• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia melalui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia melalui "

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

WILAYAH PESISIR UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI

MASYARAKAT

(Studi Deskriptif Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten

Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara)

8

th

ANNUAL CONFERENCE OF ECONOMICS FORUM 2014

Disusun Oleh :

Muhammad Teguh Pranada (120501135)

Fadhillah Arny Fachrudin (120501030)

Sri Avesena (120501121)

(UNIVERSITAS SUMATERA UTARA)

(MEDAN)

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan kepada Allah SWT yang mana atas berkah dan rahmatnya peneliti berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya. Dan tak lupa shalawat beriring salam dihadiahkan kepada junjungan kami, Nabi akhir zaman, Rasulullah Muhammad SAW dan senantiasa berharap akan syafaatnya di Yaumul Mashar kelak. Amin Ya Rabbal Alamin.

Peneliti mengangkat isu mengenai masyarakat pesisir sebagai topik pembahasan dalam karya ilmiah ini. Ketertarikan peneliti mengangkat masyarakat pesisir sebagai topik pembahasan dikarenakan masyarakat pesisir memiliki masalah yang cukup kompleks. Masyarakat pesisir yang wilayahnya kaya akan sumberdaya alam maritim belum mampu mengoptimalkan berkah tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Rata-rata umumnya masyarakat pesisir begitu erat dengan kemiskinan dan keterbelakangan.

Sebagai daerah yang menjadi fokus penelitian dalam karya ilmiah ini peneliti memilih Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara sebagai daerah penelitian. Alasan peneliti mengangkat daerah ini dikarenakan daerah ini merupakan salah satu wilayah pesisir yang tertinggal di Sumatera Utara. Ketertinggalan daerah ini menyebabkan lahirnya masalah-masalah sosial di daerah tersebut seperti kesejahteraan, rendahnya antusias masyarakat terhadap pendidikan hingga kurangnya perhatian pemerintah. Oleh peneliti mencoba menganalisa masalah dan mencari solusi dari permasalahan tersebut.

Dalam penulisan karya ilmiah ini peneliti mengalami beberapa kendala yaitu sulitnya mencari data dan informasi yang komperhensif, hingga rusaknya laptop salah satu peneliti. Namun, Alhamdulillah kendala tersebut dapat diatasi oleh peneliti dengan secepatnya.

(4)

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan keselamatan sehingga peneliti dapat mengerjakan karya ilmiah ini dalam keadaan yang baik dan terselesaikan tepat pada waktunya

2. Orang tua tercinta yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun material

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE. M.Ec yang telah bersedia untuk menjadi dosen pembimbing kami dalam mengerjakan karya ilmiah ini 4. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE. M.S yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk memberikan masukan-masukan mengenai pengerjaan karya ilmiah ini

5. Teman sejawat Andi Hardiansyah yang telah bersedia meminjamkan laptopnya disaat laptop peneliti mengalami kerusakan

6. Teman seperjuangan Mujtahid Fikri dan Muhammad Fachmi Aulia atas ruangan kerja yang bersedia dipinjamkan kepada kami sembari kami mengerjakan karya ilmiah ini

Akhirnya peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk pembangunan daerah-daerah pesisir lain di Indonesia, seperti Desa Percut sendiri. Semoga dapat menjadi karya yang berguna bagi pembangunan khususnya pembangunan wilayah pesisir.

Medan, 05 Oktober 2014

(5)

DAFTAR ISI

Kata pengantar i

Daftar Isi iii

Daftar Tabel iv

Daftar Gambar v

Abstraksi vi

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Tujuan dan Manfaat 3

1.4 Luaran yang Diharapkan 4

BAB II : Tinjauan Pustaka

2.1 Deskripsi Teoritis 5

2.2 Kerangka Berpikir 7

BAB III : Metode Penulisan

3.1 Metode Penulisan 9

3.2 Lokasi Penelitian dan Jenis Data yang Digunakan 9

3.3 Interpretasi Data 10

BAB IV : Pembahasan

4.1 Profil Desa Percut 11

4.2 Hambatan Pembangunan Desa Percut 15

4.3 Perubahan Dinamika Masyrakat Dari Statis Menuju Dinamis 20

4.4 Menuju Perekonomian Berbasis Kelautan 23

BAB V : Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 27

5.2 Saran 28

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penduduk Desa Percut berdasarkan jenis kelamin 12

Tabel 2 Penduduk Desa Percut berdasarkan kelompok usia 12

Tabel 3 Penduduk Desa Percut berdasarkan pekerjaan 13

Tabel 4 Penduduk Desa Percut berdasarkan agama 13

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kondisi jalanan Desa Percut 26

Gambar 2 Perahu (boat) nelayan yang sedang merapat 26

Gambar 3 Suasana di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 27

(8)

ABSTRAK

Pranada, dkk. 2014 : PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA WILAYAH PESISIR UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT (Studi Deskriptif Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara)

Wilayah pesisir merupakan daerah yang kaya akan sumberdaya maritim yang dapat mendorong terpacunya perekonomian negara. Namun saat ini wilayah pesisir belum memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian dikarenakan rendahnya kualitas sumberdaya manusianya. Berdasarkan kajian yang diperoleh peneliti baik dari buku, jurnal, literatur dan sumber-sumber lainnya dibutuhkan berbagai upaya pemberdayaan masyarakat yang bekesinambungan dari berbagai pihak (seperti pemerintah dan perguruan tinggi) agar wilayah pesisir dapat berperan optimal menjadi salah satu motor penggerak perekonomian. Maka antara pihak terkait dan masyarakat harus bersinergi untuk membangun masyarakat pesisir yang berdaya dan mandiri. Pada akhirnya diharapkan ekonomi pesisir dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk pembangunan ekonomi nasional menuju kemandirian.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran sumberdaya manusia tidak bisa dilepaskan dari faktor produksi

(land, labour and capital) yang dapat mendorong pembangunan ekonomi suatu

negara. Dalam pengertiannya, sumber daya manusia merupakan potensi yang terkandung dalam diri seseorang untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola diri sendiri serta segala kekayaam alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dan tatanan kehidupan yang seimbang dan berkelanjutan (Charles R, 1995). Suatu negara akan maju jika perekonomiannya dikelola oleh sumberdaya manusia yang produktif, berdaya saing dan profesional sesuai dengan keunggulan negara yang dimiliki masing-masing. Karena itu peran sumberdaya manusia harus dioptimalkan.

Selain menjadi objek pembangunan, manusia merupakan bagian dari subjek pembangunan. Manusia sebagai subjek pembangunan merupakan organ terpenting dalam menentukan jalannya proses tersebut. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan langkah substansial dalam meningkatkan produktifitas dan daya saing guna mendorong pembangunan menuju ekonomi yang progresif (Mudrajad, 2010). Terus berjalannya proses pembangunan menyebabkan kebutuhan akan sumberdaya manusia yang berkualitas terus bertambah, terlebih di negara berkembang seperti Indonesia. Sebagai negara berkembang yang terdiri atas 17.508 pulau yang tersebar dari Sabang (Aceh) hingga Merauke (Papua), Indonesia menjadi negara kepualauan terbesar di dunia. Wilayah Indonesia yang seluruhnya mencapai 5.193.252 km2 terdiri atas

1.890.754 km2 luas daratan dan 3.302.498 km2 luas lautan. Jika dibandingkan,

(10)

dapat diperbaharui (non-renewable resources), dan berbagai macam jasa lingkungan (environmental service) (Ivan, 2004). Pengelolaan yang baik dari sumberdaya tersebut dapat mendorong peningkatan kapasitas produksi, ouput, pendapatan dan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat, khususnya masyarakat pesisir itu sendiri.

Potensi ekonomi wilayah pesisir jika di tinjau dari letak geografis serta luas dari wilayah kelautan yang memiliki potensi kekayaan yang begitu melimpah. Potensi tersebut sejatinya dapat digunakan sebagai modal pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat, khususnya masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah pesisir. Namun ironinya, kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir umumnya masih jauh dari standar kelayakan hidup sebagaimana mestinya. Meski wilayah pesisir umumnya memiliki potensi sumberdaya alam yang besar, wilayah ini umumnya lemah dalam sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah mengakibatkan masyarakat pesisir terjebak dalam stagnasi perekonomian. Realitanya kehidupan masyarakat pesisir senantiasa dilanda kemiskinan, bahkan kehidupan mereka sering diidentikkan dengan kemiskinan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh bebagai pihak (pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM, dan civitas akademisi perguruan tinggi) untuk dapat memperbaiki kehidupan ekonomi masyarakat pesisir, namun belum juga

menampakkan hasil yang memuaskan. Dampaknya, terjadi disparitas kehidupan

antara masyarakat pesisir dengan masyarakat perkotaan yang dapat terlihat menjadi suatu kesenjangan ekonomi.

(11)

Untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi Deskriptif Desa Percut

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian penjelasan dari latar belakang di atas, maka dapat di temukan hal-hal yang menjadi masalah-masalah, dengan batasan-batasan penelitian sebagai berikut :

1. Mengapa kualitas sumberdaya manusia di Desa Percut, Kabupaten Deli Serdang rendah?

2. Bagaimana meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di Desa Percut, Kabupaten Deli Serdang?

3. Bagaimana memanfaatkan perekonomian di wilayah pesisir (seperti Desa Percut, Kabupaten Deli Serdang) untuk membangun perekonomian nasional yang mandiri dan bersaing?

1.3 Tujuan dan Manfaat a. Tujuan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui mengapa kualitas sumberdaya manusia di Desa Percut, Kabupaten Deli Serdang rendah

2. Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di Desa Percut, Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui bagaimana memanfaatkan perekonomian di wilayah pesisir untuk membangun perekonomian nasional yang mandiri dan bersaing.

b. Manfaat

Setelah melakukan penelitian ini, maka adapun manfaat yang di harapkan adalah :

1. Manfaat Teoritis

(12)

menjadi referensi bagi perumusan kebijakan pemerintah, dapat memberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang membutuhkan, selain itu dapat menjadi bahan penambahan rujukan bagi mahasiswa yang melakukan penelitian yang terkait dengan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis, menambah wawasan ilmu dan pemahaman pada lingkungan sekitar. Selain itu dapat menjadi bahan rujukan pagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang penelitian yang telah di lakukan sebelumnya dan memberikan sumbangan pada lembaga pendidikan.

1.4 Luaran yang di Harapkan

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teoritik

2.1.1 Definisi Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan orang yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir, membentuk dan dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungan pada pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir (Satria, 2004). Berdasarkan definisi lainnya yang dikemukakan oleh Raharjo Adisasmita (2013), masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang berletak tempat tinggal di dekat pantai atau wilayah pesisir dan berkegiatan umumnya di wilayah perairan atau lautan.

Dari definisi diatas dapat diambil konklusi singkat bahwa masyarakat pesisir ialah kelompok manusia yang bertempat tinggal di wilayah pesisir pantai. Secara aktif berinteraksi dengan berkegiatan di sekitar wilayah pesisir pantai pula.

2.1.2 Karakteristik Masyarakat Pesisir

Masyarakat peisisir memiliki karakteristik yang khas. Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan (marine resource based),

seperti nelayan, pembudidaya ikan, penambangan pasir dan transportasi laut (Adisasmita, Raharjo. 2013). Oleh karena itu mereka memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap lautan. Situasi dan konsisi laut mempengaruhi pendapatan mereka. Jika kondisi laut sedang baik, maka pendapatan mereka akan naik. Namun, sebaliknya jika kondisi laut sedang tidak bersahabat maka pendapatan yang mereka juga menjadi tidak optimal.

(14)

sumberdaya pesisir akan semakin besar guna pemenuhan kebutuhan masyarakat.

2.1.3 Wilayah Pesisir dan Pembangunan

Sebagai negara kepulauan, Indonesia banyak memiliki wilayah pesisir yang potensial untuk mendukung proses pembangunan. Secara definitif, wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi (Menteri Kelautan, 2002). Interpretasi definisi tersebut ialah bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah tempat bertemunya lautan dengan daratan dimana terdapat interaksi yang aktif antara dua ekosistem tersebut.

Sebagai tempat bertemunya dua ekosistem yaitu laut dan darat, tentunya wilayah pesisir memiliki sumberdaya yang potensial. Potensi sumberdaya alam tersebut meliputi segala yang berada di lautan dan di daratan baik sumberdaya maritim maupun agraria. Sumberdaya tersebut merupakan modal untuk mendorong percepatan proses pembangunan ekonomi menuju perekonomian yang otonom, mandiri dan berdaulat (Mudrajad, 2010)

Pembangunan ekonomi (economic development) merupakan

langkah substansial yang bertujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik melalui rasionalitas konsumsi dan meningkatkan produktifitas untuk efektivitas dan efisiensi capaian tujuan pembangunan (Mudrajad, 2010). Dengan wilayah pesisir, pembangunan ekonomi memiliki keterkaitan yang erat. Pembangunan ekonomi dan wilayah pesisir berintegrasi dalam sebuah kajian mengenai tentang peningkatan kapasitas produksi untuk melakukan pembangunan ekonomi maritim di daerah pesisir pantai yang berinteraksi dengan laut sebagai media atau arena pembangunan.

2.1.4 Terminologi Pembangunan Ekonomi Maritim

(15)

kegiatan pesisir pantai sampai laut. Arena pembangunan maritim meliputi perairan atau laut yang luas. Kelautan sendiri sering disama-artikan dengan maritim. Kelautan dikonotasikan dengan laut dan sumberdaya kelautan yang dimilikinya. Sementara maritim dikaitkan dengan kegiatan laut beserta sarana yang digunakan. Kepulauan menekankan pembangunan di pulau-pulau dan keterkaitan antar pulau yang dihubungkan oleh perairan dimana penekanannya adalah pada daratan pulau (Adisasmita, Raharjo. 2013).

Konsep dari terminologi pembangunan ekonomi maritim sendiri sangat tepat jika disandingkan dengan Indonesia. Sebagai negara kepulauan yang banyak terdapat wilayah pesisir, pembangunan ekonomi maritim merupakan langkah substansial yang bilamana dilakukan secara terstruktur dan baik memberikan dorongan terhadap perekonomian. Maritim yang kuat akan memenciptakan kemandirian ekonomi dan dapat memultiplier terhadap sektor-sektor lainnya. Kemandirian ekonomi di sektor maritim akan menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki kekuatan fundamental ekonomi yang kuat dan berdaulat.

2.2 Kerangka Berpikir

Peningkatan kualitas masyarakat di daerah pesisir merupakan salah satu cara agar wilayah pesisir berperan secara optimal dalam mendukung jalannya proses pembangunan. Sebagai wilayah yang sebagian besar wilayahnya adalah laut, seharusnya kekuatan maritim Indonesia dapat diandalkan. Wilayah pesisir pada laut menyediakan berbagai sumberdaya alam yang melimpah. Mulai dari sumberdaya maritim maupun agraria, semua tersedia dalam jumlah yang banyak. Ini merupakan anugerah dari Tuhan yang harusnya dapat membuat perekonomian Indonesia menjadi maju dan berdaulat.

(16)

Sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian sebagai nelayan, baik nelayan tambak dan nelayan penangkap di lautan. Pada umumnya nelayan melakukan usahanya dengan penggunaan teknologi seadanya dan terlihat jelas nelayan belum mampu untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal.

Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat nelayan identik dengan kemiskinan. Dengan semua keterbatasan yang mereka miliki, hasil tangkapan mereka juga kurang optimal. Belum lagi kendala terbatasnya modal yang

mengharuskan mereka untuk meminjam uang kepada renteneir, membuat mereka

semakin menderita dengan ikatan bunga yang tinggi.

Bukan hanya modal saja yang menjadi faktor penentu terhadap rendahnya pendapatan nelayan, alat penangakapan yang seadaanya juga menjadi penentu jumlah produksi hasil penangkapan yang menjadi penentu pendapatan nelayan. Pendidikan yang rendah dan budaya yang turun temurun untuk tidak bersekolah tinggi menjadi faktor yang tidak kalah pentingnya. Untuk itu sangat diperlukan suatu solusi yang dapat membantu nelayan dan keluarganya dalam merubah sikap dan perilaku kearah yang lebih baik.

(17)

BAB III

METODE PENULISAN 3.1 Metode Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode penelitian terlebih dahulu. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan penelitian yang menghasilkan berupa data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dan apa yang diamati serta untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, dan sebagainya yang merupakan obyek penelitian. Pelaksanaannya tidak terbatas kepada pengumpulan data melainkan juga meliputi analisa dan interprestasi dari data itu. Dengan demikian penelitian ini berusaha menurutkan, menganalisa, mengklasifikasi, memperbandingkan dan sebagainya.

3.2 Lokasi Penelitian dan Jenis Data yang Digunakan

Lokasi yang menjadi tempat penelitian dalam tulisan ini adalah Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Lokasi ini dipilih karena desa tersebut merupakan desa yang memiliki sumberdaya alam yang begitu melimpah (baik maritim maupun agraria) namun masyarakat hal tersebut tidak berimbas pada kesejahteraan masyarakat setempat. Banyak dari masyarakat Desa Percut yang masih berada dalam kategori ekonomi rendah.

(18)

image yaitu data yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu melalui foto, diagram, dan sejenisnya (Fauzi, 2001).

Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang penulis dapat langsung dari lapangan yang menjadi data penelitian. Sedangkan data yang kedua adalah data sekunder. Dimana data sekunder adalah data yang bersifat tidak langsung, tetapi memiliki fungsi sebagai salah satu aspek pendukung bagi keabsahan penulisan. Data ini berupa sumber-sumber atau referensi tertulis yang berhubungan dengan permasalahan penulisan. Pengumpulan data sekunder dalam penulisan ini dilakukan dengan cara yang pertama adalah penulisan kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal. Data sekunder lainnya berasal dari hasil penelusuran data online merupakan tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan penulisan dapat memanfaatkan data. Informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis (Bungin, 2005).

3.3 Interpratasi Data

(19)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Profil Desa Percut 4.1.1 Kondisi Geografis

Desa percut adalah salah satu desa di wilayah pesisir barat Sumatera Utara. Desa ini berada di Kecamatan Percut Sei Tuan,Kabupaten Deli Serdang dengan luas wilayah 1063 ha. Letak Desa Percut berdampingan dengan sungai Sei Tuan yang mengalir menuju perairan Selat Malaka. Desa Percut berada di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 1063 ha. Kondisi dari desa Percut adalah berketinggian 2 meter diatas permukaan laut. Dengan curah hujan 0-278 mm/tahun. Topografi desa yaitu dataran rendah dengan suhu udara rata-rata 230C - 300 C. Bagian

utara Desa Percut dialiri oleh sungai yang penduduk sekitar menamakannya dengan sungai Sei Tuan.

Jarak orbitasi Desa Percut dari pusat pemerintahan kecamatan berjarak +17 km, dari pusat pemerintahan ibu kota kabupaten berjarak +50 km dan dari pusat pemerintahan daerah tingkat I/propinsi berjarak +20 km. Untuk akses transportasi darat kondisinya belum begitu baik, masih seperti kondisi jalan pedesaan pada umumnya . Adapun batas-batas desa penelitian ini adalah

 Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka

 Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cinta Rakyat

 Sebelah barat berbatasan denagan Desa Tanjung Rejo

 Sebelah timur berbatasan dengan Desa Cinta Damai dan Desa

Pematang Lalang

(20)

Penduduk desa penelitian berjumlah 11010 jiwa dengan perincian 2607 kepala keluarga (KK). Untuk lebih jelas mengenai keadaan penduduk desa menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-Laki 5575 50.64

2 Perempuan 5435 49.36

Jumlah 11010 100

Tabel : 1. Penduduk Desa Percut berdasarkan jenis kelamin

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk pria lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5575 jiwa dengan persentase 50.64 % jumlah penduduk wanita 5435 jiwa dengan persentase 49.36 % . Selanjutnya distibusi penduduk menurut kelompok umur di desa dapat dilihat pada tabel berikut :

No. Kelompok Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1

Tabel : 2. Penduduk Desa Percut berdasarkan kelompok usia

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak pada kelompok umur > 19 tahun sebanyak 6150 jiwa dengan persentase 55.86 % sedangakan jumlah penduduk < 19 tahun sebanyak 4860 jiwa dengan persentase 44,14 %.

(21)

pedagang dan sebagainya. Sebagai penjelas, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

No. Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1

Tabel : 3. Penduduk Desa Percut berdasarkan pekerjaan

Dari tabel 7 dapat dilihat jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan paling besar yaitu 850 KK dengan persentase 32.61 % jumlah penduduk yang bermata pencaharian terkecil adalah sebagai pemulung yaitu sebanyak 4 KK dengan persentase 0.15 %. Selanjutnya distribusi penduduk menurut agama dapat dilihat pada tabel ini :

No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1

Tabel : 4. Penduduk Desa Percut berdasarkan agama

(22)

tingkat pendidikan formal di desa precut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1

Tabel : 5. Penduduk Desa Percut berdasarkan tingkat pendidikan

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa penduduk desa berdasarkan tingkat pendidikan formal yang terbesar berpendidikan SMA/SLTA yaitu sebesar 3783 jiwa dengan persentase 47.23 % jumlah penduduk desa berdasarkan tingkat pendidikan formal yang terkecil berpendidikan akademik (D1-D3) dan pandidikan khusus kursus keterampilan yaitu sebesar 25 jiwa dengan persentase 0.34 %.

4.2 Hambatan Pembangunan Desa Percut

4.2.1 Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural Masyarakat Pesisir

(23)

Penduduk Desa Percut umumnya masih hidup dalam jebakan kemiskinan yang struktural dan kemiskinan kultur (culture poverty) (Ramli dalam Kota Pantai, 2014). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya : 1. Program pemerintah yang kurang mendukung kegiatan

ekonomi masyarakat desa tersebut.

2. Tidak adanya pasar input untuk keperluan produksi dimana kebutuhan input produksi masyarakat untuk memenuhinya harus pergi ke kota. Contohnya, kebutuhan nelayan untuk melaut seperti alat pancing, jaring, dan sebagainya masih harus di peroleh langsung di kota.

3. Pasar output yang terbatas. Dimana kreatifitas masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya sekitar belum dipergunakan agar memiliki nilai ekonomis dan di perjual-belikan. Belum terlaksananya sistem perdagangan yang baku di tempat pelelangan ikan (TPI)

4. Belum adanya lembaga peneliti di desa tersebut sehingga tidak ada yang menstimulasi masyarakat untuk melakukan inovasi dan kreativitas serta penggunaan teknologi pada masyarakat desa.

5. Belum adanya kegiatan perbankan di Desa Percut. Sehingga permodalan usaha masyarakat terbatas dan cenderung lemah. 6. Belum adanya pemberdayaan kegiatan ekonomi atau lembaga

ekonomi seperti koperasi. Koperasi-koperasi yang pernah ada di Desa Percut sebelumnya telah gulung tikar akibat pengelolaan yang kurang baik.

(24)

Dan pada akhirnya masyarakat menaruh harapan besar pada bantuan pemerintah. Kebiasaan mereka yang hanya mengharapkan pemerintah menjadikan mereka terjebak dalam siklus hidup yang sedemikian. Hal ini di tandai dengan banyaknya kelompok-kelompok serikat nelayan yang di dirikan oleh para nelayan di Desa Percut. Dimana penyaluran bantuan dari pemerintah haruslah melalui kelompok masyarakat yang dimaksudkan untuk kemudian didistribusikan kepada orang-orang yang bergabung dalam kelompok tersebut. Namun hal ini juga tidak efektiv mengingat jumlah kelompok masyarakat yang sudah terlalu banyak, menyebabkan tidak adanya integrasi bantuan pemerintah dan koordinasi yang baik antara kelompok nelayan dengan masyarakat yang bersangkutan.

4.2.2 Apresiasi Rendah Masyarakat Terhadap Pendidikan

Faktor penting lainnya dari penyebab kemiskinan masyarakat adalah rendahnya tingkat pendidikan yang juga menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi di desa pesisir begitu pula di Desa Percut. Seperti yang kita tahu, salah satu bagian terpenting dari perekonomian adalah faktor kualitas sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia yang berkualitas akan memacu jalannya pembangunan dengan kualitas yang akan berdampak multiplier kepada masyarakat luas (Rujiman, 2013). Kualitas sumberdaya manusia dapat ditingkatkan dengan memacu intelegensi melalui jenjang pendidikan formal maupun non-formal (Mulyadi, 2003). Hal ini yang menjadi salah satu masalah sulitnya mengembangkan ekonomi masyarakat Desa Percut. Apresiasi rendah masyarakat terhadap pendidikan menyebabkan mereka terjebak dalam kondisi perekonomian yang cenderung statis.

(25)

Suatu fakta yang cukup menarik memang bahwa penduduk Desa Percut yang berprofesi sebagai nelayan sejatinya mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya. Secara ekonomi, mereka memiliki kemampuan untuk memberikan pendidikan yang memadai bagi anak-anaknya. Namun kecenderungan yang terlihat di lapangan bahwa sebagian besar anak-anak desa ini tidak bersekolah. Mereka menganggap bahwasanya pendidikan itu tidak terlalu penting karena “jika anak sudah mengenal duit jadi tidak ada lagi niat untuk sekolah”.

Inilah yang menyebabkan perekonomian masyarakat setempat tidak progresif. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat secara umum menyebabkan mereka sulit untuk melakukan inovasi dan kreasi terhadap sumberdaya alam yang ada, terlebih pada hasil tangkapan nelayan. Padahal, berkah akan sumberdaya alam yang melimpah dapat lebih mereka optimalkan jika dikelola menjadi suatu produk yang nilai jualnya bisa jauh lebih tinggi dari penjualan sumberdaya dalam bentuk mentah. Lemahnya inovatif dan kreativitas masyarakat menghilangkan kesempatan mereka untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak dari sumberdaya alam yang tersedia. Dan apresiasi yang rendah terhadap pendidikan menyebabkan mereka terjebak dalam profesi sebagai pekerja kasar seperti nelayan, petani dan pekerja kasar yang berpenghasilan sedemikian.

4.2.3 Pengelolaan Sumberdaya yang Tidak Optimal

(26)

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Terlebih untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidupnya.

Nelayan di desa Percut masih menggunakan cara yang sangat konvensional dalam mengeksploitasi kekayaan yang ada di laut sekitar mereka. Cara yang digunakan seperti nelayan pada umumnya, yaitu pergi ke tengah laut dan menangkap ikan dengan cara menjala, memancing, menombak, memasang pukat, dan sebagainya. Dan hasilnya juga seperti biasa saja sebagaimana umumnya nelayan-nelayan di Indonesia. Lebih parahnya lagi, nelayan di Desa Percut memiliki kebiasaan memisahkan hasil tangkapannya antara ikan yang besar dan ikan yang kecil. Para nelayan cenderung hanya menjual hasil laut yang ukurannya besar dan membuang ikan-ikan kecil. Mereka menganggap hanya ikan besar yang memb erikan hasil optimal dan ikan kecil tidak layak dijual.

Ini merupakan kekeliruan yang sangat fatal dari masyarakat. Seluruh ikan tangkapan nelayan (baik yang kecil maupun besar) sejatinya sama-sama memiliki nilai jual. Hanya saja terdapat perbedaan harga di TPI antara ikan dengan postur kecil dan ikan dengan postur besar. Ikan-ikan kecil dihargai lebih rendah dari harga ikan yang besar oleh tengkulak di TPI setempat. Akibatnya masyarakat enggan untuk menjual ikan kecil dan memilih untuk menjual ikan-ikan besar saja. Tidak menjadi masalah mereka menjual ikan besar hasil tangkapan, namun sejatinya ikan-ikan kecil tidak semestinya dibuang. Karena jika diolah lebih lanjut, ikan-ikan kecil tersebut dapat diolah dan dijual menjadi suatu produk komoditas baru yang bernilai jual lebih tinggi seperti ikan asin dan terasi.

Hal ini yang tentunya belum disadari oleh masyarakat setempat. Polarisasi profesi pada sektor nelayan ditambah kurangnya wawasan menyebabkan masyarakat gamang akan pembaharuan. Tanpa ada pihak-pihak yang berusaha melakukan evolusi sosial, mereka hanya cenderung mengikuti arus utama yang menjadi tradisi turun-temurun dari para pendahulunya.

(27)

Suatu ironi bagi negara maritim seperti Indonesia ialah masyarakat nelayannnya merupakan golongan masyarakat termiskin di Asia bahkan di dunia (Suara Pembaharuan, 18 November 2005 dalam Yuswar, 2007). Walau data agregatif dan kuantitatif yang terpercaya tidak mudah diperoleh, pengamatan visual yang langsung terjun ke kampung-kampung nelayan dapat memberikan gambaran yang jauh lebih gamlang tentang kemiskinan nelayan di tengah kekayaan laut yang begitu besar (Zainul. Yuswar, 2007). Kemiskinan masyarakat pesisir bersifat multi-dimensi dan disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat antara lain kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan infrastruktur (DKP, 2005:10 dalam Yuswar, 2007)

Fenomena kemiskinan juga menjadi pemandangan yang umum dijumpai di Desa Percut. Masyarakat desa ini umumnya hidup dalam kondisi yang kumuh serta rumah-rumah mereka yang sangat sederhana. Adapun beberapa rumah yang menonjolkan tanda-tanda kemakmuran (rumah megah dan berantena parabola), rumah tersebut umumnya dipunyai oleh pemilik kapal, pemodal atau rentenir yang jumlahnya tidak signifikan, hanya segelintir orang saja. Dan sumbangsihnya untuk kesejahteraan masyarakat sangat bergantung pada individu yang bersangkutan.

Pemerintah sendiri untuk telah menyediakan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir. Termasuk di Desa Percut, masyarakatnya juga terimbas akan program ini. Namun segala bantuan yang diberikan pemerintah tidak dipergunakan masyarakat untuk memperbaiki ekonominya. Celakanya, mereka hanya menggunakan bantuan tersebut untuk kepentingan jangka pendeknya seperti dengan menjual kembali bantuan berbentuk barang ataupun menyewakannya kepada orang lain

(28)

4.3 Perubahan Dinamika Masyarakat dari Statis Menuju Dinamis

Masyarakat pesisir Desa Percut cenderung rendah disebabkan budaya masyarakat yang hanya mengikuti arus utama yang berkembang. Pola pemikiran masyrakat yang konvesional menyebabkan sulitnya untuk mendorong perekonomian mereka. Hal ini yang harus menjadi perhatian dari pemerintah maupun pihak terkait untuk mendorong perubahan-perubahan masyarakat secara ekonomi dan kelembagaan dari statis menuju dinamika yang progresif. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain :

4.3.1 Program Pemerintah yang Konstruktif

Pemerintah menyediakan beberapa program untuk meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir diantaranya Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), Program Kemitraan Bahari (SEA GRAN PROGRAM), Marine and Coastral Resources Management (MCRMP) dan Swa Mitra Mina (Yuswar, 2007). Di Desa Percut, program pemerintah yang berjalan ialah PEMP sejak tahun 2001.

(29)

harga BBM. Sementara sebenarnya masyarakat membutuhkan bantuan dalam bentuk lain seperti suntikan modal usaha.

Nelayan Desa Percut umumnya hanya memiliki modal yang kecil. Mereka melaut hanya dengan peralatan seadanya yang masih tradisional dan untuk kapal boatnya terkadang masih menyewa. Dengan peralatan yang sangat sederhana ditambah dengan kewajiban membayar sewa atas kapal menyebabkan pendapatan mereka menjadi tidak optimal. Bagi masyarakat Desa Percut bekerja sebagai nelayan meski dapat memenuhi kebutuhan hidupnya namun belum cukup dijadikan sebagai pilihan karena perangkap kemiskinan nelayan telah berkorelasi dengan pola pencahariannya yang fluktuatif.

Dalam hal ini peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk menstimulasi modal kepada masyarakat agar dapat berkembang. Suntikan modal kepada masyarakat dapat membantu masyarakat untuk bekerja lebih maksimal dalam meningkatkan pendapatannya Dengan modal yang cukup, masyarakat dapat menggerakkan usahanya, terutama pada nelayan yang notabene membutuhkan modal yang besar untuk melaut. Bergeraknya usaha masyarakat juga akan mendorong meningkatkan ekonomi masyarakat menuju ekonomi masyarakat pesisir yang mandiri.

4.3.2 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Peran Perguruan Tinggi

Peran perguruan tinggi sangat menentukan dalam memacu perubahan jalannya proses kemajuan masyarakat. Dengan berdasar pada tri dharma, perguruan tinggi diharapkan lebih progresif dalam mempengaruhi perubahan-perubahan masyarakat secara sistematis dan berdampak luas.

(30)

masyarakat serta sempitnya akses untuk menemukan informasi-informasi baru secara cepat dan terkini.

Kehadiran para civitas akademika bagi masyarakat Desa Percut bukanlah sesuatu yang baru. Beberapa perguruan tinggi di Sumatera Utara (baik negeri maupun swasta) banyak yang datang ke Desa Percut untuk melakukan penelitian, sosialisasi ataupun bakti sosial. Salah satu perguruan tinggi yang pernah melakukan kunjungan ke desa ini adalah Universitas Sumatera Utara yaitu dari mahasiswa Fakultas Pertanian. Kunjungan mereka pada saat itu ialah yang sifatnya bakti sosial dan sosialisasi kepada masyarakat tentang optimalisasi hasil alam di Desa Percut. Namun sayangnya tidak adanya kontinuitas dan kesinambungan dari program kunjungan tersebut. Bakti sosial hanya dilakukan sekali dan setelah itu tidak ada keberlanjutan dari program tersebut.

Pola ini yang seharusnya diubah oleh perguruan tinggi ataupun pihak terkait dalam melakukan pembinaan terhadap masyarakat, khususnya masyarakat pesisir. Untuk melakukan perubahan pada masyarakat sejatinya butuh kesabaran karena karakteristik masyarakat yang berbeda-beda. Perlunya keberlanjutan dari suatu program pembinaan terhadap masyarakat agar masyarakat secara perlahan dan bertahap dapat merasakan manfaat dari hadirnya civitas akademika di tengah-tengah mereka.

(31)

4.4 Menuju Perekonomian Berbasis Kelautan

Indonesia memang dikenal sebagai negara agraris yang masyarakatnya umumnya menggeluti sektor pertanian untuk pemenuhan kebutuhannya. Namun sebagai negara kepulauan yang terdapat banyak wilayah pesisir sudah sepatutnya Indonesia berdaulat dari sektor maritim. Wilayah pesisir yang menyajikan banyak sumberdaya alam dapat menjadi modal untuk membangun perekonomian. Sumberdaya alam pesisir yang melimpah menjadikan ekonomi maritim sebagai salah sektor andalan dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi. Namun hingga saat ini, sektor maritime belum memberikan peran yang berarti terhadap perekonomian negara. Lemahnya peran sektor maritim menyebabkan sektor ini kurang diminati untuk dikembangkan baik oleh investor asing maupun lokal.

Prof. DR. Rokhmin Dahuri (2005, dalam Yuswar, 2007) menggagas perlunya paradigma baru dalam membangun Indonesia yang berbasis kelautan. Profil pembangunan kelautan Indonesia kedepan adalah suatu sistem pembangunan yang memanfaatkan ekosistem laut beserta segenap sumberdayanya untuk kesejahteraan bangsa secara berkelanjutan (on a sustainable basis). Tujuan pembangunan kelautan hendaknya tidak semata-mata mengejar pertumbuhan

ekonomi (economic growth) melainkan untuk mewujudkan kemakmuran,

pemerataan kesejahteraan (social equity) dan terpeliharanya daya dukung dan kualitas lingkungan pesisir serta lautan secara proporsional (Yuswar, 2007).

(32)

Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan model pembangunan berkelanjutan yang mencakup konteks pengelolaan sumberdaya berbasis kelautan

yang tertuang dalam konsep pembangunan kelautan berkelanjutan (sustainable

marine development). Konsep ini secara teknis merupakan suatu upaya pemanfaatan dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di kawasan pesisir untuk kesejahteraan manusia yang menjadi stakeholders dari pembangunan tersebut. Selain itu terdapat beberapa alasan yang memperkuat mengapa ekonomi kelautan harus dijadikan arus utama pembangunan nasional baik dalam sosial politiknya, diantaranya :

1. Melimpahnya sumberdaya kelautan dan perikanan menyebabkan hal tersebut menjadi keunggulan komparatif sekaligus kompetitif yang sangat tinggi

2. Sumberdaya kelautan merupakan sumberdaya yang senantiasa dapat diperbaharui (renewable resources) sehingga keunggulan komparatif dan kompetitif ini dapat bertahan lama asalkan dikelola secara arif dan bijaksana

3. Keterkaitan kuat antara industr berbasis kelautan dengan industri dan aktivitas ekonomi lainnya. Dengan mengembangkan industr kelautan maka akan mendoroang aktivitas ekonomi sektor lainnya seperti usaha transportasi laut, komunikasi, perdagangan, dan sebagainya

(33)

Gambar : 1. Kondisi akses jalan Desa Percut

Gambar : 1. Kondisi jalanan Desa Percut

(34)

Gambar : 3. Suasana di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Gambar : 3. Pembeli dan pedagang di TPI berinteraksi

BAB V

(35)

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Desa Percut merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara tepatnya di pesisir pantai barat Sumatera dan merupakan salah satu kawasan hinterland bagi Kota Medan

2. Sebagai desa yang terletak di kawasan pesisir, Desa Percut memiliki sumberdaya alam yang sangat melimpah baik dari sektor maritim maupun agraria. Namun kekayaan tersebut belum mampu dimanfaatkan masyarakat setempat secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraannya

3. Masyarakat Desa Percut terjerat dalam jebakan kemiskinan structural dan kemiskinan kultural. Hal ini menyebabkan roda perekonomian masyarakat yang berjalan sangat lamban

4. Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya perhatian dari berbagai pihak (khususnya pemerintah dan akademisi) dalam hal pemberdayaan masyarakat pesisir menjadi faktor pemicu hal tersebut.

5. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan minimnya ilmu dan informasi yang diterima masyarakat. Hal ini berdampak pada pola pikir mereka yang cenderung konvensional dan cenderung tidak berniat melakukan pembaharuan. Hanya mengikuti arus utama saja yang umumnya sudah menjadi tradisi yang telah mengakar selama bertahun-tahun

6. Untuk melakukan perubahan pada masyarakat pesisir dibutuhkan suatu proses dan peran pemerintah dan akademisi sebagai agen perubahan guna membangun masyarakat pesisir yang berdaya dan mandiri

7. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia Indonesia memiliki potensi wilayah pesisir yang cukup besar. Wilayah pesisir sejatinya jika dikelola secara optimal akan menciptakan dampak yang signifikan dalam memajukan perekonomian

8. Pembangunan Indonesia kedepannya haruslah berorientasi pada

(36)

development) untuk memainkan peran dan potensi maritim Indonesia secara optimal.

5.2 Saran

1. Untuk Masyarakat

Masyarakat harusnya lebih peka dan lebih terbuka terhadap segala informasi dan perubahan yang terjadi terutama lebih ditingkatkan apresiasi terhadap pendidikan. Karena pendidikan merupakan salah satu masyarakat untuk melakukan mobilitas sosial secara vertikal. Dan masyarakat hendaknya terus berusaha dan upaya yang optimal untuk memperbaiki perekonomiannya.

2. Untuk Pemerintah dan Perguruan Tinggi

Pemerintah dan perguruan tinggi harus bersinergi dalam melakukan konstruksi terhadap ekonomi masyarakat pesisir. Pemerintah sebagai otoritas penentu kebijakan haruslah menyiapkan program-program yang dapat membangun masyarakat pesisir menuju kemandirian. Dan perguruan tinggi sebagai kalangan intelektual yang merupakan agent of change haruslah mampu membina, mendidik dan merubah pola pikir masyarakat pesisir yang konvensional menjadi modern dan berorientasi pada masa depan yang lebih baik. Agar dapat memainkan peran masyarakat wilayah pesisir secara optimal untuk pembangunan

3. Untuk Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar terus membuat penelitian-penelitian terkait masyarakat pesisir, mencari permasalahan dan menemukan solusinya. Karena masyarakat pesisir merupakan kelompok masyarakat yang khas dengan permasalahan yang kompleks.

DAFTAR PUSTAKA

(37)

Adisasmita, Raharjo. 2013. Pembangunan Ekonomi Maritim. Graha Ilmu : Yogyakarta

Zainul, Yuswar. 2007. Bunga Rampai Pembangunan Ekonomi Pesisir. Universitas Trisakti : Jakarta

Nasution, Arif dkk.2005. Isu-Isu Kelautan : Dari Kemiskinan Hingga Bajak Laut. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Kuncoro, Mudrajad. 2010. Masalah, Kebijakan dan Politik Ekonomika Pembangunan. Erlangga : Jakarta

Ramli. 2014. Kota Pantai. Universitas Sumatera Utara : 06 Oktober 2014

Adi I.R. 2003. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

http://bangrama.blogspot.com. 2013. Karakteristik Masyarakat Pesisir. Diakses pada tanggal 07 Oktober 2014

http://id.wikipedia.org. ___. Pesisir. Diakses pada tanggal 08 Oktober 2012

Gambar

Tabel : 2. Penduduk Desa Percut berdasarkan kelompok usia
Tabel : 4. Penduduk Desa Percut berdasarkan agama
Tabel : 5. Penduduk Desa Percut berdasarkan tingkat pendidikan
Gambar : 2. Perahu (boat) nelayan yang sedang merapat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Karyane kang wis terbit dadi buku yaiku : Carang-Carang Garing (novel basa Jawa, 2009), Trubus Kang Mranggas (kumpulan cerkak, 2010), Tragedhi Kraton Pawon (crita rakyat basa

siswa yang memperoleh nilai 75 dan presentasinya berjumlah 67,57% artinya bahwa siswa tidak dapat menguasai 75% dari materi yang diajarkan sehingga dapat

Namun, kalau kita bisa melihat bahwa di balik semua pergumulan dan tantangan yang harus kita hadapi, ada tangan Tuhan yang kuat menopang hidup kita, ada Allah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kedalaman yang berbeda terhadap produksi dan kualitas rumput laut Eucheuma cottonii yang dibudidayakan di perairan

Dengan menggunakan kurva non-standar pada Star System ETAP yang ditunjukkan pada gambar 4.11, maka dapat dilakukan pengambilan data arus dan waktu yang akan digunakan

KHOIRUL ANAM - MTs PUTRA SUNNIYYAH SELO Komplek makam Ki Ageng Selo Tawangharjo Grobogan - Bahasa Inggris.. 192 SAHID

&#34;enurut utp ($%&amp;3), pengaruh !ahaya terhadap perke!ambahan benih dapat dibagi atas 3 glngan yaitu glngan yang memerlukan !ahaya

Menurut Mussen (dalam Erma Lestari, 2009) pola asuh adalah cara yang digunakan orang tua dalam mencoba berbagai strategi untuk mendorong anak mencapai tujuan yang