menarik untuk dibahas dari aspek sosiologi, ekonomi, budaya, maupun bahasa. Salah satu komunitas sosial “gelap” yang kini makin muncul ke permukaan dan turut bersosialisasi dengan masyarakat umum

adalah kaum lesbian, gay, transgender, dan biseksual atau yang sering disingkat LGTB.

Representasi (KBBI, 2008:1200) memiliki makna perbuatan mewakili, keadaan

mewakili, apa yang mewakili, dan perwakilan. Representasi juga bisa diartikan sebagai

gambaran atau penggambaran. Representasi sosial manusia bisa dimaknai sebagai

keadaan fisik dan nonfisik yang bisa mewakili pemahaman, sikap, dan ide-ide yang dianut

oleh segolongan masyarakat sosial tertentu. Salah satu penelitian tentang representasi

sosial adalah penelitian yang dilakukan oleh Krishnan dan Dighe pada 1990 yakni penelitian

tentang representasi perempuan di televisi India. Krishnan dan Dighe menyatakan

representasi perempuan ideal di televisi India berasal dari teks-teks Mahabharata dan

Ramayana yang menyediakan moral ideal dan struktur ideologis bagi serangkaian film-film

populer India yang diproduksi di Mumbay yang mentransformasikan dan mengerjakan ulang

sejumlah sistem narasi dan sistem nilai mereka.

Sosiopragmatik merupakan sebuah tinjauan kebahasaan yang didasarkan pada

ranah sosiolinguistik dan pragmatik. Sumarsono (2009:112) menyatakan bahwa

sosiopragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam peristiwa komunikasi oleh

kelompok-kelompok atau masyarakat-masyarakat yang berbeda. Sosiopragmatik berkaitan

dengan penggunaan bahasa oleh kelompok masyarakat untuk menyampaikan maksud

tertentu. Oleh karena itu, representasi dalam pandangan sosiolinguistik melibatkan

persoalan, siapa penutur dan mitra tuturnya, tujuan bertutur, suasana tuturan, budaya atau

adat istiadat, serta di mana dan kapan tuturan itu terjadi.

Penjara merupakan judul antologi cerpen yang berisi empat belas cerita pendek yang

mengangkat tema lesbian, gay, biseksual, dan transgender oleh empat belas penulis cerpen

dari seluruh Indonesia. Cerpen-cerpen yang dimuat dalam antologi tersebut antara lain

Sebuah Cerita Tentang Anakku dan Temanku karya Ardy Kresna Crenata (Bogor), Aib karya

Aries Pidrawan (Karangasem), Dandelion karya Ayu Riesky (Denpasar), Penari Ular karya

DG Kumarsana (Mataram), Simfoni Dua Dunia karya Diajeng Veronica Rivi Raviantina

(Semarang), Pulang karya Dwi S Wibowo (Yogyakarta), Bayi karya Moch Satrio Welang

(Denpasar), Poolside karya Nana Sastrawan (Jakarta), Sang Mantan karya Nenny Makmun

(Jakarta), Mas Boy karya Nurjanah Abdul Syukur (Tangerang), Tirai Pelangi karya Nyimas

(4)

Homo karya Ratna Dewi Barrie (Lampung), dan Sesemburitan karya Rio Johan (Sumatera

Selatan).

Kumpulan cerpen ini mengusung tema yang menarik untuk diteliti dengan tinjauan

sosiopragmatik khususnya seputar identifikasi representasi lesbian, gay, dan transgender.

Beranjak dari uraian latar belakang di atas maka penulis melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Representasi Lesbian, Gay, dan Transgender dalam Antologi Cerpen Penjara: Sebuah Tinjauan Sosiopragmatik”.

Sosiopragmatik merupakan kajian bahasa berdasarkan tinjauan sosiolinguistik dan

pragmatik. Karya sastra khususnya cerpen menggunakan bahasa sebagai media

penyampaian gagasan dan ide kreatif penulisnya. Antologi cerpen Penjara memuat beragam

cerpen yang mengusung tema lesbian, gay, dan transgender. Representasi merupakan

perwakilan deskripsi (khususnya karakter dan tingkah laku) sebuah objek atau manusia.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan permasalahan

dalam penelitian ini antara lain (1) Bagaimanakah representasi lesbian dalam cerpen Sebuah

Cerita Tentang Anakku dan Temanku karya Ardy Kresna Crenata?; (2) Bagaimanakah

represetasi gay dalam cerpen Aib karya Aries Pidrawan?; dan (3) Bagaimanakah

representasi transgender dalam cerpen Bayi karya Moch Satrio Welang?

Representasi (KBBI, 2008:1200) memiliki makna perbuatan mewakili, keadaan

mewakili, apa yang mewakili, dan perwakilan. Representasi juga bisa diartikan sebagai

gambaran atau penggambaran. Representasi sosial manusia bisa dimaknai sebagai

keadaan fisik dan nonfisik yang bisa mewakili pemahaman, sikap, dan ide-ide yang dianut

oleh segolongan masyarakat sosial tertentu.

Bahasa adalah media komunikasi. Dalam KBBI (2008:137) bahasa merupakan

sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang

dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Bahasa juga

merupakan perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa (suku bangsa, negara,

daerah, dan sebagainya). Bahasa juga bisa diartikan sebagai percakapan (perkataan) yang

baik; sopan santun; tingkah laku yang baik. Bahasa adalah kunci pokok bagi manusia karena

dengan bahasa maka manusia bisa berinteraksi dengan sesamanya. Bahasa merupakan

salah satu produk budaya manusia yang merupakan media penyampaian ide atau gagasan.

Sebagai produk budaya, bahasa tumbuh dan berkembang pada masyarakat pengguna

bahasa itu sendiri dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Sastra adalah bahasa khusus dalam kitab dan bukan bahasa sehari-hari. Sastra atau

kesusastraan adalah karya kesenian yang diwujudkan dengan bahasa (gubahan puisi dan

prosa yang indah-indah). Kesusastraan yaitu karya tulis yang memiliki keunggulan (asli,

artistik, indah), seperti roman, cerpen, drama, dan epik. Cerpen sebagai salah satu karya

(5)

(cerpen) merupakan jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita tentang manusia

dan seluk beluknya melalui tulisan pendek (Faurazi, 2014). Cerpen memiliki struktur isi yang

khas, antara lain judul, pengenalan tokoh, komplikasi atau penyebab konflik, konflik, klimaks,

dan antiklimaks serta penyelesaian. Melalui imajinasi interpretative literature membawa

pembaca lebih dalam ke dunia nyata, membuat orang mampu memahami

masalah-masalahnya, lebih memahami kehidupan dan eksistensi manusia.

Lesbian merupakan ketertarikan secara fisik dan mental seorang perempuan

terhadap sejenisnya atau perempuan lain. Gay merupakan ketertarikan secara fisik maupun

mental seorang laki-laki terhadap sejenisnya atau dengan sesama laki-laki. Transgender

merupakan perubahan fisik dan mental yang dialami atau dilakukan oleh seseorang dengan

mengubah fisiknya (dan bahkan alat kelamin). Biseksual adalah ketertarikan seseorang

secara fisik dan mental terhadap kedua jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan.

Teori sosiopragmatik merupakan perpaduan antara teori sosiolinguistik dan

pragmatik. Merdhana dan Sumarsono (2009) menyatakan bahwa sosiopragmatik mengkaji

pragmatik dalam hubungannya dengan sosiologi. Dengan kata lain, pragmatik harus

dikaitkan dengan kondisi sosial tertentu. Sosiopragmatik juga bisa diartikan sebagai kajian

pragmatik dalam dimensi sosial. Sosiopragmatik adalah titik pertemuan antara sosiologi dan

pragmatik. Sosiopragmatik (dalam Leech, 1982:15) didasarkan pada kenyataan bahwa

prinsip kerja sama dan prinsip sopan santun beroperasi secara berbeda dalam

kebudayaan-kebudayaan dan masyarakat yang berbeda, dalam kelas sosial yang berbeda, dan

sebagainya.

Pragmatik adalah kajian tentang penggunaan bahasa sesuai dengan kenyataan yang

sebenarnya, penggunaan bahasa berdasarkan konteks, baik konteks verbal maupun konteks

situasi. Pragmatik melibatkan hubungan bahasa dengan pengguna bahasa. Sosiolinguistik

mikro pun mengkaji hubungan bahasa dengan konteks serta hubungan antara bahasa dan

manusia pengguna bahasa.

Salah satu penelitian tentang representasi sosial adalah penelitian yang dilakukan

oleh Krishnan dan Dighe pada 1990 yakni penelitian tentang representasi perempuan di

televisi India. Dalam penelitiannya itu, mereka menemukan karakter perempuan dalam film

fiksi India yaitu rela berkorban, tergantung, ragu untuk bersenang-senang, mendefinisikan

dunia melalui hubungan keluarga, emosional, sentimental, tersubordinasi, dan maternal.

Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori gender, representasi, dan budaya. Teori

lesbian atau gay melakukan dekonstruksi atas kemapanan konsep-konsep keteroseksual.

Dengan demikian, teori ini menolak usaha pemerintah atau agama yang ingin

melanggengkan masyarakat yang normal (heteroseksual) karena pada kenyataannya

homoseksual memang selalu ada dalam masyarakat (Barry, 2010:169). Barry menjelaskan

(6)

yang dapat dijadikan materi diskusi adalah munculnya persoalan homoseks di dalam karya

sastra. Bisa pula mengidentifikasi bagaimana deskripsi kecantikan laki-laki dalam novel

Lelaki Terindah (Andrei Aksana, 2005). Bisa pula mendiskusikan lesbianisme dalam Tarian

Bumi (Oka Rusmini); lesbianisme adalah jalan bagi seorang perempuan untuk menolak

kuasa laki-laki dalam budaya patriarkhi di Bali.

Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan terkait dengan kajian Sosiopragmatik oleh Ni Kadek Juliantari (2011) yang berjudul “Multilingualisme dalam Novel Kenanga Karya Oka Rusmini (Suatu Kajian Sosiopragmatik)”. Penelitian ini mengidentifikasi adanya penggunaan pilihan bahasa yang beraneka ragam dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini.

Penggunaan multilingual bertujuan untuk menyampaikan nilai-nilai budaya (khususnya

budaya Bali). Kesantunan multilingual (aneka bahasa) antarpenutur umumnya terjadi di

lingkungan griya dan menguntungkan mitra tutur.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Pendekatan penelitian dengan deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta

yang terjadi secara alamiah. Model penelitian ini mendeskripsikan informasi apa adanya

sesuai dengan variabel, gejala, atau keadaan yang diteliti untuk kemudian dimaknai atau

diapresiasi. penelitian ini ingin mendeskripsikan dan menginterpretasikan representasi

lesbian, gay, dan transgender yang tampak pada cakapan-cakapan yang disajikan penulis

pada setiap tokoh yang ada dalam tiga cerita pendek pada antologi Penjara yang ditinjau

dari kajian sosiopragmatik.

Sumber data dalam penelitian ini adalah cuplikan tuturan yang digunakan oleh

tokoh-tokoh serta ilustrasi yang terdapat pada tiga cerpen dalam antologi Penjara yang

mengandung representasi lesbian, gay, dan transgender. Tuturan yang digunakan sebagai

sumber data pada penelitian ini diambil dari tiga cerpen dalam antologi Penjara didasarkan

atas beberapa pertimbangan, antara lain cerpen-cerpen tersebut memiliki penggambaran

masalah yang dihadapi oleh kaum lesbian, gay, dan transgender baik dalam kehidupan

pribadi, keluarga, dan sosialnya. Ketiga cerpen yang diteliti juga menggambarkan

penggunaan bahasa yang mengandung kesan makna dan bisa dianalisis dengan kajian

sosiopragmatik.

Objek penelitian adalah hal yang dikaji dalam penelitian. Objek dalam penelitian ini

adalah representasi lesbian, gay, dan transgender dalam tiga cerpen yang terdapat dalam

antologi cerpen Penjara. Secara lebih rinci, objek penelitian ini antara lain (1) representasi

lesbian dalam cerpen Sebuah Cerita Tentang Anakku dan Temanku karya Ardy Kresna

Crenata, (2) represetasi gay dalam cerpen Aib karya Aries Pidrawan, dan (3) representasi

(7)

Data yang didapatkan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui studi dokumentasi.

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini adalah

pencatatan dokumen. Metode studi dokumentasi adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai suatu variabel yang diteliti dari catatan atau naskah tertulis.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kartu-kartu

data. Kartu data yang digunakan berisi garis-garis besar kategori data yang bersangkutan.

Karena peneliti bertindak sebagai instrumen utama atau instrumen kunci, ada

kemungkinan unsur subjektivitas peneliti membiaskan data penelitian ini. Untuk menekan hal

tersebut, bahkan meniadakan subjektivitas tersebut sehingga bias tersebut dapat

diminimalkan, peneliti perlu memeriksa keabsahan data yang dikumpulkan. Teknik pengujian

keabsahan data yang peneliti gunakan antara lain ketekunan pengamatan dan pengecekan

melalui teman sejawat.

Analisis data di dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses

pengumpulan data. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis nonstatistik.

Analisis data dilakukan secara induktif. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti

dalam pengolahan atau analisis data yang diperoleh antara lain reduksi data, penyajian data,

penarikan simpulan serta verifikasi data penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini, peneliti memaparkan data yang berkaitan dengan masalah yang

dikaji dalam penelitian ini. Masalah-masalah tersebut antara lain representasi lesbian dalam

cerpen Sebuah Cerita Tentang Anakku dan Temanku karya Ardy Kresna Crenata,

represetasi gay dalam cerpen Aib karya Aries Pidrawan, dan representasi transgender dalam

cerpen Bayi karya Moch Satrio Welang.

Dalam setiap sajian data, data tersebut secara langsung dianalis dan dimaknai.

Setelah data pada setiap masalah tersebut dianalisis dan dimaknai, penulis menarik

simpulan sementara yang nantinya dibahas pada bagian pembahasan. Karena dalam

penelitian ini ditemukan bahwa penulis cerpen merepresentasikan lesbian, gay, dan

transgender dalam wujud karakter yang beraneka ragam maka pengodean data yang telah

dijabarkan pada bagian sebelumnya dikembangkan lebih lanjut. Data yang berkaitan dengan

representasi lesbian diberikan kode RL. Data yang berkaitan dengan representasi gay

diberikan kode RG. Data yang berkaitan dengan representasi transgender diberikan kode

RT.

Dari analisis data, peneliti memperoleh data RL sebanyak 12 data. Representasi

lesbian dalam cerpen Sebuah Cerita Tentang Anakku dan Temanku karya Ardy Kresna

Crenata dapat diidentifikasi dan dianalisis berdasarkan tinjauan sosiopragmatik. Peneliti

(8)

memperoleh data RT sebanyak 10 data. Representasi transgender dalam cerpen Bayi karya

Moch Satrio Welang dapat diidentifikasi dan dianalisis berdasarkan tinjauan sosiopragmatik.

Penelitian ini didasarkan atas pemikiran adanya fenomena penggunaan isu-isu sosial

yang tabu sebagai latar penulisan karya sastra khususnya cerpen. Karya sastra (cerpen)

selalu berpijak pada kenyataan sosial yang tumbuh dan hidup di masyarakat – di kota

maupun di desa. Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif. Berdasarkan

rancangan penelitian tersebut di atas, penulis memaparkan dan menginterpretasikan

temuan-temuan yang terkait dengan (1) representasi lesbian dalam cerpen Sebuah Cerita

Tentang Anakku dan Temanku karya Ardy Kresna Crenata, (2) represetasi gay dalam cerpen

Aib karya Aries Pidrawan, dan (3) representasi transgender dalam cerpen Bayi karya Moch

Satrio Welang.

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas, terdapat beberapa temuan penting

dalam penelitian ini yang sejalan dengan rumusan masalah penelitian. Temuan-temuan

tersebut antara lain sebagai berikut. Pertama, lesbian direpresentasikan oleh penulis (Ardy

Kresna Crenata) melalui cerpen Sebuah Cerita Tentang Anakku dan Temanku dengan

menggunakan karakter tiga wanita yakni tokoh utama yang merupakan seorang ibu yang

memiliki seorang anak perempuan, tokoh sampingan yang merupakan seorang wanita

dewasa yang menjadikan anak perempuan tokoh utama sebagai kekasih, dan anak

perempuan yang menyukai wanita dewasa yang merupakan teman sekaligus mantan

kekasih sang ibu. Tokoh utama direpresentasikan sebagai sosok ibu yang dulunya pernah

terlibat hubungan sesama jenis (lesbian) dengan temannya. Dia adalah sosok yang

penyayang bagi keluarganya namun tidak bisa menerima kenyataan bila sang anak

perempuannya memiliki hubungan asmara sejenis dengan perempuan. Tokoh utama

direpresentasikan sebagai sosok wanita dewasa yang matang dan cerdas. Selain itu, tokoh

utama adalah wanita yang pemberani.

Anak perempuan dari tokoh utama direpresentasikan sebagai sosok remaja putri

yang sedang kuliah di luar kota. Dia adalah sosok remaja cerdas dan kritis. Dia pun tidak

segan berdebat dengan sang ibu, termasuk tentang hubungan sesama jenisnya dengan

teman ibunya. Dia pun direpresentasikan sebagai lesbian pemberani dan pemberontak serta

tak ambil peduli pada sikap sang ibu. Tokoh yang terakhir adalah teman tokoh utama yang

merupakan mantan kekasih tokoh utama sekaligus kini menjadi pasangan lesbian dari anak

perempuan tokoh utama. Sosok teman tokoh utama direpresentasikan sebagai wanita

dewasa yang cerdas, keras, idealis, dan penuh dendam.

Dalam komunitas lesbian nampak adanya dorongan kuat untuk menjaga rahasia

hubungan sesama jenis serta tidak mengumbar privasi mereka ke orang di luar komunitas

mereka dan ingin tetap menjaga keintiman hubungan mereka tanpa diketahui orang lain.

(9)

dengan pasangan sesama jenisnya karena rasa saling memiliki yang tinggi (posesif). Lebian

juga direpresentasikan sebagai sosok pendukung paham matriarki yang kuat serta berpikir

modern.

Kedua, gay direpresentasikan dalam cerpen Aib karya Aries Pidrawan. Dalam cerpen

ini, tokoh utama adalah Nyoman. Nyoman adalah seorang remaja laki-laki yang hidup di

sebuah desa di Bali. Dia kemudian bertemu dengan Made yang merupakan remaja laki-laki

yang tinggal di desa yang sama. Mereka kemudian menjalin hubungan sesama jenis (gay)

dengan sembunyi-sembunyi. Tokoh utama direpresentasikan sebagai laki-laki desa yang

awalnya mengalami kegagalan hubungan asmara dengan perempuan namun kemudian

merasakan kenyamanan di tengah kebersamaannya bersama teman laki-lakinya. Dalam

cerpen ini, gay direpresentasikan sebagai sosok penyuka sesama jenis yang masih terikat

sosial budaya Bali yang kuat. Gay juga direpresentasikan sebagai laki-laki yang memiliki

ketertarikan kepada laki-laki secara fisik dan emosional, termasuk dalam berhubungan

seksual.

Gay direpresentasikan sebagai sosok yang menerima kenyataan hubungan terlarang

tersebut dan tidak bisa melakukan hal-hal yang dianggap normal bagi kebanyakan orang.

Mereka pun bisa merasakan cinta dan berkorban demi pasangan sesama jenisnya yang

dicintainya. Secara sosiopragmatik, di desa tersebut (terletak di Bali), hubungan sesama

jenis (gay) merupakan hal yang melanggar adat dan aib bagi keluarga dan seluruh warga

desa. Hal itu juga tampak pada penggunaan kata leteh yang memiliki makna ‘kotor’.

Perbuatan tokoh utama (laki-laki) dan kekasihnya (laki-laki) dianggap perbuatan yang kotor,

melanggar hukum adat dan penghakiman sosial oleh seluruh warga desa. Hubungan

sesama jenis mereka dianggap aneh, terlarang, dan menyalahi adat. Namun, tokoh utama

merasa bila tidak ada yang aneh, terlarang, dan salah dari hubungan sejenisnya dengan

kekasihnya. Hal ini mengindikasikan adanya kontradiksi antara masyarakat desa di Bali dan

pemikiran pasangan gay. Percintaan mereka pun dianggap leteh atau kotor sehingga

mereka berdua diusir dari desa dan dipisahkan dengan cara diasingkan ke dua hutan

berbeda di luar wilayah desa. Perbuatan mereka berhubungan sesama jenis (gay) dianggap

akan mendatangkan bencana dan kutukan. Hal itu juga dipercaya oleh warga desa akan

mendatangkan blabar (banjir bandang), gering (wabah penyakit), dan bencana lainnya.

Namun, mereka tetap berjuang demi hubungan asmara mereka berdua.

Ketiga, representasi transgender dalam cerpen Bayi karya Moch Satrio Welang

disajikan agak berbeda karena implikasi tuturan yang memberikan pemahaman tentang

transgender terletak pada bagian akhir cerpen. Dikisahkan seorang warga desa bernama

Sabarudin yang mengubah identitasnya menjadi Gayatri (transgender). Tokoh utama

merupakan sosok transgender yang direpresentasikan sebagai transgender yang tengah

(10)

cerpen ini, tokoh utama (transgender) direpresentasikan sebagai laki-laki yang mengubah jati

dirinya sebagai perempuan. Tokoh utama (transgender) memiliki sifat layaknya perempuan

sejati dan transgender direpresentaskan mampu menikmati pergantian peran dari laki-laki

menjadi perempuan dan berhubungan seksual dengan laki-laki lain. Tokoh utama

(transgender) dideskripsikan sebagai transseksual yang memiliki pemikiran bila dirinya

adalah wanita seutuhnya (secara fisik dan psikis). Tokoh utama juga melakukan hal-hal yang

dilakukan perempuan lain seperti mempercantik diri.

Tokoh utama memiliki sifat posesif atau sifat memiliki yang tinggi terhadap

pasangannya (laki-laki). Hubungan seksual merupakan salah satu wujud hubungan yang

sangat diminati transgender. Transgender sering membandingkan diri dengan perempuan

lain karena merasa dirinya kurang sempurna. Tokoh utama (transgender) dan kekasihnya

(laki-laki) menyembunyikan hubungan asmara mereka karena menyalahi sosial budaya di

desa mereka. Selain hubungan sesama jenis, hubungan mereka juga dikaitkan dengan hal

lain yakni adanya perbedaan strata atau status sosial yang ada di desa tersebut.

Tokoh utama (transgender) benar-benar merasa dirinya adalah perempuan

seutuhnya dan memiliki harga diri serta keyakinan diri. Hubungan transgender tidak memiliki

kekuasaan atas sosial budaya yang dianut oleh warga desa setempat. Selain itu, sosok

tokoh utama juga direpresentasikan sebagai transgender yang kejam karena melakukan

pembunuhan. Transgender juga direpresentasikan memiliki kelemahan dan keputusasaan

layaknya perempuan. Bagian akhir cerpen ini mengkonfirmasi seluruh representasi tokoh

utama yang merupakan seorang transgender.

Berdasarkan pembahasan temuan-temuan dalam penelitian ini, secara analitis

tinjauan sosiopragmatik, lesbian, gay, dan transgender direpresentasikan secara langsung

(eksplisit) maupun secara tidak langsung (implisit) berdasarkan konteks tuturan dan konteks

sosial budaya yang membangun ketiga cerpen tersebut. Implikasi dalam tuturan berdasarkan

konteks sosial budaya menghasilkan beberapa temuan penting. Lesbian direpresentasikan

dalam tiga tokoh (ibu, anak perempuan, dan teman perempuannya). Secara umum, lesbian

direpresentasikan sebagai perempuan atau wanita yang cerdas, kritis, idealis, keras kepala,

berpikir modern, global, matriarki, menjaga privasi, posesif, pencemburu, kejam, dan

sekaligus pendendam. Gay direpresentasikan dalam dua tokoh utama yakni Nyoman dan

Made yang merupakan dua pemuda desa di Bali yang menjalin hubungan sesama jenis. Gay

direpresentasikan sebagai laki-laki yang takut akan sosial masyarakat sekitarnya, memiliki

ketertarikan fisik pada sesama laki-laki, memiliki ketertarikan emosi pada sesama laki-laki,

sangat menjaga privasi hubungan sesama jenisnya, dan perasaan gay muncul karena

kenyamanan di tengah kegagalan asmara saat bersama lawan jenis. Selain itu, gay juga

direpresentasikan sebagai hubungan yang aneh, terlarang, dan salah menurut sosial,

(11)

pembawa bencana namun gay tetap berjuang menjaga hubungan asmara sesama jenis

mereka. Transgender direpresentasikan melalui tokoh Sabarudin yang mengubah identitas

dirinya sebagai Gayatri. Representasi transgender dideskripsikan sebagai transseksual yang

mengalami keputusasaan dan penantian akan kekasihnya (laki-laki). Transgender

direpresentasikan memiliki watak layaknya perempuan sejati, melakukan hal-hal yang

dilakukan perempuan sejati, memiliki pemikiran bila dirinya adalah wanita seutuhnya (secara

fisik dan psikis), menikmati hubungan seksual dengan laki-laki, posesif terhadap pasangan,

menjaga privasi, kejam, putus asa, dan hubungan transgender tidak memiliki kekuasaan atas

sosial budaya yang dianut.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya maka penulis dapat menarik simpulan

dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. (1) Lesbian direpresentasikan dalam tiga

tokoh (ibu, anak perempuan, dan teman perempuannya). Secara umum, lesbian

direpresentasikan sebagai perempuan atau wanita yang cerdas, kritis, idealis, keras kepala,

berpikir modern, global, matriarki, menjaga privasi, posesif, pencemburu, kejam, dan

sekaligus pendendam. (2) Gay direpresentasikan dalam dua tokoh utama yakni Nyoman dan

Made yang merupakan dua pemuda desa di Bali yang menjalin hubungan sesama jenis. Gay

direpresentasikan sebagai laki-laki yang takut akan sosial masyarakat sekitarnya, memiliki

ketertarikan fisik pada sesama laki-laki, memiliki ketertarikan emosi pada sesama laki-laki,

sangat menjaga privasi hubungan sesama jenisnya, dan perasaan gay muncul karena

kenyamanan di tengah kegagalan asmara saat bersama lawan jenis. Selain itu, gay juga

direpresentasikan sebagai hubungan yang aneh, terlarang, dan salah menurut sosial,

agama, dan budaya namun gay beranggapan sebaliknya (kontradiktif). Gay dianggap

pembawa bencana namun gay tetap berjuang menjaga hubungan asmara sesama jenis

mereka. (3) Transgender direpresentasikan melalui tokoh Sabarudin yang mengubah

identitas dirinya sebagai Gayatri. Representasi transgender dideskripsikan sebagai

transseksual yang mengalami keputusasaan dan penantian akan kekasihnya (laki-laki).

Transgender direpresentasikan memiliki watak layaknya perempuan sejati, melakukan

hal-hal yang dilakukan perempuan sejati, memiliki pemikiran bila dirinya adalah wanita

seutuhnya (secara fisik dan psikis), menikmati hubungan seksual dengan laki-laki, posesif

terhadap pasangan, menjaga privasi, kejam, putus asa, dan hubungan transgender tidak

memiliki kekuasaan atas sosial budaya yang dianut.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran tentang penggunaan bahasa

dalam karya sastra, khususnya bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Para pengajar bisa

memilih karya-karya sastra khususnya sastra cerpen yang mampu merepresentasikan suatu

(12)

digunakan sesuai dengan bahasa yang digunakan di masyarakat. Hasil penelitian ini juga

bisa dijadikan dasar pertimbangan dalam pengajaran sastra atau model analisis sastra

dengan penggunaan cerpen bagi dosen Bahasa dan Sastra Indonesia terutama dalam

pembelajaran Sosiolinguistik, Pragmatik, Teori Sastra, Prosa Fiksi, Kritik Sastra, Analisis

Wacana, Drama, dan sebagainya. Pembaca khususnya peneliti lain diharapkan mampu

melakukan penelitian lanjutan mengenai permasalahan yang serupa dengan penelitian ini

yakni representasi biseksual dalam sastra, multilingualisme dalam sastra, serta hal-hal lain

yang bisa dikaji melalui teori sosiolinguistik, pragmatik, atau sosiopragmatik.

DAFTAR PUSTAKA

Aksana, Andrei. 2005. Lelaki Terindah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Barry, Peter. 2010. Beginning Theory:Pengantar Komprehensif Teori Sastra dan Budaya (Harviyah Widyawati dan Evy Setyarini, pentj.). Yogyakarta: Jalasutra.

Brown, H. Douglas. 1987. Principles of Language Learning and Teaching. San Fransisco: San Fransisco State University.

Faurazi, Akbar. 2014. Cerpen (Pengertian, Unsur, Struktur Isi, dan Ciri-cirinya). Diakses pada laman http://akbarfaurazi.blogspot.com pada 12 Agustus 2014.

Juliantari, 2011. Multilingualisme dalam Novel Kenanga Karya Oka Rusmini (Suatu Kajian Sosiopragmatik). Tesis (tidak diterbitkan). Program Pascasarjana Undiksha Singaraja.

Merdhana, Nyoman dan Sumarsono. 2009. Kearifan Lokal di Balik Bahasa Bali. Laporan Penelitian Fundamental (tidak diterbitkan). FBS Undiksha Singaraja.

Suwondo, Tirto. 2003. Studi Sastra: Beberapa Alternatif. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Referensi

Dokumen terkait

Berpijak dari permasalahan di atas, karya-karya saya secara realistik banyak menampilkan kehidupan sosial pada masyarakat bawah untuk dapat kita jadikan contoh riil

Untuk meningkatkan kepuasan yang dirasakan oleh konsumen Toko Gunung Agung Cirebon Mall, maka pihak toko hendaknya membenahi fasilitas ± fasilitas yang ada

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini untuk memenuhi persyaratan mencapai

Pertanggungjawaban oleh orang yang memerintahkan Tembak di tempat secara administratif dan teknis, dimana secara Administratif atasan yang memberi perintah diberikan

Tabel 2.. Setiap kansei words dapat mewakili beberapa atribut pelayanan yang mempengaruhi emosi pelanggan. Kolom Kansei words terdiri dari kosa kata untuk

Classified Ads adalah kegiatan menyediakan tempat dan/atau waktu untuk memajang content (teks, grafik, video penjelasan, informasi, dan lain-lain) barang dan/atau jasa bagi

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan Property & Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 3)Apakah Debt to asset ratio berpengaruh

Serangan hama thrips pada tanaman kacang hijau yang tidak dikendalikan relatif tinggi dibanding perlakuan yang lain, tinggi tanaman yang diamati pada saat panen hanya 31 cm,