PRESIPITATOMETRI
PRESIPITATOMETRI
(TITRASI PENGENDAPAN)
Lecture of Dr. Tutus Gusdinar Pharmacochemistry Research Group
School of Pharmacy School of Pharmacy
Titrasi pengendapan
Titrasi pengendapan
• Jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam-basa ataupun titrasi reduksi-oksidasi (redoks)
ataupun titrasi reduksi-oksidasi (redoks)
• Kesulitan mencari indikator yang sesuai
• Komposisi endapan seringkali tidak diketahui pasti
• Komposisi endapan seringkali tidak diketahui pasti, terutama jika ada efek kopresipitasi
Kelarutan = konsentrasi larutan jenuh zat padat Kelarutan = konsentrasi larutan jenuh zat padat
(kristal) di dalam suatu pelarut pada suhu tertentu.
BaSO
4(p)Ba
2++ SO
42-Tetapan Hasilkali Kelarutan : Ksp = [Ba2+] [SO 42-] (dalam keadaan setimbang)
(dalam keadaan setimbang)
Larutan jenuh
dapat dicapai
dengan
penambahan zat ke dalam pelarut secara
penambahan zat ke dalam pelarut secara
terus menerus hingga zat tidak melarut
lagi atau dengan cara menaikkan
lagi, atau dengan cara menaikkan
konsentrasi ion-ion tertentu hingga
b
k
d
terbentuk endapan.
Suhu
,
sifat pelarut
, dan
ion-ion lain
yang
t d
t di d l
l
t
hi
Faktor
2yg mempengaruhi kelarutan
Faktor yg mempengaruhi kelarutan
1 SUHU
1. SUHU
2. SIFAT PELARUT
3. ION SEJENIS
4. AKTIVITAS ION
4. AKTIVITAS ION
5. pH
6 HIDROLISIS
6. HIDROLISIS
7. HIDROKSIDA LOGAM
1. Efek suhu larutan
e su u a uta
Pada kebanyakan garam anorganik,
Pada kebanyakan garam anorganik,
kelarutan meningkat jika suhu naik.
Sebaiknya proses pengendapan
Sebaiknya proses pengendapan,
penyaringan dan pencucian endapan
dil k k
d l
k
d
l
t
dilakukan dalam keadaan larutan panas.
Kecuali untuk endapan yang dalam larutan
panas memiliki kelarutan kecil (mis.
Hg
2Cl
2, MgNH
4PO
4) cukup disaring
Hg
2Cl
2, MgNH
4PO
4) cukup disaring
setelah terlebih dahulu didinginkan di
lemari es
2. Efek sifat pelarut
Kebanyakan garam anorganik larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik. Air memiliki momen dipol yang larut dalam pelarut organik. Air memiliki momen dipol yang besar dan tertarik oleh kation dan anion membentuk ion hidrat. Sebagaimana ion hidrogen yang membentuk H3O+,
energi yang dibebaskan pada saat interaksi ion dengan pelarut akan membantu meningkatkan gaya tarik ion terhadap kerangka padat endapan
terhadap kerangka padat endapan.
Ion-ion dalam kristal tidak memiliki gaya tarik terhadap
pelarut organik sehingga kelarutannya lebih kecil daripada pelarut organik, sehingga kelarutannya lebih kecil daripada kelarutan dalam air. Pada analisis kimia, perbedaan
kelarutan menjadi dasar untuk pemisahan senyawa. j p y
Contoh : campuran kering Ca(NO3)2 + Sr(NO3)2 dipisahkan dalam campuran alkohol + eter, hasilnya Ca(NO3)2 larut,
d k S (NO ) tid k l t
3. Efek ion sejenis
Endapan lebih mudah larut dalam air daripada dalam larutan yang mengandung ion sejenis. Mis. pada AgCl,y g g g j p g ,
[Ag+][Cl-] tidak lebih besar dari tetapan (Ksp AgCl = 1x10-10)
di dalam air murni di mana [Ag+] = [Cl-] = 1x10-5 M;
jika ditambahkan AgNO3 hingga [Ag+] = 1x10-4 M, maka
[Cl-] turun menjadi 1x10-6 M, sehingga reaksi bergeser ke
[ ] j gg g
kanan sesuai arah : Ag+ + Cl- AgCl
Ke dalam endapan terjadi penambahan garam, sedangkan jumlah Cl- dalam larutan menurun.
Teknik penambahan ion sejenis dilakukan oleh analis untuk
t j 1) k d
tujuan : 1) menyempurnakan pengendapan
Jika kelebihan ion sejenis cukup besar, maka kelarutan endapan lebih besar dari harga yang diperkirakan dari Ksp, oleh sebab itu penambahan ion sejenis dibatasi hingga 10%
hingga 10%.
Contoh : Hitunglah kelarutan molar CaF2 dalam a) air; b) CaCl 0 01 M; c) NaF 0 01 M Ksp CaF = 4x10-11
b) CaCl2 0,01 M; c) NaF 0,01 M. Ksp CaF2 = 4x10 11.
Hidrolisis diabaikan.
CaF Ca2+ + 2 F
-CaF2(p) Ca + 2 F
a) Kelarutan s = [Ca2+], maka [F-] = 2s
[Ca2+][F-] = Ksp
[Ca2 ][F ] = Ksp
s . (2s)2 = 4x10-11, maka s = 2,1 x 10-4 M
b) [Ca2+] = (0 01+s) ; [F-] = 2s; diperoleh s = 3 2 x 10-5 M
b) [Ca2+] = (0,01+s) ; [F ] = 2s; diperoleh s = 3,2 x 10 5 M
c) [Ca2+] = s ; [F-] = (0,01+s); diperoleh s = 4 x 10-7 M
Ion sejenis menurunkan kelarutan endapan efek [F-] lebih
Ion sejenis menurunkan kelarutan endapan, efek [F-] lebih
Kelarutan Ag-halida dlm Na-halida pd 18
oC
Kelarutan AgX, M
1
10-2
1
10-4
AgBr
AgCl
8
10-6
AgI
g
10-10
10-8
10
10-8 10-6 10-4 10-2 1
4. Efek aktivitas ion
Banyak endapan yang kelarutannya naik di dalam larutan Banyak endapan yang kelarutannya naik di dalam larutan yang mengandung ion yang tidak bereaksi dengan
ion-i b t k d F i i di b t f k kti it
ion pembentuk endapan. Fenomena ini disebut efek aktivitas ion atau efek ion berlainan (diverse ion effect) atau efek
t l Mi k l t A Cl d B SO d l l t
garam netral. Mis. kelarutan AgCl dan BaSO4 dalam larutan KNO3.
[KNO3] (M) [AgCl]x10-5 M [BaSO
4]x10-5 M
0,000 (air) 1,00 1,00
0,001 1,04 1,21
0,005 1,08 1,48
0 010 1 12 1 70
Δ=12% Δ=70%
Molaritas merupakan aktivitas yang terjadi dlm larutan yang sangat encer, p y g j y g g , jika konsentrasi larutan makin pekat maka koefisien aktivitas (f) menurun cepat, akibat gaya tarik lebih besar yang terjadi antar ion yang berbeda muatan. Efektivitas ion-ion (pada kondisi setimbang) juga menurun dan penambahan endapan harus dilakukan agar aktivitas kembali ke semula.
aAg+ . aCl- = Kosp (Ksp pada kondisi aktivitas tertentu)
f [Ag+] f - [Cl-] = Kosp
fAg+[Ag ] . fCl- [Cl ] = Kosp
[Ag+][Cl-] = Kosp / f
Ag+ . fCl- = Ksp
Jika koefisien aktivitas kedua ion kecil, maka hasilkali konsentrasi molar besar.
besa
Kenaikan kelarutan BaSO4 lebih besar daripada AgCl, karena koefisien aktivitas ion divalen lebih kecil daripada ion univalen
Kenaikan relatif kelarutan AgCl dan BaSO4
d l l t KNO
dalam larutan KNO3
s/so
1 6 1,7
1,5 1,6
BaSO4
1 3 1,4
1,2 1,3
AgCl
1 0 1,1
KNO3 (M) 1,0
Contoh :
Hitung kelarutan molar BaSO4 dalam larutan KNO3
0,01 M menggunakan koefisien aktivitas yang dihitung dari , gg y g g persamaan Debye-Huckel.
Larutan KNO33 (1:1) memiliki kekuatan ion = molaritas = 0,01M.( ) , Dari tabel dapat dibaca : fBa2+ = 0,667 ; f
SO42- = 0,659
Ksp = 1,00 x 10-10 / 0,667 x 0,659 = 2,27 x 10-10 = s2
Ksp 1,00 x 10 / 0,667 x 0,659 2,27 x 10 s maka s = 1,51 x 10-5 M.
Efek aktivitas ion tidak menyebabkan permasalahan serius karena kondisi dipilih di mana kelarutannya kecil (diabaikan) karena kondisi dipilih di mana kelarutannya kecil (diabaikan). Reaksi pengendapan jarang dilakukan pada konsentrasi tinggi. Jadi pengaruh aktivitas ion tidak menimbulkan kesalahan
5. Efek pH
Kelarutan garam dari asam lemah tergantung kepada pH
larutan. Contoh : oksalat, sulfida, hidroksida, karbonat, fosfat. Proton bereaksi dengan anion membentuk asam lemah
sehingga mempertinggi kelarutan garam. Contoh :
a) Garam monovalen : MA(p) M+ + A
-HA + H2O H3O+ + A
-2 3
Konsentrasi analitik Ca = [A-] + [HA] = [A-]{[H
3O+]+Ka}/Ka
Fraksi A- : [A-]/Ca = Ka / {[H
3O+]+Ka = α1
[ ] {[ 3 ] 1
[A-] = α
1 .Ca
Substitusi pada Ksp = [M+][A-] = [M+]. α
1.Ca
p p [ ][ ] [ ] 1
Ksp/α1 = Kef = [M+].Ca
Kef = Tetapan kesetimbangan efektif, bervariasi terhadap pH Kef Tetapan kesetimbangan efektif, bervariasi terhadap pH
b) Garam divalen :
MA2 M2+ + 2 A
2-H2A + 2 H2O 2 H3O+ + A
2-K
ef= K
sp/
α
12= [M
2+] Ca
2[A2-] = α
2 . Ca
α2 = Ka1.Ka2 / { [H3O+]+[H
3O+]Ka1+Ka1Ka2 }
Konsentrasi molar spesi besi dlm larutan feri
hid
k id
b f
i H
d
h k
hidroksida sbg fungsi pH pada suhu kamar
log C log C
-1 Fe3+
FeOH2+
[Fe3+][OH-]3 = Ksp = 2 x 10-39
[FeOH2+][H+]/[Fe3+] = 9 x 10-4
[Fe(OH)2+][H+]2/[Fe3+] = 5 x 10-7
-3
-2 [Fe(OH)[Fe 2 ][H ] /[Fe ] = 5 x 10
2(OH)24+][H+]2/[Fe3+]2 = 1,1 x 10-3
-4
Fe(OH)2+
-6 -5
-7
Fe2(OH)24+
pH
Kelarutan HgS pd 20
oC sbg fungsi pH dlm larutan
mengandung sulfida total H S + HS
-mengandung sulfida total H
2S + HS
log [Hg]total, log [Hg(HS)2], dst log [H2S],log [HS-]
-6 -2
H2S HS
--3 Hg total
-7
4 Hg total
-8
-4
9
-5 Hg.HS2
-HgS22- Hg(HS)2
pH
-9
6. Efek hidrolisis
6
e
d o s s
Jika garam dari asam lemah dilarutkan di dalam air terjadi perubahan pH larutan.
MA M+ + A
-A- + H
2O HA + OH
-Jika HA sangat lemah, MA tidak larut, maka Ka dan Ksp kecil.g , , p Jika [A-] kecil, maka reaksi hidrolisis lebih sempurna.
Dapat terjadi 2 ekstrim yang tergantung besarnya harga Ksp :p j y g g g y g p a) Kelarutan sangat kecil di mana pH air tidak berubah karena
terjadi hidrolisis. terjadi hidrolisis.
b) Kelarutan cukup besar di mana ion OH- yang bersumber
7. Efek hidroksida logam
Jika hidroksida logam dilarutkan di dalam air, terjadi seperti pada efek hidrolisis tetapi pH tidak berubah
pada efek hidrolisis tetapi pH tidak berubah.
M(OH)2 M2+ + 2 OH
-OH + H O H O+ + OH
OH- + H
2O H3O+ + OH
-[M2+][OH-]2 = Ksp
[H O+][OH ] K
[H3O+][OH-] = Kw
Charge balance : 2 [M2+] + [H
3O+] = [OH-]
D i 3 t b t d t dihit k l t l
Dari 3 persamaan tersebut dapat dihitung kelarutan molar. Pada saat M(OH)2 larut maka [OH-] naik, sehingga
[OH ] d k i b di i i i k ki i
menggeser [OH-] pada kesetimbangan disosiasi air ke kiri :
M(OH)2 (p) M2+ + 2 OH
-Dapat terjadi 2 kondisi ekstrim yang masing masing Dapat terjadi 2 kondisi ekstrim yang masing-masing tergantung kepada besarnya kelarutan ion hidroksida : a) Kelarutan sangat kecil di mana pH tidak berubah a) Kelarutan sangat kecil di mana pH tidak berubah.
[H3O+] = [OH-] = 1,0 x 10-7
Ksp = [M2+][OH-]2
Ksp = [M2+][OH-]2
s = Ksp / (1,0 x 10-7)2
b) Kelarutan cukup besar mengakibatkan kenaikan [OH-],
sedangkan [H O+] sangat kecil (diabaikan)
sedangkan [H3O ] sangat kecil (diabaikan).
Charge balance persamaan di atas menjadi 2[M2+] = [OH-] atau [OH-] = 2s
2[M ] [OH ] atau [OH ] 2s Ksp = [M2+][OH-]2 = s (2s)2
3 3
8. Efek pembentukan senyawa kompleks
Kelarutan ‘garam sukar larut’ dipengaruhi oleh zat-zat yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan kationnya Ion dapat membentuk senyawa kompleks dengan kationnya. Ion pengkompleks dapat berupa anion atau molekul netral, baik sejenis maupun tidak sejenis dengan endapan Misalnya efek sejenis maupun tidak sejenis dengan endapan. Misalnya efek hidrolisis di mana OH- sebagai ion pengkompleks.
Contoh : NH digunakan pada pemisahan Ag dari Hg Contoh : NH3 digunakan pada pemisahan Ag dari Hg. Ag+ + NH
3 Ag(NH3)+ K1 = 2,3 x 103
Ag(NH )+ + NH Ag(NH ) + K = 6 0 x 103
Ag(NH3)+ + NH
3 Ag(NH3) 2 + K2 = 6,0 x 103
Fraksi perak dalam bentuk bukan kompleks (β2) dihitung sbb : β = 1 / { 1 + K [NH ] + K K [NH ]2 } = [Ag+] / C
β2 = 1 / { 1 + K1[NH3] + K1K2[NH3]2 } = [Ag+] / C Ag
Ksp = [Ag+][Cl-] = β
2 CAg [Cl-]
Ksp/β K C [Cl ]
Contoh : Hitung kelarutan molar AgCl dalam larutan NH3 0 01 M (konsentrasi final molekul amonia bebas 0,01 M (konsentrasi final molekul amonia bebas dalam larutan). Ksp AgCl = 1,0 x 10-10. Tetapan
kestabilan K1 = 2,3 x 103 dan K
2 = 6,0 x 103.
1 2
β2 = 1 / {1 + 2,3 + 103(10-2) + 1,4 x 107 (10-2)2 = 7,1 x 10-4
β2 { , ( ) , ( ) ,
Kef = 1,0 x 10-10 / 7,1 x 10-4 = 1,4 x 10-7
s = CAg = [Cl-] Ag [ ]
s2 = 1,4 x 10-7 , maka s = 3,4 x 10-4 M
AgCl membentuk kompleks dengan Ag+ dan Cl- :
AgCl + Cl- AgCl
-AgCl + Cl- AgCl
2
-AgCl2- + Cl- AgCl
3
2-A Cl + 2-A + A Cl+
AgCl + Ag+ Ag
2Cl+
K r a kelar tan AgCl dalam lar tan NaCl dan AgNO (AgCl lebih Kurva kelarutan AgCl dalam larutan NaCl dan AgNO3 (AgCl lebih mudah larut dalam AgNO3 0,1 M dan NaCl 1 M daripada dalam air)
-1 -2 -3 -4 -4 -3 -2 -1
log[Cl-] -3 log[Ag+]
-4
-55
-6
log[Cl-]
Kurva Titrasi
50 ml larutan NaCl 0,10 M dititrasi dengan larutan AgNO3 0 10 M Hitung konsentrasi ion klorida selama titrasi dan 0,10 M. Hitung konsentrasi ion klorida selama titrasi dan buat kurva pCl vs ml AgNO3. Ksp AgCl = 10 x 10-10.
Awal sebelum titrasi : [Cl-] = 0,10 M, maka pCl = 1,00
Setelah penambahan 10 ml AgNO3 :
Ag+ + Cl- AgCl (p)
Ag + Cl AgCl (p)
awal 1,00 mmol 5,00 mmol
perubahan -1 0 mmol -1 0 mmol perubahan -1,0 mmol -1,0 mmol
kesetimbangan - 4,0 mmol
[Cl-] = 4 00 mmol / 60 0 ml = 0 067 M [Cl-] = 4,00 mmol / 60,0 ml = 0,067 M
Setelah penambahan 49,9 ml AgNO3 :
Ag+ + Cl- AgCl (p)
Ag+ + Cl- AgCl (p)
awal 4,99 mmol 5,00 mmol
b h 4 99 l 4 99 l
perubahan - 4,99 mmol - 4,99 mmol
kesetimbangan - 0,01 mmol
[Cl ] 0 01 l / 99 9 l 1 0 10 4 M
[Cl-] = 0,01 mmol / 99,9 ml = 1,0 x 10-4 M
pCl = 4,00
P d i ik ki l (TE) Pada titik ekivalen (TE) :
Ag+ + Cl- AgCl (p)
awal 5,00 mmol 5,00 mmol
perubahan - 5,00 mmol - 5,00 mmol
kesetimbangan -
-[Ag+] = [Cl-] [Ag+][Cl-] = Ksp = 1,0 x 10-10
Setelah penambahan 60 0 ml AgNO : Setelah penambahan 60,0 ml AgNO3 :
Ag+ + Cl- AgCl (p)
awal 6 00 mmol 5 00 mmol
awal 6,00 mmol 5,00 mmol
perubahan - 5,00 mmol - 5,00 mmol kesetimbangan 1 00 mmol
kesetimbangan 1,00 mmol
-[Ag+] = 1,00 mmol / 110 ml = 9,1 x 10-3 M
pAg = 2 04 maka pCl = 10 00 2 04 = 7 96
pAg = 2,04 maka pCl = 10,00 – 2,04 = 7,96
Secara umum untuk halida :
A + + X A X ( )
Ag+ + X- AgX (p)
Tetapan kesetimbangan : K = 1 / [Ag+][X-] = 1 / Ksp
M ki k il K ki b K t tit i
KURVA TITRASI
AgI
13
KURVA TITRASI ARGENTOMETRI
AgBr 13
11 Ksp AgCl = 1 x 10
-10
KspAgBr = 2 x 10-12
AgCl
pX
10
8
g
KspAgI = 1 x 10-16
8
6
4
2
ml AgNO
10 20 30 40 50 60 70 80
Kelayakan titrasi
y
Harga K yang diperlukan untuk titrasi yang layak dapat dihitung seperti cara untuk titrasi asam – basa
dihitung seperti cara untuk titrasi asam basa. Contoh :
50 ml larutan NaX 0 10 M dititrasi dengan larutan 50 ml 50 ml larutan NaX 0,10 M dititrasi dengan larutan 50 ml AgNO3 0,10 M. Hitung K dan Ksp AgX jika penambahan 49,95 ml titran akan menyebabkan reaksi sempurna di y p mana pX berubah sebesar 2,00 unit pada penambahan 2 tetes (0,10 ml) titran.
NaX sebagai garam yang larut sempurna
Ag+ + X- AgX (p)
K = 1/Ksp
Pada saat 1 tetes sebelum TE terjadi penambahan
keseluruhan 4,995 mmol Ag+, masih diperlukan (50 x 0,10)
[X-] = 0 005 mmol / 99 95 ml = 5 x 10-5 M Maka pX = 4 30
[X-] = 0,005 mmol / 99,95 ml = 5 x 10-5 M. Maka pX = 4,30
) Jik Δ X 2 00 k X 6 30 t [X ] 5 10 7 M
a) Jika ΔpX = 2,00 maka pX = 6,30 atau [X-] = 5 x 10-7 M
Pada saat itu volume titran terpakai = 50,05 ml (kelebihan
1 t t d i TE) k
1 tetes dari TE), maka
[Ag+] = 0,05 x 0,10 mmol / 100,05 ml = 5 x 10-5 M
K 1 / {(5 10 5)(5 10 7)} 4 1010
K = 1 / {(5 x 10-5)(5 x 10-7)} = 4 x 1010
Ksp = 1 / (4 x 1010) = 2,5 x 10-11 M
Harga ΔpX pada TE titrasi X- dengan Ag+ tergantung
kepada konsentrasi analit dan titran. Efeknya sama seperti pada titrasi asam–basa. Makin kecil [X-] makin
tinggi pX sebelum TE dan makin kecil ΔpX pada TE.
Jika konsentrasi titran diperkecil, cabang kurva setelah TE akan rendah dan harga ΔpX pada TE juga rendah.
Pada titrasi Cl- dengan Ag+, supaya diperoleh titik akhir
Metode titrasi pengendapan
Argentometri
Merkurimetri
ARGENTOMETRI
Titrasi pengendapan yang paling banyak dipakai
adalah Argentometri, karena hasilkali kelarutan
g
garam perak halida (pseudohalida) sangat kecil :
Ksp AgCl = 1,82 . 10-10 Ksp AgCN = 2,2 . 10-16
Ksp AgCNS = 1 1 10-12 Ksp AgI = 8 3 10-17
Ksp AgCNS = 1,1 . 10 Ksp AgI = 8,3 . 10 Ksp AgBr = 5,0 . 10-13
Tiga cara penentuan titik ahir titrasi :
cara
Mohr
indikator CrO
-2cara
Mohr
indikator CrO
4 2cara
Volhard
indikator Fe
3+ARGENTOMETRI
– MOHR
Titrasi Mohr digunakan untuk menentukan kadar
halida atau pseudohalida di dalam larutan Kromat
halida atau pseudohalida di dalam larutan. Kromat
(CrO
42-) sbg indikator titik ahir karena membentuk
endapan Ag CrO berwarna merah saat bereaksi
endapan Ag
2CrO
4berwarna merah saat bereaksi
dengan ion perak.
Ksp Ag CrO = 1 2
10
-12mol
3L
-3Ksp Ag
2CrO
4= 1,2 . 10
-12mol
3.L
-3Ksp AgCl = 1,82 . 10
-10mol
2.L
-2[ Perhatikan satuan stoikiometrinya ]
Titrasi Mohr dilakukan pada pH 7-9 (netral hingga
basa lemah).
Jika pH terlalu kecil (asam) kesetimbangan
Jika pH terlalu kecil (asam) kesetimbangan
kromat-dikromat akan menurunkan kepekaan [CrO
42-] shg
menghambat pembentukan endapan Ag CrO
menghambat pembentukan endapan Ag
2CrO
4.
2 C O
22 H
C O
2H O
2 CrO
42-+ 2 H
+Cr
2
O
72-+ H
2O
Ag
++ Cl
-AgCl (p)
Ag + Cl
AgCl (p)
Ag
++ CrO
42-
Ag
2CrO
4(p) merah
Kelarutan Ag
2CrO
4> Kelarutan AgCl
(8 4 x 10
-5M)
(1 35 x 10
-5M)
(8,4 x 10 M)
(1,35 x 10 M)
Jika larutan Ag
+ditambahkan ke dalam larutan
Cl
-yang mengandung sedikit CrO
42-maka AgCl
Cl yang mengandung sedikit CrO
4, maka AgCl
akan mengendap lebih dulu, sementara itu
Ag
2CrO
4belum terbentuk, dan [Ag
+] naik hingga
Ag
2CrO
4belum terbentuk, dan [Ag ] naik hingga
hasilkali kelarutan melampaui Ksp Ag
2CrO
4(2,0
x 10
-12) sehingga terbentuk endapan merah.
Pada TE : pAg = pCl = 5,00
p g
p
,
[Ag
+][CrO
42-
] = 2,00 x 10
-12[CrO
42-] = 2,00x10
-12/ (1,0x10
-5)
2= 0,02 M
[
4]
,
( ,
)
,
Konsentrasi tersebut terlalu tinggi karena warna
gg
kuning CrO
42-akan mengganggu pengamatan
terbentuknya endapan Ag
y
p
g
22CrO
44(merah). Dalam
(
)
praktek biasanya digunakan 0,005 s/d 0,01 M
supaya kesalahan titrasi diperkecil, dan masih
p y
p
,
bisa dikoreksi dengan titrasi blanko indikator,
atau dengan membakukan AgNO
g
g
33terhadap
p
suatu garam klorida yang murni (titrasi
Titrasi Mohr terbatas pada pH 6-10 (atau 7-9).
D l
l
t
b
k
t j di
k i
Dalam larutan basa akan terjadi reaksi :
Ag
++ OH
-2AgOH Ag
2
O + H
2O
Dalam lar tan asam j mlah [CrO
2] t r n
Dalam larutan asam jumlah [CrO
42-] turun
sehingga hanya sedikit HCrO
4-yang terionisasi,
karena reaksi akan berlanjut sbb :
karena reaksi akan berlanjut sbb :
2H
++ CrO
42-
2HCrO
4-Cr
2O
72-+ H
2O
(kromat) (dikromat)
Jika [CrO
42-] terlalu rendah ( < 0,005 M) akan
memerlukan penambahan [Ag
+] yang berlebih
memerlukan penambahan [Ag
+] yang berlebih
untuk mengendapkan Ag
2CrO
4; hal itu akan
menjadi sumber kesalahan titrasi
menjadi sumber kesalahan titrasi.
Metode Mohr dapat digunakan untuk titrasi Br
p
g
-dan CN
-dalam larutan basa lemah, sedangkan
untuk I
-dan CNS
-tidak feasible karena akan
terjadi adsorpsi oleh endapan.
Ag
+tidak dapat ditritrasi langsung oleh Cl
-menggunakan indikator CrO
gg
42-, karena
4
,
Ag
2CrO
4akan terbentuk lebih awal dan melarut
lambat menjelang TE. Untuk hal tsb dapat
j
g
p
digunakan teknik titrasi balik : Ag
+ditambah
Cl
-baku (berlebih), kemudian Cl
(
),
-sisa dititrasi
dengan larutan Ag
+baku menggunakan
ARGENTOMETRI
- VOLHARD
Titrasi Volhard merupakan teknik titrasi balik,
digunakan jika reaksi berjalan lambat atau jika tidak
digunakan jika reaksi berjalan lambat atau jika tidak
ada indikator yang tepat utk pemastian TE.
Prinsip titrasi :
Prinsip titrasi :
Larutan perak ditambahkan berlebih ke dalam
larutan (pseudo)halida
larutan (pseudo)halida
Br
-+ Ag
+AgBr (endapan)
berlebih
Setelah reaksi sempurna endapan disaring,
Setelah reaksi sempurna endapan disaring,
kemudian larutan dititrasi dengan larutan baku
tiosianat
t os a at
Indikator Fe(III) akan membentuk senyawa larut
Indikator Fe(III) akan membentuk senyawa larut
berwarna
merah
hasil reaksi Fe
3+dg ion tiosianat :
Fe
3++ SCN
-[Fe(SCN)]
2+Reaksi harus suasana asam, karena jika basa akan
,
j
mudah sekali terbentuk endapan Fe(OH)
3.
K
Fe(OH) = 2 10
-39mol
3L
-3K
spFe(OH)
3= 2.10
39mol
3L
3(dalam titrasi biasa digunakan [Fe
3+] = 10
-2M)
Soal : Larutan mengandung sejumlah tertentu KBr dititrasi secara Volhard. Di l k b h 100 l [A NO ] 0 095 M b l bih
Diperlukan penambahan 100 ml [AgNO3] 0,095 M berlebih, kemudian dititrasi dengan 18,3 ml larutan KSCN 0,100 M menggunakan indikator Fe3+
Metode Volhard banyak digunakan untuk reaksi Ag
+dan Cl
-karena selain kelarutan endapannya kecil,
suasana asam akan mencegah hidrolisis indikator
suasana asam akan mencegah hidrolisis indikator
Fe
3+. Jika metode ini dilakukan dalam suasana netral
k
l h
d
k i
k i
l i
akan terganggu oleh endapan kation-kation lain.
Metode Volhard digunakan pada titrasi langsung
Ag
+dengan larutan CNS
-atau titrasi tidak langsung
Ag dengan larutan CNS atau titrasi tidak langsung
pada penentuan kadar Cl
-, Br
-dan I
-.
P d tit
i tid k l
B d
I tid k t
Pada titrasi tidak langsung Br
-dan I
-tidak terganggu
oleh CNS
-karena kelarutan AgBr = kelarutan AgCNS
Kesalahan titrasi Cl
-dapat terjadi jika endapan
AgCl bereaksi lanjut dengan CNS
-:
AgCl(p) + CNS
-AgCNS + Cl
-AgCl(p) + CNS
AgCNS + Cl
K
k l
A CNS
k l
A Cl
k
Karena kelarutan AgCNS < kelarutan AgCl maka
reaksi di atas akan bergeser ke arah kiri, sehingga
hasil analisis Cl
-menjadi lebih kecil. Hal tsb dapat
dicegah dengan penyaringan endapan AgCl atau
dicegah dengan penyaringan endapan AgCl atau
dengan penambahan nitrobenzen (racun !)
b l
tit
i d
CNS Nit b
j di
sebelum titrasi dengan CNS
-. Nitrobenzen menjadi
lapis minyak yang memisahkan endapan dari
ARGENTOMETRI
– FAJANS
Titrasi Fajans menggunakan indikator adsorpsi, yakni
senyawa organik yg teradsorpsi ke permukaan padat
endapan (koloidal) selama proses titrasi berlangsung.
Contoh : Fluoresens sbg anion fluoresenat (hijau kuning)
bereaksi dg Agg g+ membentuk endapan merah intensif ygp yg
teradsorpsi ke permukaan endapan koloidal krn adanya pasangan muatan ion.
Awal titrasi Akhir titrasi : Ag+Ind
-Cl- Ag+
Ind- Cl-Cl Cl Cl-Ag+ Ag+ Ag+ Ag+ Ag+ Ind-AgCl Cl-Cl-
Cl-AgCl Ag+Ag+ Ag+
Ind-Adsorpsi senyawa organik berwarna pada
permukaan endapan dapat menginduksi pergeseran
elektronik intramolekuler yang mengubah warna
elektronik intramolekuler yang mengubah warna.
Gejala tsb digunakan untuk mendeteksi titik akhir
i
i
d
k
titrasi pengendapan garam-garam perak.
Sebelum TE :
(AgCl).Cl- M+
Lapisan primer Lapisan sekunder Kelebihan Cl
-Setelah TE :
(AgCl).Ag+ X
Suatu endapan cenderung mengadsorpsi lebih
mudah ion-ion yang membentuk senyawa tidak
larut dengan satu dari ion-ion dalam kisi endapan.
g
p
Jadi, Ag
+ataupun Cl
-akan lebih mudah diadsorpsi
oleh endapan AgCl daripada oleh ion Na
+ataupun
oleh endapan AgCl daripada oleh ion Na ataupun
NO
3-. Anion yang ada dalam larutan akan tertarik
membentuk lapisan sekunder.
Fluoresein adalah asam organik lemah, membentuk anion fluoreseinat yang tidak dapat diadsorpsi oleh endapan
koloidal AgCl selama Cl- berlebih. Akan tetapi saat Ag+
berlebih akan terjadi adsorpsi anion fluoreseinat ke lapisan Ag+ yang melapisi endapan, diikuti dengan perubahan warna
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
memilih indikator adsorpsi :
1) Pada TE jangan dibiarkan AgCl menggumpal
1) Pada TE jangan dibiarkan AgCl menggumpal
menjadi partikel besar, karena akan
menurunkan dengan tajam daya adsorpsi
menurunkan dengan tajam daya adsorpsi
permukaan endapan terhadap indikator. Jika itu
terjadi diatasi dengan penambahan dextrin
terjadi, diatasi dengan penambahan dextrin,
sebagai koloid pelindung agar endapan
terdispersi lebih banyak Dengan adanya dextrin
terdispersi lebih banyak. Dengan adanya dextrin
maka perubahan warna menjadi reversibel, dan
setelah lewat TE dapat dilakukan titrasi balik
2) Adsorpsi indikator harus mulai terjadi sesaat
sebelum TE dan makin cepat pada TE.
Indikator yang jelek performansinya akan
teradsorpsi kuat sehingga mensubstitusi ion-ion
yang telah teradsorpsi sebelum TE.
3) pH larutan harus terkontrol agar dapat
mempertahankan konsentrasi ion dari indikator
asam lemah ataupun basa. Misalnya,
fluoresein (Ka = 10
-7) dalam larutan yang lebih
asam dari pH 7 melepas fluoreseinat sangat
kecil sehingga perubahan warna tidak dapat
diamati. Fluoresein hanya dapat digunakan
pada pH 7-10, sedangan difluoresein (Ka=10
-4)
4) Sebaiknya dipilih ion indikator yang muatannya
berlewanan dengan ion penitrasi. Adsorpsi
indikator tidak terjadi sebelum terjadi kelebihan
titran.
Pada titrasi Ag
+dengan Cl
-dapat digunakan
metil violet (garam klorida dari suatu basa
organik) sebagai indikator adsorpsi.
Kation tidak teradsorpsi sebelum terjadi
kelebihan Cl
-dan koloid bermuatan negatif.
g
Dalam hal tersebut dapat digunakan indikator
diklorofluoresein tetapi harus ditambahkan
Efek Pembentukan Kompleks
thd Titrasi Argentometri
thd Titrasi Argentometri
Banyak endapan membentuk kompleks larut dengan ion-ion pengendap. Kelarutan semula turun krn efek ion sejenis hingga melewati minimum lalu Kelarutan semula turun krn efek ion sejenis hingga melewati minimum lalu AgCl membentuk kompleks dg Ag+ dan
Cl-AgCl + Cl- AgCl 2
-AgCl2 + Cl- AgCl 3
2-AgCl + Ag+ Ag 2Cl+
-1 -2 -3 -4 -4 -3 -2 -1 log [Cl-] log [Ag+]
-3
4
-5
Kurva kelarutan AgCl dalam NaCl 5 -6
Kurva kelarutan AgCl dalam NaCl dan AgNO3 :
AgCl lebih mudah larut dalam -7 -8 AgCl lebih mudah larut dalam
AgNO3 0,1 M dan NaCl daripada dalam air
Indikator Adsorpsi
INDIKATOR ANALIT TITRAN KONDISI
REAKSI
Diklorofluoresein Cl- Ag+ pH = 4
Fluoresein Cl- Ag+ pH = 7 – 8
Eosin Br-, I-, SCN- Ag+ pH = 2
Thorin SO42- Ba2+ pH = 1,5 – 3,5
Hijau Bromkresol SCN- Ag+ pH = 4 – 5
Hijau Bromkresol SCN Ag pH = 4 – 5 Ungu Metil Ag+ Cl- lar. asam
Rhodamin 6G Ag+ Br- HNO
3 s/d 0,3 M
Ortokrom T Pb2+ CrO
42- lar. netral 0,02 M
Contoh Titrasi Pengendapan
ANALIT TITRAN INDIKATOR METODE
Cl-, Br- AgNO
3 K2CrO4 Mohr
Cl- Br- I- SCN- AgNO
3 Adsorpsi Fajans
Cl ,Br ,I ,SCN AgNO3 Adsorpsi Fajans
Br-,I-,SCN-,AsO
43- AgNO3 + KSCN Fe(III) Volhard
(tanpa saring) Cl-,CN-,CO
32-,S2- AgNO3 + KSCN Fe(III) Volhard
C2O42-,CrO
42- (disaring)
F- Th(IV) Alizarin Fajans
SO42- BaCl
2 Tetrahidroksikinolin Fajans
PO43- PbAc
2 Dibromofluoresein Fajans
C O 2 PbA Fl i F j
CrO42- PbAc
2 Fluoresein Fajans
Ag+ KSCN Fe(III) Volhard
Zn2+ K
4Fe(CN)6 Difenilamin Fajans
Hg 2+ NaCl Biru Bromfenol Fajans
TITRASI MERKURIMETRI
Hg2+ + 2 Cl- HgCl
2 (berlaku utk halida lain)
Jika ion halida dititrasi dengan merkuri nitrat, pd TE tidak ada [Hg2+] karena selama titrasi terbentuk endapan HgCl
2, 2
namun setelah TE terjadi kenaikan [Hg2+] yg segera
bere-aksi dg indikator membentuk kompleks Hg-Indikator; mis. indikator nitroprusid membentuk endapan putih, indikator difenilkarbazid atau difenilkarbazon dlm asam membentuk warna ungu intensif. Diperlukan koreksi dg titrasi blanko :
0,17 ml Hg(NO3)2 0,1 N untuk 50 ml HgCl2 0,05 N.
Volume titrasi blanko bervariasi sesuai besarnya [HgCl ] Volume titrasi blanko bervariasi sesuai besarnya [HgCl2]TE karena [Hg2+] berlebih akan beraksi dg HgCl
2 :
HgCl2 + Hg2+ 2 HgCl+
TITRASI KOLTHOFF
Penentuan kadar Zn2+ (sebagai titran) diendapkan dg larutan baku K-Ferosianida
2 K4Fe(CN)6 + 3 Zn2+ K
2Zn3[Fe(CN)6]2 + 6 K+
4 ( )6 2 3[ ( )6]2
kalium besi(II) sianida kalium seng besi(II) sianida
TAT dapat ditentukan dg indikator eksternal seperti uranil nitrat amonium TAT dapat ditentukan dg indikator eksternal seperti uranil nitrat, amonium
molibdat, FeCl3, dll, namun diperlukan ketrampilan khusus; shg lebih baik guna-kan indikator internal seperti difenilamin, difenilbenzidin, difenilamin sulfonat, dll. Reaksi redoks Fe2+ Fe3+ mempunyai potensial reduksi (pada 30 oC) sbb :
Reaksi redoks Fe2+ Fe3+ mempunyai potensial reduksi (pada 30 oC) sbb :
E = Eo + 0,060 log [Fe(CN)
63-] / [Fe(CN)64-]
Campuran fero-ferisianida dlm asam memiliki potensial reduksi jauh lebih kecil dp yg diperlukan utk mengoksidasi indikator, hingga diperoleh bentuk teroksidasi berwarna intensif. Jika ke dalam campuran tsb ditambahkan Zn2+ akan terjadi
endapan Zn-ferosianida, diikuti kenaikan potensial reduksi karena Fe(CN)6
4-hilang dari larutan. Setelah Fe(CN)g ( )64-bereaksi sempurna akan terjadi kenaikan
6 p j